Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Identitas Buku
1. Buku Pertama

 Judul Buku : Desain Produk Inovatif & Inkubasi Bisnis Kompetitif


 Pengarang : Alva Edy Tontowi
 Penerbit : UGM Press
 Tahun terbit : April 2016
 Tebal Buku : XVIII + 239 hlm.
 ISBN : 978-302-386-069-2

2. Buku Pembanding

 Judul Buku : Inovasi Pendidikan


 Pengarang : Dr. Udin Syaefuddin Sa’ud,Ph.D
 Penerbit : Alfabeta
 Tahun terbit : 2015
 Tebal Buku : 224 hlm.
 ISBN :-

B. Latar Belakang
Buku adalah  kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu
pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Seperti kata pepatah, buku
adalah jendela dunia. Buku merupakan sebuah alat untuk menjelajahi ribuan bahkan
milyaran ilmu yang ada di dunia. Untuk mengetahui tentang apa yang ada di dunia
luar sana, kita tidak perlu datang langsung ke sana. Namun dengan membaca buku,
kita dapat mengetahui apa saja yang terjadi atau yang ada di dunia luar sana.
Dengan semakin berkembangnya teknologi dan komunikasi, dewasa ini
semakin banyaknya bermunculan penulis – penulis buku. Untuk satu topik bahasan
kita dapat mengambil referensi dari banyak buku dari penulis yang berbeda. Namun
dari banyak buku yang ada tersebut sangat sulit untuk mencari buku yang sesuai
dengan kebutuhan kita. Misalnya dari susunan kalimatnya yang mudah dipahami,
keteraturan susunan, isi buku yang menarik dan penjelasan yang mudah dimengerti
dan lain-lain. Maka dari itu diperlukan pengetahuan dan penilaian dari orang yang
pernah membaca buku tersebut untuk medeskripsikan seberapa besar kesesuaian buku
tersebut terhadap kebutuhan kita.
Critical Book Report (CBR)  adalah suatu laporan yang berisi penilaian
terhadap sebuah karya tulis. CBR meliputi deskripsi singkat mengenai buku serta
kelebihan dan kelemahan buku Tersebut dibandingkan buku lain yang berkaitan atau
mempunyai kesamaan topik.
Kemudian diharapkan CBR tersebut bisa dimanfaatkan oleh para pembaca
yang masih bingung dalam memilih buku yang sesuai dengan kebutuhan.
1
C. Identifikasi Masalah
1. Ringkasan Buku Utama
2. Kelebihan dan Kelemahan Buku Pembanding
3. Kelebihan dan Kelemahan Buku Utama.

D. Rumusan masalah
Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas dapat di rumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran atau deskripsi singkat dari buku tersebut ?
2. Apa Kelebihan dan Kelemahan Buku utama ?
3. Apa kelebihan dan kelemahan buku pembanding ?

E. Tujuan
Laporan Critical Book report ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas kuliah Inovasi dan Desain Produk.
2. Untuk memberikan informasi dan penilaian buku Inovasi dan Desain Produk
kepada para pembaca.

2
BAB II
RINGKASAN BUKU

BAB 4 PRODUK INOVATIF

4.1 Produk

Produk didefenisikan sebgai hasil suatu kegitan berkarya atau produksi yang memiliki
manfaat atau fungsi dan atau aestetika. Meskipun porsi antara manfaat/fungsi dan aestitika
tidak mesti sama. Sebagai contoh , produk dapat hanya memiliki mamfaat dan fungsi saja jika
poersi aestetikanya kecil, sebaliknya ada produk yang hanya memiiki aestetika saja seperti
barang seni yang digunakan untuk memperindah ruangan kaena porsi aestikanya lebih
dominan. Sehingga produk dengan prototipe berbeda. Produk sudah memiliki jaminan kinerja
sesuai dengan desainnya dan memungkinkan untuk dikomersialkan. Sedangkan,prototipe
masih memungkinkan adanya penyempurnaan karena masih ada kemungkinan kinerja belum
sesuai dengan desain. Sehingga prototipe belum masuk ke tahap produksi.

Produk dibagi menjadi dua yaitu barang dan jasa . sedangkan barang dapat dibagi dua yaitu
barang diskrit dan kontiniu . ciri utama produk diskrik adalah berfase padat non-oartikel atau
non serbuk, sedangkan ciri utama produk kontiniu adalah berfasi cair dan gas serta berfase
padat berupa partikel atau serbuk atau filamen atau lembaran panjang.

4.2 Produk Inovatif

Produk inivatif adalah produk yang dibuat berdasarkan suatu gagasan baru suatu gagasan
baru. Gagasan baru tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber yang berupa feedback
kebutuhan pasar dan atau lima aspek lainnya sepertii tren produk, HKI,Ergonomi,SHE serta
tekhnologi baru.

Kandungan inivasi dalam suatu produk dapat hanya di beberapa bagian (inovasi inkrimental)
atau sebagain besar atau seluruhnya (inovasi holistik) dari produk tersebut sehingga menjadi
unik. Suatu produk dikatakan inovatif jika produk tersebut memiliki suatu yang baru atau
keunikan dari suatu realisasi gagasan baru.

Pada umumnya onovasi yang dikandung dalam produk tersebut dapat diperoleh dengan
berbagai cara inovasi inkrimental, yaitu :

1. Memperbaiki problem pada produk yang sebelumnya


2. Memodifikasi beberapa hal pada produk sebelumnya tanpa mengurangi fungsi
utamanya
3. Mengkombinasikan beberapa fitur fungsi dalam satu produk (konsep x in 1 dengan x
> 1)
4. Menambahkan teknologi atau fitur baru yang berasal dari produk lain di luar kelasnya
untuk produk kita.
Salah satu contoh produk inivatif dari buku ini adalah Google Glass yang di desain berupa
kaca mata yang memungkinkan pengguna dapat membuat video sambil berjalan dan melihat
3
objek yang pengguna sukai. Hasil video tersebut dapat langsung disambug nikrabel ke
kimputer laptop atu desktop atau hanya disimpan dalam media penyimpanan yang terpasang
pada google glass tersebut.

Tabel 4.8 Google Glass, Probelm dan Inovasi

Nama Produk Problem Inovasi


Google Glass Kejenuhana menggunakan Kebutuhan untuk dapat membuat foto still
perangkat kamera dan dan video dengan cara yang simpel dan
video yang terpisah dan praktis tanpa harus membawa banyak item
berat sihingga banyak serta hasil foto dan video dapat langsung
peralatan yang harus dikirim ke komputer atau teman lainya via
dibawa internet

BAB 5 DESAIN KONSEP PRODUK INOVATIF

5.1 Gagasan Baru, Konsep, dan desain Industri

Seperti halnya dalam desain produk secara umum, desain produk inovatif prosesnya
juga sama. Pembedaanya adalah produk yang akan didesain berupa produk yang berbasisi
pada ide baru atau gagasan baru (di tingkat lokal atau internasional). Gagasan baru tersebut
berupa material,metode atau cara atau tekhnologi atau fitur fungsinya. Prosesnya dimulai dari
gagasan baru, kemudian pembuatan konsep dan diakiri dengan desain industri.

5.2 Proses Pembuatan Konsep Produk Inovatif

Dalam mengembangkan produk baru non-makanan atau minuman yang melibatkan


manusia sebagai pengguna atau operator , produk perlu memiliki lima hal berikut :

1. Aspek fugsional, regulasi, dan Paten


2. Aman dan sehat
3. Kemudahan penggunaan dan perawatan
4. Aestetika dan ergonomi
5. Tren produk dan kesiapan tekhnologi
Adapun langkah-langkah pengembangan konsep produk yang sebagain diadopsi dari Ulrich
dan Eppinger (2008) yang terdiri dari tujuh langkah M-I-S-K-K-D

1. Menetapkan misi (M) mengapa produk akan dibuat , deskripsi produk, kapan produk
akan diluncurkan, marginnya berapa, dan siapa saja yang duduk sebagai pemangku
kepentingan (stake holder)
2. Mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pengguna atau pasar (I). Sumber informasi
kebutuhan dan keinginan pengguna ini dapat diperolah dari sumber internet dan
sumber internal (misalnya, paten, regulasi pemerintah,lingkungan hidup, kesehatan
dan keamanan, tren produk)

4
3. Menetapkan spesifikasi Produk (S) berdasarkan masukan (I) benchmarking , dan hasil
uji laboratorium
4. Membuat konsep produk (K) berdasarkan spesifikasi (S). Untuk mampu membuat
konsep dengan jumlah konsep banyak diperlukan kreativitas. Pada langkah ini
arsitektur produk, aestika, ergonomi, dan usabilitas perlu dipertimbangkan
5. Memilih konsep produk terbaik sebagai konsep akhir (K)
6. Desain Industri (D)
BAB 6 DESAIN DETAIL DAN ANALISIS TEKHNIK

Desain detail dan desain tekhnik adalah dua tahap yang dilakukan setelah desain konsep
selesai dilakukan. Pada produk manufaktur diskrit , detail desain dan analisis tekhnik ini
dilakukan berututan dan bolak-balik hingga diperoleh hasil analisis tekhnik yang memenuhi
kebutuhan keteknikan yang dalam banyak kasus dapat lebih dari satu kali siklus

6.1 Desain Detail (CAD = Computer Aided Design)


Pada produk manufaktur diskrit, desain detail yang selanjutnya dikenal dengan istilah
gambar tekhnik atau kalau dilapangan dikenal dengan istilah bahasa inggrisnya Engineering
Drawing (ED) adalah tahap yang dilakun setelah tahap desain konsep selesai dilakukan.
Desain detail dalam bentuk ED ini digunakan sebagai alat komunikasi antara desainer dengan
manufakur. Proses dalam membuat gambar tekhnik pada produk manufaktur diskrit dapat
dilakukan dengan menggunakan dua cara yang keduanya dalam menggambar tetap
perpedoman pada standard internasional (SI) , yaitu cara :

1. Tanpa bantuan softwar


2. Berbantuan Software (CAD=Computer Aided Design)
Cara pertama , gambar tekhnik dibuat langsung diatas kertas putih atau kalkir menggunakan
tangan dengan bantuan penggaris bersskal, pensil,penghapus,pena. Sedangkan cara kedua
digunakan dengan cara komputer dan hasilnya dicetak dengan printer warna dengan ukuran
garis dan dan kertas seperti yang pertama.

6.2 Analisis Tekhnik (CAE= Computer Aided Eingineering)


Analisis tekhnik di lakukan setelah gambar tekhnik selesai . tujuanny adalah untuk
melohat apakah komponen/part chunk atau model pada produk yang akan dibuat telah sesuai
dengan aplikasi nantinya. Tujuan utama untuk analisis tekhnik produk ini adalah untuk
meyakinkan bahwa komponen impeler dan poros pompa air tersebut cukup kuat atau tidak
akan rusak pada usia pakai seperti yanng akan dijanjikan dalam dokumen garansi pajak.
Analis tekhnik dapat dilakukan cera analitik empirik atau dilakukan dengan cara yang praktis,
yaitu dengan bantuan sofware dan komputer analisis tekhnik atau CAE (computer Aided
Engineering). Proses CAE itu tersebut antara lain CFD,akustik,termal,durabitas,respon
dinamik. Karena CAE bersifat prediksi meskipun imput seringkali diambil dari data empirik .
hasil analisis tekhnik ini tidak 100 % benar.Namun demikian , analisis tekhnik ini banyak
bermamfaat di awal proses desain, sebelum produk rill dibuat sehingga dapat menghemat
biaya proses desain,pengembangan, dan prototyping.
5
BAB 7 PROTOTYPING DAN TESTING

7.1 Prototype dan Cara Pembuatannya


Prototype dapat didefinisikan sebagai gambaran awal sementara sebelum produk rillnya
dibuat. Proses pembuatan prototype dapat dimulai dari pembuatan komponen atau part.
Kemudian merakitnya menjadi chunk. Chunk tersebut dirakit dengan chunk lain menjadi
modul. Modul-modul tersebut dirakit satu dengan yang lainnya menjadi prototype.

Prototyping adalah proses pembuatan suatu prototype. Proses ini merupakan suatu step
diantara banyak step dalam proses konversi dari sebuah desain konsep menjadi sebuah
produk rill. Sehingga dalam proses ini memerlukan waktu dan biaya yang nantinya akan
berkontribusi pada waktu dan biaya keseluruhan dalam proses konversi tersebut.

Mengingat bahwa untuk membuat membuat prototipe diperlukan waktu dan biaya yang
tidak sedikit, maka proses pembuatan prototipe ini diupayakan dengan waktu dan biaya yang
serendah-rendahnya pula sehingga harga produk menjadi lebih kompetitif. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mempercepat proses pembuatan prototipe ini adalah dengan menerapkan
teknologi manufaktur yang dikenal dengan nama Rapid Prototyping Technology (RPT). RPT
ini dikenal dengan nama yang lebih umum yaitu Layer Manufacturing Technology (LMT)
karena proses manufakturnya dilakukan lapis demi lapis material dan lapis-lapis material
tersebut kemudian ditumpuk menjadi satu membentuk 3 benda dimensi.

7.2 Testing Prototype


Setelah prototype a selesai, kemudian dilakukan testing untuk meyakinkan bahwa
prototype tersebut berfungsi seperti rencana. Hasil testing tersebut adalah kemungkinan
sukses dan gagal. Namun demikian, jika prototype tersebut dibuat mengikuti gambar teknik
secara baik dan benar menggunakan teknologi manufaktur yang sesuai, testing tersebut
kemungkinan besar akan sukses meskipun tingkat kesuksesannya tidak dapat mencapai
100%. Hasil tes prototipe a ini selanjutnya digunakan sebagai masukan dalam membuat
prototipe b.

BAB 8 HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL : DESAIN INDUSTRI DAN PATEN

8.1 Desain Industri


Dalam subseksi desain industri (DI) akan disajikan mengenai definisi, hak pendesain,
hak perioritas pemohon dan lingkup desain industri.

Hak desain industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara Republik Indonesia
kepada pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu (10 tahun terhitung sejak
tanggal penerimaan) untuk melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada
pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.

Lingkup desain industri yang mendapatkan perlindungan adalah:

a. Desain Industri

6
b. Desain Industri Lama
8.2 Paten
Syarat untuk mendapatkan paten bagi suatu invensi yaitu:
a. Baru (novelty)
b. Mengandung langkah inventif
c. Dapat diterapkan di industri
Ada 2 jenis paten yaitu paten sederhana dan paten biasa
Selama masa perlindungan, pemilik paten memiliki kewajiban untuk iuran tahunan dan
melaksanakan peten tersebut agar memiliki nilai ekonomi.
Beberapa hal penting dalam menulis draft dokumen paten atau desain industri yang baik
antara lain :
a) Melakukan penelusuran paten-paten terkait dengan produk yang akan kita daftarkan
paten atau desain industri.
b) Siapkan desain gambar yang akan kita daftarkan ptaten atau desain industri.
c) Siapkan abstrak yang berisi latar belakang mengapa produk tersebut penting dan tidak
ada duanya serta poin penting solusi masalah yang akan diselesaikan, deskripsi
produk dan tunjukkan keunggulan dalam menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan oleh produk sebelumnya.
d) Siapkan apa saja yang akan diklaim.
Setelah kegiatan dari (a) hingga (d) selesai dan siap kemudian lakukan penyusunan dokumen
yang terdiri dari 3 bagian dengan urutan:
1) Deskripsi, yang terdiri dari :
a. Judul
b. Bidang teknik invensi
c. Latar belakang invensi
d. Ringkasan invensi
e. Uraian singkat gambar
f. Uraian lengkap invensi
g. Klaim
2) Abstrak
3) Gambar dengan nomor untuk menunjukkan bagian-bagiannya.

BAB 9 POTENSI INDONESIA, INDUSTRI UNGGULAN DAN TEKNOLOGI


9.1 Ragam Potensi Daerah Provinsi
Indonesia yang membentang dari barat ke timur sepanjang garis khatulistiwa (equator
line) dengan 3 perbedaan waktu terdiri dari 34 provinsi atau 501 wilayah kabupaten (403) dan
kota (98) tersebar di sejumlah pulau.
Kekayaan alam yang berlimbah di setiap provinsi, terutama kekayaan alam non-tambang,
yang tampaknya tidak memiliki petensi ekonomi, dengan teknologi dan kreativitas dapat
dikonversi atau diberi nilai tambah menjadi sesuatu yang bermanfaat tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat di provinsi tersebut, tetapi juga memiliki nilai ekonomi
yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

7
9.2 Pengembangan Industri Unggulan Daerah Tingkat-1 (Provinsi)
Hingga tahun 2010 di Indonesia terdapat 25 provinsi yang sudah memiliki peta panduan
untuk pengembangan industri unggulan di daerahnya berdasarkan Perpres No. 29 Tahun 2008
dan Permen untuk masing-masing daerah (Kementrian Perindustrian RI, 2010).
Hampir sebagian besar industri unggulan 25 provinsi di Indonesia adalah industri
pengolahan hasil pertanian, laut, dan mineral atau tambang.
Bahan baku yang berasal dari daerah provinsi setempat sesuai dengan unggulan wilayah.
Dalam satu bahan baku memungkinkan untuk dibuat menjadi satu atau beberapa produk akhir
sehingga menjadi suatu klaster industri di suatu kawasan. Sebagai contoh industri pengolahan
ikan. Bahan baku produk adalah ikan. Jika bahan baku yang berupa ikan tersebut diurai,
maka dalam 1 ikan akan mendapat empat macam bahan baku yang dapat diproses
menggunakan teknologi pengolahan menjadi paling tidak 4 macam produk akhir juga, yaitu
daging ikan, duri dan tulang ikan, sisik ikan dan kepala ikan.

9.3 Siklus Hidup dan Ekosistem Teknologi


Untuk memiliki ataupun menggunakan teknologi baik dalam bentuk lisensi ataupun
bentuk perjanjian lain membutuhkan dana yang sering kali besar dan nilainya hampir tak
dapat dijangkau oleh individu ataupun intitusi. Apalagi teknologi yang berasal dari negara
maju dengan nilai tukar mata uangnya lebih tinggi.
Sepanjang periode waktu dibagi menjadi 2, yaitu periode saintifik dan periode komersial.
Antara periode saintifik dan periode komersial ada periode transisi inkubator untuk
menginkubasi teknologi yang dihasilkan dan selanjutnya inkubasi bisnis agar siap komersial.
Pada periode saintifik, proses dimulai dari riset dasar, riset terapan, publikasi (seminar,
konferensi atau jurnal ilmiah) atau pendaftaran HKI (Hak Kekayaan Intelektual). Sementara
pada periode komersial, teknologi siap pakai tersebut diproduksi dan produknya mulai
memasuki market atau pasar. Namun seperti halnya produk buatan manusia lainnya,
teknologi yang dihasilkan pada suatu waktu juga akan mengalami penuaan bahkan sudah
tidak memiliki nilai ekonomi lagi. Dalam kondisi seperti ini, sudah saatnya teknologi di
inovasi agar lebih bernilai ekonomi.
Dalam ekosistem teknologi, kebutuhan terus-menerus pada teknologi baru yang lebih
baik dan efesien untuk memenuhi kebutuhan pasar umumnya terjadi pemicu utama lahirya
teknologi baru. Kebutuhan pasar lahir bersamaan dengan lahirnya problem yang memerlukan
solusi. Solusi dalam bentuk teknologi tersebut akan dilahirkan dari riset yang dilalakukan
oleh tim riset yang ada di institusi riset atau perguruan tinggi dengan fasilitas riset tinggi.

BAB 10 INKUBASI TEKNOLOGI DAN BISNIS KOMPETITIF


10.1 Pengertian Inkubasi dan Inkubator
Istilah inkubator dan inkubasi pertama kali digunakan di dunia kedokteran untuk
perawatan bayi yang baru lahir tetapi kondisinya belum siap untuk hidup langsung di luar
rahim. Ruang kecil berbentuk kotak yang kondisi ruangannya terkendali untuk memenuhi
kebutuhan hidup bayi yang ada di dalamnya ini kemudian disebut inkubator dan kemudian
kegiatannya disebut inkubasi. Perkembangan selanjutnya, istilah inkubator diadopsi untuk
digunakan di bidang-bidang lainnya termasuk bidang industri untuk mempersiapkan ide agar
memiliki kelayakan teknologi dan kelayakan bisnis.
8
10.2 Inkubator dan inkubasi Teknologi dan Bisnis
Inkubasi teknologi adalah proses penyiapan pematangan teknologi di inkubator teknologi
siap pakai dan siap untuk diproduksi. Teknologi dikatakan diap pakai dan siap diproduksi,
jika teknologi dalam bentuk prototipe Alpha dan Beta sudah diuji fungsinya.
Seperti halnya inkubasi teknologi, bibit bisnis kompetitif baru ada yang lolos seleksi di
inkubator Teknologi dan masuk di Inkubator Bisnis, juga perlu di inkubasi untuk meyakinkan
bahwa bisnis yang akan dikembangkan dan ditumbuhkan adalah bisnis yang memang akan
menguntungkan secaa ekonomi. Inkubasi bisnis adalah proses penyiapan suatu bibit
perusahaan teknologi baru agar menjadi perusahaan baru yang siap tumbuh dan berkembang
di dunia bisnis.

10.3 Model Bisnis Kompetitif


Sukses suatu bisnis tidak hanya ditentukan oleh produknya yang inovatif saja, tetapi juga
ditentukan oleh sistem bisnis yang mengantarkan produk inovatif tersebut ke pasar. Namun
pada umumnya produk yang inovatif mampu menjawab kebutuhan pasar (needs and wants)
dan bagian dari 7 area inovasi sistem.
Kehadiran kompetitor baik yang mirip asli atau palsu pada umumnya terjadi oada saat
volume pasar produk kita naik tinggi hingga mengganggu volume pasar produk sejenis.
Kompetitor dengan produk mirip dengan produk kita akan mengganggu volume pasar kita,
tetapi kompetitor produk palsu pada umumnya tidak mengganggu karena target pasarnya
adalah pasar penggemar produk palsu yang hanya menginginkan penampilan, bukan mutu
tinggi yang diinginkan.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kelebihan dan Kelemahan Buku Utama


Buku ini mudah dipahami oleh orang awam yang baru mengenal Inovasi dan Desain
Produk. Menjelaskan secara padat tentang beberapa Aspek yang terkandung dalam Inovasi
dan Desain tidak hanya fokus pada satu Aspek saja. Dan terdapat beberapa gambar yang
tidak terlihat membosankan.
Dan kelemahan buku utama ini yaitu Pada bab 8 halaman 139, seharusnya tidak
menggunakan kata akan kita daftarkan, tetapi langsung saja menggunakan kata akan
didaftarkan. Karena kata kita merujuk pada pribadi. Sedangkan di bab 10, pada bagian
inkubasi dan inkubator, tidak ada dijelaskan mengenai inkubator secara umum, yang ada
hanya penejelasan inkubator dalam dunia kesehatan. Sedangkan untuk inkubator dalam dunia
bisnis hanya dijelaskan melalui gambar saja.
B. Kelebihan dan Kelemahan Buku Pembanding
Kelebihan buku pembanding ini adalah Buku ini membahas tentang inovasi secara umum
dan inovasi dalam bidang pendidikan, setiap bab dilengkapi dengan rangkuman, latihan soal
dan glosarium. Bahasa yang dipakai cukup mudah dipahami oleh pembaca, sehingga
pembaca dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Sedangkan kelemahannya adalah Buku ini membahas inovasi pendidikan secara umum
dan kurang detail atau pembahasan inovasi tidak secara khusus sehingga pembahasan kurang
spesifik dan mendalam. Pembaca tidak mendapatkan informasi mengenai penerapan inovasi
dalam pembelajaran secara kongret.

C. Saran
Mungkin akan jauh lebih baik apabila mengunakan kata-kata yang sederhana
mungkin guna mencapai pemahaman yang lebih. Dan menyematkan beberapa ilustrasi atau
gambar agar buku tersebut tidak terlalu membosankan bagi buku pembanding.

10

Anda mungkin juga menyukai