Oleh :
Yulina Sekar Arum 4401419023
Nindya Ajeng Mandasari 4401419024
Syifa Zukhruf Asshoumy 4401419037
Dosen Pengampu:
Dr.Lisdiana, M.Si
A. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami proses hematopoiesis
B. Teori
Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan
perantara jaringan arteri, vena dan kapiler, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi,
panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah manusia terdiri atas plasma
darah, globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat, protein dan hormon), dan gas
(oksigen, nitrogen dan karbon dioksida). Sedangkan plasma darah terdiri atas eritrosit (sel
darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (platelet). Sel darah merah yang
berukuran kurang dari 6 µm dinamakan sel mikrosit dan yang berukuran lebih dari
normal (9 µm - 12 µm) dinamakan sel makrosit.
Komposisi molekuler sel darah merah menunjukkan bahwa lebih dari separuhnya
terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi padat. Secara keseluruhan isi sel
darah merah merupakan substansi koloid yang homogen, sehingga sel ini bersifat elastis
dan lunak. Sel darah merah dibatasi oleh membran plasma yang bersifat semipermeabel
dan berfungsi untuk mencegah agar koloid yang dikandungnya tetap di dalam. Tekanan
osmosis di luar sel darah merah haruslah sama dengan tekanan di dalam sel darah merah
agar terdapat keseimbangan.
Apabila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan hipertonis maka air dalam
sel darah merah akan mengalir ke luar yang akan berakibat bentuk sel darah merah
menjadi berkerut seperti berduri (sel burr). Sebaliknya, apabila sel darah merah
dimasukkan dalam larutan hipotonis, maka air akan masuk ke dalam sel darah merah
sehingga sel darah merah menggembung sampai dapat pecah. Peristiwa tersebut
dinamakan hemolisis yang ditandai dengan merahnya larutan oleh karena keluarnya
hemoglobin.
Membran plasma pada sel darah merah dapat mengalami kerusakan, sehingga
tidak dapat melakukan fungsi yang diembannya. Jenis kerusakan dapat beraneka ragam,
dapat karena tusukan, robek, putus, terkena senyawa kimia, dan sebagainya. Membran
plasma berfungsi untuk menyelubungi sebuah sel dan membatasi keberadaan sebuah sel,
juga memelihara perbedaan- perbedaan pokok antara isi sel dengan lingkungannya serta
sebagai filter untuk memilih dan memilah-milah bahan bahan yang melintasinya dengan
tetap memelihara perbedaan kadar ion di luar dan di dalam sel.
Fragilitas eritrosit merupakan reaksi membran eritrosit untuk melawan tekanan
osmosis media di sekelilingnya, untuk mengetahui berapa besar fragilitas atau daya
tegang dinding eritrosit dapat diketahui dengan menaruh eritrosit dalam berbagai larutan
(biasanya NaCl) dengan tekanan osmosis yang beragam. Konsentrasi larutan dengan
tekanan osmosis tertentu akan memecah eritrosit, inilah yang menunjukkan fragilitas
eritrosit tersebut.
Darah mengandung berjuta-juta eritrosit yang umurnya tidak sama. Bila membran
tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan
pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya
bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar
menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi).
Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam
medium luar eritrosit. Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga
hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran
eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis
dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu,
pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dan lain-lain.
Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl
hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit
melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit
menggembung.
Hematopoesis adalah proses pembentukan dan perkembangan berbagai tipe sel
darah dan elemenelemen yang terbentuk lainnya. Produk akhir dari proses ini adalah sel
darah merah, sel darah putih dan keeping darah (1). Para ahli biologi mengklasifikasikan
sel punca. Sel proliferasi adalah sel-sel punca yang mempunyai sifat aktif berkembang
dan berdiferensiasi sedangkan. nonproliferasi adalah sel punca yang tidak aktif
berkembang dan berdiferensiasi. Sel-sel nonproliferasi akan memasuki fase proliferasi
dengan laju nonlinier untuk akhirnya berkembang dan berdiferensiasi membentuk sel-sel
darah yang matur. Baik sel proliferasi maupun sel nonproliferasi dapat mengalami
kematian karena adanya apoptosis (2). hematopoietik menjadi sel proliferasi dan
nonproliferasi
Pada manusia, hematopoiesis dimulai di kantung kuning telur dan bertransisi ke
hati sementara sebelum akhirnya membentuk hematopoiesis definitif di sumsum tulang
dan timus. Eksperimen dengan embrio manusia mengkonfirmasi pengamatan di
hemangioblast, prekursor umum untuk sel endotel dan hematopoietik. Pada manusia,
HSC hadir di dekat sel endotel (Tavian et al., 2010), dan mengalirkan sel endotel
vaskular yang disortir sitometri dari jaringan pembentuk darah janin dan embrio manusia
yang dikultur di atas lapisan sel stroma MS-5 menjalani hematopoiesis (Tavian et al.,
2010). Sel-sel endotel ini disortir dari aorta embrionik manusia antara hari ke 27 dan hari
ke 40 perkembangan, yaitu saat HSC hadir di wilayah ini. Studi menggunakan
transplantasi HSC dari embrio manusia ke tikus yang kekurangan kekebalan telah
mengkonfirmasi bahwa HSC manusia definitif pertama lahir di AGM (Ivanovs et al.,
2011). Asal embrionik hematopoiesis pada manusia telah ditinjau oleh Tavian et al.
(Tavian et al., 2010).
C. Prosedur
1. Buatlah mind map tentang proses hematopoiesis menggunakan gambaran manual/
CorelDraw/ Ps/ PowerPoint/ dll., usahakan dibuat secara sistematis!
Daftar Pustaka