Anda di halaman 1dari 64

EKONOMI MANAJERIAL

DALAM PEREKONOMIAN GLOBAL

RESUME

Untuk Memenuhi Persyaratan pada Mata Kuliah


Ekonomi Manajerial
Dosen: Rizcky Oktavia Nur, S.E., M.M., Ak., CA.

Oleh:

ROSALINA WIJAYANTI
195020201111081

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah Swt, atas limpahan rahmat
dan hidayah-Mu penulis dapat menyajikan tulisan yang berjudul: EKONOMI
MANAJERIAL DALAM PEREKONOMIAN GLOBAL Di dalam tulisan ini, disajikan
pokok-pokok bahasan yang meliputi: RUANG LINGKUP EKONOMI
MANAJERIAL, PERAN ORGANISASI BISNIS DAN KONSEP DASAR EKONOMI
MANAJERIAL, PRINSIP DAN METODE SOLUSI OPTIMAL SERTA ALAT
OPTIMASI MANAJERIAL, ESTIMASI DAN PRAKIRAAN PERMINTAAN, TEORI
PRODUKSI DAN EFISIENSI OPERASIONAL, TEORI BIAYA DAN EFISIENSI
BIAYA, MODEL-MODEL PENETAPAN HARGA, PENETAPAN HARGA
OLIGOPOLIS, PENETAPAN HARGA DALAM PRAKTIK. Sangat disadari bahwa
dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis, walaupun telah
dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih dirasakan banyak
kekurangtepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun
agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Malang, 31 Mei 2021

Rosalina Wijayanti

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I MODEL EKONOMI DAN RUANG LINGKUP EKONOMI 1


MANAJERIAL
1.1. Definisi Ekonomi Manajerial 1
1.2. Model Ekonomi 1
1.3. Ruang Lingkup Ekonomi Manajerial 1

BAB II PERAN ORGANISASI BISNIS DAN KONSEP-KONSEP 3


DASAR
2.1. Peran Perusahaan Dalam perekonomian dan 3
masyarakat
2.2. Lingkungan usaha, Profit maksimum, Optimasi, 3
Efektifitas, Efisiensi, dan Nilai sebagai tujuan utama
perusahaan dan manajemen

BAB III SOLUSI OPTIMAL DAN BEBERAPA ALAT OPTIMASI 4


MANAJERIAL
3.1. Metode menyatakan hubungan antar variabel 4
ekonomi

3.2. Fungsi total, Rerata, Marjinal 4


3.3. Analisis Optimasi Ekonomi 6
3.4. Beberapa Alat Manajemen untuk Optimasi 6
3.5. Beberapa Situasi Pengambilan Keputusan Manajerial 6

BAB IV KEPUTUSAN KONSUMEN DAN TEORI PERMINTAAN 7


4.1. Teori Pilihan Konsumen dan Hukum Permintaan 7
4.2. Pendekatan Atribut Dalam Teori Konsumen 7

BAB V ANALISIS PERMINTAAN UNTUK PENGAMBILAN 8


KEPUTUSAN MANAJEMEN BISNIS
5.1. Arti Penting Fungsi Permintaan Untuk Keputusan 8
Bisnis
5.2. Berbagai Konsep Elastisitas 8

iii
BAB VI ESTIMASI DAN PRAKIRAAN PEMINTAAN 10
6.1. Beberapa Metode Estimasi Dan Prakiraan Permintaan 10
6.2. Mengaplikasikan Metode Estimasi Dan Prakiraan 10
Permintaan

BAB VII TEORI PRODUKSI DAN EFISIENSI OPERASIONAL 15


7.1. Organisasi Produksi dan Fungsi produksi 15
7.2. Fungsi Produksi dengan Satu Macam Input Variabel 16
7.3. Fungsi Produksi dengan Dua Macam Input Variabel 20
7.4. Kombinasi Input Yang Optimal 20
7.5. Inovasi, Efisiensi, Daya Saing Global 27

BAB VIII TEORI BIAYA DAN EFISIENSI BIAYA 16


8.1. Fungsi Biaya Jangka Pendek 18
8.2. Fungsi Biaya Jangka Panjang 18
8.3. Estimasi Fungsi Biaya 24
8.4. Beberapa contoh aplikasi analisis dan efisiensi Biaya 25

BAB IX MODEL-MODEL PENETAPAN HARGA 26


9.1. Model price takers 26
9.2. Price makers tanpa reaksi pesaing 28
9.3. Contoh-contoh kasus 33

BAB X PENETAPAN HARGA OLIGOPOLIS 35


10.1. Oligopoli dan tingkat konsentrasi pasar 35

10.2. Beberapa Model Oligopoli 35


10.3. Implikasi Oligopoli terhadap Profitabilitas dan 37
Efisiensi
10.4. Model Memaksimalkan Penjualan 37
10.5. Beberapa Contoh Kasus 38

BAB XI PENETAPAN HARGA DALAM PRAKTIK 39


11.1. Penetapan Harga dengan Informasi Tidak Lengkap 39
11.2. Markup pricing 40

LAMPIRAN 45

iv
BAB I

1. DEFINISI EKONOMI MANAJERIAL


Ekonomi manajerial adalah penerapan teori ekonomi dan perangkat analisis ilmu
keputusan untuk membahas bagaimana cara suatu organisasi dapat mencapai
target dengan cara yang efektif dan efisien. Atau definisi ekonomi manajerial
yakni suatu pengetahuan yang menunjukan adanya penerapan teori-teori
ekonomi dan analisis pengetahuan dalam mengambil suatu keputusan yang
mengidentifikasi bagaimana cara organisasi dapat mencapai tujuannya secara
lebih efisien. Ekonomi Manajerial memberikan teori dan metodologi ekonomi
yang dibutuhkan oleh para eksekutif dalam pengambilan keputusan usaha.
Dengan memanfaatkan konsep-konsep dan teknik-teknik yang biasa digunakan
dalam teori ekonomi dan teori pengambilan keputusan, topik-topik yang dibahas
antara lain mencakup: optimasi ekonomi, analisis risiko, teori dan peramalan
permintaan, analisis fungsi produksi, teori dan analisis biaya, analisis produk dan
struktur pasar, analisis kebijakan harga, peraturan pemerintah dalam ekonomi
dan perencanaan investasi.

2. MODEL EKONOMI
Suatu konsep atau model yang menggabungkan dua atau lebih variabel yang:
(a) menjelaskan hubungan yang ada antara variabel-variabel; (b)
menggambarkan hasil ekonomis dari hubungan tersebut; (c) memperkirakan
akibat perubahan variabel terhadap hasil perekonomian. Model ekonomi
dipergunakan untuk merangkum ciri-ciri penting fenomena ekonomi yang rumit,
menyederhanakan dan menerjemahkannya sehingga dapat dilakukan
penganalisisan yang dapat dipahami. Biasanya tugas ini menuntut pembual
model membuat asumsi tertentu yang disederhanakan tentang perilaku manusia.
Sebagai contoh, dalam menganalisis permintaan, ahli ekonomi mengasumsikan
bahwa konsumen mencari kepuasannya atau kegunaan yang maksimum
sehingga konsumen akan secara rasional mengkonsumsi lebih banyak suatu
produk yang harganya menurun, dan sebaliknya.

1
3. RUANG LINGKUP EKONOMI MANAJERIAL
Ekonomi manajerial adalah suatu penerapan ilmu yang menggabungkan antara
ilmu ekonomi dan pengambilan keputusan.
1. Berkaitan Dengan Teori Ekonomi.
Keputusan dari manajemen dapat menerapkan ilmu ekonomi dan perangkat ilmu
terapan. Ekonomi mikro mempelajari mengenai tingkah laku ilmu ekonomi secara
individual sebagai unit pengambilan suatu keputusan dalam sistem perdagangan
bebas. Dan ekonomi makro melihatnya secara agregat, yaitu seperti: output,
pendapatan, investasi, keseluruhan harga atau harga total. Teori ekonomi
berguna untuk memprediksi serta menerangkan tingkah laku ekonomi. Teori
ekonomi umumnya dimulai dengan suatu model, model merupakan suatu
abstraksi dari banyak hal yang meliputi dari suatu kejadian dan berusaha untuk
mengidentifikasi dari beberapa banyak faktor dari suatu kejadian.
2. Berkaitan Dengan Ilmu Keputusan
Ilmu keputusan mempergunakan perangkat matematika ekonomi dan juga
ekonometrik guna untuk membentuk serta mengestimasi model yang ditujukan
untuk perilaku optimal suatu perusahaan. Matematika ekonomi ini dipakai untuk
memformulasi model ekonomi yang dipostulatkan oleh teori ekonomi
ekonometrik yang menerapkan peralatan statistik pada perangkat dunia nyata
untuk mengestimasi model yang dipostulatkan oleh teori ekonomi yaitu untuk
peramalan.
3. Keterkaitan dengan berbagai fungsional ilmu administrasi bisnis 3
Hubungan antara ekonomi manajerial dengan area fungsional ilmu administrasi
bisnis menjadi latar belakang dalam pengambilan keputusan. Area fungsi
administrasi tersebut diantaranya meliputi: akuntansi, keuangan, pemasaran,
manajemen SDM (Sumber Daya Manusia) dan produksi. Jadi ekonomi
manajerial adalah sebagai pelajaran yang menggabungkan antara teori ekonomi,
ilmu pengambilan keputusan, dan juga area fungsional ilmu administrasi Bisnis,
yang membahas bagaimana hal itu saling berinteraksi antara satu sama lain
pada organisasi atau perusahaan untuk mencapai target atau tujuan perusahaan
dengan cara yang lebih efisien.

2
BAB II

1. PERAN ORGANISASI BISNIS


Organisasi adalah suatu kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan
bersama yang diinginkan dan mau terlibat dengan peraturan yang ada.
Organisasi adalah suatu wadah atau tempat untuk melakukan kegiatan bersama,
agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Peran organisasi
dalam sebuah perusahaan sangatlah penting, karena perusahaan didirikan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu dan untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan
aktivitas, kerja sama, dan tentu saja orang yang melakukan aktivitas tersebut
atau sumber daya manusia yang ketiga unsur ini terdapat dalam sebuah
organisasi. Kesimpulan, suatu perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu
membutuhkan organisasi didalamnya agar bisa tercapai tujuan tersebut.

2. KONSEP DASAR EKONOMI MANAJERIAL


Ekonomi Mikro terapan atau ekonomi manajerial memiliki definisi yang berbeda-
beda. Ada yang mendefinisikan sebagai ekonomi mikro terapan dan ada juga
yang mendefinisikan konsep ilmu manajemen dan riset operasi (operation
research). Sementara itu ada pula yang menganggap ekonomi manajerial
terutama sekali sebagai suatu kerangka kerja terpadu untuk menganalisis
masalah-masalah pengambilan keputusan dalam dunia bisnis. Ekonomi
manajerial menerapkan teori dan metodologi ekonomi dalam pembuatan
keputusan di dunia bisnis dan administrasi. Secara lebih khusus, ekonomi
manajerial menggunakan alat dan teknik analisis ekonomi untuk menganalisis
dan memecahkan masalah-masalah manajerial. Dalam arti bahwa ekonomi
manajerial menghubungkan ilmu ekonomi tradisional dengan ilmu-ilmu

3
pengambilan keputusan (decision sciences) dalam pembuatan keputusan
manajerial.

4
BAB III

1. METODE HUBUNGAN ANTAR VARIABEL EKONOMI


Variabel adalah besaran (konsep teori) yang dapat memuat kemungkinan nilai
yang berbeda.Variabel merupakan elemen dasar dari sebuah model. Variabel
ada 2 :
1. Variabel stock : konsep/besaran ekonomi yang tidak memiliki dimensi waktu.
Contoh : Persedian barang atau material perusahaan
2. Variabel flow : konsep/besaran ekonomi yang memiliki dimensi waktu
Contoh : Jumlah penjualan perusahaan
Hubungan antar variabel dalam ilmu ekonomi terdiri dari 4 tipe:
1. Hubungan perilaku : menggambarkan hubungan satu variabel dengan satu
atau beberapa variabel.
2. Hubungan identitas : merupakan hubungan defisional yang tepat sama antara
satu variabel dengan satu atau beberapa variabel lain. Contoh : reaksi TC karena
perubahan jumlah output yang diproduksi.
3. Hubungan teknologi : menggambarkan hubungan antar variabel yang
disebabkan oleh sifat fisik variabel tersebut.
Contoh : reaksi TC karena perubahan jumlah output yang diproduksi.

2. FUNGSI TOTAL, RERATA, MARJINAL


Fungsi Total

1. Biaya Total (Total Cost, TC) : seluruh biaya yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan dalam memproduksi sejumlah output.
2. TFC : Biaya produksi yang jumlah tetap (tidak berubah) berapapun jumlah
output yang diproduksi.
3. TVC : Biaya produksi yang jumlahnya berubah-ubah sesuai / mengikuti
perubahan jumlah output.

5
Biaya Rata-Rata (Average Cost)

1. Average Fixed Cost (AFC) : adalah biaya tetap yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk setiap unit output yang diproduksinya.
2. Average Variable Cost (AVC) : adalah biaya variabel yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk setiap unit output yang diproduksinya.

Biaya Marginal (Marginal Cost)


Marginal Cost (MC) : adalah tambahan biaya dikeluarkan oleh perusahaan,
akibat adanya tambahan output yang diproduksi sebanyak 1 (satu) unit.

6
BAB IV

1. ANALISIS OPTIMASI EKONOMI


Analisis Optimasi Ekonomi adalah analisis yang digunakan untuk mempelajari
proses perusahaan dalam menentukan tingkat output yang memaksimumkan
laba.
2. ALAT MANAJEMEN UNTUK OPTIMASI
Terdapat beberapa cara / alat :
1. Maksimisasi Laba dengan pendekatan Penerimaan Total & Biaya Total :
TR = Pendapatan Total
TC = Biaya Total
2. Optimasi dengan Analisis Marginal :
Perusahaan memaksimumkan laba total pada Q=3, dimana selisih TR & TC
terbesar , MR = MC, dan fungsi berada pada titik tertinggi.

7
3. Optimasi dengan Kalkulus Diferensial (dengan Konsep Diferensial &
Turunan) :
Fungsi Y = f(X)
Jika menunjukkan perubahan nilai maka menggunakan tanda Δ sehingga
menjadi ΔX dan ΔY

3. SITUASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJERIAL


Pengambilan keputusan manajerial merupakan proses penentuan solusi terbaik
dari berbagai alternatif solusi terhadap suatu masalah tertentu. Manajer
menggunakan alat ekonomi manajerial untuk membantu dalam proses
menemukan keputusan tindakan yang terbaik. Sedangkan Keputusan optimal
(optimal decision) adalah tindakan yang memberikan hasil yang paling konsisten
dengan tujuan pengambil keputusan.

8
BAB V

1. TEORI PILIHAN KONSUMEN DAN HUKUM PERMINTAAN


Teori permintaan tradisional diawali dengan pengujian perilaku konsumen sebab
permintaan pasar diasumsikan sama dengan penjumlahan permintaan
konsumen individual. Konsumen diasumsikan rasional pada tingkat pendapatan
dan harga pasar tertentu konsumen berupaya memperoleh tingkat utilitas
tertinggi yang mungkin dicapainya. Konsumen dianggap memiliki pengetahuan
yang lengkap berkenaan dengan seluruh informasi yang relevan atas keputusan
konsumsi yang diambilnya. Dengan kata lain konsumen mengetahui seluruh
komoditi yang tersedia baginya sehingga dapat membandingkan utilitas yang
dapat diperolehnya dari masing- masing komoditi. Hukum permintaan adalah
suatu kaidah yang menjelaskan tentang hubungan negatif antara tingkat harga
dengan jumlah barang atau jasa yang diminta. Jika harga naik, maka jumlah
barang atau jasa yang diminta akan turun. Demikian pula sebaliknya, jika harga
turun, maka permintaan terhadap jumlah barang atau jasa akan meningkat, yang
artinya hukum tersebut berlaku apabila faktor-faktor selain harga tidak
mengalami perubahan atau dalam keadaan tetap.

2. PENDEKATAN ATRIBUT DALAM TEORI KONSUMEN


Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Kevin Lancaster pada tahun 1966.
Pendekatan atribut ini mendasar pada asumsi bahwa yang diperhatikan oleh
konsumen bukan terhadap produk yang dihasilkan perusahaan, melainkan lebih
pada atribut barang yang bersangkutan. Yang dimaksudkan dengan atribut suatu
barang adalah semua jasa yang dihasilkan dari penggunaan dan atau pemilikan
barang tersebut. Atribut sebuah mobil antara lain meliputi jasa pengangkutan,
prestise, privasi, keamanan dan sebagainya. Konsumen mendapatkan kepuasan
dari konsumsi atribut, namun harus membeli barang untuk memperoleh atribut
tersebut. Jadi barang itu merupakan alat untuk menyampaikan atribut dalam
proses konsumsi. Setiap barang memberikan satu atribut atau lebih dalam suatu
perbandingan tertentu.

9
BAB VI

1. ARTI PENTING FUNGSI PERMINTAAN UNTUK KEPUTUSAN BISNIS


Seperti yang kita ketahui, permintaan konsumen mungkin terlihat sederhana,
tetapi apabila permintaan tersebut tidak dipenuhi dengan baik maka itu
berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha. Sehingga dapat dipastikan
semua permintaan itu terpenuhi dengan baik, agar konsumen merasa puas dan
terjadi peningkatan dalam hal permintaan. Dengan begitu akan terjadi proses
pembelian ulang yang sifatnya berkelanjutan.

2. BERBAGAI KONSEP ELASTISITAS


Konsep elastisitas dibedakan menjadi dua jenis, elastisitas permintaan dan
elastisitas penawaran.
Elastisitas permintaan :
1. Permintaan elastis (Ed > 1) Permintaan elastis terjadi apabila perubahan
permintaan lebih besar dari perubahan harga. E>1 memiliki arti bahwa
perubahan harga diikuti jumlah permintaan dalam jumlah yang lebih besar.
Misalnya barang-barang mewah.
2. Permintaan inelastis (Ed < 1) Permintaan in elastis terjadi apabila perubahan
harga kurang begitu berpengaruh terhadap perubahan permintaan. Ed < 1
memiliki arti bahwa perubahan harga hanya diikuti perubahan jumlah yang
diminta dalam jumlah yang relatif lebih kecil. Misalnya permintaan terhadap
beras.
3. Permintaan elastis uniter (Ed = 1) Permintaan elastis uniter terjadi apabila
perubahan permintaan sebanding dengan perubahan harga. Ed = 1 memiliki arti
bahwa perubahan harga diikuti oleh perubahan jumlah permintaan yang sama.
Misalnya barang-barang elektronik.

10
4. Permintaan inelastis sempurna (Ed = 0) Permintaan in elastis sempurna terjadi
apabila perubahan harga tidak berpengaruh terhadap jumlah permintaan. Ed = 0
memiliki arti bahwa perubahan harga sama sekali tidak berpengaruh terhadap
jumlah permintaan. Misalnya obat-obatan.
5. Permintaan elastis sempurna (Ed = ~) Permintaan elastis sempurna terjadi
apabila perubahan permintaan tidak memberikan dampak sama sekali terhadap
perubahan harga. Kurva akan sejajar dengan sumbu Q atau X.
Elastisitas penawaran :
1. Penawaran elastis (Es > 1) Penawaran elastis terjadi apabila persentase
perubahan jumlah barang yang ditawarkan lebih besar daripada persentase
perubahan harga.
2. Penawaran inelastis (Es < 1) Penawaran inelastis terjadi apabila perubahan
harga diikuti dengan jumlah penawaran yang lebih besar.
3. Penawaran elastis uniter (Es = 1) Penawaran elastis uniter terjadi apabila
persentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan sama dengan persentase
perubahan harga barang tersebut.
4. Penawaran inelastis sempurna (Es = 0) Penawaran inelastis sempurna terjadi
apabila perubahan harga yang terjadi tidak berpengaruh terhadap jumlah barang
yang ditawarkan.
5. Penawaran elastis sempurna (Es = ~) Penawaran elastis sempurna terjadi
apabila perubahan penawaran tidak disebabkan oleh perubahan harga.
Sehingga kurva penawaran akan sejajar dengan sumbu Q atau X.

11
BAB VII
1. BEBERAPA METODE ESTIMASI DAN PRAKIRAAN PERMINTAAN
Estimasi permintaan adalah merupakan kegiatan memperkirakan jumlah
permintaan konsumen terhadap barang atau jasa dimasa yang akan datang
berdasarkan data atau keadaan masa lalu dan saat ini. Dalam melakukan
estimasi permintaan konsumen, metode yang sering digunakan, antara lain:
1. Customer Survey adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui
sikap dan persepsi para pelanggan dengan cara wawancara secara langsung
atau memberikan kuesioner yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu.
2. Metode Observasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui
perilaku konsumen /pelanggan dengan cara pengamatan yang dilakukan oleh
salesman (ditugaskan oleh manajer perusahaan).
3. Metode Market Experiment adalah suatu cara untuk membuat estimasi
permintaan dengan melakukan uji coba pada segmen pasar tertentu. Uji coba ini
dilakukan dengan memberikan perlakuan tertentu terhadap faktor –faktor yang
mempengaruhi permintaan.
Forecasting permintaan dari pasar yang dimasuki oleh perusahaan adalah suatu
pekerjaan yang perlu dilakukan oleh setiap manajer perusahaan dalam rangka
memprediksi berapa besar peluang pasar yang tersedia di masa mendatang.
Secara garis besar terdapat dua macam metode forecasting yang biasa
dilakukan, yaitu Metode Kualitatif yang terdiri atas Teknik Survey dan Teknik
Pengumpulan Opini. Sedangkan metode berikutnya adalah Metode Prakiraan
Kuantitatif, yang terdiri atas Analisis Runtun Waktu, Trend Seluler, Siklus
Fluktuasi, Analisis Musiman dan Model Ekonometri.

2. MENGAPLIKASIKAN METODE ESTIMASI DAN PRAKIRAAN


PERMINTAAN

12
● Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi sederhana adalah sebuah metode pendekatan untuk pemodelan


hubungan antara satu variabel dependen dan satu variabel independen. Dalam
model regresi variabel independen menerangkan variabel dependennya. Dalam
analisis regresi sederhana, hubungan antara variabel bersifat linear, dimana
perubahan variabel X akan diikuti oleh perubahan variabel Y secara tetap.
Sementra pada hubungan non linear , perubahan variabel X tidak diikuti dengan
perubahan variabel Y secara proporsional seperti pada model kuadratik,
perubahan X diikuti oleh kuadrat dari variabel X, hubungan demikian tidak
bersifat linear. Secara matematis model analisis regresi linear sederhana dapat
digambarkan sebagai berikut:
Y=A+BX+e
Y= Adalah variabel dependen atau respon
A= Adalah intercept atau konstanta
B= Adalah koefisien regresi atau slope
E =Adalah residual atau error
Secara praktis analisis regresi linear sederhana memiliki kegunaan sebagai
berikut:
1. Model regresi sederhana dapat digunakan untuk memprediksi nilai Y. Namun
sebelum melakukan forecasting terlebih dahulu harus buat model atau
persamaan regresi linier. Ketika model yang fit sudah terbentuk maka model
tersebut memiliki kemampuan untuk memprediksi nilai Y berdasarkan variabel
yang diketahui. Katakanlah sebuah model regresi digunakan untuk membuat
persamaan antara pendapatan (X) dan konsumsi (Y) keyka sudah diperoleh
model fit antara pendapatan dengan konsumsi, maka kita dapat memprediksi
berapa tingkat konsumsi masyarakat ketika kita sudah mengetahui pendapatan
masyarakat.

13
2. Mengukur pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Misalkan kita memiliki
satu serial data variabel Y, melalui analisis regresi linier sederhana kita dapat
membuat model variabel-variabel yang memiliki pengaruh terhadap variabel Y.
Hubungan antara variabel dalam analisis regresi bersifat kausalitas atau sebab
akibat. Berbeda halnya dengan analisis korelasi yang hanya melihat hubungan
asosiatif tanpa mengetahui apa variabel yang menjadi sebab dan apa variabel
yang menjadi akibat.
Model regresi linier sederhana yang baik harus memenuhi asumsi-asumsi
berikut:
a. Eksogenitas yang lemah, kita harus memahami secara mendasar sebelum
menggunakan analisis regresi bahwa analisis ini mensyaratkan bahwa variabel X
bersifat fixed atau tetap, sementara variabel Y bersifat random. Maksudnya
adalah satu nilai variabel X akan memprediksi variabel Y sehingga ada
kemungkinan beberapa variabel Y. dengan demikian harus ada nilai error atau
kesalahan pada variabel Y. Sebagai contoh ketika pendapatan (X) seseorang
sebesar Rp 1 juta rupiah, maka pengeluarannya bisa saja, Rp 500 ribu, Rp 600
ribu, Rp 700 ribu dan seterusnya.
b. Linieritas, seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa model analisis regresi
bersifat linier. artinya kenaikan variabel X harus diikuti secara proporsional oleh
kenaikan variabel Y. Jika dalam pengujian linieritas tidak terpenuhi, maka kita
dapat melakukan transformasi data atau menggunakan model kuadratik,
eksponensial atau model lainnya yang sesuai dengan pola hubungan non-linier.
c. Varians error yang konstan, ini menjelaskan bahwa varians error atau varians
residual yang tidak berubah-ubah pada respon yang berbeda. asumsi ini lebih
dikenal dengan asumsi homoskedastisitas. Mengapa varians error perlu
konstan? karena jika konstan maka variabel error dapat membentuk model
sendiri dan mengganggu model. Oleh karena itu, penanggulangan permasalahan
heteroskedastisitas/dan homoskedastisitas dapat diatasi dengan menambahkan
model varians error ke dalam model atau model ARCH/GARCH.
d. Autokorelasi untuk data time series, jika kita menggunakan analisis regresi
sederhana untuk data time series atau data yang disusun berdasarkan urutan

14
waktu, maka ada satu asumsi yang harus dipenuhi yaitu asumsi autokorelasi.
Asumsi ini melihat pengaruh variabel lag waktu sebelumnya terhadap variabel Y.
Jika ada gangguan autokorelasi artinya ada pengaruh variabel lag waktu
sebelumnya terhadap variabel Y. sebagai contoh, model kenaikan harga BBM
terhadap inflasi, jika ditemukan autokorelasi artinya terdapat pengaruh lag waktu
terhadap
inflasi. Artinya inflasi hari ini atau bulan ini bukan dipengaruhi oleh kenaikan BBM
hari ini namun dipengaruhi oleh kenaikan BBM sebelumnya (satu hari atau satu
bulan tergantung data yang dikumpulkan).

● Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau
lebih variabel independen (X1,X2,...,Xn) dengan variabel dependen (Y).analisis
ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau
negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan
biasanya berskala interval atau rasio.
Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y’= a+b1X1+b2X2+.....+bnXn
Ket:
Y’ = variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X1 dan X2 = variabel independen
a = konstanta ( nilai Y’ apabila X1,X2,.....,Xn =0)
F. Masalah dalam analisis

15
Analisis regresi dapat menghadapi masalah serius: Multikolinearitas Ini mengacu
kepada situasi dimana dua atau lebih variabel penjelas dalam suatu regresi
mempunyai korelasi yang tinggi. Multikolinearitas yang serius terkadang dapat
dihilangkan atau dikurangi bagian:
a. Memperluas ukuran sampel
b. Menggunakan informasi sebelumnya
c. Melakukan transformasi terhadap fungsional
d. Membuang satu dari variabel yang memiliki kolinear tinggi Heteroskedastisitas
ini timbul pada saat asumsi bahwa varian dari faktor galat adalah konstan untuk
semua nilai dari variabel bebas yang tidak dipenuhi hal ini sering muncul dalam
cross – sectional data. Gangguan heteroskedastisitas ini membawa kita pada
galat baku yang bias dan menjadi hasil uji statistik yang tidak tepat serta interval
keyakinan untuk estimasi parameter yang tidak tepat pula.

● Autokolerasi

Kapan pun terjadi galat atau residual yang berurutan berkorelasi, kita memiliki
korelasi atau korelasi serial. Pada saat galat yang berurutan mempunyai tanda
yang sama autokorelasinya positif, pada saat gambar berubah secara teratur kita
mempunyai korelasi negatif. Autokorelasi biasanya terjadi pada data deret waktu,
data yang mempunyai satu observasi untuk setiap variabel pada setiap satuan
waktu. Dalam ekonomi autokorelasi positif lebih umum dari pada yang negatif,
autokorelasi dapat muncul karena adanya tren atau siklus dalam variabel, dari
tidak dimasukkannya variabel yang penting dalam regresi atau data yang
nonlinear.

16
● Estimasi Permintaan Dengan Analisis Regresi

Meskipun survei konsumen, klinik konsumen, eksperimen pasar dan pendekatan


pemasaran yang lainnya untuk mengestimasi permintaan 6
menjadi sangat berguna, tetapi metode yang paling digunakan untuk
mengestimasi permintaan dalam ekonomi manajerial adalah analisis regresi,
metode ini biasanya lebih objektif menyediakan informasi yang lengkap dan lebih
murah.

● Spesifikasi model

Langkah pertama dalam menggunakan analisis regresi untuk mengestimasi


permintaan adalah menspesifikasi model yang akan diestimasi. Ini menyangkut
pengidentifikasian variabel-variabel penting yang mempengaruhi permintaan
untuk komoditas yang dikaji, seperti pendapatan konsumen (Px), pendapatan
konsumen (I), jumlah konsumen dalam pasar (N), harga komoditas konsumen
berhubungan, substitusi atau komplementer (Py), selera konsumen (T) dan
variabel-variabel lainnya, kita dapat membuat fungsi umum dari permintaan untuk
komoditas Qx = f (PX, I, N, Py, T,....)

● Mengumpulkan data dari variabel-variabel

17
Tahap kedua dari analisis regresi adalah mengumpulkan data dari variabel-
variabel dalam modelnya. Data dapat dikumpulkan untuk setiap variabel
sepanjang waktu untuk unit ekonomi yang berbeda pada waktu tertentu. Yang
awal disebut sebagai data deret waktu sementara yang akhir disebut cross –
sectional data. Setiap data mempunyai keuntungan tertentu tetapi jika mengarah
pada masalah estimasi tertentu.

● Menspesifikasi bentuk persamaan permintaan

Langkah ketiga dalam estimasi permintaan dalam analisis regresi adalah


menentukan bentuk fungsional dari model yang akan diestimasi. Model yang
paling sederhana dari biasanya yang paling realistis, adalah model linear.

● Menguji hasil ekonometrika

18
Langkah keempat merupakan terakhir dalam estimasi permintaan dalam analisis
regresi adalah mengevaluasi hasil regresi, tanda dari setiap estimasi koefisien
kemiringan yang ada harus dicek apakah sesuai dengan dasar teori yang ada,
kedua uji t harus dilaksanakan terhadap signifikansi terhadap statistik dari
estimasi parameter-parameter untuk menentukan derajat keyakinan dari setiap
estimasi koefisien kemiringan. Koefisien determinasi akan mengindikasikan
proporsi dari variasi total dalam permintaan untuk komoditas yang dapat
dijelaskan oleh variabel bebas atau variabel penjelas yang ada dalam persamaan
permintaan.
BAB IX
1. ORGANISASI PRODUKSI DAN FUNGSI PRODUKSI

Organisasi Produksi

Produksi (production) merujuk pada perubahan bentuk berbagai input atau


sumber-sumber daya menjadi output berupa barang dan jasa. Output
suatu perusahaan dapat berupa sebuah komoditas akhir atau berupa
produk antara, seperti misalnya semikonduktor. “produksi” merujuk
kepada seluruh aktivitas yang terlibat dalam produksi barang dan jasa.
Input adalah berbagai sumber daya yang digunakan dalam
memproduksi barang dan jasa. Input diklasifikasikan menjadi 2 yaitu
input tetap dan input variabel.
· Input tetap adalah input yang tidak dapat berubah dengan mudah selama
periode waktu tertentu, kecuali dengan mengeluarkan
biaya yang sangat besar.
· Input variabel adalah input yang dapat diveriasikan atau diubah secara
mudah dan cepat.
· Periode Jangka Pendek (Short Run) adalah periode dimana paling tidak ada
satu input tetap
· Periode Jangka Panjang ( Long Run) adalah periode waktu dimana seluruh
input adalah variable.
Fungsi Produksi

19
Fungsi produksi didefinisikan sebagai hubungan teknis antara input dengan
output, yang mana hubungan ini menunjukkan output sebagai fungsi
dari input. Fungsi produksi dalam beberapa pembahasan ekonomi
produksi banyak diminati dan dianggap penting karena (Soekartawi,
1990):

· Fungsi produksi dapat menjelaskan hubungan antara faktor produksi


dengan produksi itu sendiri secara langsung dan hubungan
tersebut dapat lebih mudah dimengerti.
· Fungsi produksi mampu mengetahui hubungan antara variabel yang
dijelaskan (Q), dengan variabel yang menjelaskan (X) serta
sekaligus mampu mengetahui hubungan antar variabel
penjelasnya (antara X dengan X yang lain).

Jangka Waktu dalam Produksi

Setiap proses produksi memerlukan jangka waktu produksi. Berdasarkan


penggolongan input diatas, jangka waktu produksi dibagi dua,
yaitu jangka pendek dan jangka panjang.

· Fungsi Produksi Jangka Pendek

Jangka pendek yaitu jangka waktu yang mengacu pada satu atau lebih faktor
produksi yang tidak bisa dirubah.Dalam jangka pendek, seorang
produsen dapat mengubah input X1 yang digunakan dalam
proses produksinya, akan tetapi tidak bisa mengubah input X2.
Jadi input X2 merupakan input tetap, sedangkan input X1
merupakan input variabel. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan
adalah bahwa kurva Total Produksi dimulai dari titik origin
(dengan kata lain tidak mempunyai intercept); karena jika

20
produsen tidak menggunakan input L sama sekali maka
outputnya juga nol.
Q = f ( X1, X2,...Xn Xn ).............................

dimana : Q = output; X1,X2,...Xn = input variabel; dan Xn = input tetap. Output


dapat diubah dalam jangka pendek dengan melakukan
penyesuaian terhadap sumber daya (input) variabel, tetapi
ukuran (scale) usaha adalah tetap dalam jangka pendek.
1. FUNGSI PRODUKSI DENGAN SATU MACAM INPUT VARIABEL

A. Produk Total

Produk total merupakan jumlah total dari semua hasil produksi dalam periode
tertentu. Produk total akan berubah sesuai dengan banyaknya faktor produksi
variabel yang digunakan. Kurva yang menunjukkan hubungan antara produksi
total dengan satu faktor produksi variabel sedangkan faktor lainnya dianggap
tetap adalah Kurva Produksi atau Total Product (TP). Kurva tersebut dinotasikan
sebagai berikut :

𝑇𝑃 = 𝑓(𝑋)

Dimana TPP merupakan output total atau jumlah produksi total, dan X
merupakan jumlah input variabel yang digunakan. Misalnya
jika hanya terdapat satu macam input variabel yang digunakan
yaitu tenaga kerja atau Labour maka dituliskan sebagai berikut
:

𝑄 = 𝑓(𝐿)
Dimana Q merupakan tingkat output dan L merupakan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan. Sehingga dari fungsi diatas dapat digambarkan kurva produksi
sebagai berikut :

21
A. Produksi Rata-Rata

Produksi rata-rata atau Average Product (AP) adalah jumlah total produksi yang
dibagi dengan faktor produksi yang digunakan selama proses produksi. Produksi
rata-rata dinotasikan dengan fungsi

sebagai berikut :

𝐐
𝐴𝑃 =

Q merupakan output total atau jumlah hasil produksi sedangkan L merupakan


jumlah Labour atau jumlah tenaga kerja yang digunakan. Sehingga Produksi rata-
rata merupakan jumlah rata-rata produksi oleh setiap tenaga kerja.

22
C. Produksi Marginal

Produksi marginal atau Marginal Product (MP) adalah tambahn total hasil
produksi yang diakibatkan oleh pertambahan jumlah faktor produksi variabel yang
digunakan. Sehingga jika dituliskan dalam persamaan, akan menjadi sebagai
berikut :
𝑀𝑃 = Perubahan output = ∆Q
Perubahan Input ∆L

Dari keterangan-keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam produksi


dengan satu input variabel berlaku hukum pertambahan

hasil yang semakin berkurang atau The Law of Diminishing Return. Hukum ini
menyatakan bahwa output yang diterima dari proses produksi akan semakin
menurun apabila input variabel yang digunakan mangalami pertambahan secara
terus-menerus. Output atau hasil produksi yang dihasilkan secara rata-rata akan
terus menurun nilainya karena faktor produksi variabel yang digunakan semakin
besar sedangkan faktor produksi tetapnya bernilai tetap. Sehingga jika hal ini
dilakukan terusmenerus maka total produksi juga akan menurun nilainya. Hal itu
dikarenakan faktor produksi tetap semakin lama nilainya juga akan habis.
Misalkan saja terdapat sepetak tanah. Tanah tersebut selalu digarap dan
ditanami tumbuh-tumbuhan secara terus menerus tanpa henti. Sehingga semakin

23
lama tanah tersebut akan kehilangan kesuburannya dan tumbuh- tumbuhan itu
akan mati. Hal itu dikarenakan unsur hara yang terdapat pada tanah tersebut
akan hilang atau habis.
Dari penjelasan diatas bisa disimpulkan dalam diagram sebagai berikut :

Kurva diatas menunjukkan bahwa terdapat peristiwa yang terjadi pada tiap-tiap
tahapnya. Masing-masing tahap menunjukkan elastisitas produksi yang nilainya
berbeda-beda. Elastisitas Produksi (Ep) adalah rasio perubahan dari output yang
dihasilkan yang diakibatkan dari perubahan input yang digunakan. Ep dapat
dituliskan sebagai berikut :
𝐸𝑝 = ∆Q . Q
∆L L

Karena ∆𝑄⁄∆𝐿 merupakan MP, maka besar kecilnya Ep bergantung pada besar
kecilnya nilai MP.
Terdapat tiga tahapan yang ada pada diagrab tersebut. Tahap I pada kurva
diatas adalah bagian yang menunjukkan input variabel atau tenaga kerja yang
masih sedikit sedangkan ouputnya relatif besar. Sehingga jika input variabel terus
ditambah maka TP, MP, dan AP akan terus bertambah nilainya. Tahap II
menunjukkan produksi total terus naik hingga mencapai titik optimum atau titik
tertingginya, sedangkan AP dan MP terus menurun hingga MP mencapai titik nol.
Pada Tahap III menunjukkan jumlah tenaga kerja yang semakin banyak. Hal itu

24
membuat TP, AP, dan MP menurun, bahkan kurva MP berada di bawah garis
origin atau garis nol.
3. FUNGSI PRODUKSI DENGAN DUA MACAM INPUT VARIABEL
A. Isokuan Produksi
Isokuan (isoquant) menggambarkan berbagai kombinasi dari dua input (misalnya,
tenaga kerja dan modal) yang bisa digunakan oleh persahaan untuk berproduksi
pada tingkat output tertentu. Isokuan yang lebih tinggi menunjukkan outpun yang
lebih besar. Sebaliknya, isokuan yang lebih rendah menunjukkan output yang
lebih kecil. Isokuan dapat diturunkan pada Tabel 2-1, yang mengulang fungsi
produksi dari Tabel 2-1 dengan garis yang menghbungkan seluruh kombinasi
tenaga kerja-modal yang dapat digunakan untuk berproduksi pada tingkat output
tertentu.
Tabel 2-1 (Fungsi Produksi dengan Dua Variabel Input7) Modal (K) 6 10 24
31 36 40 39
5 12 28 36 40 42 40

4 12 28 36 40 40 36 Output(Q)

3 10 23 33 36 36 33

2 7 18 28 30 30 28

1 3 8 12 14 14 12

K(keatas) 1 2 3 4 5 6

Tenaga Kerja (L) L (kesamping)

25
Sebagai contoh, tabel diatas menunjukkan bahwa output sebesar 12 unit (12Q)
dapat diproduksi dengan 1 unit modal (1K) dan 3 unit tenaga kerja (3L) atau 1K
dan 6L. output sebanyak 12Q dapat juga diproduksi dengan 1L dan 4K, serta 1L
dan 5K. ini ditunjukkan oleh isokuan yang paling rendah Figur 2-6. Isokuan tidak
patah-ptah dengan asumsi tenaga kerja dan modal bisa dibagi secara terus-
menerus. Tabel diatas juga menunjukkan bahwa 28Q dapat diproduksi dengan
2K dan 3L, 2K dan 6L, 2L dan 4K, serta 2L dan 5K (lihat isokuan yang kedua
yang bertanda 28Q dalam figur 2-2). Tabel tersebut juga menggambarkan
kombinas L dan K yang dapat dipergunakan untuk berproduksi 36Q dan 40Q
(ditunjukkan oleh dua isokuan tertinggi dalam gambar). Ingat bahwa untuk
memproduksi output dalam jumlah yang lebih besar, dibutuhkan lebih banyak
tenaga kerja, lebih banyak modal, atau lebih banyak tenaga kerja dan modal.
B. Wilayah Ekonomis Produksi

Perusahaan tidak akan beroperasi pada kemiringan isokuan yang positif karena
pada tingkat output yang sama perusahaan dapat berproduksi menggunakan
modal dan tenaga kerja yang lebih sedikit. Sebagai contoh, perusahaan tidak
akan memproduksi 36Q pada titik U dalam figure 2-2 dengan menggunakan 6L
dan 4K karena perushaan dapat memproduksi 36Q dengan menggunakan
tenaga kerja dan modal dalam kuantitas yang lebih sedikit seperti ditunjukkan
oleh titik V pada isokuan yang sama. Sama juga halnya, perusahaan tidak akan
memproduksi 36Q pada titik W dengan 4L dan 6K karena persahaan dapat
memproduksi 36Q pada titik Z dengan L dan K yang lebih sedikit. Mengingat
input-input tersebut tidaklah gratis, perusahaan tidak ingin memproduksi pada
daerah isokuan yang memiliki kemiringan positif. Garis mendaki memisahkan
bagian isokuan yang relevan(yang memiliki kemiringan negatif) dari bagian yang
tidak relevan (ysng memiliki kemiringan positif). Dalam figure 2-2, garis mendaki
0VI menghubungkan titik dari berbagai isokuan pada saat isokuan mempunyai
kemiringan nol. Isokuan memiliki kemiringan negative disebelah kiri garis
mendaki dan kemiringan positif di sebelah kanan. Contohnya, titik V pada
isokuan untuk 36Q jika perusahaan menggunakan tenaga kerja yang lebih

26
banyak, perusahaan juga harus menggunakan lebih banyak modal untuk tetap
berada pada isokuan yang sama (bandingkan titik U dan titik V). mulai dari titik V,
jika perusahaan menggunaka lebih banyak tenaga kerja sementara jumlah modal
tetap, tingkat output akan turun atau jatuh, artinya perusahaan akan jatuh
kembali ke isokuan yang lebih rendah. Hal yang sama terjadi pada semua titik di
garis mendaki 0VI. Sehingga, MPl pastilah negative pada sebelah kanan
garismendaki. Hal ini berkaitan dengan tahap III produksi untuk tenaga kerja.

Figure 2-2 (Isokuan)

Jadi, kita simpulkan bahwa bagian isokuan dengan kemiringan negative dalam
garis mendaki mencerminkan wilayah ekonomis produksi yang releva. Ini
mengacu pada tahap II produksi untuk tenaga kerja dan modal, dimana MPl dan
MPk keduanya positif tetapi menurun dan produsen tidak akan beroperasi diluar
area ini.

C. Tingkat Marginal dari Subtitusi Teknis

27
Isokuan memiliki kemiringan negatif dalam daerah yang secara ekonomis
relevan. Ini berarti bahwa jika ingin mengurangi kuantitas modal yang digunakan
dalam produksi, perusahaan harus meningkatkan kuantitas tenaga kerja untuk
tetap verada pada isokuan yang sama. Sebagai contoh, pergerakan dari titik N
ke titik R pada isokuan 12Q dalam figura 2-4 menunjukkan bahwa perusahaan
melepaskan 2,5K dengan menambahkan 1L. sehingga, kemiringan isokuan 12Q
antara N dan R adalah -2,5K/1L. Diantara titik R dan S, kemiringan isokuan 12Q
adalah -1/2, dan begitu seterusnya.

Figure 2-4 (Kemiringan dari Isokuan)

Nilai absolute kemiringan isokuan disebut sebagai tingkat marginal dari subtitusi
teknis (MRTS). Untuk pergerakan turun sepanjang isokuan, tingkat marginal
subtitusi teknis dari tenaga kerja untuk modal ditunjukkan oleh ΔK/ ΔL. Kita
mengalikan ΔK/ ΔL dengan -1 untuk menyatakan MRTS sebagai angka yang
positif. Sehingga MRTS antara titik N dan R pada isokuan untuk 12Q adalah 2,5.
D. Input Subtitusi dan Komplementer Sempurna

Bentuk suatu isokuan mencerminkan derajat sejauh mana satu input dapat
disubstitusikan oleh yang lainnya dalam produksi. Di satu sisi, semakin kecil
lekukan isokuan, semakin tinggi derajat substitusi input- input produksi. Semakin
besar lekukan isokuan, sekamin rendah derajat substitusinya.

28
Pada titik ekstrem adalah isokuan-isokuan yang berbentuk garis lurus, seperti
ditunjukkan pada panel di sebelah kiri dari figure 2-5. Dalam hal ini tenaga kerja
dan modal merupakan substitusi sempurna. Artinya, tingkat dimana tenaga kerja
dapat disubstitusikan dengan modal kerja adalah kostan. Maka tenaga kerja
dapat disubstitusikan untuk modal

pada tingkat konstan sebagaimana ditunjukkan oleh kemiringan absolute


isokuan. Sebagai contoh, dipanel sebelah kiri pada figure 2-5, 2L dapat
disubstitusikan untuk 1K tanpa memperhatikan titik produksi pada isokuan.
Kenyataannya, titik A pada sumbu tenaga kerja memperlihatkan bahwa tingkat
output yang ditunjukkan oleh isokuan yang sedang diproduksi hanya
menggunakan tenaga kerja tanpa modal. Titik B pada sumbu modal menujukkan
bahwa untuk tingkat output yang sama dapat diproduksi hanya dengan
menggunakan modal tanpa tenaga kerja.
3. ESTIMASI FUNGSI BIAYA

Estimasi empiris fungsi biaya penting untuk mencapai berbagai tujuan


keputusan manajerial. Pengetahuan tentang fungsi biaya jangka pendek sangat
penting bagi perusahaan dalam menentukan tingkat output optimum pada harga
yang dibebankan.
Pengetahuan tentang fungsi biaya jangka panjang penting dalam perencanaan
skala optimum pabrik yg dibangun perusahaan pada jangka panjang.
Metode yang umum dalam mengestimasi fungsi biaya jangka pendek suatu
perusahaan adalah dengan melakukan regresi biaya variabel total terhadap
output, harga input, selama periode waktu dimana ukuran pabrik tetap. C = f(Q,
X1, X2, X…)
C = biaya variabel
total Q = OUTPUT
Metode yang umum dalam mengestimasi fungsi biaya jangka pendek suatu
perusahaan adalah dengan melakukan regresi biaya variabel total terhadap
output, harga input, selama periode waktu dimana ukuran pabrik tetap. C = f(Q,
X1, X2, X…)

29
C = biaya variabel
total Q = OUTPUT

X = determinan lain dari biaya perusahaan

4. BEBERAPA CONTOH APLIKASI ANALISIS DAN EFISIENSI BIAYA

Contoh soal aplikasi analisis dan efisiensi biaya :

BAB X

1. MODEL PRICE TAKERS


Pengambil harga (price taker) merujuk pada perusahaan yang tidak dapat
mempengaruhi harga pasar dan hanya dapat menetapkan harga output sebesar
harga pasar. Semua perusahaan dalam pasar persaingan sempurna adalah
price taker. Sebaliknya, di pasar persaingan tidak sempurna, sejumlah
perusahaan memiliki beberapa kekuatan pasar yang memungkinkannya

30
mengenakan harga yang lebih tinggi. Kekuatan semacam itu, misalnya, melalui
diferensiasi atau dominasi atas pasokan di pasar.
Price taker berarti suatu perusahaan yang ada di dalam pasar tidak dapat
menentukan atau mengubah harga pasar. Harga barang dalam pasar ditentukan
oleh interaksi antara keseluruhan produsen dan keseluruhan pembeli. Dalam
pasar persaingan sempurna perusahaan berkedudukan sebagai price taker,
karena harga produk ditetapkan oleh kekuatan pasar berdasarkan konsep
keseimbangan pasar. Dalam pasar persaingan sempurna, manajer perusahaan
tidak dapatmenentukan harga artinya harga yang berlaku di pasar harus
diterima, apabila perusahaan ingin menjual produknya dalam pasar persaingan
sempurna.

A. Struktur dan perilaku dari pasar persaingan sempurna selaku price


taker adalah
· Memiliki banyak penjual
· Kondisi biaya diasumsikan bahwa output yang menurun dalam produksi
jangka pendek (dimishing returns), akan menyebabkan biaya marjinal (SMC)
meningkat.Terdapat benyak pembeli, sehingga dominasi kekuatan dalam
keputusan harga tidak dapat dilakukan oleh satu atau beberapa pembeli yang
kuat Kondisi permintaan berbentuk substitusi identik. Fungsi tujuannya adalah
memaksimumkan keuntungan jangkapendek ( short-run profit maximization).
Harga telah berada dalam kondisi keseimbangan pasar, makaperusahaan hanya
mengatur kuantitas produk yang ditawarkan.Tidak ada ekspektasi dari reaksi
penting

B. Karakteristik pengambil harga


Pengambil harga tidak dapat mempengaruhi harga pasar dan hanya dapat
menyesuaikan produknya dengan harga pasar. Ada beberapa alasan mengapa
itu terjadi.
· Pangsa pasar relatif kecil. Di bawah persaingan sempurna, pasar terdiri
dari banyak perusahaan yang saling bersaing. Ukuran bisnis mereka juga relatif

31
seragam. Jadi, pangsa pasar masing-masing perusahaan terhadap total pasokan
di pasar sangat kecil. Sebagai hasilnya, perubahan output masing- masing
perusahaan tidak mempengaruhi pasokan di pasar.
· Produk homogen. Perusahaan menawarkan produk bersifat homogen
dan identik. Mereka saling mensubstitusi secara sempurna. Karena itu,
perusahaan tidak memiliki peluang untuk menetapkan harga yang lebih tinggi,
misalnya melalui diferensiasi. Selain itu, karena produk homogen, loyalitas
pelanggan juga tidak ada.
· Biaya peralihan minimal (tidak ada). Konsumen dapat dengan mudah
beralih ke produk pesaing jika sebuah perusahaan menetapkan harga yang lebih
tinggi.
· Hambatan masuk ke pasar rendah. Sehingga, jika perusahaan
mengambil untung dengan menaikkan harga jual sedikit di atas harga pasar, itu
akan menarik pendatang baru untuk masuk. Konsekuensinya, pasokan
bertambah dan harga jatuh, kembali menuju harga pasar.
· Hambatan keluar dari pasar rendah. Masuknya pendatang baru
mengintensifkan persaingan dan menurunkan harga pasar.Ketika kalah bersaing,
perusahaan dengan bebas keluar dari pasar.
· Informasi pasar sempurna. Baik perusahaan maupun konsumen memiliki
informasi sempurna tentang pasar, baik itu tentang harga, pasokan dan
permintaan. Oleh karena itu, masing-masing akan cenderung memiliki respon
yang relatif seragam
C. Perbedaan pengambil harga dengan pembuat harga
Pengambil harga harus menerima harga pasar sebagai harga jual mereka.
Mereka tidak memiliki kekuatan untuk menetapkan hargalebih tinggi daripada
harga pasar. Akibatnya, masing-masing perusahaan tidak dapat memaksimalkan
keuntungannya dengan menaikkan atau menurunkan harga yang dikenakan.
Sebaliknya, pembuat harga (price maker) memiliki kekuatan pasar untuk
mempengaruhi harga. Mereka dapat menetapkan harga di atas harga ekuilibrium
persaingan sempurna, baik dengan mempengaruhi pasokan pasar atau dengan
mendiferensiasi penawaran mereka Kekuatan semacam itu relevan untuk

32
perusahaan yang berada di persaingan tidak sempurna seperti persaingan
monopolistik, oligopoli dan monopoli.
D. Contoh pengambil harga
Pengambil harga muncul di pasar persaingan sempurna. Tidak ada contoh ideal
pasar yang bersaing secara sempurna. Dua contoh yang umumnya mendekati
struktur pasar tersebut adalah pasar valas dan komoditas. Investor di pasar valas
memiliki pengaruh yang sangatkecil terhadap permintaan dan pasokan mata
uang.
Contoh utama lainnya adalah pemain di pasar komoditas. Kualitas komoditas,
seperti minyak sawit, hampir identik dan ada banyak sekali perusahaan yang
memasoknya. Produsen tidak memiliki daya tawar untuk menegosiasikan harga.
Mereka cenderung mengambil harga pasar acuan sebagai harga jual. Oleh
karena itu, produsen adalah pengambil harga, meski pasar mereka tidak
beroperasi di bawah persaingan sempurna.
Pasar untuk minyak bumi sedikit berbeda. Meskipun diproduksi secara kompetitif
sebagai komoditas terstandarisasi di pasar global, namun hambatan masuk
sangat tinggi. Untuk beroperasi di bisnis minyakbumi, perusahaan membutuhkan
biaya modal yang signifikan, baik untuk membangun fasilitas penyulingan
ataupun memperoleh konsesi ladang minyak. Selain itu, mereka membutuhkan
keahlian keahlian sangat spesifik, misalnya untuk mengebor atau memurnikan
minyak. Oleh karena itu, tidak mengherankan, jumlah produsen minyak jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah konsumen.
Oleh karena itu, meski produk homogen, sebagian besar produsen minyak bumi
adalah pembuat harga. Munculnya kartel seperti Organisasi Negara-negara
Pengekspor Minyak (OPEC) juga semakin
meningkatkan kekuatan pasar dari para produsen minyak. Melalui kontrol
produksi, mereka dapat menjaga harga tetap berada di level yang
menguntungkan.
1. PRICE MAKERS TANPA REAKSI PESAING
a) Karakteristik dari pasar oligopoli

33
adalah adanya saling ketergantungan antar-perusahaan dalam pasar (mutual
interdependence), terdapat sejumlah kecil perusahaan yang memiliki kekuatan
pasar (market power), terdapat hambatan-hambatan bagi perusahaan baru untuk
memasuki pasar (barriers to entry). Dalam pasar oligopoli, perusahaan bertindak
sebagai price maker, karena manajer perusahaan dapat menentukan harga
apakah menaikkan atau menurunkan harga dari produk yang dijual oleh
perusahaan itu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya.

b) Penentu harga
penentuan harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut
sebagai "monopolis". Sebagai penentu harga (price-maker), seorang monopolis
dapat menaikan atau mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang
yang akan diproduksi; semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal
harga barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian, penjual juga
memiliki suatu keterbatasan dalam penetapan harga. Apabila penetapan harga
terlalu mahal, maka orang akan menunda pembelian atau berusaha mencari
atau membuat barang subtitusi (pengganti) produk tersebut atau — lebih buruk
lagi— mencarinya di pasar gelap (black market).

c) Hambatan
hambatan itu sendiri, secara langsung maupun tidak langsung, diciptakan oleh
perusahaan yang mempunyai kemampuan untuk memonopoli pasar.
Perusahaan monopolis akan berusaha menyulitkan pendatang baru yang ingin
masuk ke pasar tersebut dengan beberapa
cara; salah satu di antaranya adalah dengan cara menetapkan harga serendah
mungkin Dengan menetapkan harga ke tingkat yang paling rendah, perusahaan
monopoli menekan kehadiran perusahaan baru yang memiliki modal kecil.
Perusahaan baru tersebut tidak akan mampu bersaing dengan perusahaan
monopolis yang memiliki kekuatan pasar, image produk, dan harga murah,
sehingga lama kelamaan perusahaan tersebut akan mati dengan sendirinya.
Cara lainnya adalah dengan menetapkan hak paten atau hak cipta dan hak
eksklusif pada suatu barang, yang biasanya diperoleh melalui peraturan

34
pemerintah. Tanpa kepemilikan hak paten, perusahaan lain tidak berhak
menciptakan produk sejenis sehingga menjadikan perusahaan monopolis
sebagai satu-satunya produsen di pasar.

d) Perbedaan pengambil harga dengan pembuat harga


Pengambil harga harus menerima harga pasar sebagai harga jual mereka.
Mereka tidak memiliki kekuatan untuk menetapkan hargalebih tinggi daripada
harga pasar. Akibatnya, masing-masing perusahaan tidak dapat memaksimalkan
keuntungannya dengan menaikkan atau menurunkan harga yang dikenakan.
Sebaliknya, pembuat harga (price maker) memiliki kekuatan pasar untuk
mempengaruhi harga. Mereka dapat menetapkan harga di atas harga ekuilibrium
persaingan sempurna, baik dengan mempengaruhi pasokan pasar atau dengan
mendiferensiasi penawaran mereka. Kekuatan semacam itu relevan untuk
perusahaan yang berada di persaingan tidak sempurna seperti persaingan
monopolistik, oligopoli dan monopoli.

e) Pasar monopoli sebagai pembuat harga (price maker)


Monopolis dapat menaikan atau mengurangi harga dengan cara menentukan
jumlah barang yang akan diproduksi; semakin sedikit barang yang diproduksi,
semakin mahal harga barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Walaupun
demikian, penjual juga memiliki suatu keterbatasan dalam penetapan harga.
Apabila penetapan harga terlalu mahal, maka orang akan menunda pembelian
atau berusaha mencari atau membuat barang subtitusi (pengganti) produk
tersebut atau — lebih buruk lagi — mencarinya di pasar gelap (black market).

Pembahasan
Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu
perusahaan saja dan perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak
mempunyai barang pengganti yang sangat dekat. Artinya Pasar Monopoliterjadi
dimana hanya ada satu penjual produk, dan tidak ada produk lain yangmenjadi

35
pengganti (no substitutes) dari produk yang diperdagangkan oleh simonopolis
(orang yang menjalankan monopoli).
Sebagai penentu harga (price-maker), seorang monopolis dapat menaikan atau
mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang yang akan
diproduksi; semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal harga
barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian, penjual juga
memiliki suatu keterbatasan dalam penetapan harga. Apabila penetapan harga
terlalu mahal, maka orang akan menunda pembelian atau berusaha mencari
atau membuat barangsubtitusi (pengganti) produk tersebut atau —lebih buruk
lagi — mencarinya di pasar gelap (black market).
Hambatan itu sendiri, secara langsung maupun tidak langsung, diciptakan oleh
perusahaan yang mempunyai kemampuan untuk memonopoli pasar.
Perusahaan monopolis akan berusaha menyulitkan pendatang baru yang ingin
masuk ke pasar tersebut dengan beberapa cara; salah satu di antaranya adalah
dengan cara menetapkan harga serendah mungkin Dengan menetapkan harga
ke tingkat yang paling rendah, perusahaan monopoli menekan kehadiran
perusahaan baru yang memiliki modal kecil. Perusahaan baru tersebut tidak
akan mampu bersaing dengan perusahaan monopolis yang memiliki kekuatan
pasar, image produk, dan harga murah, sehingga lama kelamaan perusahaan
tersebut akan mati dengan sendirinya.

f) Sebenarnya, pasar monopoli sendiri dibedakan menjadi dua bentuk.


Yaitu :
· Pasar Monopoli Murni atau Pure Monopoly yang merupakan sebuah
bentuk pasar yang sangat ekstrim seperti PLN, PT Kereta Api dan PAM.
· Pasar Near Monopoly atau pasar yang mendekati monopoli, merupakan
sebuah pasar yang di dalamnya terdiri dari satu orang pengusaha atau single
producer. Misalnya saja adalah penjual sate di sebuah daerah disebut sebagai
monopoli murni untuk kawasan tersebut. Namun, juga akan menjadi near
monopoly apabila ia di kawasan yang lain menjajakan sate yang serupa.

36
g) Perbedaan-Perbedaan Signifikan Antara Pasar
PersainganSempurna dan Tidak Sempurna
Berikut beberapa perbedaan signifikan agar Anda tidak keliru dalam memutuskan
jenis pasar apa yang termasuk Pasar Persaingan Sempurna dan Tidak
Sempurna:
1) Pasar Persaingan Sempurna terkesan hipotetis yang asumsinya
sebagian besar tidak berlaku konkrit di dunia nyata. Sebaliknya, Pasar
Persaingan Tidak Sempurna adalah situasi yang sangat sering ditemukan di
dunia nyata saat ini.
2) Dalam Pasar Persaingan Sempurna selalu terdapat banyak pelaku
pasar. Sedangkan dalam Pasar Persaingan Tidak Sempurna cenderung lebih
dinamis sehingga terdapat sedikit sampai ke banyak pelaku pasar tergantung
pada jenis struktur
pasarnya.
3) Dalam Pasar Persaingan Sempurna, penjual menghasilkan atau
memasok produk yang sama (homogen). Sementara dalam Pasar Persaingan
Tidak Sempurna, produk yang ditawarkan oleh penjual dapat bersifat homogen
atau bisajuga berbeda-beda.
4) Dalam Pasar Persaingan Sempurna, tidak ada hambatan untuk
masuk dan keluar dari pasar. Berbeda dalam Pasar Persaingan Tidak Sempurna
yang terkesan ketat dan penuh hambatan untuk masuk keluar pasar.
5) Dalam Pasar Persaingan Sempurna, diasumsikan bahwa perusahaan
tidak mempengaruhi harga suatu produk. Oleh karena itu mereka biasa disebut
Price Taker. Tetapi dalam
Pasar Persaingan Tidak Sempurna, perusahaan sangat dimungkinkan
memengaruhi harga produk (Price Maker).

37
BAB XI

1. CONTOH-CONTOH KASUS
A. Price Makers tanpa respon pesaing
Perusahaan dapat bertindak sebagai price makers tanpa mendapat respon
kompetitif dari pesaing, umumnya terjadi dalam pasar monopoli. Salah satu
sektor krusial yang mendekati pasar monopoli adalah pasar tenaga listrik yang
saat ini dikuasai oleh PT. Perusahaan Listrik Negara.
Selama masa pendudukan Jepang, urusan kelistrikan negara ditangani oleh
sebuah instansi bentukan pemerintah militer Dai Nippon bernama Djawa Denki
Djigjo Sja. Lembaga ini punya beberapa cabang di sejumlah wilayah dengan
pusatnya di kota-kota besar. Dari sinilah monopoli listrik di Indonesia dimulai.
Tahun 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu. Indonesia pun merdeka pada 17
Agustus 1945. Orang- orang Indonesia yang bekerja di Djawa Denki Djigjo Sja
melawan, menduduki, dan mengambil-alih kendali perusahaan listrik tersebut.
Agar tidak terjadi kekacauan, pada 25 Oktober 1945 pemerintah RI yang belum
lama berdiri membentuk Jawatan Listrik dan Gas Bumi. Buku 50 Tahun
Pertambangan dan Energi dalam Pembangunan (1995) terbitan Departemen
Pertambangan dan Energi RI menyebutkan, jawatan ini dimasukkan ke dalam
Kementerian Pekerjaan Umum sejak 27 Oktober 1945. Tanggal 27 Oktober 1945
kemudian ditetapkan sebagai Hari Lahir PLN. Terhitung tanggal 1 Januari 1961,
Jawatan Listrik dan Gas Bumi diganti menjadi Badan Pemimpin Umum
Perusahaan Listrik Negara
(BPU-PLN) yang menaungi urusan listrik, gas, dan kokas (batubara). Namun,
pada 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan. Sebagai gantinya, pemerintah
membuka dua perusahaan negara, yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk
mengelola listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas.
Terjadinya Gerakan 30 September (G30S) 1965 menjadi salah satu penyebab
runtuhnya rezim Orde Lama pimpinan Presiden Sukarno yang kemudian
melahirkan Orde Baru di bawah kendali Soeharto. Tahun 1972, seperti dikutip
dari website resmi PLN, pemerintahan Orde Baru mengeluarkan kebijakan terkait

38
status PLN. PLN ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan
sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas
menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.
Status ini berlangsung cukup lama di sepanjang masa-masa kejayaan Orde
Baru. Tahun 1994, pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta
untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik. Maka, status PLN pun diubah
menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan tetap sebagai PKUK, hingga kini.
Meskipun begitu, pada faktanya, PLN terus memainkan peran sebagai satu-
satunya penyedia layanan listrik di Indonesia. Memang, ada beberapa
perusahaan swasta yang mengelola pembangkit listrik, namun untuk urusan
distribusi tetap dimonopoli oleh PLN. Kondisi ini memungkinkan PLN untuk
bertindak sebagai price maker atau penentu harga.
B. Price Takers
Pengambil harga muncul dalam pasar persaingan sempurna. Dua contoh yang
umumnya mendekati struktur pasar tersebut adalah pasar valas dan komoditas.
Investor di pasar valas memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap permintaan
dan pasokan mata uang, sehingga tidak memiliki kuasa untuk menentukan nilai
tukar mata uang yang bersangkutan.
Kemudian dalam pasar komoditas. Kualitas komoditas, seperti minyak sawit,
hampir identik dan ada banyak sekali perusahaan yang memasoknya. Produsen
tidak memiliki daya tawar untuk menegosiasikan harga. Mereka cenderung
mengambil harga pasar acuan sebagai harga jual. Oleh karena itu, produsen
adalah pengambil harga, meski pasar mereka tidak beroperasi di bawah
persaingan sempurna.
Contoh utama lainnya di Indonesia adalah pasar beras. Beras merupakan
makanan pokok sehari-hari masyarakat Indonesia. Kebutuhan beras juga sangat
tinggi dan meningkat setiap tahunnya seiring dengan pertumbuhan jumlah
penduduk. Beras yang beredar di pasaran juga cenderung homogen satu sama
lainnya, tanpa perbedaan yang mencolok. Karena beberapa alasan itulah pasar
beras dikategorikan mendekati pasar persaingan sempurna, dimana
perusahaan-perusahaan yang bermain di dalamnya sebagai produsen seperti

39
PT. Wilmar Padi Indonesia, PT. Indo Beras Unggul, PT. Beras Indonesia, PT.
Padi Unggul Indonesia, PT. Sari Tani Indonesia, PT Huni Agro National Pangan,
PT. Karya Baru Indonesia, dan sebagainya tidak memiliki kuasa untuk
menentukan harganya sendiri atau bertindak sebagai price takers, semuanya
didasarkan pada permintaan dan penawaran serta harga di kompetitif pasaran.

BAB XIl

1. OLIGOPOLI DAN TINGKAT KONSENTRASI PASAR


Penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi jumlahnya
sedikit. Terdapat 2 penjual :
Duopoli ; Produknya homogen :
Oligopoli murni ; produknya terdiferensiasi : Oligopoli terdiferensiasi. Oligopoli :
bentuk organisasi pasar yang paling banyak terjadi dalam sektor manufaktur di
suatu negara industri. Misalnya : mobil, aluminium dasar, baja, peralatan listrik,
kaca, rokok, sabun, deterjen.
Pasar Oligopolistik penjual produk yang homogen atau terdiferensiasi
jumlahnyasedikit, sehingga tindakan setiap perusahaan akan memengaruhi
perusahaan lain dalam industri.

2. BEBERAPA MODEL OLIGOPOLI


Model Cournot
Bermanfaat dalam oligopoli diantara perusahaan yang saling bergantung sangat
erat. Asumsi : - dua perusahaan (duopoli) menjual mata air yang sama (identical
spring water). Para konsumen berdatangan ke mata air tersebut dengan galon
mereka sendiri sehingga biaya marginal produksi
adalah nol untuk 2 perusahaan tersebut.

- pada saat perusahaan memaksimumkan laba, menganggap bahwa duopolis


yang lain menghasilkan output yang konstan pada level tertentu. Akibatnya

40
adalah siklus perpindahan dan balasan oleh duopolis tersebut sampai masing-
masing menjual sepertiga dari total output industri.

B. Model Chambelin
Chamberlin mengasumsikan bahwa duopolis mengakui saling mengakui
ketergantungan antar mereka, sehingga duopolis tsb
menetapkan harga-harga yg sama, menjual jumlah yg sama, dan
memaksimumkan keuntungan bersama.

C. Model Kurva Permintaan yg Patah (Model Sweezy) Model ini


dikembangkan oleh P.M. Sweezy (1939).
Sweezy beranggapan bahwa bila ada produsen dalam pasar oligopoli yang
berusaha menaikkan harga maka ia akan kehilangan konsumen karena tak ada
produsen lainnya yang bersedia menaikkan harga. Namun sebaliknya, produsen
dalam pasar oligopoli tidak dapat memperluas pasar dengan menurunkan harga
sebab para pesaing akan menurunkan harga dengan tingkat yang lebih rendah
lagi. Akibatnya terjadilah perang harga.

D. Model Kartel Terpusat

Kartel ad perusahaan resmi para produsen dalam sebuah industri yg menetukan


berbagai kebijakan bagi seluruh perusahaan dalam kartel itu, dg tujuan
meningkatkan keuntungan total kartel tersebut. Kartel yg ekstrim ad yg membuat
seluruh keputuasan untuk seluruh perusahaan anggota. Bentuk kerja sama
sempurna ini disebut kartel terpusat (centralized cartel) dan mengarah kepada
cara penyelesaian monopoli.
E. Model Kartel Berbagi Pasar
Kartel jenis ini lebih banyak dijumpai.
Pasar dibagi dengan : (a)tingkat harga, (b)kuota (c)daerah/wilayah. Kebebasan
tetap ada dalam : bentuk produk, kegiatan promosi dll.

41
Kasus kartel : (1) anggota kartel yang lemah bersedia menjual dengan tingkat
harga tertentu atau lebih rendah. Disebut penggabungan tidak stabil karena
produsen dengan struktur biaya lebih rendah akan mendorong produsen lain
keluar pasar. (2) produsen dengan struktur biaya sama akan membagi pasar
sama besar. Struktur biaya lain dengan kuota dan negosiasi. Untuk menghalangi
pesaing baru, tingkat harga ditetapkan tidak terlalu tinggi dan perang harga
dengan produsen baru.

F. Model Kepemimpinan Harga


Dalam model ini terdapat perusahaan dominan yang bertindak selaku pemimpin
dasar, serta perusahaan lainnya sebagai pengikut. Dimana mereka bereaksi
seolah-olah mereka berada dalam pasar yang bersaing sempurna. Perusahaan-
perusahaan pengikut bertindak sebagai penerima
3. IMPLIKASI OLIGOPOLI TERHADAP PROFITABILITAS DAN
EFISIENSI
Dalam jangka pendek, meskipun merugi seorang oligopolis lebih baik untuk tetap
berproduksi sepanjang P > AVC. Dalam jangka panjang perusahaan yang
oligopolistik ini akan meninggalkan industri kecuali jika dia mampu memperoleh
laba (atau paling tidak mencapai titik impas) dengan mengatur skala pabrik
optimum untuk menghasilkan tingkat output jangka panjang alias paling
menguntungkan yang diharapkan akan terjadi.
Dalam jangka panjang, oligopoli bisa menimbulkan akibat-akibat yang buruk,
yaitu
1. Seperti halnya dalam monopoli, harga biasanya terjadi di atas LAC
sehingga laba dalam pasar oligopolistik bisa tetap ada dalam jangka panjang
karena adanya hambatan untuk masuk ke dalam pasar; 2.Oligopolis biasanya
tidak berproduksi pada titik terendah kurva LAC mereka, tidak seperti
perusahaan dalam pasar persaingan sempurna 3.Karena kurva permintaan yang
dihadapi oligopolis memiliki kemiringan yang negatif, P > LMC pada tingkat
output terbaiknya (kecuali untuk harga bagi perusahaan pengikut dalam model
kepemimpinan harga), sehingga dengan demikian terdapat alokasi sumberdaya

42
ekonomi yang tidak efisien pada perusahaan-perusahaan dalam industri
oligopolistik. Ketika para oligopolis memproduksi barang-barang yang
terdiferensiasi, mungkin aku terlalu banyak uang dihabiskan untuk pembuatan
iklan dan perubahan model.
4. MODEL MEMAKSIMALKAN PENJUALAN
Model maksimasi penjualan yang diperkenalkan oleh William Baumol, yang
merumuskan bahwa manajer perusahaan modern berusaha memaksimumkan
penjualan setelah tingkat pengembalian yang cukup telah diperoleh untuk
memuaskan para pemegang saham.
Baumol menjelaskan bahwa sebuah perusahaan yang besar lebih merasa aman,
lebih mampu memperoleh harga yang murah atas pembelian input, dan mampu
mendapatkan pinjaman yang lebih rendah bunganya, serta bisa memiliki citra
yang baik bagi konsumen, pegawai, dan pemasuknya. Beberapa Penemuan
empiris sebelumnya menemukan adanya hubungan yang erat antara gaji
eksekutif dan penjualan, tetapi tidak antara penjualan dan laba. Tetapi, penelitian
yang lebih mutakhir menunjukkan hal yang sebaliknya. Model maksimasi
penjualan disajikan di sini karena sangat relevan dengan pasar oligopoli.
5. BEBERAPA CONTOH KASUS
Pasar Ologopoli dalam bentuk jasa di Indonesia ada pada industri penerbangan,
terdapat maskapai Garuda, Merpati, Pelita, Bouroq, Mandala, Lion, Adam Air dan
lainnya. Pada Industri jasa penerbangan yang terjadi saat ini para oligopolis
cenderung bersaing dalam hal harga (price competition), kalian dapat melihat
bagaimana ramainya perang tarif antar maskapai penerbangan. Untuk
membedakan produk satu perusahaan dengan perusahaan lain, sering para
oligopolis menerapkan strategi dalam menguasai dan menarik konsumen adalah
dengan membuat modelserta memberikan merek tertentu pada produk yang
dijual (strategi diferensiasi produk).
Model dan terutama merek ini biasanya dibuat agar berkesan di sanubari
konsumen, agar konsumen menjadi loyal. Konsumen yang sudah terikat pada
produk merek tertentu (loyal) akan sulit berpindah ke produk yang
lain.Menciptakan ketimpangan distribusi pendapatan harga yang stabil dan

43
terlalu tinggi bisa mendorong timbulnya inflasi bisa timbul pemborosan biaya
produksi apabila ada kerjasama antar oligopolis karena semangat bersaing
kurang bisa timbul eksploitasi terhadap pembeli dan pemilik faktor produksi sulit
ditembus/dimasuki perusahaan baru bisa berkembang ke arah monopoli.

44
BAB XIII

1. PENETAPAN HARGA DENGAN INFORMASI TIDAK LENGKAP


Penetapan Harga Dasar dalam Kondisi yang Tidak Pasti Dalam pembahasan
tentang penentuan harga dasar, kita telah melihat bahwa hal ini penting bagi
perencanaan pemasaran untuk mengestimasi volume penjualan pada masing-
masing alternatif harga, dan ini semakin sulit dengan semakin tidak pastinya
keadaan. Sebuah pendekatan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
menggunakan teori keputusan. Teknik tersebut mengharuskan manajer
pemasaran untuk menentukan tingkatan harga yang layak. Sebuah contoh
tentang penerapan teknik tersebut dapat dilihat berikut ini. Dianggap bahwa pada
setiap tingkatan harga akan menghasilkan tiga tingkatan permintaan, yaitü :
Qo = Permintaan yang optimis
Qm = Permintaan yang paling rnungkin. Qp = Permintaan yang pesimis.
Nilai diatas memperlihatkan estimasi permintaan Qo , Qm dan Qp untuk enam
tingkatan harga. Setiap kolom dalam tabel dianggap sebagai pencerminan kurve
permintaan. Kurve-kurve ini dapat dilihat garnbarnya pada gambar 10.4, beserta
kurve pendapatan totalnya. Jika dianggap bahwa biaya tetap = Rp 300.000,- dan
biaya variabelnya = Rp 33,33 per unit, maka kurve biaya totalnya juga dapat
digambarkan.
Dari gambar 4.4 tersebut dapat dilihat bahwa pada harga P1 (Rp. 85,-), jumlah
6.000 unit akan merupakan permintaan yang pesirnis. HaI ini dapat dikatakan
sebagai batas harga tertinggi karena laba =
0. Demikian pula, pada harga P2 (Rp 60,-), jumlah yang diminta
akan sebanyak 11.000, unit, dan hal ini dapat dikatakan sebagai batas harga
terbawah karena laba yang dihasilkan juga = 0. Jadi, harga yang mungkin
ditetapkan adalah berkisar antara Rp 60,- dengan Rp 85,-
Sesudah menetapkan daerah penetapan harga yang rnungkin dilakukan, tahap
berikutnya adalah menghitung laba untuk masing- masing tingkat harga pada
setiap kondisi permintaan dengan suatu tabel. Kita perlu membuat suatu kriteria
dan memilih tingkat harga yang paling baik bagi kriteria tersebut. Misalnya

45
dianggap bahwa kriterianya adalah maksimisasi laba yang diharapkan. Dengan
membuat suatu timbangan / weight (probabilitas subyektif) untuk setiap estimasi
permintaan, maka kita dapat menghitung laba yang diharapkan pada setiap
alternatif harga.
Susunan probabilitas tersebut adalah sebagai berikut :
Qp = 0,2 ; Qm = 0,6
Qo = 0,2
Nilai laba yang diharapkan dapat dilihat pada Kolom terakhir dan tabel 10.4..
Strategi penetapan harga Rp 80,00 akan menghasilkan laba tertinggi sehingga
dapat dipilih sebagai harga dasar dalam kasus tersebut.
2. MARKUP PRICING
Mark up adalah sebuah peningkatan harga atau jumlah rupiah yang telah
ditambahkan pada biaya dari sebuah produk untuk memproduksi harga jual.
Perlakuan dari sebuah mark up bisa membuat margin mengalami peningkatan.
Margin sendiri merupakan tingkat keuntungan awal yang diperoleh dari barang
atau jasa yang akan ditawarkan dalam satuan persen.
Mark up merupakan salah satu metode penentuan harga yang biasanya
dianggap paling simpel dan paling banyak diterapkan. Metode ini adalah
penentuan harga yang ditetapkan dengan tujuan tersendiri, yakni untuk menutup
biaya tidak langsung serta laba rugi perusahaan. Rumus sederhana dalam
menghitung mark up adalah sebagai berikut.
HARGA JUAL = Biaya Beli Produk + Mark Up
Lawan dari mark up adalah mark down. Mark down merupakan sebuah upaya
penurunan dalam harga jual. Hal ini tidak terlepas dari adanya pengurangan
harga ritel awal atau pengurangan margin berdasarkan pada fakta bahwa harga
yang rendah ditujukan untuk meningkatkan jumlah penjualan. Jadi, harga yang
telah diberlakukan mark down tidak berarti membuat pihak retail mengalami
kerugian.
Meskipun demikian, keuntungan yang diperoleh lebih sedikit dari yang
diharapkan di awal usaha. Pada umumnya, sebuah mark down dilakuka n

46
dengan alasan untuk cuci gudang. Sama seperti menaikkan harga, menurunkan
harga atau mark down juga memiliki rumus tersendiri dalam perhitungannya
HARGA JUAL = Biaya Beli Produk – Mark Down

Mark down sendiri merupakan pembedaan harga tingkat kedua. Pasalnya,


sebuah retail pasti sudah memberikan beban harga yang berbeda pada
konsumen yang berbeda berdasarkan pada sifat penawaran.
- Rumus Persentase Markup
Rumus untuk menghitung persentase markup dapat dinyatakan sebagai:
Misalnya, jika sebuah produk berharga 10.000 dan harga jualnya
15.00 persentase markupnya adalah ( 15.000 – 10.000) / 10.000 = 0,50 x 100 =
50%.
- Manfaat Markup
Penetapan harga markup hadir dengan beberapa keuntungan untuk membantu
bisnis Anda menemukan kesuksesan yang lebih besar. Berikut beberapa
keuntungan yang didapat dari harga markup :
a) Meningkatkan keuntungan
Saat Anda mempertimbangkan harga markup, ini dapat membantu Anda
menetapkan harga strategis untuk barang dan jasa yang dapat menghasilkan
keuntungan bagi bisnis Anda. Jika Anda menandai barang dan jasa Anda
dengan cukup, Anda dapat membantu mengimbangi setiap pengeluaran yang
Anda keluarkan selama produksi.
b) Memulihkan biaya
Karena Anda memiliki potensi untuk mendapatkan keuntungan ketika Anda
menaikkan harga produk dan layanan Anda, Anda dapat menggunakan
keuntungan ini untuk apa yang Anda belanjakan untuk tenaga kerja dan material.
Hal ini dapat mencegah Anda berhutang hanya untuk membuat barang dan jasa
Anda.
c) Perhitungan sederhana

47
Meskipun membuat strategi penetapan harga melibatkan beberapa angka
penting, menghitung harga markup yang tepat dapat dilakukan dengan cukup
mudah berkat persamaan sederhananya.
• Cara mengaplikasikan Mark up pada usaha
Terkadang, seorang pengusaha retail pemula berpikir bahwa menaikkan harga
jual adalah sebuah metode penentuan harga yang digunakan hanya untuk
menambahkan berapa banyak keuntungan yang

ingin diperoleh. Faktanya, sebelum menetapkan untuk menaikkan harga, ada


beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pelaku usaha retail:
Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah membuat target penjualan. Target
penjualan sangat penting untuk digunakan sebagai acuan menentukan jumlah
banyak produk yang harus terjual dalam sebulan atau sehari. Hal ini penting
sekali untuk dipertimbangkan supaya Anda tahu berapa lama produk disimpan
dalam toko atau stok gudang. Hal kedua yang perlu Anda pertimbangkan adalah
biaya operasional. Ada beberapa jenis pelaku retail yang pastinya membutuhkan
biaya-biaya operasional seperti komunikasi, transportasi, hingga pengemasan.
Biaya- biaya tersebut adalah hal yang harus Anda perhitungkan supaya Anda
tahu jumlah pasti dari operasional per produksi. Hal ketiga yang perlu Anda
perhatikan adalah penentuan target pengembangan. Sebuah usaha pastinya
wajib untuk terus mengalami perkembangan. Maka dari itu, target
pengembangan juga wajib menjadi pertimbangan supaya keuntungan yang
diperoleh bisa berpengaruh pada usaha pengembangan bisnis.
• Contoh penerapan dan perhitugan Markup
John adalah pemilik perusahaan yang berspesialisasi dalam pembuatan
komputer kantor dan printer. Dia baru-baru ini menerima pesanan besar dari
sebuah perusahaan untuk 30 komputer dan 5 printer. Selain itu, perusahaan
tersebut menugaskan John untuk menginstal perangkat lunak ke setiap
komputer.
Biaya per komputer adalah 5.000.000 dan biaya per printer adalah

48
1.000.000. Biaya penginstalan perangkat lunak untuk dijalankan di semua
komputer adalah 20.000.000. Jika John ingin mendapatkan keuntungan 20%
untuk pesanan tersebut, berapa harga yang harus dia kenakan?
Langkah 1:
Hitung total biaya pesanan (komputer + printer + instalasi perangkat lunak).
5.000.000 x 30 + 1.000.000 x 5 + 20.000.000 =
175.00.00 (biaya total).
Langkah 2:
Tentukan harga jual dengan menggunakan persentase 20% yang diinginkan.
20% = (Harga Jual – $ 175.000.000) / 175.000.000 maka harga Jual harus: $
210.000.000 (harga jual).
Oleh karena itu, agar John mencapai persentase markup yang diinginkan
sebesar 20%, John harus menagih perusahaan sebesar 210.000.000.
• Tips Sebelum Menerapkan Mark Up Dalam Sebuah Bisnis
Sama seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa sebelum menentukan harga
dalam setiap bisnis harus mempertimbangkan beberapa faktor. Karena banyak
yang menganggap mark up sebagai sebuah kegiatan yang dilakukan dengan
tujuan untuk menambah keuntungan. Maka dari itu, berikut ini adalah paparan
mengenai tips sebelum menerapkan mark up.
1. Perhatikan Target Penjualan dan Target Pengembangan
Tips pertama adalah dengan memperhatikan target penjualan yang merupakan
salah satu hal penting dan menjadi sebuah acuan. Karena dapat mengetahui
berapa lama barang tersebut berada di toko. Selain itu, target pengembangan
juga perlu diperhatikan agar bisnis yang dijalani bisa berjalan dengan baik dan
mendapat keuntungan.
2. Perhatikan Biaya Operasional
Berbagai jenis peritel memang membutuhkan biaya-biaya operasional. Di mana
biaya-biaya operasional dapat dilihat pada biaya transportasi, komunikasi, dan
juga pengemasan. Hal tersebut memang perlu untuk dipertimbangkan sebelum

49
menentukan harga sebuah barang. Sehingga nantinya tidak mengalami
kerugian.
• Perbedaan Markup dan Markdown
Berbeda dengan markup, penurunan harga mengacu pada penurunan harga jual
produk atau layanan yang disengaja. Misalnya, penurunan harga terjadi ketika
bisnis menjual produk atau layanan dengan harga yang lebih rendah daripada
nilai pasarnya atau harga yang sedang terjadi di pasar.
Misalnya, dalam industri ritel, kemeja yang biasanya dijual seharga
$ 20 dapat "diturunkan nilainya" menjadi $ 10 sebagai bagian dari penjualan.
Seringkali, bisnis mungkin menurunkan biaya barang dagangan musiman
mereka untuk menyingkirkan barang dagangan lama dan memberi ruang bagi
produk musim baru. Selain itu, mereka mungkin menurunkan harga pada produk
lama untuk memberi ruang bagi model baru dan menghindari terjebak dengan
inventaris lama. Sementara pelanggan menerima produk dan layanan dengan
harga yang lebih rendah, bisnis menggunakan strategi ini untuk mendorong
mereka melakukan pembelian tambahan. Oleh karena itu, meskipun markup
menaikkan harga dan penurunan harga menurunkannya, keduanya dilakukan
dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan oleh karena itu, keuntungan.
Kedua
strategi juga membantu mereka mengimbangi kerugian awal mereka dari
produksi barang atau jasa.

50
LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

01. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 16 Feb 2021 47

02. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 23 Feb 2021 47

03. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 01 Mar 2021 48

04. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 02 Mar 2021 48


(Lembar Jawaban QUIZ01)

05. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 09 Mar 2021 49

06. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 16 Mar 2021 49

07. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 23 Mar 2021 50

08. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 24 Mar 2021 50

09. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 30 Mar 2021 51


(Lembar Jawaban UTS)

10. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 31 Mar 2021 51

11. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 06 Apr 2021 52

12. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 13 Apr 2021 52

13. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 27 Apr 2021 53

14. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 04 Mei 2021 53

15. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 11 Mei 2021 54

16. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 25 Mei 2021 54

51
17. Dokumentasi Kelas Daring Tanggal 31 Mei 2021 54
(Lembar Jawaban UAS)

52
LAMPIRAN 1

LAMPIRAN 2

53
LAMPIRAN 3

LAMPIRAN 4

54
LAMPIRAN 5

LAMPIRAN 6

55
LAMPIRAN 7

LAMPIRAN 8

56
LAMPIRAN 9

LAMPIRAN 10

57
LAMPIRAN 11

LAMPIRAN 12

58
LAMPIRAN 13

LAMPIRAN 14

59
LAMPIRAN 15

60

Anda mungkin juga menyukai