KABUPATEN TEGAL
Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
2021
i
LAPORAN PENDAHULUAN
1. KONSEP DASAR
A. Definisi
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
di sebabkan karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat defisiensi insulin atau
resistensi insulin(Suryono, 2018).
B. Klasifikasi
Menurut Rudjianto (2014) klasifikasi DM menurut Americans Diabetes Associations,
yaitu:
1. Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe ini terjadi akibat kerusakan pancreas yang menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin yang absolut dan seringkali di diagnose pada usia anak – anak
Atau remaja. Kerusakan tersebut di sebabkan oleh proses autoimun dan proses
yang tidak diketahui (idiopatik) Kelangsungan hidup bagi diabetes tipe 1 ini
memerlukan asupan nutrisi dari luar.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Sekitar 95% penyandang diabetes merupakan penyandang diabestes tipe 2
Tingginya kadar glukosa darah disebabkan karena penurunan produksi insulin
oleh pankreas dengan pengaturan pola hidup sehat bersama pemberian opbat –
obatan yang diminum (obat anti diabetes oral)
3. Diabetes mellitus Gestasional
Diabetes gestasional merupakan kelompok para ibu dengan peningkatan kadar
glukosa darah yang abnormal pada saat kehamilan dan akan kembali normal
2
setelah melahirkan. Tipe ini merupakan faktor terjadinya diabetes mellitus pada
masa mendatang.
C. Patofisiologi
Menurut Brunner dan Sudarth dalam Nuari (2017) pada DM tipe 1 terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel sel pankreas telah dihancurkan
oleh proses auto imun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap ada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial
(sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut di
esksresikan dalam urine (glukosuria). Ekresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan
dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotic. Pasien
mengalami peningkatan dalam berkemih (polyuria) dan rasa haus (polidipsi).
Pada DM Tipe II terdapat masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan sel.
Resistensi insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa darah
harus terdapat peningkatan insulin yang di eksresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkatkan. Namun jika sel – sel tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes Tipe II.
Sedangkan pada diabtes gestasional terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes
sebelum kehamilan nya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresei
hormone – hormone plasenta. Seseudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada
wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal.
3
D. Patogenesis
Patogenesis Diabetes mellitus tipe 1 terjadi akibat destruksi autoimun terhadap sel beta
pankreas sehingga produksi insulin menurun. Beberapa tahapan terjadinya DM tipe 1
yaitu Tahap pertama, harus ada kerentanan genetik terhadap penyakit ini. Meskipun
mekanisme pewarisan menurut hukum Mendel belum jelas tetapi penurunan ini
diperkirakan autosomal dominan, resesif dan campuran. Tahap kedua, keadaan
lingkungan yang mendukung biasanya memulai proses ini pada individu dengan
kerentanan genetik. Infeksi virus diyakini merupakan satu mekanisme pemicu, tetapi
agen noninfeksius juga dapat terlibat. Tahap ketiga, adanya peradangan pada pankreas
yang sering disebut dengan insulitis. Pada keadaan ini makrofag dan limfosit T
teraktivasi dan menginfiltrasi pulau langerhans di pankreas sebelum atau bersama-sama
dengan berkembangnya Diabetes. Tahap keempat, adalah perubahan atau transformasi sel
Beta sehingga tidak lagi dikenali sebagai “sel sendiri” tetapi dianggap oleh sel imun
sebagai “sel asing”. Sehingga terbentuk antibodi sitotoksik dan bekerja bersama-sama
dengan mekanisme imun seluler yang berdampak pada kerusakan sel Beta pankreas dan
timbulnya Diabetes (Daniel W Foster,2014).
Patogenesis DM tipe 2 jauh lebih sedikit diketahui padahal paling sering ditemukan.
Tidak ada bukti bahwa mekanisme autoimun berperan. Dua defek metabolik yang
menandai DM tipe 2 adalah gangguan sekresi insulin pada sel beta dan ketidakmampuan
jaringan perifer berespons terhadap insulin(resistensi insulin) (Kumar, 2004). Terdapat 3
fase terjadinya DM tipe 2 yaitu Fase pertama, glukosa plasma tetap normal 7 meskipun
terlihat resistensi insulin karena kadar insulin yang meningkat. Pada fase kedua, resistensi
insulin cenderung memburuk sehingga meskipun konsentrasi insulin meningkat, tampak
intoleransi glukosa dalam bentuk hiperglikemia setelah makan. Fase ketiga, resistensi
insulin tidak berubah , tetapi sekresi insulin menurun, menyebabkan hiperglikemia puasa
dan diabetes yang nyata. Jadi, sekresi insulin meningkat dikarenakan adanya defek pada
sel beta pankreas dan untuk mengkompensasi keadaan resistensi. Namun hipersekresi
insulin akan semakin menyebabkan resistensi insulin, sehingga menyebabkan kadar
glukosa tinggi yang nyata dalam darah (Daniel W Foster,2014).
4
E. Tanda dan gejala
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik Gejala akut diabetes melitus
yaitu :
Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk
tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai
kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada
pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.
Komplikasi diabetes melitus akut bisa disebabkan oleh 2 hal, yaitu peningkatan dan
penurunan kadar gula darah yang drastis. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera.
Jika terlambat ditangani, bisa menyebabkan hilangnya kesadaran, kejang, hingga kematian.
Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketika terjadi penurunan kadar gula darah secara drastis akibat
tingginya kadar insulin dalam tubuh, terlalu banyak mengonsumsi obat penurun gula darah,
atau terlambat makan.
Gejalanya meliputi penglihatan kabur, jantung berdetak cepat, sakit kepala, tubuh gemetar,
keringat dingin, dan pusing. Kadar gula darah yang terlalu rendah, bahkan bisa menyebabkan
pingsan, kejang, dan koma.
5
Ketosiadosis diabetik (KAD)
Ketosiadosis diabetik adalah kondisi kegawatan medis akibat peningkatan kadar gula darah
yang terlalu tinggi. Ini adalah komplikasi diabetes melitus yang terjadi ketika tubuh tidak
dapat menggunakan gula atau glukosa sebagai sumber bahan bakar, sehingga tubuh
mengolah lemak dan menghasilkan zat keton sebagai sumber energi.
Jika tidak segera mendapat penanganan medis, kondisi ini dapat menimbulkan penumpukan
zat asam yang berbahaya di dalam darah, sehingga menyebabkan dehidrasi, koma, sesak
napas, atau bahkan kematian.
Kondisi ini juga merupakan salah satu kegawatan medis pada penyakit kencing manis,
dengan tingkat kematian mencapai 20%. HHS terjadi akibat adanya lonjakan kadar gula
darah yang sangat tinggi dalam waktu tertentu. Gejala HHS ditandai dengan haus yang berat,
kejang, lemas, gangguan kesadaran, hingga koma.
Komplikasi jangka panjang biasanya berkembang secara bertahap saat diabetes tidak dikelola
dengan baik. Tingginya kadar gula darah yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu akan
meningkatkan risiko komplikasi, yaitu kerusakan serius pada seluruh organ tubuh.
6
Deteksi dini dan pengobatan retinopati secepatnya dapat mencegah atau menunda
kebutaan.
Diagnosis sejak dini, mengontrol glukosa darah dan tekanan darah, pemberian obat
obatan pada tahap awal kerusakan ginjal, serta membatasi asupan protein adalah cara
yang bisa dilakukan untuk menghambat perkembangan diabetes yang mengarah kepada
gagal ginjal.
Tingginya kadar gula dalam darah dapat merusak pembuluh darah dan saraf di tubuh,
terutama kaki. Kondisi yang biasa disebut neuropati diabetik ini terjadi ketika saraf
mengalami kerusakan, baik secara langsung akibat tingginya gula darah maupun
karena penurunan aliran darah menuju saraf.
Komplikasi ini juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi atau impotensi pada pria.
Sebenarnya, kerusakan saraf bisa dicegah dan ditunda jika diabetes terdeteksi sejak
7
dini. Dengan demikian, kadar gula darah bisa dikendalikan dengan menerapkan pola
makan dan pola hidup sehat, serta mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter.
Masalah pada kulit dan luka pada kaki juga umum terjadi jika mengalami komplikasi
diabetes. Hal ini disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah dan saraf, serta
terbatasnya aliran darah ke kaki. Gula darah yang tinggi juga memudahkan bakteri dan
jamur berkembang biak. Terlebih jika adanya penurunan kemampuan tubuh untuk
menyembuhkan diri sebagai akibat dari diabetes. Dengan demikian, masalah pada
kulit dan kaki pun tak dapat terelakkan.
Jika tidak dirawat dengan baik, kaki penderita diabetes berisiko mudah luka dan
terinfeksi sehingga menimbulkan gangren dan ulkus diabetikum. Penanganan luka
pada kaki penderita diabetes adalah dengan pemberian antibiotik, perawatan luka
dengan benar, atau bahkan amputasi bila kerusakan jaringan sudah parah.
5. Penyakit kardiovaskular
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah. Ini
dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah di seluruh tubuh, termasuk jantung.
Komplikasi diabetes melitus yang menyerang jantung dan pembuluh darah, meliputi
penyakit jantung, stroke, serangan jantung, dan penyempitan arteri (aterosklerosis).
Mengontrol kadar gula darah dan faktor risiko lainnya dapat mencegah dan menunda
komplikasi pada penyakit kardiovaskular.
Selain kelima komplikasi di atas, komplikasi diabetes melitus lainnya bisa berupa
gangguan
8
Prinsip utama penanganan komplikasi diabetes melitus adalah dengan mengendalikan
kadar gula darah agar tidak merusak organ-organ tubuh. Penanganan yang diberikan
mencakup pengobatan secara medis, pengaturan gizi, dan penerapan pola hidup
sehat untuk penderita diabetes. Semakin baik Anda mengelola kadar gula darah, tekanan
darah, dan kadar lemak darah, semakin rendah risiko terjadinya komplikasi diabetes
melitus. Anda dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rutin ke dokter agar penyakit
diabetes dapat dikelola dengan baik.
Pola makan yang tepat dan penerapan pola hidup sehat dengan cara rajin berolahraga,
menjaga berat badan, menghentikan kebiasaan merokok, serta menghindari peningkatan
tekanan darah dan kolesterol, akan mendukung Anda untuk tetap sehat dan menurunkan
risiko terjadinya komplikasi diabetes melitus.
Jika Anda mengalami salah satu gejala atau diketahui memiliki faktor risiko seperti yang
telah dijelaskan di atas, segera konsultasikan ke dokter. Jangan mengabaikan tanda dan
gejala yang timbul, karena dapat mempersulit proses pengobatan dan pemulihan
komplikasi diabetes melitus.
G. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima sesuai dengan
Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien DM. Tujuan Penatalaksanaan DM adalah :
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan
darah, berat badan dan profil lipid,melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan
mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
9
Diet Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masingmasing individu. Pada penyandang diabetes perlu
ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah
makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau
insulin. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% danprotein 10-15%. Untuk menentukan
status gizi, dihitung dengan BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau
Body Mass Index (BMI) merupupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau
status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan. Untuk mengetahui nilai IMT
H. Data Penunjang
11
12