RESUME
Oleh:
ROSALINA WIJAYANTI
195020201111081
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah Swt, atas limpahan rahmat
dan hidayah-Mu penulis dapat menyajikan tulisan yang berjudul: EKONOMI
MANAJERIAL DALAM PEREKONOMIAN GLOBAL Di dalam tulisan ini, disajikan
pokok-pokok bahasan yang meliputi: RUANG LINGKUP EKONOMI
MANAJERIAL, PERAN ORGANISASI BISNIS DAN KONSEP DASAR EKONOMI
MANAJERIAL, PRINSIP DAN METODE SOLUSI OPTIMAL SERTA ALAT
OPTIMASI MANAJERIAL, ESTIMASI DAN PRAKIRAAN PERMINTAAN, TEORI
PRODUKSI DAN EFISIENSI OPERASIONAL, TEORI BIAYA DAN EFISIENSI
BIAYA, MODEL-MODEL PENETAPAN HARGA, PENETAPAN HARGA
OLIGOPOLIS, PENETAPAN HARGA DALAM PRAKTIK. Sangat disadari bahwa
dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis, walaupun telah
dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih dirasakan banyak
kekurangtepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun
agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Rosalina Wijayanti
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
iii
BAB VI ESTIMASI DAN PRAKIRAAN PEMINTAAN 10
6.1. Beberapa Metode Estimasi Dan Prakiraan Permintaan 10
6.2. Mengaplikasikan Metode Estimasi Dan Prakiraan 10
Permintaan
LAMPIRAN 45
iv
BAB I
2. MODEL EKONOMI
Suatu konsep atau model yang menggabungkan dua atau lebih variabel yang:
(a) menjelaskan hubungan yang ada antara variabel-variabel; (b)
menggambarkan hasil ekonomis dari hubungan tersebut; (c) memperkirakan
akibat perubahan variabel terhadap hasil perekonomian. Model ekonomi
dipergunakan untuk merangkum ciri-ciri penting fenomena ekonomi yang rumit,
menyederhanakan dan menerjemahkannya sehingga dapat dilakukan
penganalisisan yang dapat dipahami. Biasanya tugas ini menuntut pembual
model membuat asumsi tertentu yang disederhanakan tentang perilaku manusia.
Sebagai contoh, dalam menganalisis permintaan, ahli ekonomi mengasumsikan
bahwa konsumen mencari kepuasannya atau kegunaan yang maksimum
sehingga konsumen akan secara rasional mengkonsumsi lebih banyak suatu
produk yang harganya menurun, dan sebaliknya.
1
3. RUANG LINGKUP EKONOMI MANAJERIAL
Ekonomi manajerial adalah suatu penerapan ilmu yang menggabungkan antara
ilmu ekonomi dan pengambilan keputusan.
1. Berkaitan Dengan Teori Ekonomi.
Keputusan dari manajemen dapat menerapkan ilmu ekonomi dan perangkat ilmu
terapan. Ekonomi mikro mempelajari mengenai tingkah laku ilmu ekonomi secara
individual sebagai unit pengambilan suatu keputusan dalam sistem perdagangan
bebas. Dan ekonomi makro melihatnya secara agregat, yaitu seperti: output,
pendapatan, investasi, keseluruhan harga atau harga total. Teori ekonomi
berguna untuk memprediksi serta menerangkan tingkah laku ekonomi. Teori
ekonomi umumnya dimulai dengan suatu model, model merupakan suatu
abstraksi dari banyak hal yang meliputi dari suatu kejadian dan berusaha untuk
mengidentifikasi dari beberapa banyak faktor dari suatu kejadian.
2. Berkaitan Dengan Ilmu Keputusan
Ilmu keputusan mempergunakan perangkat matematika ekonomi dan juga
ekonometrik guna untuk membentuk serta mengestimasi model yang ditujukan
untuk perilaku optimal suatu perusahaan. Matematika ekonomi ini dipakai untuk
memformulasi model ekonomi yang dipostulatkan oleh teori ekonomi
ekonometrik yang menerapkan peralatan statistik pada perangkat dunia nyata
untuk mengestimasi model yang dipostulatkan oleh teori ekonomi yaitu untuk
peramalan.
3. Keterkaitan dengan berbagai fungsional ilmu administrasi bisnis 3
Hubungan antara ekonomi manajerial dengan area fungsional ilmu administrasi
bisnis menjadi latar belakang dalam pengambilan keputusan. Area fungsi
administrasi tersebut diantaranya meliputi: akuntansi, keuangan, pemasaran,
manajemen SDM (Sumber Daya Manusia) dan produksi. Jadi ekonomi
manajerial adalah sebagai pelajaran yang menggabungkan antara teori ekonomi,
ilmu pengambilan keputusan, dan juga area fungsional ilmu administrasi Bisnis,
yang membahas bagaimana hal itu saling berinteraksi antara satu sama lain
pada organisasi atau perusahaan untuk mencapai target atau tujuan perusahaan
dengan cara yang lebih efisien.
2
BAB II
3
pengambilan keputusan (decision sciences) dalam pembuatan keputusan
manajerial.
4
BAB III
1. Biaya Total (Total Cost, TC) : seluruh biaya yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan dalam memproduksi sejumlah output.
2. TFC : Biaya produksi yang jumlah tetap (tidak berubah) berapapun jumlah
output yang diproduksi.
3. TVC : Biaya produksi yang jumlahnya berubah-ubah sesuai / mengikuti
perubahan jumlah output.
5
Biaya Rata-Rata (Average Cost)
1. Average Fixed Cost (AFC) : adalah biaya tetap yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk setiap unit output yang diproduksinya.
2. Average Variable Cost (AVC) : adalah biaya variabel yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk setiap unit output yang diproduksinya.
6
BAB IV
7
3. Optimasi dengan Kalkulus Diferensial (dengan Konsep Diferensial &
Turunan) :
Fungsi Y = f(X)
Jika menunjukkan perubahan nilai maka menggunakan tanda Δ sehingga
menjadi ΔX dan ΔY
8
BAB V
9
BAB VI
10
4. Permintaan inelastis sempurna (Ed = 0) Permintaan in elastis sempurna terjadi
apabila perubahan harga tidak berpengaruh terhadap jumlah permintaan. Ed = 0
memiliki arti bahwa perubahan harga sama sekali tidak berpengaruh terhadap
jumlah permintaan. Misalnya obat-obatan.
5. Permintaan elastis sempurna (Ed = ~) Permintaan elastis sempurna terjadi
apabila perubahan permintaan tidak memberikan dampak sama sekali terhadap
perubahan harga. Kurva akan sejajar dengan sumbu Q atau X.
Elastisitas penawaran :
1. Penawaran elastis (Es > 1) Penawaran elastis terjadi apabila persentase
perubahan jumlah barang yang ditawarkan lebih besar daripada persentase
perubahan harga.
2. Penawaran inelastis (Es < 1) Penawaran inelastis terjadi apabila perubahan
harga diikuti dengan jumlah penawaran yang lebih besar.
3. Penawaran elastis uniter (Es = 1) Penawaran elastis uniter terjadi apabila
persentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan sama dengan persentase
perubahan harga barang tersebut.
4. Penawaran inelastis sempurna (Es = 0) Penawaran inelastis sempurna terjadi
apabila perubahan harga yang terjadi tidak berpengaruh terhadap jumlah barang
yang ditawarkan.
5. Penawaran elastis sempurna (Es = ~) Penawaran elastis sempurna terjadi
apabila perubahan penawaran tidak disebabkan oleh perubahan harga.
Sehingga kurva penawaran akan sejajar dengan sumbu Q atau X.
11
BAB VII
1. BEBERAPA METODE ESTIMASI DAN PRAKIRAAN PERMINTAAN
Estimasi permintaan adalah merupakan kegiatan memperkirakan jumlah
permintaan konsumen terhadap barang atau jasa dimasa yang akan datang
berdasarkan data atau keadaan masa lalu dan saat ini. Dalam melakukan
estimasi permintaan konsumen, metode yang sering digunakan, antara lain:
1. Customer Survey adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui
sikap dan persepsi para pelanggan dengan cara wawancara secara langsung
atau memberikan kuesioner yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu.
2. Metode Observasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui
perilaku konsumen /pelanggan dengan cara pengamatan yang dilakukan oleh
salesman (ditugaskan oleh manajer perusahaan).
3. Metode Market Experiment adalah suatu cara untuk membuat estimasi
permintaan dengan melakukan uji coba pada segmen pasar tertentu. Uji coba ini
dilakukan dengan memberikan perlakuan tertentu terhadap faktor –faktor yang
mempengaruhi permintaan.
Forecasting permintaan dari pasar yang dimasuki oleh perusahaan adalah suatu
pekerjaan yang perlu dilakukan oleh setiap manajer perusahaan dalam rangka
memprediksi berapa besar peluang pasar yang tersedia di masa mendatang.
Secara garis besar terdapat dua macam metode forecasting yang biasa
dilakukan, yaitu Metode Kualitatif yang terdiri atas Teknik Survey dan Teknik
Pengumpulan Opini. Sedangkan metode berikutnya adalah Metode Prakiraan
Kuantitatif, yang terdiri atas Analisis Runtun Waktu, Trend Seluler, Siklus
Fluktuasi, Analisis Musiman dan Model Ekonometri.
12
● Analisis Regresi Sederhana
13
2. Mengukur pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Misalkan kita memiliki
satu serial data variabel Y, melalui analisis regresi linier sederhana kita dapat
membuat model variabel-variabel yang memiliki pengaruh terhadap variabel Y.
Hubungan antara variabel dalam analisis regresi bersifat kausalitas atau sebab
akibat. Berbeda halnya dengan analisis korelasi yang hanya melihat hubungan
asosiatif tanpa mengetahui apa variabel yang menjadi sebab dan apa variabel
yang menjadi akibat.
Model regresi linier sederhana yang baik harus memenuhi asumsi-asumsi
berikut:
a. Eksogenitas yang lemah, kita harus memahami secara mendasar sebelum
menggunakan analisis regresi bahwa analisis ini mensyaratkan bahwa variabel X
bersifat fixed atau tetap, sementara variabel Y bersifat random. Maksudnya
adalah satu nilai variabel X akan memprediksi variabel Y sehingga ada
kemungkinan beberapa variabel Y. dengan demikian harus ada nilai error atau
kesalahan pada variabel Y. Sebagai contoh ketika pendapatan (X) seseorang
sebesar Rp 1 juta rupiah, maka pengeluarannya bisa saja, Rp 500 ribu, Rp 600
ribu, Rp 700 ribu dan seterusnya.
b. Linieritas, seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa model analisis regresi
bersifat linier. artinya kenaikan variabel X harus diikuti secara proporsional oleh
kenaikan variabel Y. Jika dalam pengujian linieritas tidak terpenuhi, maka kita
dapat melakukan transformasi data atau menggunakan model kuadratik,
eksponensial atau model lainnya yang sesuai dengan pola hubungan non-linier.
c. Varians error yang konstan, ini menjelaskan bahwa varians error atau varians
residual yang tidak berubah-ubah pada respon yang berbeda. asumsi ini lebih
dikenal dengan asumsi homoskedastisitas. Mengapa varians error perlu
konstan? karena jika konstan maka variabel error dapat membentuk model
sendiri dan mengganggu model. Oleh karena itu, penanggulangan permasalahan
heteroskedastisitas/dan homoskedastisitas dapat diatasi dengan menambahkan
model varians error ke dalam model atau model ARCH/GARCH.
d. Autokorelasi untuk data time series, jika kita menggunakan analisis regresi
sederhana untuk data time series atau data yang disusun berdasarkan urutan
14
waktu, maka ada satu asumsi yang harus dipenuhi yaitu asumsi autokorelasi.
Asumsi ini melihat pengaruh variabel lag waktu sebelumnya terhadap variabel Y.
Jika ada gangguan autokorelasi artinya ada pengaruh variabel lag waktu
sebelumnya terhadap variabel Y. sebagai contoh, model kenaikan harga BBM
terhadap inflasi, jika ditemukan autokorelasi artinya terdapat pengaruh lag waktu
terhadap
inflasi. Artinya inflasi hari ini atau bulan ini bukan dipengaruhi oleh kenaikan BBM
hari ini namun dipengaruhi oleh kenaikan BBM sebelumnya (satu hari atau satu
bulan tergantung data yang dikumpulkan).
Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau
lebih variabel independen (X1,X2,...,Xn) dengan variabel dependen (Y).analisis
ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau
negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan
biasanya berskala interval atau rasio.
Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y’= a+b1X1+b2X2+.....+bnXn
Ket:
Y’ = variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X1 dan X2 = variabel independen
a = konstanta ( nilai Y’ apabila X1,X2,.....,Xn =0)
F. Masalah dalam analisis
15
Analisis regresi dapat menghadapi masalah serius: Multikolinearitas Ini mengacu
kepada situasi dimana dua atau lebih variabel penjelas dalam suatu regresi
mempunyai korelasi yang tinggi. Multikolinearitas yang serius terkadang dapat
dihilangkan atau dikurangi bagian:
a. Memperluas ukuran sampel
b. Menggunakan informasi sebelumnya
c. Melakukan transformasi terhadap fungsional
d. Membuang satu dari variabel yang memiliki kolinear tinggi Heteroskedastisitas
ini timbul pada saat asumsi bahwa varian dari faktor galat adalah konstan untuk
semua nilai dari variabel bebas yang tidak dipenuhi hal ini sering muncul dalam
cross – sectional data. Gangguan heteroskedastisitas ini membawa kita pada
galat baku yang bias dan menjadi hasil uji statistik yang tidak tepat serta interval
keyakinan untuk estimasi parameter yang tidak tepat pula.
● Autokolerasi
Kapan pun terjadi galat atau residual yang berurutan berkorelasi, kita memiliki
korelasi atau korelasi serial. Pada saat galat yang berurutan mempunyai tanda
yang sama autokorelasinya positif, pada saat gambar berubah secara teratur kita
mempunyai korelasi negatif. Autokorelasi biasanya terjadi pada data deret waktu,
data yang mempunyai satu observasi untuk setiap variabel pada setiap satuan
waktu. Dalam ekonomi autokorelasi positif lebih umum dari pada yang negatif,
autokorelasi dapat muncul karena adanya tren atau siklus dalam variabel, dari
tidak dimasukkannya variabel yang penting dalam regresi atau data yang
nonlinear.
16
● Estimasi Permintaan Dengan Analisis Regresi
● Spesifikasi model
17
Tahap kedua dari analisis regresi adalah mengumpulkan data dari variabel-
variabel dalam modelnya. Data dapat dikumpulkan untuk setiap variabel
sepanjang waktu untuk unit ekonomi yang berbeda pada waktu tertentu. Yang
awal disebut sebagai data deret waktu sementara yang akhir disebut cross –
sectional data. Setiap data mempunyai keuntungan tertentu tetapi jika mengarah
pada masalah estimasi tertentu.
18
Langkah keempat merupakan terakhir dalam estimasi permintaan dalam analisis
regresi adalah mengevaluasi hasil regresi, tanda dari setiap estimasi koefisien
kemiringan yang ada harus dicek apakah sesuai dengan dasar teori yang ada,
kedua uji t harus dilaksanakan terhadap signifikansi terhadap statistik dari
estimasi parameter-parameter untuk menentukan derajat keyakinan dari setiap
estimasi koefisien kemiringan. Koefisien determinasi akan mengindikasikan
proporsi dari variasi total dalam permintaan untuk komoditas yang dapat
dijelaskan oleh variabel bebas atau variabel penjelas yang ada dalam persamaan
permintaan.
BAB IX
1. ORGANISASI PRODUKSI DAN FUNGSI PRODUKSI
Organisasi Produksi
19
Fungsi produksi didefinisikan sebagai hubungan teknis antara input dengan
output, yang mana hubungan ini menunjukkan output sebagai fungsi
dari input. Fungsi produksi dalam beberapa pembahasan ekonomi
produksi banyak diminati dan dianggap penting karena (Soekartawi,
1990):
Jangka pendek yaitu jangka waktu yang mengacu pada satu atau lebih faktor
produksi yang tidak bisa dirubah.Dalam jangka pendek, seorang
produsen dapat mengubah input X1 yang digunakan dalam
proses produksinya, akan tetapi tidak bisa mengubah input X2.
Jadi input X2 merupakan input tetap, sedangkan input X1
merupakan input variabel. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan
adalah bahwa kurva Total Produksi dimulai dari titik origin
(dengan kata lain tidak mempunyai intercept); karena jika
20
produsen tidak menggunakan input L sama sekali maka
outputnya juga nol.
Q = f ( X1, X2,...Xn Xn ).............................
A. Produk Total
Produk total merupakan jumlah total dari semua hasil produksi dalam periode
tertentu. Produk total akan berubah sesuai dengan banyaknya faktor produksi
variabel yang digunakan. Kurva yang menunjukkan hubungan antara produksi
total dengan satu faktor produksi variabel sedangkan faktor lainnya dianggap
tetap adalah Kurva Produksi atau Total Product (TP). Kurva tersebut dinotasikan
sebagai berikut :
𝑇𝑃 = 𝑓(𝑋)
Dimana TPP merupakan output total atau jumlah produksi total, dan X
merupakan jumlah input variabel yang digunakan. Misalnya
jika hanya terdapat satu macam input variabel yang digunakan
yaitu tenaga kerja atau Labour maka dituliskan sebagai berikut
:
𝑄 = 𝑓(𝐿)
Dimana Q merupakan tingkat output dan L merupakan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan. Sehingga dari fungsi diatas dapat digambarkan kurva produksi
sebagai berikut :
21
A. Produksi Rata-Rata
Produksi rata-rata atau Average Product (AP) adalah jumlah total produksi yang
dibagi dengan faktor produksi yang digunakan selama proses produksi. Produksi
rata-rata dinotasikan dengan fungsi
sebagai berikut :
𝐐
𝐴𝑃 =
22
C. Produksi Marginal
Produksi marginal atau Marginal Product (MP) adalah tambahn total hasil
produksi yang diakibatkan oleh pertambahan jumlah faktor produksi variabel yang
digunakan. Sehingga jika dituliskan dalam persamaan, akan menjadi sebagai
berikut :
𝑀𝑃 = Perubahan output = ∆Q
Perubahan Input ∆L
hasil yang semakin berkurang atau The Law of Diminishing Return. Hukum ini
menyatakan bahwa output yang diterima dari proses produksi akan semakin
menurun apabila input variabel yang digunakan mangalami pertambahan secara
terus-menerus. Output atau hasil produksi yang dihasilkan secara rata-rata akan
terus menurun nilainya karena faktor produksi variabel yang digunakan semakin
besar sedangkan faktor produksi tetapnya bernilai tetap. Sehingga jika hal ini
dilakukan terusmenerus maka total produksi juga akan menurun nilainya. Hal itu
dikarenakan faktor produksi tetap semakin lama nilainya juga akan habis.
Misalkan saja terdapat sepetak tanah. Tanah tersebut selalu digarap dan
ditanami tumbuh-tumbuhan secara terus menerus tanpa henti. Sehingga semakin
23
lama tanah tersebut akan kehilangan kesuburannya dan tumbuh- tumbuhan itu
akan mati. Hal itu dikarenakan unsur hara yang terdapat pada tanah tersebut
akan hilang atau habis.
Dari penjelasan diatas bisa disimpulkan dalam diagram sebagai berikut :
Kurva diatas menunjukkan bahwa terdapat peristiwa yang terjadi pada tiap-tiap
tahapnya. Masing-masing tahap menunjukkan elastisitas produksi yang nilainya
berbeda-beda. Elastisitas Produksi (Ep) adalah rasio perubahan dari output yang
dihasilkan yang diakibatkan dari perubahan input yang digunakan. Ep dapat
dituliskan sebagai berikut :
𝐸𝑝 = ∆Q . Q
∆L L
Karena ∆𝑄⁄∆𝐿 merupakan MP, maka besar kecilnya Ep bergantung pada besar
kecilnya nilai MP.
Terdapat tiga tahapan yang ada pada diagrab tersebut. Tahap I pada kurva
diatas adalah bagian yang menunjukkan input variabel atau tenaga kerja yang
masih sedikit sedangkan ouputnya relatif besar. Sehingga jika input variabel terus
ditambah maka TP, MP, dan AP akan terus bertambah nilainya. Tahap II
menunjukkan produksi total terus naik hingga mencapai titik optimum atau titik
tertingginya, sedangkan AP dan MP terus menurun hingga MP mencapai titik nol.
Pada Tahap III menunjukkan jumlah tenaga kerja yang semakin banyak. Hal itu
24
membuat TP, AP, dan MP menurun, bahkan kurva MP berada di bawah garis
origin atau garis nol.
3. FUNGSI PRODUKSI DENGAN DUA MACAM INPUT VARIABEL
A. Isokuan Produksi
Isokuan (isoquant) menggambarkan berbagai kombinasi dari dua input (misalnya,
tenaga kerja dan modal) yang bisa digunakan oleh persahaan untuk berproduksi
pada tingkat output tertentu. Isokuan yang lebih tinggi menunjukkan outpun yang
lebih besar. Sebaliknya, isokuan yang lebih rendah menunjukkan output yang
lebih kecil. Isokuan dapat diturunkan pada Tabel 2-1, yang mengulang fungsi
produksi dari Tabel 2-1 dengan garis yang menghbungkan seluruh kombinasi
tenaga kerja-modal yang dapat digunakan untuk berproduksi pada tingkat output
tertentu.
Tabel 2-1 (Fungsi Produksi dengan Dua Variabel Input7) Modal (K) 6 10 24
31 36 40 39
5 12 28 36 40 42 40
4 12 28 36 40 40 36 Output(Q)
3 10 23 33 36 36 33
2 7 18 28 30 30 28
1 3 8 12 14 14 12
K(keatas) 1 2 3 4 5 6
25
Sebagai contoh, tabel diatas menunjukkan bahwa output sebesar 12 unit (12Q)
dapat diproduksi dengan 1 unit modal (1K) dan 3 unit tenaga kerja (3L) atau 1K
dan 6L. output sebanyak 12Q dapat juga diproduksi dengan 1L dan 4K, serta 1L
dan 5K. ini ditunjukkan oleh isokuan yang paling rendah Figur 2-6. Isokuan tidak
patah-ptah dengan asumsi tenaga kerja dan modal bisa dibagi secara terus-
menerus. Tabel diatas juga menunjukkan bahwa 28Q dapat diproduksi dengan
2K dan 3L, 2K dan 6L, 2L dan 4K, serta 2L dan 5K (lihat isokuan yang kedua
yang bertanda 28Q dalam figur 2-2). Tabel tersebut juga menggambarkan
kombinas L dan K yang dapat dipergunakan untuk berproduksi 36Q dan 40Q
(ditunjukkan oleh dua isokuan tertinggi dalam gambar). Ingat bahwa untuk
memproduksi output dalam jumlah yang lebih besar, dibutuhkan lebih banyak
tenaga kerja, lebih banyak modal, atau lebih banyak tenaga kerja dan modal.
B. Wilayah Ekonomis Produksi
Perusahaan tidak akan beroperasi pada kemiringan isokuan yang positif karena
pada tingkat output yang sama perusahaan dapat berproduksi menggunakan
modal dan tenaga kerja yang lebih sedikit. Sebagai contoh, perusahaan tidak
akan memproduksi 36Q pada titik U dalam figure 2-2 dengan menggunakan 6L
dan 4K karena perushaan dapat memproduksi 36Q dengan menggunakan
tenaga kerja dan modal dalam kuantitas yang lebih sedikit seperti ditunjukkan
oleh titik V pada isokuan yang sama. Sama juga halnya, perusahaan tidak akan
memproduksi 36Q pada titik W dengan 4L dan 6K karena persahaan dapat
memproduksi 36Q pada titik Z dengan L dan K yang lebih sedikit. Mengingat
input-input tersebut tidaklah gratis, perusahaan tidak ingin memproduksi pada
daerah isokuan yang memiliki kemiringan positif. Garis mendaki memisahkan
bagian isokuan yang relevan(yang memiliki kemiringan negatif) dari bagian yang
tidak relevan (ysng memiliki kemiringan positif). Dalam figure 2-2, garis mendaki
0VI menghubungkan titik dari berbagai isokuan pada saat isokuan mempunyai
kemiringan nol. Isokuan memiliki kemiringan negative disebelah kiri garis
mendaki dan kemiringan positif di sebelah kanan. Contohnya, titik V pada
isokuan untuk 36Q jika perusahaan menggunakan tenaga kerja yang lebih
26
banyak, perusahaan juga harus menggunakan lebih banyak modal untuk tetap
berada pada isokuan yang sama (bandingkan titik U dan titik V). mulai dari titik V,
jika perusahaan menggunaka lebih banyak tenaga kerja sementara jumlah modal
tetap, tingkat output akan turun atau jatuh, artinya perusahaan akan jatuh
kembali ke isokuan yang lebih rendah. Hal yang sama terjadi pada semua titik di
garis mendaki 0VI. Sehingga, MPl pastilah negative pada sebelah kanan
garismendaki. Hal ini berkaitan dengan tahap III produksi untuk tenaga kerja.
Jadi, kita simpulkan bahwa bagian isokuan dengan kemiringan negative dalam
garis mendaki mencerminkan wilayah ekonomis produksi yang releva. Ini
mengacu pada tahap II produksi untuk tenaga kerja dan modal, dimana MPl dan
MPk keduanya positif tetapi menurun dan produsen tidak akan beroperasi diluar
area ini.
27
Isokuan memiliki kemiringan negatif dalam daerah yang secara ekonomis
relevan. Ini berarti bahwa jika ingin mengurangi kuantitas modal yang digunakan
dalam produksi, perusahaan harus meningkatkan kuantitas tenaga kerja untuk
tetap verada pada isokuan yang sama. Sebagai contoh, pergerakan dari titik N
ke titik R pada isokuan 12Q dalam figura 2-4 menunjukkan bahwa perusahaan
melepaskan 2,5K dengan menambahkan 1L. sehingga, kemiringan isokuan 12Q
antara N dan R adalah -2,5K/1L. Diantara titik R dan S, kemiringan isokuan 12Q
adalah -1/2, dan begitu seterusnya.
Nilai absolute kemiringan isokuan disebut sebagai tingkat marginal dari subtitusi
teknis (MRTS). Untuk pergerakan turun sepanjang isokuan, tingkat marginal
subtitusi teknis dari tenaga kerja untuk modal ditunjukkan oleh ΔK/ ΔL. Kita
mengalikan ΔK/ ΔL dengan -1 untuk menyatakan MRTS sebagai angka yang
positif. Sehingga MRTS antara titik N dan R pada isokuan untuk 12Q adalah 2,5.
D. Input Subtitusi dan Komplementer Sempurna
Bentuk suatu isokuan mencerminkan derajat sejauh mana satu input dapat
disubstitusikan oleh yang lainnya dalam produksi. Di satu sisi, semakin kecil
lekukan isokuan, semakin tinggi derajat substitusi input- input produksi. Semakin
besar lekukan isokuan, sekamin rendah derajat substitusinya.
28
Pada titik ekstrem adalah isokuan-isokuan yang berbentuk garis lurus, seperti
ditunjukkan pada panel di sebelah kiri dari figure 2-5. Dalam hal ini tenaga kerja
dan modal merupakan substitusi sempurna. Artinya, tingkat dimana tenaga kerja
dapat disubstitusikan dengan modal kerja adalah kostan. Maka tenaga kerja
dapat disubstitusikan untuk modal
29
C = biaya variabel
total Q = OUTPUT
BAB X
30
mengenakan harga yang lebih tinggi. Kekuatan semacam itu, misalnya, melalui
diferensiasi atau dominasi atas pasokan di pasar.
Price taker berarti suatu perusahaan yang ada di dalam pasar tidak dapat
menentukan atau mengubah harga pasar. Harga barang dalam pasar ditentukan
oleh interaksi antara keseluruhan produsen dan keseluruhan pembeli. Dalam
pasar persaingan sempurna perusahaan berkedudukan sebagai price taker,
karena harga produk ditetapkan oleh kekuatan pasar berdasarkan konsep
keseimbangan pasar. Dalam pasar persaingan sempurna, manajer perusahaan
tidak dapatmenentukan harga artinya harga yang berlaku di pasar harus
diterima, apabila perusahaan ingin menjual produknya dalam pasar persaingan
sempurna.
31
seragam. Jadi, pangsa pasar masing-masing perusahaan terhadap total pasokan
di pasar sangat kecil. Sebagai hasilnya, perubahan output masing- masing
perusahaan tidak mempengaruhi pasokan di pasar.
· Produk homogen. Perusahaan menawarkan produk bersifat homogen
dan identik. Mereka saling mensubstitusi secara sempurna. Karena itu,
perusahaan tidak memiliki peluang untuk menetapkan harga yang lebih tinggi,
misalnya melalui diferensiasi. Selain itu, karena produk homogen, loyalitas
pelanggan juga tidak ada.
· Biaya peralihan minimal (tidak ada). Konsumen dapat dengan mudah
beralih ke produk pesaing jika sebuah perusahaan menetapkan harga yang lebih
tinggi.
· Hambatan masuk ke pasar rendah. Sehingga, jika perusahaan
mengambil untung dengan menaikkan harga jual sedikit di atas harga pasar, itu
akan menarik pendatang baru untuk masuk. Konsekuensinya, pasokan
bertambah dan harga jatuh, kembali menuju harga pasar.
· Hambatan keluar dari pasar rendah. Masuknya pendatang baru
mengintensifkan persaingan dan menurunkan harga pasar.Ketika kalah bersaing,
perusahaan dengan bebas keluar dari pasar.
· Informasi pasar sempurna. Baik perusahaan maupun konsumen memiliki
informasi sempurna tentang pasar, baik itu tentang harga, pasokan dan
permintaan. Oleh karena itu, masing-masing akan cenderung memiliki respon
yang relatif seragam
C. Perbedaan pengambil harga dengan pembuat harga
Pengambil harga harus menerima harga pasar sebagai harga jual mereka.
Mereka tidak memiliki kekuatan untuk menetapkan hargalebih tinggi daripada
harga pasar. Akibatnya, masing-masing perusahaan tidak dapat memaksimalkan
keuntungannya dengan menaikkan atau menurunkan harga yang dikenakan.
Sebaliknya, pembuat harga (price maker) memiliki kekuatan pasar untuk
mempengaruhi harga. Mereka dapat menetapkan harga di atas harga ekuilibrium
persaingan sempurna, baik dengan mempengaruhi pasokan pasar atau dengan
mendiferensiasi penawaran mereka Kekuatan semacam itu relevan untuk
32
perusahaan yang berada di persaingan tidak sempurna seperti persaingan
monopolistik, oligopoli dan monopoli.
D. Contoh pengambil harga
Pengambil harga muncul di pasar persaingan sempurna. Tidak ada contoh ideal
pasar yang bersaing secara sempurna. Dua contoh yang umumnya mendekati
struktur pasar tersebut adalah pasar valas dan komoditas. Investor di pasar valas
memiliki pengaruh yang sangatkecil terhadap permintaan dan pasokan mata
uang.
Contoh utama lainnya adalah pemain di pasar komoditas. Kualitas komoditas,
seperti minyak sawit, hampir identik dan ada banyak sekali perusahaan yang
memasoknya. Produsen tidak memiliki daya tawar untuk menegosiasikan harga.
Mereka cenderung mengambil harga pasar acuan sebagai harga jual. Oleh
karena itu, produsen adalah pengambil harga, meski pasar mereka tidak
beroperasi di bawah persaingan sempurna.
Pasar untuk minyak bumi sedikit berbeda. Meskipun diproduksi secara kompetitif
sebagai komoditas terstandarisasi di pasar global, namun hambatan masuk
sangat tinggi. Untuk beroperasi di bisnis minyakbumi, perusahaan membutuhkan
biaya modal yang signifikan, baik untuk membangun fasilitas penyulingan
ataupun memperoleh konsesi ladang minyak. Selain itu, mereka membutuhkan
keahlian keahlian sangat spesifik, misalnya untuk mengebor atau memurnikan
minyak. Oleh karena itu, tidak mengherankan, jumlah produsen minyak jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah konsumen.
Oleh karena itu, meski produk homogen, sebagian besar produsen minyak bumi
adalah pembuat harga. Munculnya kartel seperti Organisasi Negara-negara
Pengekspor Minyak (OPEC) juga semakin
meningkatkan kekuatan pasar dari para produsen minyak. Melalui kontrol
produksi, mereka dapat menjaga harga tetap berada di level yang
menguntungkan.
1. PRICE MAKERS TANPA REAKSI PESAING
a) Karakteristik dari pasar oligopoli
33
adalah adanya saling ketergantungan antar-perusahaan dalam pasar (mutual
interdependence), terdapat sejumlah kecil perusahaan yang memiliki kekuatan
pasar (market power), terdapat hambatan-hambatan bagi perusahaan baru untuk
memasuki pasar (barriers to entry). Dalam pasar oligopoli, perusahaan bertindak
sebagai price maker, karena manajer perusahaan dapat menentukan harga
apakah menaikkan atau menurunkan harga dari produk yang dijual oleh
perusahaan itu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya.
b) Penentu harga
penentuan harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut
sebagai "monopolis". Sebagai penentu harga (price-maker), seorang monopolis
dapat menaikan atau mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang
yang akan diproduksi; semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal
harga barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian, penjual juga
memiliki suatu keterbatasan dalam penetapan harga. Apabila penetapan harga
terlalu mahal, maka orang akan menunda pembelian atau berusaha mencari
atau membuat barang subtitusi (pengganti) produk tersebut atau — lebih buruk
lagi— mencarinya di pasar gelap (black market).
c) Hambatan
hambatan itu sendiri, secara langsung maupun tidak langsung, diciptakan oleh
perusahaan yang mempunyai kemampuan untuk memonopoli pasar.
Perusahaan monopolis akan berusaha menyulitkan pendatang baru yang ingin
masuk ke pasar tersebut dengan beberapa
cara; salah satu di antaranya adalah dengan cara menetapkan harga serendah
mungkin Dengan menetapkan harga ke tingkat yang paling rendah, perusahaan
monopoli menekan kehadiran perusahaan baru yang memiliki modal kecil.
Perusahaan baru tersebut tidak akan mampu bersaing dengan perusahaan
monopolis yang memiliki kekuatan pasar, image produk, dan harga murah,
sehingga lama kelamaan perusahaan tersebut akan mati dengan sendirinya.
Cara lainnya adalah dengan menetapkan hak paten atau hak cipta dan hak
eksklusif pada suatu barang, yang biasanya diperoleh melalui peraturan
34
pemerintah. Tanpa kepemilikan hak paten, perusahaan lain tidak berhak
menciptakan produk sejenis sehingga menjadikan perusahaan monopolis
sebagai satu-satunya produsen di pasar.
Pembahasan
Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu
perusahaan saja dan perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak
mempunyai barang pengganti yang sangat dekat. Artinya Pasar Monopoliterjadi
dimana hanya ada satu penjual produk, dan tidak ada produk lain yangmenjadi
35
pengganti (no substitutes) dari produk yang diperdagangkan oleh simonopolis
(orang yang menjalankan monopoli).
Sebagai penentu harga (price-maker), seorang monopolis dapat menaikan atau
mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang yang akan
diproduksi; semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal harga
barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian, penjual juga
memiliki suatu keterbatasan dalam penetapan harga. Apabila penetapan harga
terlalu mahal, maka orang akan menunda pembelian atau berusaha mencari
atau membuat barangsubtitusi (pengganti) produk tersebut atau —lebih buruk
lagi — mencarinya di pasar gelap (black market).
Hambatan itu sendiri, secara langsung maupun tidak langsung, diciptakan oleh
perusahaan yang mempunyai kemampuan untuk memonopoli pasar.
Perusahaan monopolis akan berusaha menyulitkan pendatang baru yang ingin
masuk ke pasar tersebut dengan beberapa cara; salah satu di antaranya adalah
dengan cara menetapkan harga serendah mungkin Dengan menetapkan harga
ke tingkat yang paling rendah, perusahaan monopoli menekan kehadiran
perusahaan baru yang memiliki modal kecil. Perusahaan baru tersebut tidak
akan mampu bersaing dengan perusahaan monopolis yang memiliki kekuatan
pasar, image produk, dan harga murah, sehingga lama kelamaan perusahaan
tersebut akan mati dengan sendirinya.
36
g) Perbedaan-Perbedaan Signifikan Antara Pasar
PersainganSempurna dan Tidak Sempurna
Berikut beberapa perbedaan signifikan agar Anda tidak keliru dalam memutuskan
jenis pasar apa yang termasuk Pasar Persaingan Sempurna dan Tidak
Sempurna:
1) Pasar Persaingan Sempurna terkesan hipotetis yang asumsinya
sebagian besar tidak berlaku konkrit di dunia nyata. Sebaliknya, Pasar
Persaingan Tidak Sempurna adalah situasi yang sangat sering ditemukan di
dunia nyata saat ini.
2) Dalam Pasar Persaingan Sempurna selalu terdapat banyak pelaku
pasar. Sedangkan dalam Pasar Persaingan Tidak Sempurna cenderung lebih
dinamis sehingga terdapat sedikit sampai ke banyak pelaku pasar tergantung
pada jenis struktur
pasarnya.
3) Dalam Pasar Persaingan Sempurna, penjual menghasilkan atau
memasok produk yang sama (homogen). Sementara dalam Pasar Persaingan
Tidak Sempurna, produk yang ditawarkan oleh penjual dapat bersifat homogen
atau bisajuga berbeda-beda.
4) Dalam Pasar Persaingan Sempurna, tidak ada hambatan untuk
masuk dan keluar dari pasar. Berbeda dalam Pasar Persaingan Tidak Sempurna
yang terkesan ketat dan penuh hambatan untuk masuk keluar pasar.
5) Dalam Pasar Persaingan Sempurna, diasumsikan bahwa perusahaan
tidak mempengaruhi harga suatu produk. Oleh karena itu mereka biasa disebut
Price Taker. Tetapi dalam
Pasar Persaingan Tidak Sempurna, perusahaan sangat dimungkinkan
memengaruhi harga produk (Price Maker).
37
BAB XI
1. CONTOH-CONTOH KASUS
A. Price Makers tanpa respon pesaing
Perusahaan dapat bertindak sebagai price makers tanpa mendapat respon
kompetitif dari pesaing, umumnya terjadi dalam pasar monopoli. Salah satu
sektor krusial yang mendekati pasar monopoli adalah pasar tenaga listrik yang
saat ini dikuasai oleh PT. Perusahaan Listrik Negara.
Selama masa pendudukan Jepang, urusan kelistrikan negara ditangani oleh
sebuah instansi bentukan pemerintah militer Dai Nippon bernama Djawa Denki
Djigjo Sja. Lembaga ini punya beberapa cabang di sejumlah wilayah dengan
pusatnya di kota-kota besar. Dari sinilah monopoli listrik di Indonesia dimulai.
Tahun 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu. Indonesia pun merdeka pada 17
Agustus 1945. Orang- orang Indonesia yang bekerja di Djawa Denki Djigjo Sja
melawan, menduduki, dan mengambil-alih kendali perusahaan listrik tersebut.
Agar tidak terjadi kekacauan, pada 25 Oktober 1945 pemerintah RI yang belum
lama berdiri membentuk Jawatan Listrik dan Gas Bumi. Buku 50 Tahun
Pertambangan dan Energi dalam Pembangunan (1995) terbitan Departemen
Pertambangan dan Energi RI menyebutkan, jawatan ini dimasukkan ke dalam
Kementerian Pekerjaan Umum sejak 27 Oktober 1945. Tanggal 27 Oktober 1945
kemudian ditetapkan sebagai Hari Lahir PLN. Terhitung tanggal 1 Januari 1961,
Jawatan Listrik dan Gas Bumi diganti menjadi Badan Pemimpin Umum
Perusahaan Listrik Negara
(BPU-PLN) yang menaungi urusan listrik, gas, dan kokas (batubara). Namun,
pada 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan. Sebagai gantinya, pemerintah
membuka dua perusahaan negara, yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk
mengelola listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas.
Terjadinya Gerakan 30 September (G30S) 1965 menjadi salah satu penyebab
runtuhnya rezim Orde Lama pimpinan Presiden Sukarno yang kemudian
melahirkan Orde Baru di bawah kendali Soeharto. Tahun 1972, seperti dikutip
dari website resmi PLN, pemerintahan Orde Baru mengeluarkan kebijakan terkait
38
status PLN. PLN ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan
sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas
menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.
Status ini berlangsung cukup lama di sepanjang masa-masa kejayaan Orde
Baru. Tahun 1994, pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta
untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik. Maka, status PLN pun diubah
menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan tetap sebagai PKUK, hingga kini.
Meskipun begitu, pada faktanya, PLN terus memainkan peran sebagai satu-
satunya penyedia layanan listrik di Indonesia. Memang, ada beberapa
perusahaan swasta yang mengelola pembangkit listrik, namun untuk urusan
distribusi tetap dimonopoli oleh PLN. Kondisi ini memungkinkan PLN untuk
bertindak sebagai price maker atau penentu harga.
B. Price Takers
Pengambil harga muncul dalam pasar persaingan sempurna. Dua contoh yang
umumnya mendekati struktur pasar tersebut adalah pasar valas dan komoditas.
Investor di pasar valas memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap permintaan
dan pasokan mata uang, sehingga tidak memiliki kuasa untuk menentukan nilai
tukar mata uang yang bersangkutan.
Kemudian dalam pasar komoditas. Kualitas komoditas, seperti minyak sawit,
hampir identik dan ada banyak sekali perusahaan yang memasoknya. Produsen
tidak memiliki daya tawar untuk menegosiasikan harga. Mereka cenderung
mengambil harga pasar acuan sebagai harga jual. Oleh karena itu, produsen
adalah pengambil harga, meski pasar mereka tidak beroperasi di bawah
persaingan sempurna.
Contoh utama lainnya di Indonesia adalah pasar beras. Beras merupakan
makanan pokok sehari-hari masyarakat Indonesia. Kebutuhan beras juga sangat
tinggi dan meningkat setiap tahunnya seiring dengan pertumbuhan jumlah
penduduk. Beras yang beredar di pasaran juga cenderung homogen satu sama
lainnya, tanpa perbedaan yang mencolok. Karena beberapa alasan itulah pasar
beras dikategorikan mendekati pasar persaingan sempurna, dimana
perusahaan-perusahaan yang bermain di dalamnya sebagai produsen seperti
39
PT. Wilmar Padi Indonesia, PT. Indo Beras Unggul, PT. Beras Indonesia, PT.
Padi Unggul Indonesia, PT. Sari Tani Indonesia, PT Huni Agro National Pangan,
PT. Karya Baru Indonesia, dan sebagainya tidak memiliki kuasa untuk
menentukan harganya sendiri atau bertindak sebagai price takers, semuanya
didasarkan pada permintaan dan penawaran serta harga di kompetitif pasaran.
BAB XIl
40
adalah siklus perpindahan dan balasan oleh duopolis tersebut sampai masing-
masing menjual sepertiga dari total output industri.
B. Model Chambelin
Chamberlin mengasumsikan bahwa duopolis mengakui saling mengakui
ketergantungan antar mereka, sehingga duopolis tsb
menetapkan harga-harga yg sama, menjual jumlah yg sama, dan
memaksimumkan keuntungan bersama.
41
Kasus kartel : (1) anggota kartel yang lemah bersedia menjual dengan tingkat
harga tertentu atau lebih rendah. Disebut penggabungan tidak stabil karena
produsen dengan struktur biaya lebih rendah akan mendorong produsen lain
keluar pasar. (2) produsen dengan struktur biaya sama akan membagi pasar
sama besar. Struktur biaya lain dengan kuota dan negosiasi. Untuk menghalangi
pesaing baru, tingkat harga ditetapkan tidak terlalu tinggi dan perang harga
dengan produsen baru.
42
ekonomi yang tidak efisien pada perusahaan-perusahaan dalam industri
oligopolistik. Ketika para oligopolis memproduksi barang-barang yang
terdiferensiasi, mungkin aku terlalu banyak uang dihabiskan untuk pembuatan
iklan dan perubahan model.
4. MODEL MEMAKSIMALKAN PENJUALAN
Model maksimasi penjualan yang diperkenalkan oleh William Baumol, yang
merumuskan bahwa manajer perusahaan modern berusaha memaksimumkan
penjualan setelah tingkat pengembalian yang cukup telah diperoleh untuk
memuaskan para pemegang saham.
Baumol menjelaskan bahwa sebuah perusahaan yang besar lebih merasa aman,
lebih mampu memperoleh harga yang murah atas pembelian input, dan mampu
mendapatkan pinjaman yang lebih rendah bunganya, serta bisa memiliki citra
yang baik bagi konsumen, pegawai, dan pemasuknya. Beberapa Penemuan
empiris sebelumnya menemukan adanya hubungan yang erat antara gaji
eksekutif dan penjualan, tetapi tidak antara penjualan dan laba. Tetapi, penelitian
yang lebih mutakhir menunjukkan hal yang sebaliknya. Model maksimasi
penjualan disajikan di sini karena sangat relevan dengan pasar oligopoli.
5. BEBERAPA CONTOH KASUS
Pasar Ologopoli dalam bentuk jasa di Indonesia ada pada industri penerbangan,
terdapat maskapai Garuda, Merpati, Pelita, Bouroq, Mandala, Lion, Adam Air dan
lainnya. Pada Industri jasa penerbangan yang terjadi saat ini para oligopolis
cenderung bersaing dalam hal harga (price competition), kalian dapat melihat
bagaimana ramainya perang tarif antar maskapai penerbangan. Untuk
membedakan produk satu perusahaan dengan perusahaan lain, sering para
oligopolis menerapkan strategi dalam menguasai dan menarik konsumen adalah
dengan membuat modelserta memberikan merek tertentu pada produk yang
dijual (strategi diferensiasi produk).
Model dan terutama merek ini biasanya dibuat agar berkesan di sanubari
konsumen, agar konsumen menjadi loyal. Konsumen yang sudah terikat pada
produk merek tertentu (loyal) akan sulit berpindah ke produk yang
lain.Menciptakan ketimpangan distribusi pendapatan harga yang stabil dan
43
terlalu tinggi bisa mendorong timbulnya inflasi bisa timbul pemborosan biaya
produksi apabila ada kerjasama antar oligopolis karena semangat bersaing
kurang bisa timbul eksploitasi terhadap pembeli dan pemilik faktor produksi sulit
ditembus/dimasuki perusahaan baru bisa berkembang ke arah monopoli.
44
BAB XIII
45
dianggap bahwa kriterianya adalah maksimisasi laba yang diharapkan. Dengan
membuat suatu timbangan / weight (probabilitas subyektif) untuk setiap estimasi
permintaan, maka kita dapat menghitung laba yang diharapkan pada setiap
alternatif harga.
Susunan probabilitas tersebut adalah sebagai berikut :
Qp = 0,2 ; Qm = 0,6
Qo = 0,2
Nilai laba yang diharapkan dapat dilihat pada Kolom terakhir dan tabel 10.4..
Strategi penetapan harga Rp 80,00 akan menghasilkan laba tertinggi sehingga
dapat dipilih sebagai harga dasar dalam kasus tersebut.
2. MARKUP PRICING
Mark up adalah sebuah peningkatan harga atau jumlah rupiah yang telah
ditambahkan pada biaya dari sebuah produk untuk memproduksi harga jual.
Perlakuan dari sebuah mark up bisa membuat margin mengalami peningkatan.
Margin sendiri merupakan tingkat keuntungan awal yang diperoleh dari barang
atau jasa yang akan ditawarkan dalam satuan persen.
Mark up merupakan salah satu metode penentuan harga yang biasanya
dianggap paling simpel dan paling banyak diterapkan. Metode ini adalah
penentuan harga yang ditetapkan dengan tujuan tersendiri, yakni untuk menutup
biaya tidak langsung serta laba rugi perusahaan. Rumus sederhana dalam
menghitung mark up adalah sebagai berikut.
HARGA JUAL = Biaya Beli Produk + Mark Up
Lawan dari mark up adalah mark down. Mark down merupakan sebuah upaya
penurunan dalam harga jual. Hal ini tidak terlepas dari adanya pengurangan
harga ritel awal atau pengurangan margin berdasarkan pada fakta bahwa harga
yang rendah ditujukan untuk meningkatkan jumlah penjualan. Jadi, harga yang
telah diberlakukan mark down tidak berarti membuat pihak retail mengalami
kerugian.
Meskipun demikian, keuntungan yang diperoleh lebih sedikit dari yang
diharapkan di awal usaha. Pada umumnya, sebuah mark down dilakuka n
46
dengan alasan untuk cuci gudang. Sama seperti menaikkan harga, menurunkan
harga atau mark down juga memiliki rumus tersendiri dalam perhitungannya
HARGA JUAL = Biaya Beli Produk – Mark Down
47
Meskipun membuat strategi penetapan harga melibatkan beberapa angka
penting, menghitung harga markup yang tepat dapat dilakukan dengan cukup
mudah berkat persamaan sederhananya.
• Cara mengaplikasikan Mark up pada usaha
Terkadang, seorang pengusaha retail pemula berpikir bahwa menaikkan harga
jual adalah sebuah metode penentuan harga yang digunakan hanya untuk
menambahkan berapa banyak keuntungan yang
48
1.000.000. Biaya penginstalan perangkat lunak untuk dijalankan di semua
komputer adalah 20.000.000. Jika John ingin mendapatkan keuntungan 20%
untuk pesanan tersebut, berapa harga yang harus dia kenakan?
Langkah 1:
Hitung total biaya pesanan (komputer + printer + instalasi perangkat lunak).
5.000.000 x 30 + 1.000.000 x 5 + 20.000.000 =
175.00.00 (biaya total).
Langkah 2:
Tentukan harga jual dengan menggunakan persentase 20% yang diinginkan.
20% = (Harga Jual – $ 175.000.000) / 175.000.000 maka harga Jual harus: $
210.000.000 (harga jual).
Oleh karena itu, agar John mencapai persentase markup yang diinginkan
sebesar 20%, John harus menagih perusahaan sebesar 210.000.000.
• Tips Sebelum Menerapkan Mark Up Dalam Sebuah Bisnis
Sama seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa sebelum menentukan harga
dalam setiap bisnis harus mempertimbangkan beberapa faktor. Karena banyak
yang menganggap mark up sebagai sebuah kegiatan yang dilakukan dengan
tujuan untuk menambah keuntungan. Maka dari itu, berikut ini adalah paparan
mengenai tips sebelum menerapkan mark up.
1. Perhatikan Target Penjualan dan Target Pengembangan
Tips pertama adalah dengan memperhatikan target penjualan yang merupakan
salah satu hal penting dan menjadi sebuah acuan. Karena dapat mengetahui
berapa lama barang tersebut berada di toko. Selain itu, target pengembangan
juga perlu diperhatikan agar bisnis yang dijalani bisa berjalan dengan baik dan
mendapat keuntungan.
2. Perhatikan Biaya Operasional
Berbagai jenis peritel memang membutuhkan biaya-biaya operasional. Di mana
biaya-biaya operasional dapat dilihat pada biaya transportasi, komunikasi, dan
juga pengemasan. Hal tersebut memang perlu untuk dipertimbangkan sebelum
49
menentukan harga sebuah barang. Sehingga nantinya tidak mengalami
kerugian.
• Perbedaan Markup dan Markdown
Berbeda dengan markup, penurunan harga mengacu pada penurunan harga jual
produk atau layanan yang disengaja. Misalnya, penurunan harga terjadi ketika
bisnis menjual produk atau layanan dengan harga yang lebih rendah daripada
nilai pasarnya atau harga yang sedang terjadi di pasar.
Misalnya, dalam industri ritel, kemeja yang biasanya dijual seharga
$ 20 dapat "diturunkan nilainya" menjadi $ 10 sebagai bagian dari penjualan.
Seringkali, bisnis mungkin menurunkan biaya barang dagangan musiman
mereka untuk menyingkirkan barang dagangan lama dan memberi ruang bagi
produk musim baru. Selain itu, mereka mungkin menurunkan harga pada produk
lama untuk memberi ruang bagi model baru dan menghindari terjebak dengan
inventaris lama. Sementara pelanggan menerima produk dan layanan dengan
harga yang lebih rendah, bisnis menggunakan strategi ini untuk mendorong
mereka melakukan pembelian tambahan. Oleh karena itu, meskipun markup
menaikkan harga dan penurunan harga menurunkannya, keduanya dilakukan
dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan oleh karena itu, keuntungan.
Kedua
strategi juga membantu mereka mengimbangi kerugian awal mereka dari
produksi barang atau jasa.
50
LAMPIRAN
51
17. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 31 Mei 2021 54
(Lembar Jawaban UAS)
52
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
53
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
54
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
55
LAMPIRAN 7
LAMPIRAN 8
56
LAMPIRAN 9
LAMPIRAN 10
57
LAMPIRAN 11
LAMPIRAN 12
58
LAMPIRAN 13
LAMPIRAN 14
59
LAMPIRAN 15
60