Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Dosen Pengampu : MUHAMMAD KAULAN KARIMA, S.Pd.I M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 3

CINDY NOVITA SARI (0306203115)

SHELA SORAYA (0306203046)

SITI KHADIJAH (0306203086)

REZA BELLASONYA (0306203039)

RAHMI JUITA. S (0306203077)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih  lagi pada kehidupan akhirat kelak,
sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh
manfaat.
Dalam tulisan ini hendak diuraikan perihal tentang pengertian warganegara,
perbedaannya dengan orang asing serta penduduk. Kemudian diuraikan perihal
kewarganegaraan yang akan memuat asas kewarganegaraan, warga negara republik
indonesia, cara memperoleh kewarganegaraan, bagaimana kehilangan kewarganegaraan dan
cara memperoleh kembali kewarganegaraan serta hak dan kewajiban warganegara.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa
yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang
ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini
(KEWARGANEGARAAN) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Penyusun

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Asas Kewarganegaraan................................................................................5
B. Istilah Penduduk dan Non Penduduk...........................................................7
C. Warga Negara dan Bukan Warga Negara Indonesia...................................9
D. Cara Memperoleh dan Kehilangan.............................................................10
E. Hak dan Kewajiban Kewarganegaraan.......................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rakyat merupakan suatu unsur bagi terbentuknya suatu negara, disamping unsur wiayah
dan unsur pemerintah. Suatu negara tidak akan terbentuk tanpa adanya rakyat, walaupun
mempunyai wilayah tertentu dan pemerintahan yang berdaulat. Rakyat yang tinggal di
wilayah negara menjadi penduduk negara yang bersangkutan. Warga negara adalah bagian
dari penduduk suatu negara. Warga negara memiliki hubungan dengan negaranya.
Kedudukannya sebagai warga negara menciptakan berupa hak dan kewajiban yang bersifat
timbal balik. Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban terhadap negaranya.
Sebaliknya negara juga mempunyai hak dan kewajiban terhadap warganya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Asas Kewarganegaraan
2. Istilah Penduduk dan Non Penduduk
3. Apa itu Warga Negara dan Bukan Warga Negara Indonesia
4. Bagaimana Cara Memperoleh dan Kehilangan
5. Hak dan Kewajiban Kewarganegaraan

C. Tujuan
1. Mengetahui Asas Kewarganegaraan
2. Mengetahui Istilah Penduduk dan Non Penduduk
3. Mengetahui Warga Negara dan Bukan Warga Negara Indonesia
4. Mengetahui Cara Memperoleh dan Kehilangan
5. Mengetahui Hak dan Kewajiban Kewarganegaraan

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asas Kewarganegaraan
Warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok suatu negara.
Status kewarganegaraan menimbulkan hubungan timbal balik antara warga negara dan
negaranya. Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban terhadap negaranya.
Sebaliknya, negara mempunyai kewajiban memberikan perlindungan terhadap warga
negaranya.

Sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, ihwal kewarganegaraan diatur


dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara.
Undang-Undang tersebut kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 dan diubah lagi dengan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1947 tentang Memperpanjang Waktu untuk Mengajukan Pernyataan
Berhubung dengan Kewargaan Negara Indonesia dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
1948 tentang Memperpanjang Waktu Lagi untuk Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan
Kewargaan Negara Indonesia. Selanjutnya, ihwal kewarganegaraan terakhir diatur dengan
Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang Perubahan
Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia. Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tersebut secara filosofis, yuridis, dan
sosiologis sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat dan ketatanegaraan
Republik Indonesia.

Secara filosofis, Undang-Undang tersebut masih mengandung ketentuan-ketentuan


yang belum sejalan dengan falsafah Pancasila, antara lain, karena bersifat diskriminatif,
kurang menjamin pemenuhan hak asasi dan persamaan antarwarga negara, serta kurang
memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak. Secara yuridis, landasan
konstitusional pembentukan Undang-Undang tersebut adalah Undang-Undang Dasar
Sementara Tahun 1950 yang sudah tidak berlaku sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang
menyatakan kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945. Dalam perkembangannya,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah mengalami perubahan
yang lebih menjamin perlindungan terhadap hak asasi manusia dan hak warga negara.1
1
Jimly Asshiddiqie, “Kewarganegaraan: Konstruksi Hukum Indonesia”, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, Oktober 2011, hlm. 1.

5
Secara sosiologis, Undang-Undang tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
internasional dalam pergaulan global, yang menghendaki adanya persamaan perlakuan dan
kedudukan warga negara di hadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan gender.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, perlu dibentuk undang-undang kewarganegaraan
yang baru sebagai pelaksanaan Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan agar hal-hal mengenai warga negara dan
penduduk diatur dengan undang-undang. Untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan
melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar sebagaimana tersebut di atas, Undang-Undang
ini memperhatikan asas-asas kewarganegaraan umum atau universal, yaitu asas ius
sanguinis, ius soli, dan campuran.

Adapun asas-asas yang dianut dalam Undang-Undang ini sebagai berikut:

1. Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan


seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.

2. Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas
bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.

3. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi
setiap orang.

4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan


ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.

Undang-Undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan


ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda yang
diberikan kepada anak dalam Undang-Undang ini merupakan suatu pengecualian.2

Selain asas tersebut di atas, beberapa asas khusus juga menjadi dasar penyusunan
Undang-Undang tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia,

1. Asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa peraturan


kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad
mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan
tujuannya sendiri.
2
Moh. Kusnadi & Bintan R. Saragih, op.cit., hlm. 110-111 .

6
2. Asas perlindungan maksimum adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib
memberikan perlidungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia dalam keadaan
apapun baik di dalam maupun di luar negeri.

3. Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan adalah asas yang menentukan bahwa
setiap Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum dan
pemerintahan.

4. Asas kebenaran substantif adalah prosedur pewarganegaraan seseorang tidak hanya


bersifat administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.

5. Asas nondiskriminatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal
ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis
kelamin dan gender.

6. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang dalam
segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus menjamin, melindungi, dan
memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan hak warga negara pada khususnya.

7. Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala hal ihwal yang
berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.

8. Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh atau
kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia agar masyarakat mengetahuinya.3

B. Istilah Penduduk dan Non Penduduk

Rakyat atau penduduk merupakan salah satu syarat untuk berdirinya suatu negara.
Menurut Soepomo, penduduk adalah orang yang dengan sah bertempat tinggal tetap dalam
suatu negara. Sah disini memiliki arti tidak bertentangan dengan segala ketentuan tentang
masuk dan mendirikan tempat tinggal secara tetap didalam wilayah negara tersebut. Dilihat
dari pengertian ini, maka seseorang dapat dikatakan penduduk didasarkan pada hubungannya
dengan suatu wilayah tertentu.

3
Jimly Asshiddiqie, Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila, Bogor: Pustaka Setia, 2010, hlm 386-
213.

7
Disebut sebagai penduduk bila bertempat tinggal atau mendiami suatu wilayah
negara dalam jangka waktu cukup lama. Penduduk yang mempunyai status kewarganegaraan
dari wilayah negara yang bersangkutan dinamakan warga negara.4
Bukan Penduduk atau non-residen adalah individu yang terutama bertempat tinggal
di satu wilayah atau yurisdiksi tetapi memiliki kepentingan di wilayah lain. Di wilayah
tempat mereka tidak tinggal, mereka akan diklasifikasikan oleh otoritas pemerintah sebagai
bukan penduduk. Klasifikasi siapa yang jatuh dalam status bukan penduduk ditentukan di
masing-masing wilayah dengan peraturan yang ditetapkan seperti jumlah waktu yang
dihabiskan di wilayah tersebut selama tahun kalender. Klasifikasi ini difokuskan pada di
mana orang itu tinggal dan tidak fokus pada kewarganegaraan.5

C. Warga Negara dan Bukan Warga Negara Indonesia

Warga negara adalah orang-orang yang menurut hukum atau secara resmi
merupakan anggota dari suatu negara tertentu. Mereka memberikan kesetiaannya pada negara
itu, menerima perlindungan darinya, serta menikmati hak untuk ikut serta dalam proses
politik. Mereka mempunyai hubungan secara hukum yang tidak terputus dengan negaranya
meskipun yang bersangkutan telah didomisili diluar negeri, asalkan ia tidak memutuskan
kewarganegaraannya. Menurut Merriam Webster’s Collegiate Dictionary, “seorang warga negara
adalah anggota dari suatu negara yang kepadanya dia berutang kesetiaan dan berhak atas
perlindungannya.”Pada 1985, PBB memproklamirkan Deklarasi Hak Asasi Manusia Individu yang
bukan Warga Negara di mana Mereka Tinggal . Deklarasi ini dirancang untuk memastikan bahwa hak
asasi manusia mendasar yang diberikan dalam Kovenan Internasional tentang Hak Asasi Manusia
juga akan dijamin untuk non-warga negara. Kovenan adalah dokumen yang mengikat secara hukum,
yang mengharuskan setiap negara yang telah meratifikasinya untuk melindungi hak asasi manusia
tertentu untuk semua individu dalam wilayahnya dan tunduk pada yurisdiksinya. Deklarasi berfungsi
sebagai panduan bagi negara-negara ketika mereka merancang dan menerapkan hukum untuk
melindungi hak asasi manusia.
Bukan warga negara atau orang asing adalah orang-orang yang untuk sementara atau
tetap bertempat tinggal di negara tertentu, tetapi tidak berkedudukan sebagai warga negara.
4
Wasiyem, Hamidah Purba, Muhammad Kaulan Karima, Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Perguruan Tinggi (Upaya Mewujudkan Good Citizenship) (Medan: CV. Merdeka Kreasi Group 2021),
hlm.56
5
Syahrial Syarbaini, Pendidikan Pancasila, Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa di Perguruan
Tinggi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2012, hlm. 262-263.

8
Mereka adalah warga negara dari negara lain yang dengan izin dari pemerintah setempat
menetap di negara yang bersangkutan. Mereka mempunyai hubungan secara hukum dengan
negara dimana ia tinggal hanya ketika ia masih bertempat tinggal di wilayah negara tersebut.
Di dalam suatu negara terdapat sejumlah orang-orang yang berstatus sebagai warga negara
sekaligus sebagai penduduk dan sejumlah penduduk yang berstatus buakn sebagai warga
negara (orang asing).6
Perbedaan status atau kedudukan sebagai penduduk dan bukan penduduk, juga
penduduk warga negara dan bukan penduduk warga negara menimbulkan perbedaan hak dan
kewajiban. Kebanyakan negara menentukan bahwa hanya mereka yang berstatus sebagai
penduduk sajalah yang boleh bekerja dinegara yang bersangkutan, sedang bagi mereka yang
berstatus bukan penduduk dilarang melakukan pekerjaan apapun. Demikian juga di indonesia
misalnya, hanya warga negara yang boleh mempunyai hak milik atas tanah, dan hak untuk
memilih atau dipilih dalam pemilihan umum. Sedang orang asing baik yang berstatus sebagai
penduduk maupun bukan penduduk tidak diperbolehkan melakukan hal-hal tersebut. Di
indonesia diantara sesama warga negara masih dibedakan lagi anatara warga negara asli dan
wargan negara keturunan asing. Hal ini dinyatakan dalam pasal 26 ayat 1 UUD 1945 yang
berbunyi: “yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara”. Perbedaan
tersebut juga menimbulkan hak dan kewajiban, walaupun hanya terbatas pada bidang
tertentu.7

D. Cara Memperoleh dan Kehilangan


Ada beberapa cara orang memperoleh status kewarganegaraan dan kehilangan
kewarganegaraan. Cara memperoleh kewarganegaraan adalah:
1. Citizenship by birth, memperoleh kewarganegaraan karena kelahiran. Jadi setiap
orang yang lahir diwilayah negara dianggap sah sebagai warga negara karena
suatu negara menganut asas ius sanguinis.
2. Citizenship by descent, memperoleh kewarganegaraan karena keturunan. Jadi
orang yang lahir diluar wilayah negara dianggap sebagai warga negara apabila

6
Heri Herdiawato & Jumanta Hamdayama, Cerdas, Kritis, dan Aktif Berwarganegara: Pendidikan
Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Erlangga, 2010, hlm 58.
7
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hlm. 57

9
orangtuanya adalah warga negara dari negara tersebut karena negaranya menganut
asas ius sanguinis.
3. Citizenship by naturalization, pewarganegaraan orang asing atas kehendak sendiri
atas permohonan menjadi warga negara suatu negara dengan memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan.
4. Citizenship by registration, pewarganegaraan bagi mereka yang telah memenuhi
syarat-syarat tertentu yang dianggap cukup dilakukan melalui prosedur asministrasi
yang lebih sederhana dibandingkan naturalisasi.
5. Citizenship by incorporation of territory, proses kewarganegaraan karena terjadi
perluasan wilayah negara.8

Selanjutnya orang dapat kehilangan kewarganegaraan karena tiga kemungkinan/cara,


yaitu:
1. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri
2. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang
yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu
3. Dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh Presiden atas permohonannya sendiri,
jika yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun bertempat tinggal
di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan republik Indonesia
tidak menjadi tanpa kewarganegaraan
4. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden
5. Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing yang jabatan dalam dinas
semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
hanya dapat dijabat oleh warga negara Indonesia
6. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji kepada negara asing
atau bagian dari negara asing tersebut
7. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing
8. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat
yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari
negara lain atas namanya

8
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hlm 117.

10
9. Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima)
tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas negara tanpa alasan yang sah dan
dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi warga negara
Indonesia sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun ini berakhir dan genap 5 (lima)
tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap
menjadi warga negara Indonesia kepada perwakilan Republik Indonesia yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal perwakilan
Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang
bersangkutan, sepanjang tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.9

E. Hak dan Kewajiban Kewarganegaraan


Hak warga negara adalah hak yang ditentukan dalam konstitusi negara sehingga
hanya berlaku pada negara yang bersangkutan. Sedangkan kewajiban warga negara adalah
suatu pembatasan yang timbul dalam hubungan antara manusia dengan seamanya, manusia
dengan kelompok (masyarakat) maupun manusia dengan Negara.

1.  Hak Warga Negara Indonesia


Berikut akan disebutkan beberapa hak warga negara indonesia yang diatur dalam pasal
27 sampai dengan 34 UUD 1945, yaitu:

a. Hak persamaan kedudukan didalam hukum dan pemerintahan.


b. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
c. Hak ikut serta dalam pembelaan negara.
d. Hak berpendapat, berkumpul, dan berserikat.
e. Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya.
f. Hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunannya melalui pernikahan yang
sah.
g. Hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
h. Hak untuk mendapat kesejahteraan.
i. Hak untuk mendapatkan pendidikan.
j. Hak atas status kewarganegaraan.
9
Wasiyem, Hamidah Purba, Muhammad Kaulan Karima, Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Perguruan Tinggi (Upaya Mewujudkan Good Citizenship) (Medan: CV. Merdeka Kreasi Group 2021),
hlm.56

11
k. Hak kebebasan memeluk agama dan beribadat sesuai dengan keyakinannya10

2.  Kewajiban Warga Negara Indonesia


Kewajiban warga negara indonesia antara lain diatur diatur dalam pasal 27 ayat 1 dan
3,pasal 28 J,pasal 30 ayat 2 UUD 1945 yaitu:
1. Wajib menjunjung/mentaati hukum dan pemerintahan.
2. Wajib membela negara.
3. Wajib menghormati hak asasi manusia.
4. Wajib tunduk pada pembatasan yang di tetapkan dengan undang-undang.
5. Wajib ikut serta dalam upaya pertahanan dan keamanan negara.
6. Wajib untuk mengikuti pendidikan dasar.
Kewajiban warga negara ini pada dasarnya adalah hak negara. Oleh karena negara
memiliki sifat memaksa dan mencakup semuanya, maka negara memiliki hak untuk menuntut
warga negaranya untuk mentaati dan melaksankan hukum-hukum yang berlaku dinegara
tersebut. Sedangkan hak warga negara merupakan kewajiban negara terhadap negaranya.
Hak-hak warga negara wajib diakui, wajib dihormati, dilindungi, dan difasilitasi, serta
dipenuhi oleh negara. Negara didirikan dan dibentuk memang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup warganya.11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Warga negara adalah orang-orang yang menurut hukum atau secara resmi merupakan
anggota dari suatu negara tertentu. Mereka memberikan kesetiaannya pada negara itu,
menerima perlindungan darinya, serta menikmati hak untuk ikut serta dalam proses politik.
Mereka mempunyai hubungan secara hukum yang tidak terputus dengan negaranya meskipun
yang bersangkutan telah didomisili diluar negeri, asalkan ia tidak memutuskan
kewarganegaraannya. Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki
pertalian hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan. Kewarganegaraan
menghasilkan akibat hukum yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara maupun negara.

10
Baharudin Lopa Alqur’an dan HAM PT dana bakti Prima Yasa Jokyakarta 1996, hlm 2
11
Theo Huijbers Filsafat Hukum, Kanisius, Yokykarta 1995 hlm 103

12
Disamping itu akibat hukum yang lain adalah bahwa orang yang sudah memiliki
kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau kewenangan negara lain.negara lain juga
tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang yang bukan warga negaranya.

B. Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya penulis juga mengharapkan kritik dan saran
guna peningkatan kualitas dalam penulisan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang S. Sulasmono. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. FKIP UKSW Salatiga


Dwi Winarno. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta. Bumi Aksara
Winarno. 2009. Kewarganegaraan Indonesia Dari Sosiologi Menuju Yuridis. Bandung Alfa
Beta
Hestu Cipto Handoyo. 2003. Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan dan Hak Asasi
Manusia.Universitas Atma Jaya Yogyakarta

13

Anda mungkin juga menyukai