Dosen Pembimbing :
Mizam Ari Kurniyanti S.Kep., Ners., M.Kep
Penulis
i
MOJOK MILENIAL REMAJA (MOMIRE)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
B. TUJUAN ...................................................................................................... 4
C. SASARAN ................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
A.Pengertian ................................................................................................... 5
B.Fase Usia Remaja ....................................................................................... 5
C.Tumbuh Kembang remaja .......................................................................... 5
D.Tahap Tumbuh Kembang Remaja.............................................................. 7
E.Tugas remaja dalam perkembangan .......................................................... 8
F.Karakteristik sifat remaja ............................................................................ 9
G.Perkembangan remaja .............................................................................. 10
H.Dampak Perubahan remaja ...................................................................... 12
I. Penyebab Perubahan Pubertas ................... Error! Bookmark not defined.
J. Masalah kesehatan reproduksi remaja ...... Error! Bookmark not defined.
K. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi ........ Error! Bookmark not defined.
L.Penyalahgunaan NAPZA ........................................................................... 17
M.Permasalahan pada remaja ketika masa pubertas ................................. 17
N.Penanganan masalah kesehatan reproduksi remaja .............................. 18
O.Intervensi untuk mengatasi masalah reproduksi pada remaja ........ Error!
Bookmark not defined.
BAB III PENGENALAN REPRODUKSI (PENSI) BERSAMA MOJOK MILENIAL
REMAJA (MOMIRE) ......................................................................................... 22
A. Filosofi Pojok Remaja .............................................................................. 22
B. Konsep Pojok Remaja ............................................................................. 23
C.Gambaran Pojok Remaja Dalam Peningkatan Kesehatan Reproduksi . 26
D.Manfaat Pojok Remaja .............................................................................. 43
E.Gambaran Website Mojok Momire ........................................................... 43
ii
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI ERA MILENIAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 19
tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 25 tahun 2014, remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja
adalah 10 – 24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10 – 19
tahun di Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau
sekitar 18% dari jumlah penduduk. Di Dunia diperkirakan kelompok remaja
berjumlah 1,2 Miliar atau 18% dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2018).
Menurut data PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Jawa
Timur tahun 2020, remaja yang berhubungan seksual pra nikah sebanyak 863
orang, hamil pra nikah 452 orang, Infeksi menular seksual 283 orang,
masturbasi 337 orang, aborsi 244 orang. Kasus ini meningkat dari tahun 2019
dimana kasus remaja yang berhubungan seksual pra nikah 765 orang, hamil
pra nikah 367 orang, infeksi menular seksual 275 orang, masturbasi 322
orang, aborsi 166 orang (PILAR PKBI, 2020).
Kesehatan reproduksi remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun
intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar,
serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului
oleh pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil dalam
menghadapi konflik tidak tepat, maka remaja akan jatuh dalam perilaku
berisiko dan menanggung akibat baik jangka pendek dan jangka panjang.
(Pusdatin Kemenkes RI, 2014)..Menjaga kesehatan reproduksi pada masa
remaja sangat penting, karena pada masa ini organ organ seksual remaja
telah aktif. Menurut SDKI 2012 KRR menunjukkan tingkat pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah dengan hasil 73,46%
remaja laki laki dan 75,6 % remaja perempuan usia 15-19 tahun di indonesia
tidak mengetahui pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi.
Remaja merupakan masa dimulainya perkembangan organ-organ
reproduksi. Kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
dapat menimbulkan masalah dalam kesehatan reproduksinya. Remaja
1
2
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui defenisi kesehatan reproduksi
b. Mengetahui pembagian usia remaja
c. Mengetahui reproduksi pada remaja
d. Mengetahui bahaya seks bebas
e. Mengetahui solusi mencegah seks bebas
f. Tersedianya pedoman peningkatan pendidikan kesehatan reproduksi
remaja melalu progam MOMIRE (Mojok Milenial Remaja).
g. Membentuk remaja secara mandiri dalam meningkatkan pengetahuan
dan menangani dalam mencegah masalah kesehatan reproduksi.
D. SASARAN
1. Bagi seluruh remaja dalam konteks komunitas & keluarga.
2. Kelompok pendamping remaja peer Group (kelompok teman sebaya).
3. Keluarga yang memiliki anggota usia remaja.
MENGENAL KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Pada
periode ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan berbagai hal baik
hormonal, fisik, psikologis, maupun sosial (Abrori & Qurbaniah, 2017). Pada
masa remaja terjadi laju pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun
psikis terutama pada kematangan organ reproduksi.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian
perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian
kematangan masa dewasa sudah dicapai. Bagian dari masa kanak-kanak itu
antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus
bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses
kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan
kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak
(Hurlock, 2014).
Kesehatan reproduksi (Kespro) adalah keadaan sejahtera fisik, mental,
dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi peran
sistem reproduksi (Hurlock, 2017).
5
6
yang mempunyai sifat yang sama pada dirinya. Remaja cendrung berada
dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang
mana. Pada fase remaja madya ini mulai timbul keinginan untuk
berkencan dengan lawan jenis dan berkhayal tentang aktivitas seksual
sehingga remaja mulai mencoba aktivitas-aktivitas seksual yang mereka
inginkan. Sarwono (2011) dan Hurlock (2011).
3. Remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai
dengan pencapaian 5 hal, yaitu :
a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang dan
dalam pengalaman-pengalaman yang baru.
c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri.
e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
publik. Sarwono (2011) dan Hurlock (2011).
G. Perkembangan Remaja
1. Perkembangan Fisik
Pada anak laki-laki tumbuhnya kumis dan jenggot, jakun dan
suara membesar. Puncak kematangan seksual anak laki-laki adalah
dalam kemampuan ejakulasi, pada masa ini remaja sudah dapat
menghasilkan sperma. Ejakulasi ini biasanya terjadi pada saat tidur dan
diawali dengan mimpi basah (Sarwono, 2011).
Pada anak perempuan tampak perubahan pada bentuk tubuh
seperti tumbuhnya payudara dan panggul yang membesar. Puncak
kematangan pada remaja wanita adalah ketika mendapatkan menstruasi
pertama (menarche). Menstruasi pertama menunjukkan bahwa remaja
perempuan telah memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga
akan keluar bersama darah menstruasi melalui vagina atau alat kelamin
wanita (Sarwono, 2011).
2. Perkembangan Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif remaja menurut Piaget (dalam
Elisabet,2013) menjelaskan bahwa selama tahap operasi formal yang
terjadi sekiyar usia 11-15 tahun. Seorang anak mengalami perkembangan
penalaran dan kemampuan berfikir untuk memecahkan persoalan yang
dihadapinya berdasarkan pengalaman langsung. Struktur kognitif anak
11
dan afeksi, atau rasa kasih sayang dan perasaan bahagia. (Zaenuddin,
2015).
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “Badai
dan Tekanan”, sesuatu masa dimana ketegangan emosi meninggi
sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Pertumbuhan yang
terjadi terutama bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk pada
masa puber. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki
dan perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi
baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan
diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu (Hurlock, 2014)
Masa remaja merupakan “badai dan tekanan”, masa stress full
karena ada perubahan fisik dan biologis serta perubahan tuntutan dari
lingkungan, sehingga diperlukan suatu proses penyesuaian diri dari
remaja. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan.
Namum benar benar juga bila sebagian besar remaja mengalami
ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha
penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru.
(Nurfajriyah, 2016)
oleh More, bahwa remaja laki-laki lebih memiliki kesempatan yang banyak
untuk menyesuaikan dirinya dalam kejadian perubahan pada remaja ini
dibandingkan dengan remaja perempuan diakibatkan kepesatan
perkembangan yang terjadi pada remaja perempuan, walaupun rangsangan
yang ditimbulkan sama kuatnya bahkan lebih kuat bagi pria. Karena
mencapai kematangan lebih awal, remaja perempuan akan menunjukkan
tanda-tanda perilaku yang mengganggu, namun remaja perempuan lebih
cepat stabil dari pada remaja laki-laki (Theresia et al., 2020).
Kematangan lebih awal pada remaja perempuan ini dapat mengakibatkan
remaja perempuan berperilaku lebih dewasa dan lebih berpengalaman,
namun penampilan dan tindakannya dapat menimbulkan reputasi “kegenitan
seksual”, hal ini dapat menyebabkan ia mengalami salah langkah bersama
teman-temannya dibandingkan remaja laki-laki yang matang lebih awal.
Keprihatinan juga dialami oleh remaja perempuan seiring perubahan fisiknya
dengan gambaran penampilan diri yang ideal sehingga remaja tidak jarang
mempertimbangkan realitas bawaan fisik seseorang dengan gambaran ideal.
Keprihatinan umum lainnya yang dialami pada remaja yaitu ketegangan dan
ketidaknyamanan karena berkembangnya organ - organ seks sering
menyebabkan remaja untuk memeganginya. Sebagian besar remaja
diberitahu bahwa perbuatan masturbasi merupakan perbuatan yang salah,
dan remaja akan merasa malu dan bersalah bila melakukannya (Ract,
2014).
Akan tetapi selain faktor jenis kelamin, faktor seperti gizi, kesehatan, dan
lingkungan keluarga juga mempunyai peran penting dalam masa puber
ini.
4. Menstruasi, yaitu proses peluruhan lapisan endometrium yang banyak
mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina yang terjadi
secara berkala dan tergantung dengan siklusnya.
5. Mimpi basah, yaitu keluarnya cairan sperma tanpa adanya rangsangan
pada saat tidur, biasanya terjadi pada saat mimpi tentang seks. Jika tidak
terjadi pengeluaran, sperma ini akan diserap kembali oleh tubuh.
Kehamilan, yaitu suatu proses di mana bertemunya sel telur wanita
dengan sel sperma laki-laki yang akan membentuk zigot yang merupakan
cikal bakal janin Zigot ini akan menempel dan berkembang di dalam
rahim sampai akhirnya akan dilahirkan sebagai neonates/bayi.
6. Risiko hubungan seksual pra nikah. Yang mencakup dalam hal ini adalah
kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, dan penyakit menular seksual.
7. HIV dan AIDS, cara penularannya dan cara pencegahannya. HIV adalah
human immunodeficiency virus, merupakan virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya dapat menyebabkan AIDS.
AIDS adalah acquired immune deficiency syndrome, yaitu kumpulan
berbagai gejala penyakit akibat melemahnya atau rusaknya sistem
kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Cara penularan HIV dan
AIDS adalah hubungan seskual yang tidak aman (tidak menggunakan
kondom) dengan orang yang sudah terinfeksi, penggunaan jarum suntik
yang tidak steril dan/atau bergantian, transfusi darah dari donor yang
terinfeksi HIV, dan penularan dari ibu ke bayi yang dikandungnya, serta
dari pemberian ASI dari ibu yang sudah terinfeksi ke bayinya. Cara
pencegahannya,yaitu memilih untuk tidak berhubungan seksual, setia
kepada pasangan,penggunaan kondom secara konsisten dan benar,
tidak menggunakan NAPZA dan tidak menggunakan jarum suntik secara
bergantian.
8. Pengetahuan tentang NAPZA.
17
L. Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid, alkohol,
ekstasi, ganja, morfin, heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk
ke dalam tubuh akan mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat
tersebut adalah penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri,
ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa dan pengaruh-
pengaruh lain. Penggunaan NAPZA ini berisiko terhadap kesehatan
reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh terhadap
meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum suntik juga
meningkatkan risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat menular
melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian (Joit, 2014).
22
23
rasa sakit pada saat kencing dan terdapat keputihan kental berwarna
kekuningan. Akibat penyakit GO, pada laki-laki dan perempuan,
seringkali berupa kemandulan. Pada perempuan bisa juga terjadi
radang panggul, dan dapat diturunkan kepada bayi yang baru lahir
berupa infeksi pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan.
Gejala kambuh lagi seperti di atas namun tidak senyeri tahap awal
bila ada faktor pencetus (stres, haid, minuman/makanan beralkohol)
dan biasanya menetap hilang timbul seumur hidup Pada perempuan,
seringkali menjadi kanker mulut rahim beberapa tahun kemudian.
Penyakit ini belum ada obat yang benar-benar mujarab, tetapi
pengobatan anti virus bisa mengurangi rasa sakit dan lamanya
episode penyakit.
4. Clamidia
33
5. Trikomoniasis vaginalis
34
6. Kandidiasis vagina
Kandidiasis vagina merupakan keputihan yang disebabkan oleh
jamur Candida albicans. Pada keadaan normal, jamur ini terdapat di
kulit maupun di dalam liang kemaluan perempuan. Tetapi pada
keadaan tertentu, jamur ini meluas sedemikian rupa sehingga
menimbulkan keputihan.
Gejalanya berupa keputihan berwarna putih seperti susu,
bergumpal, disertai rasa gatal panas dan kemerahan pada kelamin
dan di sekitarnya. Penyakit ini tidak selalu tergolong PMS, tetapi
pasangan seksual dari perempuan yang terinfeksi jamur ini dapat
mengeluh gatal dengan gejala bintik-bintik kemerahan di kulit kelamin.
7. Kutil
35
Kelamin
Penyebabnya adalah human papilloma virus (HPV) dengan gejala
yang khas yaitu terdapat satu atau beberapa kutil di sekitar kemaluan.
Pada perempuan, dapat mengenai kulit di daerah kelamin sampai
dubur, selaput lendir bagian dalam liang kemaluan sampai leher
rahim. Bila perempuan hamil, kutil dapat tumbuh sampai besar sekali.
Kutil kelamin kadang-kadang bisa mengakibatkan kanker leher rahim
atau kanker kulit di sekitar kelamin. Pada laki-laki mengenai alat
kelamin dan saluran kencing bagian dalam. Kadang-kadang kutil tidak
terlihat sehingga tidak disadari.
Biasanya laki-laki baru menyadari setelah ia menulari
pasangannya. Sampai sekarang belum ada obat yang dapat secara
tuntas menyembuhkan kutil kelamin. Pengobatan hanya sampai pada
tahap menghilangkan kutilnya saja.
Apa yang bisa and bantu ketika teman anda terkena PMS
(penyakit menular seksual :
1. Anjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter atau petugas
kesehatan, bila perlu kamu mengantarkannya.
2. Anjurkan untuk Jangan malu menyampaikan keluhankeluhan
kepada dokter atau petugas kesehatan.
3. Anjurkan untuk mematuhi aturan pengobatan sesuai petunjuk
dokter/petugas kesehatan.
36
namun justru menimbulkan akibat buruk terhadap fungsi seksual dan organ
tubuh yang lain, selain tentunya kematian.
Para pecandu narkoba umumnya aktif secara seksual, baik laki-laki
maupun perempuan, baik dilakukan secara sadar maupun tidak sadar.
Penggunaan narkoba membuat mereka tidak berpikir panjang akan akibat
dari hubungan seksual yang mereka lakukan. Namun demikian, walaupun
aktif secara seksual bukan berarti mereka mempunyai informasi akurat
mengenai aspek seksualitas dan kesehatan reproduksi, karena pada
umumnya pengetahuan mereka mengenai hal itu sangatlah terbatas.
Jangankan aspek pencegahan kehamilan atau tertular infeksi menular
seksual (IMS) yang dapat dicegah dengan menggunakan kondom, aspek
yang sangat sederhanapun tentang akibat dari hubungan seks yang tidak
aman dapat menyebabkan kehamilan dan IMS-HIV/AIDS saja tidak mereka
ketahui sebelumnya.
Masalah kesehatan reproduksi pada wanita pecandu mencakup beberapa
area, antara lain :
1. Masalah reproduksi
Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan
kematian perempuan yang berkaitan dengan kehamilan dan
narkoba. Termasuk di dalamnya juga masalah gizi dan anemia di
kalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari kehamilan
perempuan penyalah guna narkoba, masalah kemandulan dan
ketidaksuburan akibat penggunaan narkoba. Pelayanan
kesehatan pada perempuan pecandu yang terinfeksi HIV, IMS
atau penyakit menular lainnya.
2. Masalah kekerasan perempuan penyalahguna narkoba.
Kencenderungan adanya kekerasan secara sengaja
kepada perempuan, perkosaan, serta dampaknya terhadap
korban. Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga,
serta mengenai berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan.
Sikap masyarakat mengenai kekerasan perkosaan dan langkah-
langkah untuk mengatasi hal tersebut.
3. Masalah penularan penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual
39
Setiap remaja berhak dan harus berani menyatakan ‘tidak’ atau menolak
dengan tegas setiap faktor yang berpotensi untuk menimbulkan
pelecehan seksual terhadap mereka. Patut diketahui, bahwa hanya
dengan keberanian dan ketegasan, mereka akan terhindar dari
kemungkinan menjadi korban pelecehan seksual.
5. Kemampuan Membela Diri
Tidak ada salahnya para remaja untuk memperlengkapi diri mereka
dengan kemampuan membela diri, baik secara fisiologis maupun secara
fisiologis. Dengan demikian mereka mampu membela diri dari bujuk rayu
maupun kekerasan fisik dari orang lain yang ingin melecehkan mereka.
Kemampuan membela diri juga akan meningkatkan rasa percaya diri
mereka untuk menghadapi berbagai serangan dan godaan, baik dari
dalam maupun dari luar diri mereka.
6. Hindari Berduaan dengan Lawan Jenis
Salah satu kesempatan untuk melakukan pelecehan seksual adalah
pada saat berdua-duaan. Dorongan seks para remaja yang kuat
menyebabkan remaja acap kali tidak mampu mengendalikan diri
sehingga terjadi pelecehan seksual.
7. Menghindari Daerah/Jalan Yang Gelap/ Sepi
Pelecehan seksual atau kejahatan pada umumnya terjadi karena terbuka
kesempatan untuk melakukannya. Misalkan daerah yang gelap, sepi,
atau jauh dari pusat perhatian orang lain sehingga pelaku merasa aman
dan nyaman ketika melakukannya. Oleh karena itu, para remaja
sebaiknya menghindari wilayah yang gelap atau jauh dari perhatian
orang tersebut terutama ketika sendirian.
8. Menghindari Tontonan Yang Berpotensi Menimbulkan Hasrat Seksual
Salah satu faktor yang mendorong terjadinya pelecehan seksual di
kalangan remaja adalah tontonan atau bacaan yang membangkitkan
gairah, nafsu maupun hasrat seksual mereka. Oleh karena itu hindari
tontonan atu bacaan yang tidak mendidik dan tidak bermoral tersebut.
7. Hak-hak reproduksi
Hak Reproduksi adalah hak semua pasangan dan individu (tanpa
memandang perbedaan kelas sosial, suku, agama, dll) untuk menentukan
secara bebas dan bertanggung jawab jumlah anak dan waktu kelahiran
anak. Hak reproduksi didasarkan pada pengakuan hak asasi manusia,
42
Pada halaman pertama dapat di akses dan dibaca terkait dengan konsep remaja,
dimana secara teori remaja melewati beberharap tahap pertumbuhan dan
perkembangan.
46
Pada halaman ini pembaca dapat mengakses video edukasi terkait kesehatan
reproduksi, tidak hanya itu video dan informasi ini dapat dengan mudah di share
ke teman, saudara , dan masyarakat secara gratis melalui link :
https://pensimojokremaja.blogspot.com/ .
48
DAFTAR PUSTAKA
Fitriana, H., Siswantara, P., Masyarakat, F. K., & Airlangga, U. (2018).
Pendidikan kesehatan reproduksi remaja di smpn 52 surabaya. (July), 107–
118. https://doi.org/10.20473/ijph.vl13il.2018.107-118
Kusumawati, P. D., Ragilia, S., Trisnawati, N. W., & Larasati, N. C. (2018).
Edukasi Masa Pubertas pada Remaja. 1(1), 1–3.
https://doi.org/10.30994/10.30994/vol1iss1pp16
Pengabdian, J., Kebidanan, M., Kencana, U. B., & Group, P. (2020). Universitas
Bhakti Kencana. 2(2), 30–43.
Ract, A. B. S. T. (2014). Pengembangan Edukasi Kesehatan Reproduksi dan
Seksualitas Remaja dengan Metode Game Kognitif Proaktif. 3(2), 123–132.
Rifayanti, R., Pulunggono, G. P., Azyza, Z. F., & Setiani, R. (2017). PENERAPAN
KONSELING DAN PENENTUAN KEINGINAN BUNUH DIRI MELALUI
ALAT PROYEKSI ( SUICIDIE DESIRE PROJECTIVE ). 6(1).
Sosial, P., Poluakan, M. V., Dikayuana, D., Padjadjaran, U., & Sosial, K. (2019).
Potret generasi milenial pada era revolusi industri 4.0. 2, 187–197.
Studi, P., Keperawatan, I., & Jember, U. (n.d.). Pojok remaja : upaya peningkatan
ketrampilan kesehatan reproduksi. 246–255.
Theresia, F., Tjhay, F., & Widjaja, N. T. (2020). FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA DI JAKARTA BARAT Factors Affecting Sexual Behavior of
Junior High School Students in West Jakarta E-mail :
francisca.tjhay@atmajaya.ac.id / frnsc.theresia@gmail.com.
Atmasari, L. (2019). Rancangan Intervensi pada Remaja Berisiko sebagai Upaya
Meningkatkan Kesadaran Kesehatan Reproduksi. Happiness, 3, 77–86.
Melalui, R., Jacare, P., & Care, R. (2021). Pkm panti asuhan as-salam
“optimalisasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendampingan jacare
(remaja care)” tahun 2021. 4(3), 171–182.
Susanto, T., Rahmawati, I., & Sulistyorini, L. (2015). Pojok Remaja : Upaya
Peningkatan Ketrampilan Kesehatan Reproduksi. Jurnal Keperawatan, 3(2),
246–255. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2601
Tinggi, S., Kesehatan, I., Tinggi, S., Kesehatan, I., Senja, A. O., Widiastuti, Y. P.,
Studi, P., Keperawatan, I., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Tengah, J. (2015).
Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi. FamilyEdu:
Jurnal Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, 1(2), 85–92.
Pengabdian, J., Kebidanan, M., Kencana, U. B., & Group, P. (2020). Universitas
Bhakti Kencana. 2(2), 30–43.
Sosial, P., Poluakan, M. V., Dikayuana, D., Padjadjaran, U., & Sosial, K. (2019).
Potret generasi milenial pada era revolusi industri 4.0. 2, 187–197.