Anda di halaman 1dari 2

Bahasa mempunyai dua aspek mendasar, yaitu bentuk dan makna.

Aspek bentuk meliputi bunyi,


tulisan, dan strukturnya. Aspek makna meliputi makna leksikal, fungsional, dan struktural. Jika
diperhatikan lebih rinci lagi, kita akan melihat bahasa dalam bentuk dan maknanya menunjukkan
perbedaan kecil maupun perbedaan yang besar antara pengungkapan yang satu dengan
pengungkapan yang lainnya. Misalnya, perbedaan dalam hal pengucapan /a/ yang diucapkan oleh
seseorang dari waktu satu ke waktu yang lain. Begitu juga dalam hal pengucapan kata /putih/ dari
waktu yang satu ke waktu yang lain mengalami perbedaan. Perbedaan-perbedaan bentuk bahasa
seperti ini dan yang lainnya dapat disebut dengan variasi bahasa.

Dalam pandangan Sosiolinguistik, bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala individual, tetapi
merupakan gejala sosial. Sebagai gejala sosial,bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya
ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik. Faktor-faktor
nonlinguistik yang memengaruhi pemakaian bahasa, yaitu faktor-faktor sosial (status sosial, tingkat
pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya) Faktor-faktor situasional
menyangkut siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai
masalah apa. Karena faktor-faktor di atas, maka timbul keanekaragaman bahasa yang dimiliki oleh
seluruh umat manusia, atau biasa kita sebut variasi bahasa. Bahasa, dalam praktik pemakaiannya,
pada dasarnya memiliki bermacam-macam ragam. Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai
hakikat variasi bahasa, variasi bahasa dari segi tipe, sumber, level, model, dan jenis variasi bahasa.

Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat
atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen.
Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya
keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu
terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi
bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat
yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak. Yang jelas, variasi
bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan
didalam masyarakat sosial. Namun Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai
(dialek) dan pemakaian (register). Berikut ini akan dibicarakan variasi-variasi bahasa tersebut,
dimulai dari segi penutur ataupun dari segi penggunanya

Waria (lakuran dari kata wanita dan pria) atau wadam (lakuran dari kata hawa dan adam)


adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupan sehari-harinya.
Secara seksual, mereka adalah laki-laki (memiliki alat kelamin layaknya laki-laki), tetapi mereka
mengekspresikan identitas gendernya sebagai perempuan. Keberadaan waria telah tercatat sejak
lama dalam sejarah dan memiliki posisi yang berbeda-beda dalam setiap masyarakat. Namun
demikian, tidak semua waria dapat diasosiasikan sebagai homoseksual. Pilihan menjadi waria sama
sekali tidak berhubungan dengan kondisi biologis (seksual) mereka, melainkan berhubungan
dengan "kebutuhan" mereka untuk mengekspresikan identitas gendernya.
Sebutan bencong atau banci juga dikenakan terhadap waria. Namun sebutan tersebut bersifat
negatif dan terlalu kasar. Sedangkan terminologi priawan adalah kebalikan dari waria, yaitu pria
yang secara biologis wanita, baik yang melakukan transisi ataupun tidak. Pada tanggal 16 Februari
2015 Para Priawan Indonesia mendeklarasikan Persatuan Priawan Indonesia, sebagai wadah dan
Jaringan kerja antar priawan dan pusat informasi mengenai priawan Indonesia.
Umumnya, para waria bekerja di sektor informal seperti mengamen, menjadi pegawai salon, tukang
pijat dan lain-lain. Di beberapa kota besar, seperti Yogyakarta misalnya, kerap dijumpai para waria
mengamen di lampu merah, di warung-warung pinggir jalan, hingga di pasar. Masyarakat umum
bahkan ada yang mengasosiasikan pekerjaan waria sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) karena
kebiasaan mereka yang gemar keluar malam.
Namun demikian, baik identitas sebagai waria maupun pekerjaan yang sedang mereka tekuni,
sering dianggap negatif oleh masyarakat. Identitas gender waria dianggap melanggar kodrat Tuhan
hingga negara, melalui MUI, mengeluarkan fatwa bahwa keberadaan waria adalah haram.
Stereotipe negatif yang dialamatkan kepada waria tidak jarang ada yang berbuah menjadi tindakan
kekerasan. Tidak sedikit waria yang pernah mengalami kekerasan, baik fisik maupun verbal, ketika
sedang menjalankan pekerjaan atau sedang melakukan aktivitas lain seperti mengikuti seminar.
Masyarakat Indonesia secara umum berada di dalam lingkungan dengan
kerangka heteronormatif yang menjadi pondasinya. Kerangka tersebut percaya bahwa hanya ada
dua identitas seksual berikut konstruksi gender yang mengikutinya, yaitu laki-laki dan perempuan.
Menurut kerangka tersebut, laki-laki sewajarnya berpasangan dengan perempuan dan sebaliknya.
Ketika muncul identitas gender lain di luar laki-laki dan perempuan (seperti waria), maka akan
dianggap tidak normal, aneh, dan menyimpang. Terlebih lagi, ketika waria tersebut juga seorang
pecinta sesama jenis (gay), stereotipe negatif tersebut akan semakin sering dialamatkan kepada
mereka. Frame heteronormatif tersebut menjadi awal mula munculnya beragam stereotipe negatif
berikut perlakuan kasar yang dialamatkan oleh masyarakat kepada waria.

Register adalah variasi bahasa berdasarkan ranahnya (domain). Dengan kata


lain, register merupakan variasi bahasa yang digunakan berdasarkan bidang
penggunaan, gaya, tingkat keformalan, dan media penggunaannya, misalnya
bahasa dalam bidang olahraga, sosial media, televisi, jurnalistik, radio, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu register antar satu bidang dengan bidang yang lain
memiliki istilah kata yang berbeda-beda secara kontras (Chaer, 1995: 90).
Bahasa yang digunakan di radio dan komentator sepakbola tentu sangat
berbeda. Ada istilah-istilah tertentu yang hanya terdapat dalam bidang satu dan
tidak ada dibidang yang lainnya. Selain istilah juga terdapat intonasi nada yang
berbeda. Ambil contoh register pembawa berita di TV dengan komentator
sepakbola, beda bukan? Berikut ini contoh dari register siaran radio:

Anda mungkin juga menyukai