Anda di halaman 1dari 9

FISIKA

OPTIKA GEOMETRI

NAMA :
RIVANDA IRDHANVE

KELAS : XI MIPA 3
Soal
1. Amatilah bagaimana proses terbentuknya bayangan pada cermin datar dan
cermin lengkung
2. Bagaimana terjadinya pembiasan cahaya, terangkan!

Jawaban
Nomor 1 :

Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar


Cermin adalah kaca bening yang salah satu permukaannya dilapisi raksa sehingga
dapat memantulkan cahaya yang diterimanya. Cermin dibagi menjadi 3 macam,
diantaranya cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung. Dan pada
kesempatan ini akan membahas tentang pembentukan bayangan pada cermin datar.

Cermin Datar
Cermin datar adalah kaca yang salah satu permukaannya dilapisi amalgam perak.
Cermin datar dapat memantulkan seluruh berkas cahaya yang jatuh kepadanya

Hukum pemantulan cahaya menurut Snellius adalah sebagai berikut :


1. Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada bidang datar
2. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r)

Pembentukan bayangan oleh cermin datar adalah dibentuk oleh perpotongan


perpanjangan dari sinar-sinar pantul.
Perhatikan pembentukan bayangan oleh Cermin datar berikut :
Proses pembentukan bayangan :

1. Benda di depan cermin datar.


2. Berlaku hukum pemantulan.
3. Sinar datang pertama (biru muda) melalui ujung benda dan mengenai
cermin, akan dipantulkan oleh cermin, sinar pantul diperpanjang putus-putus
(biru muda).
4. Sinar datang kedua (merah) melalui ujung benda dan mengenai cermin,
akan dipantulkan oleh cermin, sinar pantul diperpanjang putus-putus (merah).
5. Perpotongan perpanjangan sinar pantul pertama dan kedua (biru muda
dan merah putus-putus) berpotongan, dan itu merupakan bayangan ujung
benda.
6. Sinar ke tiga (kuning) melalui pangkal benda dan mengenai cermin,
akan dipantulkan oleh cermin, sinar pantul diperpanjang putus-putus (kuning),
merupakan bayangan pangkal benda.
7. Terbentuklah bayangan benda oleh cermin datar.
Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah :
1. Jarak bayangan ke cermin (s’) = jarak benda ke cermin (s)
2. Tinggi bayangan (h’) = tinggi benda (h)
3. Sama besar dan berlawanan arah (perbesarannya = 1 kali)
4. Bayangan bersifat maya (di belakang cermin)

Untuk mendapatkan seluruh bayangan benda pada cermin datar, kita harus
menggunakan cermin yang panjangnya minimal ½ dari tinggi bendanya.
L = panjang minimal cermin (m)
h = tinggi benda (m)

Agar bayangan dapat terlihat keseluruhan, maka cermin harus diletakkan dari lantai
setinggi;

H = tinggi cermin dari ujung bawah cermin


h = tinggi orang / benda (m)
x = jarak mata ke ujung kepala

Jika dua buah cermin datar diletakkan membentuk sudut α, maka jumlah bayangan
yang dibentuk oleh dua cermin datar dari sebuah benda adalah :

n = jumlah bayangan
α = sudut apit kedua cermin datar
Pembentukan Bayangan pada Cermin
Cekung

Letak dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung tergantung pada letak
benda. Pada cermin cekung bayangan akan tampak lebih kecil dari ukuran benda
aslinya. Dengan menggunakan ketiga sinar istimewa di atas, pembentukan
bayangan pada cermin cekung yaitu :

 Jika benda diletakkan di luar pusat kelengkungan maka pembentukan bayangannya


bersifat nyata, terbalik, diperkecil dan berada di antara pusat kelengkungan cermin
(P) dan titik fokus (F).
 Jika benda diletakkan di antara titik fokus dan titik potong sumbu utama maka
pembentukan bayangannya bersifat maya, tegak dan diperbesar. Letak bayangan
benda berada di belakang cermin.
 Jika benda diletakkan diantara titik pusat kelengkungan cermin dan titik fokus cermin
maka pembentukan bayangannya bersifat nyata, terbalik, diperbesar dan berada di
depan titik pusat kelengkungan cermin.
 Jika benda diletakkan tepat di titik fokus maka pembentukkan bayangannya bersifat
maya dan tak terhingga.
 Jika benda diletakkan tepat di pusat kelengkungan cermin maka pembentukkan
bayangannya bersifat nyata, terbalik dan sama besar. Letak bayangan benda berada
di depan cermin.

Pembentukan Bayangan Cermin


Cekung di Ruang 1 2 3
Atau pembentukan bayangan pada cermin cekung ruang 1 2 3 yaitu sebagai
berikut :

 Jika benda diletakkan di ruang 3 maka bayangan yang akan terbentuk berada di
ruang 2. Sifat bayangan nyata, terbalik dan sama besar.
 Jika benda diletakkan di ruang 2 maka bayangan yang terbentuk berada di ruang 3.
Sifat bayangannya yaitu nyata, terbalik dan diperbesar.
 Jika pembentukan bayangan pada cermin cekung di ruang 4, benda diletakkan di
ruang 1. Sifat bayangan yaitu maya, tegak dan diperbsar.
Dari ketiga penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

 Jumlah nomor benda dengan nomor ruang bayangan nilainya 5.


 Selain itu untuk semua benda yang nyata dan tegak maka semua bayangan yang
terletak di depan cermin bersifat nyata dan terbalik.
 Sedangkan semua bayangan yang terletak di bayangan belakang cermin bersifat
maya dan tegak.
 Jika nomor ruang bayangan lebih besar dari nomor ruang benda maka bayangan
diperbesar.
 Jika nomor ruang bayangan lebih kecil dari nomor ruang benda maka bayangan
diperkecil.

Hubungan Jarak Fokus dan Jari-Jari


Kelengkungan Cermin
Sinar yang sejajar dengan sumbu utama cermin cekung akan dipantulkan melalui
titik fokus. Sinar ini mengikuti hukum pemantulan yang menyatakan “sudut datang
sama dengan sudut pantul”. Hubungan jarak fokus dengan jari-jari kelengkungan
cermin dirumuskan dengan rumus :

f=½*R

Keterangan

f : jarak fokus

R : jari-jari kelengkungan cermin

Letak dan sifat bayangan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus persamaan
berikut ini :

1/s’ + 1/s = 1/f

Kita juga bisa menentukan pembesaran bayangan (M) yaitu perbandingan antara
tinggi bayangan dengan tinggi benda. Rumus perbesaran bayangan (M) yaitu :

M = (s’/s) atau

     = h’/h

Catatan

 Benda pada cermin cekung bernilai negatif jika benda berada di depan cermin (objek
maya). Benda pada cermin cekung bernilai positif jika benda berada di belakang
cermin (objek nyata).
 Jarak bayangan bernilai positif jika bayangan benda berada di belakang cermin.
Jarak bayangan bernilai positif jika bayangan berada di depan cermin.
 Jari-jari kelengkungan cermin dan jarak fokus bernilai positif jika kelengkungan
berada di depan cermin.

Nomor 2 :

Pengertian Pembiasan Cahaya


Pembiasan cahaya atau refraksi adalah peristiwa membeloknya arah rambat cahaya karena ada
perbedaan medium.

Hukum Pembiasan Cahaya


Hukum pembiasan cahaya dicetuskan oleh matematikawan asal Belanda, Willebrord Snellius.
Itulah sebabnya, hukum pembiasan cahaya biasa disebut hukum Snellius. adapun pernyataan
hukum Snellius adalah sebagai berikut.

1. Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak satu bidang datar.
2. Pembagian antara sinus sudut datang sudut bias menghasilkan suatu nilai yang disebut
indeks bias.

Proses Terjadinya Pembiasan Cahaya


Di pembahasan sebelumnya, dijelaskan bahwa arah rambat cahaya bisa mengalami
pembelokan karena melalui dua medium yang berbeda. Ingat, setiap medium memiliki indeks
bias yang berbeda-beda dan bersifat spesifik. 
Indeks bias merupakan besaran yang menunjukkan perbandingan kecepatan cahaya di ruang
vakum dan di dalam medium. Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:
n = indeks bias medium;
c = kecepatan cahaya di ruang vakum = 3 x 108 m/s;
cm = kecepatan cahaya di dalam suatu medium.
Jelas bahwa pembelokan cahaya disebabkan oleh adanya kecepatan cahaya dari medium udara
ke medium yang berbeda, misalnya air. Untuk prosesnya, ditunjukkan oleh gambar berikut.
Salah satu sifat cahaya adalah mampu merambat lurus. Namun, jika cahaya melewati dua buah
medium yang berbeda indeks biasanya, cahaya akan dibelokkan seperti pada gambar di atas.
Adapun ketentuan yang harus kamu perhatikan adalah sebagai berikut.
1. Jika cahaya datang dari medium kurang rapat (indeks bias kecil)—contohnya udara—ke arah
medium rapat (indeks bias besar)—contohnya air—, maka arah rambat cahaya akan belok
mendekati garis normal, sehingga sudut datang (r) < sudut bias (i). Berikut contohnya.

Gambar di atas menunjukkan bahwa pada kondisi normal cahaya akan merambat lurus, yaitu
dari A – B – C. Oleh karena indeks bias udara lebih kecil daripada air, maka arah rambatnya
akan dibelokkan menjadi A – B – D.
2. Jika cahaya datang dari medium rapat (indeks bias besar) ke medium kurang rapat (indeks
bias kecil), maka arah rambat cahaya akan dibelokkan menjauhi garis normal, sehingga sudut
datang (r) > sudut bias (i). Berikut ini contohnya.
Gambar di atas menunjukkan bahwa pada kondisi normal, cahaya akan merambat lurus dari A – B – C.
Oleh karena indeks bias air lebih besar daripada udara, maka arah rambat cahaya akan dibelokkan menjadi
A – B – D.

Anda mungkin juga menyukai