KEGIATAN
BELAJAR 8
KETENTUAN PIDANA
12
Hukum pidana mengenal adanya hukum formal (acara) pidana yang bersumber
KUHAP dan hukum pidana material yang bersumber pada KUHP. Undang-
Undang KUP mengatur sebagian hukum acara pidana, dimulai dari indikasi
adanya tindak pidana kemudian pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan.
Sedangkan ketentuan materi pidananya tidak diatur dalam satu pasal tetapi
berkaitan dengan pasal-pasal yang ada dalam Bab VII tentang Ketentuan Umum.
Untuk memudahkan memahami pembahasan, kegiatan belajar ini akan tidak
berdasarkan runtutan pasal, tetapi berdasarkan runtutan proses. Untuk
memudahkan memahami ketentuan pidana yang diatur dalam Bab VIII disajikan
dalam Tabel 0-1.
Ketentuan
No Subyek Pengaturan Norma
Pidana
1 Pasal 38 Setiap orang Pasal 38 (kealpaan)
2 Pasal 39 Setiap orang Pasal 39 (kesengajaan, residivis)
3 Pasal 39A Setiap orang Pasal 39A
4 Pasal 40 Daluwarsa tindak pidana
5 Pasal 41 Pejabat Pasal 34 (Rahasia jabatan, kealpaan atau
kesengajaan)
6 Pasal 41A Setiap orang Pasal 35 (Rahasia jabatan pihak ketiga,
sengaja)
7 Pasal 41B Setiap orang Pasal 41B (menghalangi atau mempersulit
penyidikan)
8 Pasal 41C Setiap orang Pasal 35A (pihak ketiga diwajiban
memberikan data dan informasi kepada DJP)
Pasal 41C ayat (3) (menyalahgunakan data
dan informasi sehingga menimbulkan
kerugian kepada pendapatan negara)
9 Pasal 42 Dihapus Sebelumnya mengatur bahwa tindak pidana
dengan UU Pasal 38 dan Pasal 41 ayat (1) adalah
No. 9 Tahun pelanggaran sedangkan tindak pidana Pasal
1994 39 dan Pasal 41 ayat (2) adalah kejahatan
Ketentuan
No Subyek Pengaturan Norma
Pidana
10 Pasal 43 Setiap orang Pasal 43 (deelneming/Penyertaan)
11 Pasal 43A Hukum Pasal 43A (informasi, data, laporan, dan
Acara pengaduan sebagai indikasi adanya tindak
Pidana pidana perpajakan)
b. menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
40Pasal 38 UU KUP
41PenjelasanPasal 38 UU KUP
231
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
lalai,
Bagi Wajib Pajak yang melanggar ketentuan pidana karena kealpaan yang
pertama kalinya tidak dikenai sanksi pidana tetapi sanksi administrasi. Wajib
Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang
terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% dari jumlah
pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan SKPKB (lihat
penjelasan tentang Pasal 13 A Undang-Undang KUP).
1.2. Kesengajaan
Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa setiap orang yang
dengan sengaja:
d. menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap;
Perbuatan atau tindakan yang dilakukan dengan sengaja dikenai sanksi yang
berat mengingat pentingnya peranan penerimaan pajak dalam penerimaan
negara.
1.3. Residivis
233
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang KUP mengatur bahwa setiap orang yang
melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, atau menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya
tidak benar atau tidak lengkap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi
pajak atau pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
(enam) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang
dilakukan dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan
dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.
Pasal 39A Undang-Undang KUP mengatur bahwa setiap orang yang dengan
sengaja:
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6
(enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur
pajak, bukti pemungutan pajak, baik pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran
pajak dan paling banyak 6 (enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.
Perbuatan menerbitkan faktur pajak tidak sesuai dengan ketentuan atau keadaan
yang sebenarnya dikenakan sanksi administrasi berupa denda 2% dari dasar
pengenaan pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang
KUP, tetapi sejak tahun 2007 perbuatan tersebut dikenakan sanksi pidana. Hal
tersebut dikenal dengan istilah kriminalisasi.
Hal tersebut dimaksudkan guna memberikan suatu kepastian hukum bagi Wajib
Pajak, Penuntut Umum dan Hakim. Jangka waktu sepuluh tahun tersebut adalah
235
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Pejabat yang karena
kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu
tahun dan denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Pejabat yang dengan
sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak
dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat ini yang dilakukan
dengan sengaja dikenai sanksi yang lebih berat dibandingkan dengan perbuatan
atau tindakan yang dilakukan karena kealpaan agar pejabat yang bersangkutan
lebih berhati-hati untuk tidak melakukan perbuatan membocorkan rahasia Wajib
Pajak.
Sanksi pidana Pasal 41 mengacu pada ketentuan Pasal 34 ayat (1), ayat (2),
ayat (2a), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) Undang-Undang KUP. Untuk
237
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Pasal 41A ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa setiap orang yang
wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 tetapi dengan sengaja tidak memberi keterangan atau bukti, atau
memberi keterangan atau bukti yang tidak benar dipidana dengan pidana
kurungan paling lama satu tahun dan denda paling banyak Rp25.000.000,00
(dua puluh lima juta rupiah).
Agar pihak ketiga memenuhi permintaan Dirjen Pajak sebagaimana diatur dalam
Pasal 35 maka perlu adanya sanksi bagi pihak ketiga yang melakukan perbuatan
atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini.44
Pasal 41B ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa setiap orang yang
dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan, misalnya menghalangi penyidik melakukan penggeledahan
dan/atau menyembunyikan bahan bukti, dipidana dengan pidana penjara paling
lama tiga tahun dan denda paling banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta
rupiah).
Pasal 41C ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa setiap orang yang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal
35A ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu tahun atau
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Pasal 35A ayat (1)
Undang-Undang KUP mengatur bahwa setiap instansi pemerintah, lembaga,
asosiasi, dan pihak lain, wajib memberikan data dan informasi yang berkaitan
dengan perpajakan kepada DJP yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat (2) UU KUP.
Pasal 41C ayat (2) Undang-Undang KUP mengatur bahwa setiap orang yang
dengan sengaja menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban pejabat dan pihak
lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama sepuluh bulan atau denda paling banyak
Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
Pasal 41C ayat (3) Undang-Undang KUP mengatur bahwa setiap orang yang
dengan sengaja tidak memberikan data dan informasi yang diminta oleh Dirjen
Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (2) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama sepuluh bulan atau denda paling banyak
Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
Pasal 41C ayat (4) Undang-Undang KUP mengatur bahwa setiap orang yang
dengan sengaja menyalahgunakan data dan informasi perpajakan sehingga
menimbulkan kerugian kepada negara dipidana dengan pidana kurungan paling
lama satu tahun denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 41C Undang-Undang KUP yang mengacu Pasal 35A karena frasa yang
digunakan untuk menetapkan subyek hukumnya adalah ‘setiap orang’ maka
mempunyai arti setiap subyek hukum baik orang-perorangan maupun korporasi
atau badan. Korporasi sebagai subyek hukum pidana perpajakan yang dimaksud
dalam Pasal 35A meliputi setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan
pihak lain. Tentu saja tidak muncul masalah jika subyek hukum itu lembaga,
asosiasi, dan pihak lain yang masuk dalam subyek hukum perdata. Tetapi untuk
instansi pemerintah yang merupakan suyek hukum publik atau organ
negara/pemerintah seharusnya tidak bisa tunduk pada hukum pidana. Sulit
dinalar jika instansi pemerintah sengaja tidak memenuhi kewajiban memberikan
data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan kepada DJP, kemudian
disidik dan dituntut secara pidana, misalnya Direktorat Jenderal Anggaran (DJA)
tidak memberikan data dan informasi APBN untuk pengalian potensi pajak tentu
saja tidak bisa dituntut secara pidana. Jalan yang bisa ditempuh seharusnya
hukum administrasi, misalnya dalam kasus DJA maka Dirjen Pajak cukup
melaporkan kepada Menteri Keuangan agar memerintahkan Dirjen Anggaran
menyerahkan data dan informasi kepada DJP. Jika Dirjen Anggaran tidak
mengindahkan maka cukup dikenakan sanksi administrasi.
239
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Dasar
No Tindak Pidana Sanksi Pidana
Hukum
Setiap pejabat yang memberitahukan Kurungan paling Pasal 41
kepada pihak lain segala sesuatu yang lama satu tahun ayat (1) jo
1. diketahui atau diberitahukan kepadanya dan paling Pasal 34
oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan banyak Rp ayat (1) UU
atau pekerjaannya 25.000.000,- KUP
tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur
Penjara paling Pasal 41
Jenderal Pajak yang memberitahukan
lama dua tahun ayat (2) jo
kepada pihak lain segala sesuatu yang
2. dan paling Pasal 34
diketahui atau diberitahukan kepadanya
banyak Rp ayat (2) UU
oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan
50.000.000,- KUP
atau pekerjaannya
Dasar
No Tindak Pidana Sanksi Pidana
Hukum
bank, akuntan publik, notaris, konsultan
pajak, kantor administrasi, dan/atau
pihak ketiga lainnya, yang mempunyai Kurungan paling
Pasal 41A jo
hubungan dengan WP yang dilakukan lama satu tahun
Pasal 35
3. pemeriksaan pajak, penagihan pajak, dan paling
ayat (1) UU
atau penyidikan tindak pidana di bidang banyak Rp
KUP
perpajakan, atas permintaan tertulis dari 25.000.000,-
DJP, tidak memberikan keterangan
atau bukti yang diminta
Penjara paling
Setiap orang yang dengn sengaja
lama tiga tahun
menghalangi atau mempersulit Pasal 41B
4. dan paling
penyidikan tindak pidana di bidang UU KUP
banyak Rp
perpajakan
75.000.000,-
Setiap instansi pemerintah, lembaga, Kurungan paling
asosiasi, dan pihak lain, yang tidak lama satu tahun Pasal 41C
5. memberikan data dan informasi yang dan paling ayat (1) UU
berkaitan dengan perpajakan kepada banyak Rp KUP
DJP 1.000.000.000,-
kurungan paling
Setiap orang yang dengan sengaja Pasal 41C
lama sepuluh
menyebabkan tidak terpenuhinya ayat (2) jo
6. bulan atau paling
kewajiban pejabat dan pihak lain untuk 35A ayat (1)
banyak Rp
memberikan data dan informasi UU KUP
800.000.000,-
kurungan paling
Setiap orang yang dengan sengaja Pasal 41C
lama sepuluh
tidak memberikan data dan informasi ayat (3) jo
7. bulan atau paling
yang diminta oleh DJP irektur Jenderal 35A ayat (2)
banyak
Pajak UU KUP
Rp800.000.000,-
pidana kurungan
Setiap orang yang dengan sengaja
paling lama satu Pasal 41C
menyalahgunakan data dan informasi
8. tahun atau paling ayat (4) UU
perpajakan sehingga menimbulkan
banyak KUP
kerugian kepada negara
Rp500.000.000,-
Pasal 43A ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Dirjen Pajak
berdasarkan informasi, data, laporan, dan pengaduan berwenang melakukan
pemeriksaan bukti permulaan sebelum dilakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan. Informasi, data, laporan, dan pengaduan yang diterima oleh
DJP akan dikembangkan dan dianalisis melalui kegiatan intelijen atau
241
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Pasal 43A ayat (4) Undang-Undang KUP mengatur bahwa tata cara
pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan diatur dengan
atau berdasarkan PMK.46 Yang dimaksud IDLP sebagai berikut.
Pasal 43A ayat (2) UU KUP mengatur bahwa dalam hal terdapat indikasi tindak
pidana di bidang perpajakan yang menyangkut petugas Direktorat Jenderal
Pajak, Menteri Keuangan dapat menugasi unit pemeriksa internal di lingkungan
Departemen Keuangan untuk melakukan pemeriksaan bukti permulaan.
Pasal 43A ayat (3) UU KUP mengatur bahwa apabila dari bukti permulaan
ditemukan unsur tindak pidana korupsi, pegawai DJP yang tersangkut wajib
diproses menurut ketentuan hukum Tindak Pidana Korupsi.
1.13. Penyidikan
No Pasal Ketentuan
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan DJP yang diangkat sebagai
penyidik tindak pidana di bidang perpajakan oleh pejabat yang berwenang
adalah penyidik tindak pidana di bidang perpajakan. Penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur dalam Undang-
Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
243
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
a. bantuan teknis;
b. bantuan taktis;
c. bantuan upaya paksa; dan/atau
d. bantuan konsultasi dalam rangka penyidikan.
Pasal 44B ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa untuk kepentingan
penerimaan negara, atas permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat
menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan paling lama dalam
jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permintaan. Dalam
penjelasannya disyaratkan Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak
pidana perpajakan sepanjang perkara pidana tersebut belum dilimpahkan ke
pengadilan.55
a. jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang seharusnya tidak
dikembalikan; atau
b. jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan
pajak, dan/atau bukti setoran pajak,
245
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
a. jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang seharusnya tidak
dikembalikan; atau
b. jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan
pajak, dan/atau bukti setoran pajak, ditambah jumlah sanksi administrasi
berupa denda sebesar empat kali jumlah kerugian pada pendapatan negara
tersebut.
Jumlah pajak dihitung berdasarkan berita acara pemeriksaan ahli yang dilakukan
sebelum pengajuan permintaan penghentian Penyidikan oleh Menteri Keuangan
kepada Jaksa Agung.60 Untuk mengetahui kerugian pada pendapatan negara,
Wajib Pajak harus meminta informasi secara tertulis kepada Dirjen Pajak.61 Atas
permintaan Wajib, Dirjen Pajak atau pejabat yang ditunjuk harus memberikan
247
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2013). Asas Teori dan Praktek Hukum PIdana Korupsi. Yogyakarta: UII
Press.
Malimar. (1998). 101 Putusan MPP dalam Upaya Menegakkan Keadilan Pajak.
Jakarta: STPI.
249
PUSDIKLAT PAJAK