Anda di halaman 1dari 3

Secara normal, setiap individu dapat membentuk akrolein yang merupakan hasil

dari oksidasi lemak dan metabolisme asam α-hidroksiamino yang


menyebabkannya terpapar dalam jumlah kecil. Namun, ada beberapa individu
yang bisa terpapar dalam jumlah yang lebih besar, seperti perokok aktif maupun
pasif, pekerja yang terpapar asap pembakaran kayu dan plastik termasuk
pemadam kebakaran, dan juga paparan asap buangan kendaraan. Mayoritas rute
paparan dari saluran nafas. Belum ada data pasti mengenai kontak akrolein melaui
kulit dan saluran cerna.
Akrolein dapat menguap dengan cepat. Mengalami degradasi yang cepat di air,
tanah dan udara. Jika akrolein digunakan sebagai herbisida, akrolein dapat
bertahan hingga 6 hari. Kandungan akrolein dalam rokok telah terbakar sekitar
0,06 – 0,22 mg.

Efek bagi Kesehatan


Akrolein dapat memberikan pengaruh buruk bagi pernafasan, mulur dan kontak
dermal karena merupakan iritan yang sangat poten terhadap mukosa membran.
Pada konsentrasi yang tinggi dapat juga mengiritasi kulit. Tanda dan gejala yang
ditimbulkannya dapat berupa iritasi hidung, tenggorok dan paru-paru, edema paru,
hemoragi paru dan kematian. Jaringan di hidung sangat sensitif terhadap paparan
akrolein, dan onset nya dapat timbul hanya dalam beberapa detik (dengan kadar
0,03 ppm). Semakin tinggi konsentrasinya di udara (2 – 5 ppm) maka semakin
buruk manifestasi iritasi yang diakibatkannya terhadap saluran nafas. Paparan
akrolein melalui oral dapat menyebabkan rasa tidak nyaman saluran cerna,
vomiting, ulserasi dan perdarahan saluran cerna. Epitel saluran cerna merupakan
target yang paling sensitif terhadap paparan akrolein (0,75 mg/kg). Paparan kulit
dapat menyebabkan tidak nyaman di mata, lakrimasi, merah, ulserasi bahkan
nekrosis jaringan kulit (10% larutan akrolein). Mata adalah organ yang paling
sensitif terhadap kontak kulit (0,3 ppm di udara). Perubahan secara histologis
terhadap epitel saluran nafas dan cerna telah banyak diteliti. Penurunan berat
tubuh maupun organ tertentu, hematologi dan biokimia serum telah diteliti pada
hewan coba. Beberapa efek tersebut dipercaya sebagai efek sekunder dari iritasi
saluran cerna dan nafas (kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan
akibat iritasi gastrointestinal). Penilitian secara in vitro menunjukkan bahwa
akrolein merupakan senyawa mutagen yang lemah, dapat menginterfensi
mekanisme perbaikan DNA, namun dengan kurangnya penelitian dan data
mengenai hal tersebut, akrolein belum dapat dikelompokkan sebagai senyawa
mutagenik.

IRITASI MATA
Akrolein dalam bentuk uap maupun cairan dapat memberikan dampak buruk
terhadap mata. Pada kadar udara yang rendah (0,3 ppm), iritasi okuler dapat
terjadi sangat singkat, nyeri sedang dan diikuti peningkatan frekuensi kedipan.
Lakrimasi dapat terjadi pada kadar yang lebih tinggi (0,81 ppm), dengan
peninggkatan derajat nyeri. Pada level paparan uap yang rendah selama 60 menit
dilaporkan dapat meningkatkan iritasi mata hingga 40 menit, namun tidak diikuti
peningkatan rasa tidak nyaman di mata setelahnya. Hingga saat ini belum
diketahui level paparan cairan ataupun uap yang dapat menyebabkan kerusakan
struktur mata, sehubungan dengan belum ada data mengenai evaluasi histologis
mata akibat paparan akrolein.

EFEK PADA RESPIRATORIUS


Akrolein dapat mempengaruhi keseluruhan saluran respiratorius, dari epitel
hidung hingga rongga-rongga alveoli. Semakin tinggi level paparan, maka
semakin parah efek yang diakibatkan. Iritasi hidung merupakan dampak yang
paling sering terjadi. Onset iritasi hidung dan tenggorok yang cepat dan
berkurangnya frekuensi nafas (diyakini sebagai mekanisme pertahanan hidung)
dapat terjadi akibat paparan pada level rendah (0,3 ppm), displasia ringan pada
epitel hidung, nekrosis dan metaplasia basal sel fokal dilaporkan terjadi pada
hewan coba sebagai akibat penurunan frekuensi nafas tikus yang diberikan
paparan sekitar 1 – 3 ppm. Insidensi inhalasi akut akrolein pada manusia pernah
dilaporkan, dengan gejala demam tinggi, dispepsia, batuk berdahak, sianosis,
edema paru dan kematian. Fatal pulmonary edema dapat terjadi setelah beberapa
jam paparan.
EFEK GASTROINTESTINAL
Iritasi mukosa gastrointestinal merupakan keluhan primer akibat paparan akrolein.
Data pada manusia terhadap paparan oral belum ada. Tanda klinis gastrointestinal
pada hewan coba dapat berupa vomiting, hiperplasia epitel, ulserasi, hemoragi dan
edema pada mukosa saluran cerna.

Anda mungkin juga menyukai