OLEH:
KERJASAMA
2009
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....…………………………………………………………………. 1
1.2. Rumusan Permasalahan . ………………………………………………………… 2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Hak otonomi bukan berarti untuk
daerah dengan melibatkan peran aktif masyarakat daerah. Peran aktif masyarakat
dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dibahas bersama dengan
kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama.1 Dalam praktik perda itu bisa
berasal dari eksekutif atau kepala daerah atau inisiatif dari anggota DPRD.
1
Lihat UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Pasal 1 ayat
(7).
1
desentralisasi, dekonsentrasi, dan pembantuan sehingga kesejahteraan masyarakat
2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengatur bahwa hakekat dari otonomi
Indonesia ?
2
2. Bagaimanakah format ideal kerjasama pembangunan antar daerah di Indonesia
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1945 Pasal 1 ayat (1), menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah negara
adalah bahwa susunan negaranya hanya terdiri dari satu negara. Dengan kata lain
pemerintahan negaranya.
Walaupun konsep negara Indonesia sebagai negara kesatuan jika dilihat dari luas
wilayah kurang cocok. Namun, dengan pemberian otonomi inilah kita semua
negara kesatuan terletak pada pemerintah pusat dan tidak pada pemerintah daerah,
2
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, Op Cit
3
Lebih jelas baca Soehino, Ilmu Negara, (Penerbit liberty, Yogyakarta: 2000), hal. 224
4
yang segala kebijaksanaan dilakukan secara terpusat ataupun berbentuk
(pemerintahan) dipencarkan.
Ciri yang melekat pada negara kesatuan, yaitu (1) adanya supremasi dari
parlemen atau lembaga perwakilan rakyat pusat dan (2) tidak adanya badan-badan
bodies). Kedaulatan yang terdapat dalam negara kesatuan tidak dapat dibagi-bagi,
adalah sebagai lawan dari Monarki. Perbedaan antara monarki dan republik,
4
Titik Tri Wulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara, cet.1, (Jakarta: Prestasi
pustaka, 2006), hal.177-178.
5
membedakannya digunakan kriteria suatu pertanyaan tentang bagaimana
kesatuan yang mempunyai dasar-dasar hidup dan dengan demikian negara itu
sedangkan dalam bentuknya yang kongkrit kemauan negara itu menjelma sebagai
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam
wilayah tertentu.
desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari
5
Ibid., hal. 174
6
Ibid., hal. 174-175
7
Republik Indonesia, UU No 32 Tahun 2004, Op.Cit.
6
Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom
Indonesia.8
Saragih tersebut itulah yang dimaknai sebagai otonomi daerah. Istilah otonomi
sendiri secara etimologi berasal dari kata bahasa Yunani, yaitu auto (sendiri), dan
dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil
kesatuan menurut Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, maka yang memberikan
8
Republik Indonesia Ibid
9
Dharma Setyawan Salam, Otonomi Daerah, Dalam Perspektif Lingkungan, Nilai dan Sumber
Daya, cet. 2, (Bandung: Djambatan, 2004), hal.88.
10
Ibid.
11
Ibid., hal. 89.
7
hak, wewenang dan kewajiban kepada daerah yaitu berasal dari Pemerintah Pusat
Kesatuan Republik Indonesia secara historis sudah ada sejak lahirnya Undang-
terjadi di Indonesia.
otonom. Baik dalam definisi daerah otonom maupun otonomi daerah mengandung
bawah ini beberapa definisi yang diungkapkan oleh beeberapa pendapat para ahli
“doktrin” yaitu:
dibentuk pemerintah lokal yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangga
12
Titik Tri Wulan Tutik, Ibid., hal. 178.
8
“Desentralisasi mengandung makna bahwa wewenang untuk mengatur dan
pusat dan agen-agennya kepada unit kementerian pemerintah pusat, unit yang
ada di bawah level pemerintah, otoritas atau korporasi publik semi otonom,
otoritas regional atau fungsional dalam wilayah yang luas, atau lembaga privat
administrasi kepada unit pemerintah sub nasional. Oleh karena itu yang
beberapa pelayanan kepada publik dari seseorang atau agen pemerintah pusta
13
Ibid., hal. 185.
14
Dede Rosyada et al.,Demokrasi, Hak Asasi Manusia &Masyarakat Madani, cet. 2, ( Jakarta: Tim
Icce Uin Jakarta dan Prenada Media: 2005), hal. 150.
15
Ibid., hal. 150.
9
kepada beberapa individu atau agen lain yang lebih dekat ke publikyang
dilayani.16
pusat dan daerah yang mengacu pada UUD 1945, maka: pertama, bentuk
hubungan antara pusat dan daerah tidak boleh mengurangi hak-hak rakyat daerah
Kedua, bentuk hubungan antara pusat dan daerah tidak boleh mengurangi hak-hak
antara pusat dan daerah dapat berbeda-beda antara daerah yang satu dengan
daerah yang lainnya. Keempat, bentuk hubungan antara pusat dan daerah adalah
16
Ibid., hal. 151.
17
Agussalim Andi Gadjong. Pemerintahan Daerah, Kajian Politik dan Hukum (Analisis
Perundang-undangan Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah Semenjak Tahun 1945 sampai
dengan 2004). Ciawi-Bogor. Ghalia Indonesia. Cet-I. 2007. hlm. 79.
18
Bagir Manan, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Berdasarkan Asas Desentralisasi Menurut
UUD 1945, Disertasi, Unpad, Bandung, 1990
10
Ada beberapa alasan ideal mengapa asas desentralisasi diterapkan bagi
suatu pemerintahan yang efisien. Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus
d. Dari sudut kultur, desentralisasi perlu diadakan supaya adanya perhatian dapat
sejarahnya.
karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu
pembangunan tersebut.
desentralisasi, dalam aktualisasinya akan terlihat dengan jelas tidak luput dari
19
Dede Rosyada et al., op.cit., hal. 153.
11
polemik antara pihak yang pro dan kontra atas konsep desentralisasi itu sendiri.
tergantung dari sudut pandang mana desentralisasi itu diartikan. Diantara disiplin
ilmu yang telah memberikan kontribusi dalam kajian desentralisasi dan otonomi
daerah telah dirumuskan dalam “bahasa” yang berbeda, sesuai dengan disiplin
umum, dapat dikategorikan dalam 2 (dua) perspektif utama, yakni: political and
dua perspektif ini terletak pada rumusan definisi dan tujuan desentralisasi itu
governmental power by a central ruling group with other groups, each having
administrasi dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Guna lebih dalam
20
Syamsuddin Haris, Membangun Format Baru Otonomi Daerah, cet. 1, ( Jakarta: LIPI Press,
2006), hal. 68.
12
memahami desentralisasi administrasi, Rondinelli and Cheema (1983:18)
desentralisasi politik lebih menekankan tujuan yang hendak dicapai pada aspek
politis, antara lain: untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan politik para
integrasi nasional. Dalam formulasi yang lebih rinci Smith (1985), kemudian telah
(Pemerintah Pusat), dan dari sisi kepentingan Pemerintah Daerah. Bila di lihat dari
sisi kepentingan Pemerintah Pusat, menurut Smith (1985) sedikitnya ada tiga
21
Ibid.
13
b. Kedua, to provide training in political leadership (untuk latihan
Daerah merupakan wadah yang paling tepat untuk training bagi para politisi
nasional.
sendiri.
14
c. Ketiga, desentralisasi dari sisi kepentingan Pemerintahan Daerah adalah local
responsivenees. Asumsi dasar dari tujuan desentralisasi yang ketiga ini adalah:
diharapkan akan menjadi jalan yang terbaik utnuk mengatasi dan sekaligus
tidak terlepas dari keberadaan suatu sistem yang lebih besar, mengingat asas
22
Titik Tri Wulan, op.cit., hal. 186.
15
Menurut Instituut voor Bestuurswetenschappen dalam laporan penelitian
“besluit”) oleh pejabat pemerintahan (pejabat tun) kepada pihak lain dan
23
Titik Tri Wulan Tutik, op.cit., hal. 181.
24
Ibid hal.181.
25
Indonesia,Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 32 Tahun 2004, ps 1 ayat
(8)
26
Titik Tri Wulan, op.cit., hal. 182.
16
J.B.J.M. ten Berge mengemukakan syarat-syarat delegasi sebagai berikut
a. Delegasi harus definitif, artinya delegasi tidak dapat lagi menggunakan sendiri
delegasi hanya dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk itu dapat peraturan
perundang-undangan;
Dalam mandat ini juga tidak ada sama sekali pengakuan kewenangan
dengan pengertian yang demikian berarti wewenang yang dimiliki oleh organ
27
Ibid., hal,183.
28
Ibid.
17
Pusat di daerah yang melaksanakan tugas-tugas dekonsentrasi adalah bukan suatu
mandat.
terpisah drai organ Pemerintah Pusat. Artinya dalam dekonsentrasi, lembaga yang
hubungan pemerintah pusat dan daerah, seharusnya bertolak dari : (1) Tugas
pembantuan adalah bagian dari desentralisasi, (2) Tidak ada perbedaan pokok
antara otonomi dan tugas pembantuan karena dalam tugas pembantuan terkandung
unsur otonomi, (3) Tugas pembantuan sama halnya dengan otonomi yang
29
Ibid., hal.184.
30
Op Cit Agussalim Andi Gadjong, hal 93
31
Ibid, Dr. Agussalim Andi Gadjong,. hlm. 100.
18
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 untuk menyelenggarakan
Pasal 10
b. pertahanan;
c. keamanan;
d. yustisi;
f. agama.
19
daerah atau dapat menugaskan kepada pemerintahan daerah dan/atau
pemerintahan desa.
(5) Dalam urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di luar urusan
Pemerintah; atau
pemerintah daerah dalam konsep delegasi dan mandat supaya efisiensi dan
berwujud penyerahan secara penuh dan secara tidak penuh yang harus dilandasi
suatu aturan supaya mendapat legitimasi formalistik dalam bingkai hukum, seperti
20
undang pembentukan daerah serta peraturan pemerintah penyerahan kewenangan
e. Suatu wewenang sudah lama diserahkan secara formal kepada daerah, tetapi
sudah tidak sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan atau urusan tersebut tidak
32
Masalah mendasar yang sering terjadi selama ini, mulai terbitnya UU No.1 Tahun 1945 sampai
2005 dengan terbitnya UU No.32/2004 belum secara menyeluruh diterbitkan peraturan pnjabaran
seperti yang diamanatkan oleh undang-undang yang mengatur secara langsung mengenai
21
2.2. Pengertian Pemerintah Dan Pemerintahan Daerah
kaitannya dengan local government dan local autonomy tidak dicerna sebagai
menjadi perhatian local government dan tercakup dalam local autonomy bersifat
locality. Basis politiknya adalah lokalitas dan bukan bangsa. Pemerintahan lokal
(pemerintah pusat)33.
oleh United Nation bahwa daerah otonom mengelola local affairs sebagaimana
dikemukakan oleh Hampton bahwa : local authority are elected bodies and
of national legislation. juga ditegaskan bahwa daerah otonom harus diberikan hak
Biasanya suatu daerah diberi sistem ini karena keadaan geografinya yang unik
hukum-hukum yang khusus, yang hanya cocok diterapkan untuk daerah tersebut.
22
Menurut jenisnya, daerah otonom dapat berupa otonomi teritorial, otonomi
termasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat
keleluasan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri
pembagian politik suatu bangsa yang diberi kuasa oleh undang-undang, yang
lokal, yang merupakan badan hasil pemilihan atau seleksi secara lokal. Mathur
23
dibentuk dengan undang-undang, memiliki tanggung jawab dan biasanya
DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
Secara historis, asal usul dari struktur pemerintahan daerah berasal dari
Eropa di abad ke-11 dan ke-12. beberapa istilah yang digunakan untuk
pemerintahan daerah masih termasuk lama, berasal dari Junani dan Latin kuno.
(kota atau kotamadya) dan varian-variannya berasal dari istilah hukum Romawi
municipium. City (kota besar) berasal dari istilah Romawi civitas, yang juga
berasal dari kata civis (penduduk). County (kabupaten) berasal dari comutates,
yang berasal dari kata comes, kantor dari seorang pejabat kerajaan.
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
37
S.N. Jha dan P.C. Mathur, Decentralization and Local Politics, 1st Published, New Delhi: Sage
Publications India Ltd., 1999, hlm. 58. “…a local government as a political devision of nation (or,
in a federal system, a state) wich is constituted by law and has substansial control of local affair,
including the powers to impose taxes or to extract labour for prescribed purposes”.
38
Lihat Pasal 1 angka 2 dan 3 UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
24
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Sedangkan Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau
yang termasuk urusan rumah tangga daerah atau pusat, harus melihat dahulu
kepada materi yang akan diurus oleh pemerintah masing-masing. Titik beratnya
menjadi urusan rumah tangga pemerintah pusat dan hal yang lain dapat menjadi
39
Ibid
40
Op Cit, UU No 32 Tahun 2004
41
Moh.Kusnadi dan Harmaily Ibrahim. , Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. Pusat Studi
Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Jakarata. 1985, Hlm. 253
25
urusan rumah tangga daerah didasarkan kepada daya guna (efektifitas).
melalui undang-undang.
Lain halnya menurut ajaran rumah tangga riil, bahwa sesuatu hal menjadi
urusan pemerintah pusat atau daerah didasarkan kepada kebutuhan dan keadaan
senyatanya. Akan tetapi kewenangan untuk mengatur sesuatu hal menjadi urusan
pemerintah daerah dengan mengingat manfaat dan hasil yang akan dicapai.
pusat.
pemerintah daerah yang lebih tinggi kepada pemerintah daerah tingkat yang
lebih rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu”42 Sedangkan
wailayah. atau kepala instansi vertikal tingkat yang lebih tinggi kepada pejabat-
pejabatnya di daerah.
42
C.S.T. Kansil dan Cristine S.T. Kansil. Sistim Pemerintahan Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta.
2003. hlm. 142
26
Tanggung jawab tetap ada pada pemerintah pusat baik perencanaan
yang dekonsentratif adalah karena tidak semua urusan pemerintah pusat dapat
diserahkan kepada pemerintah daerah menurut asas desentralisasi. Hal ini juga
daerah menurut garis kebijaksanaan pusat. oleh karena pada dasarnya urusan
tersebut sebenarnya adalah menjadi urusan pemerintah pusat, namun oleh karena
membantu pelaksanaannya.44
Oleh karena itu, ada beberapa tujuan dan manfaat yang biasa dinisbatkan
43
Lihat Pasal 10 ayat (2) juncto pasal 20 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
44
Soehino.Op. Cit hlm. 149
27
1) Dari segi hakikatnya, desentralisasi dapat mencegah terjadinya penumpukan
ekonomi dapat terlaksana dengan lebih tepat dan dengan ongkos yang lebkih
murah.
28
asal tidak menyimpang dari kepentingan pemerintah pusat. hal ini disebabkan
pemerintah daerah yang berarti membiarkan bagi daerah untuk berinisiatip sendiri
Oleh karena urusan tersebut adalah urusan rumah tangga sendiri. maka
didalamnya berbagai hal yang berkaitan dengan tata kepegawaian maupun yang
secara khusus di Negeri Belanda dan pada masa selanjutnya asas-asas umum
pemerintahan yang layak tersebut sudah diterima sebagai norma hukum tidak
competence);
45
Ridwan. HR.. Hukum Administrasi Negara. UII Press. Yogyakarta. 2003. hlm. 189 - 192
29
(8) Asas Keadilan dan kewajaran (principle of reasonable or prohibition of
arbitrariness);
(10) Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing
(11) Asas perlindungan atas pandangan atau cara hidup pribadi (principle of
tersebut juga sudah mulai diterima. walaupun secara formal belum diakui sebagai
norma hukum yang tertulis, yang harus ditaati oleh penyelenggara pemerintahan
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada bagian Kedua Pasal 20 yang
menyatakan bahwa:
d. asas keterbukaan;
e. asas proporsionalitas;
30
f. asas profesionalitas;
g. asas akuntabilitas;
i. asas efektifitas.
peraturan perundang-undangan.
barang-barang publik untuk dan kepada rakyat. Secara teoretis tujuan antara
46
Sutoro Eko, Menuju Kesejahteraan Rakyat Melalui Rute Desentralisasi, sutoro@ireyogya.org
31
Di Indonesia, desentralisasi dan otonomi daerah telah berjalan sejak 1999,
setelah daerah menunggu dan menuntut otonomi dan keadilan selama beberapa
dekade. Selama tujuh tahun terakhir daerah menikmati bulan madu otonomi
daerah, yakni bergulat dengan keleluasaan daerah, keragaman lokal dan “pesta”
secara internal, sekaligus bertempur dengan pusat yang mereka nilai tidak rela
otonomi daerah. Tetapi pada saat yang sama, publik bahkan orang awam terus
bertanya (jika tidak bisa disebut kecewa) apa relevansi otonomi daerah dan
47
Ibid, hal 1
32
yang paling dasar adalah pendidikan dan kesehatan, sementara pengurangan
struktur politik, perbaikan tata pemerintahan, dan perubahan sikap terhadap rakyat
miskin. 48
Desentralisasi juga dapat menawarkan kerangka kerja legal dan bertindak sebagai
48
Ibid, hal 3
33
masing memiliki karakter berupa potensi dan kendala. Perbedaan potensi dan
yang berbeda. 49
mendapatkan informasi dan argumen yang masuk akal tidak menjadi jaminan
fisibilitas politik dan alternatif kebijaksaan yang disarankan serta karakteristik dari
yang diambil, tentu harus mengarah pada upaya perwujudan good governance.
49
Ketut Janapria, Kerjasama Antar Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Bali
dan Nusa Tenggara, Makalah Seminar Nasional ”Pulang Kampung”Alumni Dalam Rangka Dies
Natalies Ke-41 Fakultas Pertanian, Unram, 2008, hal 24
50
Ibid, hal 25
34
yang kondusif bagi unsur-unsur lain dalam governance. Private sector sebagai
unsur kedua, menciptakan lapangan kerja dan pendapatan. Society, unsur ketiga,
konsepsi ini terus berkembang disesuaikan dengan tuntutan waktu, teknologi dan
oleh F.Perroux (1955), “growth center” yang digagas oleh Friedman (1969)
sampai dengan pengaturan ruang secara terpadu sinergi antara pemanfaatan SDA,
51
Ibid, hal 26
52
Ibid
35
tersebut. Pemerintah pusat dapat menyediaan pelayanan publik tersebut, jika
keuntungan dari kerjasama tersebut (simbiose mutualisme) atau paling tidak ada
pihak yang diuntungkan tetapi tidak ada pihak yang dirugikan (simbiose
antar pihak.
yang diatur dalam pasal 2 PP 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja
Sama Daerah, antara lain : Kerjasama daerah dilakukan dengan prinsip: efesiensi,
hukum. Sedangkan pasal 4 mengatur tentang Obyek kerja sama daerah adalah
36
seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah otonomi dan
(1) Dalam rangka membantu kepala daerah melakukan kerja sama dengan daerah
lain yang dilakukan secara terus menerus atau diperlukan waktu paling singkat
(2) Badan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan perangkat
daerah.
(2) Badan kerja sama sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 mempunyai tugas :
pelaksanaan kerja sama, (b) memberikan masukan dan saran kepada kepala
daerah masing-masing,
Untuk biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas badan kerja sama menjadi
tanggung jawab bersama kepala daerah yang melakukan kerja sama (pasal 25).
37
BAB III
3.1.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai agar hasil penelitian ini dapat
Indonesia (DPD RI) sehingga penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar
Indonesia.
Selain tujuan khusus yang hendak dicapai tersebut juga diharapkan dapat
mengenai otonomi daerah. Tujuan khusus dari penelitian ini juga memiliki tujuan
Republik Indonesia (DPD RI) mengenai format otonomi daerah yang dapat
Indonesia.
38
Menemukan teori yang baru berkaitan mengenai format otonomi daerah yang
Indonesia.
Untuk melihat itu semua perlu adanya pengkajian mengenai otonomi daerah,
Sehingga tujuan khusus, tujuan jangka pendek dan jangka panjang dari penelitian
39
BAB IV
METODE PENELITIAN
kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi yang dilakukan
adalah berdasarkan suatu sistem. Konsisten berarti tidak adanya hal yang
53
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Rajawali Pers, Jakarta:2003) Cet-5. Hal
25
54
Bambang Sunggono, Ibid , Hal:25
55
Bambang Sunggono, Loc.Cit
40
Instrumen Pendorong Laju Pertumbuhan Kesejahteraan Masyarakat dan
Amandemen;
Daerah;
(2) Bahan hukum sekunder, yaitu berupa penjelasan mengenai bahan hukum
primer, pandangan dan pendapat para ahli (pakar), akademisi, maupun para
56
Ibid.
41
(3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan
atas bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus; ensiklopedia; jurnal
mempelajari buku atau sumber-sumber yang menghimpun pendapat para ahli baik
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis secara
kualitiatif, yaitu dengan cara menerangkan suatu keadaan sesuai dengan pokok
bahasan, tujuan dan konsep atau teori yang berkenaan dengan hal tersebut.
Selanjutnya hasil analisis tersebut disajikan dalam bentuk kalimat yang tersusun
secara sistematis, jelas dan rinci sehingga memudahkan dalam pemberian arti
Dalam hal mengolah dan menganalisa data dilakukan dengan cara analisa
deskriftif.57
57
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (UI-Press, Jakarta, 1986) Cet Ketiga, hal. 6
42
BAB V
Di Indonesia
luasnya. Kemudian UU 5/1974 menganut prinsip otonomi daerah yang nyata dan
43
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Kewenangan otonomi yang luas adalah
luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta
kepada Daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang dipikul oleh Daerah dalam
Pusat dan Daerah serta antara Daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara
44
2. Pelaksanaan Otonomi Daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan
bertangung jawab.
3. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakkan pada Daerah
tetap terjamin hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antara
Daerah.
Otonom, dan karenanya dalam daerah Kabupaten dan Daerah Kota tidak ada
Pemerintah.
Pemerintah kepada Daerah, tetapi juga dari Pemerintah dan Daerah kepada
Desa yang disertai dengan pembiayaan sarana dan prasarana, serta sumber
45
Dalam implementasi kebijakan Otonomi Daerah berdasarkan UU 22/1999
kebijakan Otonomi Daerah tersebut. Jadi bukan pada tempatnya jika kita
keliru.
UU 22/1999 merupakan salah satu kebijakan Otonomi Daerah yang terbaik yang
pernah ada di Republik ini. Prinsip-prinsip dan dasar pemikiran yang digunakan
dianggap sudah cukup memadai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat dan
46
Secara konstitusional, dasar penyelenggaraan dan pelaksanaan
2. Pasal 18, Pasal 18A dan Pasal 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik
pada masa sebelumnya. Jadi regulasi yang mengatur tentang tata penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang saat ini sebagai hukum positif59 adalah Undang-
58
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437
59
J.B. Daliyo. Pengantar Hukum Indonesia. PT. Prenhallindo. Jakarta. 2001. hlm.7
47
urusan pemerintah pusat. Secara garis besar, pelaksanaan otonomi daerah berdasar
disini adalah aspek ideologi, politik, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
bernegara. Melalui Otonomi Daerah nilai-nilai luhur Pancasila tersebut akan dapat
merupakan suatu wujud dari pengakuan dan kepercayaan Pusat kepada Daerah.
yang harmonis antara Pusat dan Daerah. Selanjutnya kondisi akan mendorong
60
Yossef Riwu Kaho, Op.Cit, hal. 65.
48
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Kebijakan Otonomi Daerah sebagai
pengakuan terhadap keanekaragaman Daerah, baik itu suku bangsa, agama, nilai-
nilai sosial dan budaya serta potensi lainnya yang terkandung di daerah.
Pengakuan Pusat terhadap keberagaman Daerah merupakan suatu nilai penting bgi
eksistensi Daerah. Dengan pengakuan tersebut Daerah akan merasa setara dan
sejajar dengan suku bangsa lainnya, hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
nilai budaya lokal akan dapat ditingkatkan dimana pada akhirnya kekayaan
49
Selanjutnya dari aspek pertahanan dan keamanan , kebijakan Otonomi
akan dapat mengeliminir gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari
ideologi, politik, sosal budaya dan pertahanan keamanan, secara ideal kebijakan
bernegara.
maka disusunlah kriteria yang meliputi: (i) eksternalitas, (ii) akuntabilitas, dan
50
menjadi kewenangan provinsi, dan apabila nasional menjadi kewenangan
Pemerintah.
dana, dan peralatan) untuk mendapatkan ketepatan, kepastian, dan kecepatan hasil
yang harus dicapai dalam penyelenggaraan bagian urusan. Artinya apabila suatu
apabila suatu bagian urusan akan lebih berdayaguna dan berhasil guna bila
ditangani oleh Pemerintah maka bagian urusan tersebut tetap ditangani oleh
tersebut. Ukuran dayaguna dan hasilguna tersebut dilihat dari besarnya manfaat
51
Urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib dan
sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi
Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang berkaitan dengan hak dan
Elaborasi dari urusan wajib yang harus dilakukan oleh Pemda meliputi:
f. penyelenggaraan pendidikan;
52
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan;
k. pelayanan pertanahan;
Dua hal tersebut saling berkaitan, dimana bidang-bidang yang menjadi kewajiban
pemda dilaksanakan oleh perangkat daerah dan dilain pihak pelaksanaan tugas
daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis
Daerah, Kecamatan, dan Satuan Polisi Pamong Praja sesuai dengan kebutuhan
daerah.
kewenangan pemerintah yang dimiliki oleh Daerah, (ii) karakteristik, potensi, dan
daya aparatur, dan (v) pengembangan pola kerja sama antar Daerah dan/atau
53
memenuhi standar pelayanan minimal yaitu ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal. Yang dimaksud pelayanan dasar adalah jenis
demikian otda dan penyelenggaran urusan wajib pemda ditujukan agar warga kota
menjami akses dan mutu pelayanan masyarakat secara merata. Partisipasi publik
memiliki peran penting untuk menjaga pelaksanaan otda dapat memenuhi standar
pelayanan minimal.
pakar itu meletakkan tata urut nomornya sering berlainan. Dalam hal ini, ada
54
beberapa pakar yang menidentifikasikan faktor-faktor dan atau variabel-
masyarakat.
dari apa yang ingin dicapai organisasi terhadap nilai-nilai dan sumber daya
yang ada dari lingkungannya. Menurut Epstein, paling tidak ada empat kriteria
61
Dharma Setyawan Salam, op.cit., hal.108.
62
Ibid, hal.109.
63
Ibid.
55
b) Adanya program layanan khusus yang dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat.
tahun tersebut muncul pandangan baru yaitu tujuan utama dari usaha-usaha
konteks perekonomian yang terus berkembang (Todaro 2004: 21). Sesuai dengan
tolok ukur ekonomi saja melainkan juga harus didukung oleh indikator-indikator
sosial (non ekonomi), antara lain seperti tingkat melek huruf, tingkat pendidikan,
perumahan .
56
Selanjutnya menurut Todaro, ada tiga nilai inti dari pembangunan
yaitu :
(basic needs) yang meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan dan keamanan.
sendiri, untuk merasa diri pantas dan layak melakukan atau mengejar sesuatu.
kehidupan yang dijalani dan kebebasan yang dinikmati. Dengan demikian tingkat
kemiskinan tidak dapat diukur dari tingkat pendapatan atau bahkan dari utilitas
seperti pemahaman konvensional; yang paling penting bukanlah apa yang dimiliki
57
seseorang ataupun kepuasan yang ditimbulkan dari barang-barang tersebut,
melainkan apakah yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan barang- barang
komoditi yang dikonsumsi, seperti dalam pendekatan utilitas, tetapi manfaat apa
2004: 22).
servitude).
ekonomi bukan saja berarti kenaikan pendapatan, tetapi juga kenaikan pemilikan
menjadi mitra usaha dalam system triple co, yaitu co-owwnership (ikut memiliki),
58
codetermination (ikut menggariskan wisdom) dan co-responsibility (ikut
bertanggungjawab)
Dengan demikian :
spiritual.
proses sosial, ekonomi dan institusional, demi mencapai kehidupan yang serba
lebih baik. Untuk mencapai “kehidupan yang serba lebih baik” semua masyarakat
minimal harus memiliki tiga tujuan inti sebagai berikut (Todaro, 2000: 24) :
kebutuhan hidup yang pokok , seperti pangan , sandang, papan, kesehatan dan
perlindungan keamanan.
59
kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilainilai kultural dan
materiil , melainkan juga menumbuhkan jati diri pribadi dan bangsa yang
bersangkutan.
negara, bangsa lain, namun juga terhadap setiap kekuatan yang berpotensi
hidup orang banyak (Hatta, 1967). Sementara itu menurut Rostow dalam Arief
60
yaitu: 1. tahap masyarakat tradisional. 2 tahap prasayarat tinggal landas
(precondation to take of), 3 tahap tinggal landas (take off), 4 Tahap gerakan
Proses tinggal landas terjadi pada dua situasi system kemasyarakatan; yaitu
pada sistem masyarakat yang sudah ada dan teratur (settled society) dan pada
sistem kemasyarakatan yang baru saja berdiri (newly settled society) Menurut
von Kuli und Kuli unter den Nationen). Sejak dideklarasikan pada KTT
61
setengahnya antara tahun 1990-2015, Menurunkan proporsi penduduk yang
pada tahun 2015 semua anak di manapun, laki-laki maupun perempuan, dapat
pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015
kematian balita sebesar dua pertiganya, antara tahun 1990 dan 2015
air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada
62
Sen, (2002: 8) mengatakan bahwa welfare economics merupakan suatu
outcomes.
sosial; yaitu keadaan kesejahteraan sosial maksimum tercapai bila tidak ada
dari masyarakat, dalam arti privacy terikat oleh kaidah sosial. Dengan demikian
kedudukan individu adalah sebagai makhluk sosial yang harus ditonjolkan dalam
yaitu :
63
Keluarga Sejahtera Tahap I dengan kriteria sebagai berikut :
5. Anak sakit ataupun pasangan usia subur (PUS) yang ingin ber KB dibawa
kesarana kesehatan.
5. Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat dan dapat
melaksanakan tugas
9. PUS dengan anak hidup 2 atau lebih saat ini memakai alat kontrasepsi
64
5. Keluarga rekreasi bersama paling kurang sekali dalam enam bulan.
masyarakat
lapangan.
65
penyelenggaraan otonomi daerah. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan
disintegrasi bangsa.
perhatian serius. Masih banyak isu strategis dalam konteks kerjasama sektoral dan
daerah. Karena itu isu-isu tersebut mesti diletakkan dalam kerangka kerjasama
sektoral dan daerah dapat menjadi ancaman nyata tehadap masa depan integrasi
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan yang diarahkan untuk mempercepat
kerjasama antarpemerintah daerah dan dengan pihak ketiga, sejauh kerjasama itu
66
dilakukan dan didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan
publik, sinergi dan saling menguntungkan yang dapat diwujudkan dalam bentuk
Di dalam Pasal 195 ayat (1), (2), (3), (4) UU Nomor 32 Tahun 2004
menguntungkan”.
b. Ayat (2), berbunyi “Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diwujudkan dalam bentuk badan kerjasama antar daerah yang diatur dengan
keputusan bersama”.
c. Dalam penyediaan pelayanan publik, daerah dapat bekerja sama dengan pihak
ketiga”.
d. Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) membebani
67
terhadap daerah-daerah sekitarnya, langsung maupun tidak langsung. Dalam
hubungan ini titik berat perhatian ditujukan pada usaha untuk mewujudkan
(2) Kedua, sebagai usaha untuk memecahkan maslah bersama dan atau untuk
daerah itu secara geografis berdekatan atau tidak. Jadi motivasi yang pertama
yang kedua dibentuk melalui kesadaran bahwa suatu tujuan tertentu yang
hendak diwujudkan tidak mungkin tercapai secara berdaya guna dan hasil
empiris telah cukup banyak daerah yang melaksanakan kerjasama ini, bahkan
termasuk kerjasama dengan Luar Negeri karena terlebih dahulu telah diatur dalam
kota dengan bupati/wali kota yang lain, dan atau gubernur, bupati/wali kota
dengan pihak ketiga, yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan
68
menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad baik, mengutamakan kepentingan
dilaksanakan pada objek kerja sama daerah yang mencakup seluruh urusan
pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah otonom dan dapat berupa
Melalui mekanisme tugas pembantuan ini maka paling tidak pelaksana dan
relatif diminimalisir. Selain itu, tugas pembantuan dapat lebih mengikat hubungan
antara yang menugaskan dengan yang diberi tugas sehingga hasil-hasil pekerjaan
tahap awal akan memaksimalkan kinerja (dan dampak positif) pada lingkup
yurisdiksinya. Tetapi hal ini akan menimbulkan eksternalitas, baik positif maupun
negatif kepada daerah yang lain. Perhatian yang terfokus kepada yurisdiksinya
akan dikoreksi ketika terjadi kerugian yang cukup signifikan. Maka daerah akan
masuk tahap lanjut untuk melakukan kerjasama. Terdapat dua titik kritis yang
69
dapat diobservasi. Pertama, apakah kesadaran kerjasama bisa berlangsung sejak
tahap awal? Bila tidak, apakah penundaan tersebut tidak akan berdampak pada
bila kesadaran kerjasama bisa muncul, apakah sertamerta ada kapasitas untuk
Ketergantungan ini bisa dikenali dari jenis-jenis interaksi antar daerah, seperti:
Salah satu langkah penting pertama dalam mendorong sinergi sektoral dan
disusun berdasarkan orientasi untuk mendorong sinergi sektoral dan daerah. Lebih
peran lokal, peran daerah lain/hubungan antar daerah, peran luar negeri,
kedudukan tiap sektor dalam perkembangan daerah, dsb. Termasuk yang perlu
70
wisata, mobilitas tahuan atau semitahunan (mudik dan implikasi sosial-
Kerjasama antar daerah meliputi berbagai skema sangat luas. Mulai dari
fiscal antar daerah (telah ada contoh, misalnya antara Denpasar dan Kabupaten
Badung dengan beberapa daerah disekitarnya; hal ini disebabkan oleh kesadaran
pemerintahan pada tingkat lebih tinggi, sepanjang tersedia kerangka analisis dan
kewenangan perencanaan dan alokasi anggaran sektoral oleh Bappenas pada masa
71
terdapat potensi sinergi. Hal ini terjadi karena ada satu atau lebih hambatan. Salah
satu bentuk hambatan paling nyata yang sering dijumpai adalah infrastruktur
berikutnya. Tetapi stimulan ini juga bisa berupa sesuatu yang tidak fisik,
satu atau lebih isu strategis dalam bidang/sektor tertentu. Misalnya isu
isu sekolah roboh atau bangunan pendidikan rusak di daerah tertentu, atau isu
balita gizi buruk, dll; dapat ditangani melalui kerjasama uni-sektoral antara
dalam prakteknya diikat oleh kesepakatan tertentu (MoU) antar kepala daerah,
yang diinisiasi dan difasilitasi oleh satuan kerja terkait. Kemudian mengingat
sifat kerjasama yang uni-sektoral, maka kerjasama ini dilakukan pada sektor
72
dan pelaksanaan kegiatan dapat di-share berdasarkan urusan daerah atau
melalui tugas pembantuan (bila domain urusan ada pada level pemerintahan
terhadap satu atau lebih isu strategis lintas bidang/sektor. Misalnya isu
strategis rendahnya IPM di daerah tertentu. IPM merupakan isu strategis lintas
dalam bentuk forum kerjasama daerah.Wujud nyata dari kerjasama ini dapat
73
Guna memfasilitasi terlaksananya kedua hal di atas, pemerintah daerah
tersebut maka target kinerja pencapaian prioritas daerah provinsi dapat lebih
bersangkutan;
pembantuan;
Konsekuensi dari beberapa hal di atas adalah, bahwa besaran dan tema hibah
bantuan pun akan berbeda, tidak flat sama, dan tidak pula proporsional
74
Besaran dana kerjasama pada prakteknya akan sangat bergantung pada hasil
Harus diakui bahwa penyaluran block grants seperti yang selama ini
dilakukan sesungguhnya kurang fokus dan terukur, kurang akuntabel, dan kurang
muncul dan diklaim sebagai sebuah keniscayaan. Block grants itu sendiri bukan
tidak dapat dilakukan, namun tentu dengan besaran yang terbatas dan cenderung
bersifat charity, sehingga secara normatif tidak boleh dijadikan agenda tetap
sewaktu-waktu dan temporer sifatnya, seperti: bencana alam, wabah penyakit, dll.
luar negeri oleh pemerintah daerah. Salah satu cara pemecahan masalah
pensejahteraan rakyat dan pemberdayaan daerah, tentu harus ada bentuk dan
sistem wewenangnya.
internasional dengan kata lain berarti ikut meletakkan kerjasama luar negeri
sebagai salah satu unsur wewenang pemerintah eksekutif, termasuk daerah dapat
75
pinjaman luar negeri, penanaman modal asing, ekspor inpor investasi,
kembar (Sister city), kerjasama tehnik dan masih banyak bentuk kerjasama serupa
lainnya termasuk dalam kategori hubungan atau urusan dan bidang atau objek
ranah treaty of contract, termasuk pula semua urusan, bidang-bidang atau objek
64
Azmi, makalah tentang bentuk wewenang pemerintah daerah dalam melakukan kerjasama
hubungan luar negeri untuk mewujudkan konsep negara kesejahteraan, Serang, 2009
65
Oppenheim L dan H. Lauterpacth, International law treaties, Longmans Green & co, London,
1961. hlm. 791.
66
Boer Mauna, Hukum Internasional, Alumni Bandung, 2001, hlm.90-96
76
BAB VI
6.1. Kesimpulan
disimpulkan :
pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antara
Republik Indonesia.
dalam bentuk badan kerjasama antar daerah yang diatur dengan keputusan
77
memandang rasa primodial yang berlebihan. Sehingga, aturan yang ideal
6.2. Saran
78
DAFTAR PUSTAKA
Bahan perundang-undangan :
Bahan Literatur :
C.S.T. Kansil. SH. Dan Christine S.T. Kansil. Sistim Pemerintahan Indonesia.
Bumi Aksara. Jakarta. 2003
79
Jha S.N. dan P.C. Mathur, Decentralization and Local Politics, 1st Published, New
Delhi: Sage Publications India Ltd., 1999.
S.N. Jha dan P.C. Mathur, Decentralization and Local Politics, 1st Published, New
Delhi: Sage Publications India Ltd., 1999.
Titik Tri Wulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara, cet.1, Jakarta: Prestasi
pustaka, 2006.
Bahan internet :
80
LAMPIRAN
BIODATA PENELITI
NIP : 130902905
Telp/Faks/e-mail : 283931
Status : Menikah
Keluarga
a. Nama Istri : Lili Suriyanti, SH, MH
b. Nama Anak : Putri Juliarti
Riwayat Pendidikan :
a. S1 Fakultas Hukum UII
b. S2 Magister Hukum STIH IBLAM
c. S3 Univ. Jayabaya On going
81
BIODATA PENELITI
NIP : 131915913
Status : Menikah
Riwayat Pendidikan :
a. S1 Fakultas Hukum UII
b. S2 Magister Hukum STIH IBLAM
c. S3 Univ. Jayabaya On going
82
BIODATA PENELITI
Status : Menikah
Keluarga
a. Nama Suami : Yhannu Setyawan, SH, MH
b. Nama Anak : Alief Risyawan Pandunagara
Barra Alfikar Risyawan Prakarsa
Tamam Risyawan Tertia
Riwayat Pendidikan :
a. S1 Fakultas Hukum Universitas Lampung Lulus Tahun 1998
b. S2 Magister Hukum Universitas Lampung on going
83
BIODATA PENELITI
NIP : 132300662
Status : Menikah
Keluarga
a. Nama Suami : H. Achmad Surkati, SH, MH
b. Nama Anak : Putri Juliarti
Riwayat Pendidikan :
d. S1 Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung Lulus tahun
e. S2 Magister Hukum Universitas Jaya Baya Lulus tahun
84
BIODATA PENELITI
NIP : 132102805
Status : Menikah
Keluarga
a. Nama Suami : H. Moch. Fasyehhudin, SH, MH
Riwayat Pendidikan :
a. S1 Fakultas Hukum Unpas Bandung
b. S2 Magister Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta
85
BIODATA PENELITI
NIP : 132302403
Status : Menikah
Riwayat Pendidikan :
a. S1 Fakultas Hukum UNISBA Bandung
b. S2 Magister Hukum UNISBA Bandung
c. S3 UNISBA On going
86
BIODATA PENELITI
NIP : 132302052
Status : Menikah
Keluarga
a. Nama Istri : Rani Sri Agustina, SH, MH
Riwayat Pendidikan :
a. S1 Fakultas Hukum UNISBA Bandung
b. S2 Magister Hukum STIH IBLAM
c. S3 UNISBA On going
87
BIODATA PENELITI
NIP : 132316368
Telp/Faks/e-mail : 08881210064
Status : Menikah
Riwayat Pendidikan :
a. S1 Fakultas Hukum Univ. Mataram
b. S2 Magister Hukum Univ. Jayabaya On going
Mirdedi, S.H.
88
BIODATA PENELITI
NIP : 132318805
Status : Menikah
Riwayat Pendidikan :
a. S1 Fakultas Hukum Univ. Jendral Sudirman
b. S2 Magister Hukum Univ. Pajajaran On going
89