Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI 1

SISTEM SARAF PUSAT

Disusun oleh :
Nama : M Ridwan
NIM : 20109011041

Dosen Pengampu:
Dr dr. Hardian
Dr. Yosef Purwoko, Sp.PD (K), M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
1. TEST STROOP (STROOP’S EFFECT)
A. Pendahuluan
Manusia perlu memahami subyek yang dilihatnya dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Pemrosesan visual merupakan salah satu cara dalam hal melakukan hal tersebut. Saat melihat suatu
obyek, manusia tidak hanya melihat atribut fisik obyek namun juga memahami makna dibalik
obyek tersebut. Sebagai contoh saat kita melihat kursi, kursi memerlukan 4 kaki, kaki kursi terbuat
dari kayu, kayu berasal dari pohon dan kita bisa duduk menggunakan kayu dari pohon. Hal
tersebut menunjukkan banyak hal yang dipikirkan saat kita melihat benda tanpa menyadari proses
tersebut. Efek Stroop menunjukkan bagaimana otak memproses kata-kata dan warna secara
berbeda. Efek Stroop menunjukkan adanya gangguan pada pemrosesan otomatis pemahaman kata-
kata yang memiliki “usaha” yang lebih banyak dibanding pengenalan warna. Tugas membuat
respons yang tepat akan terganggu jika diberikan dua sinyal yang saling bertentangan pada girus
singuli anterior yang merupakan bagian dari sistem limbik.
B. Tujuan praktikum
Memahami fungsi kognitif tentang proses informasi oleh otak. Praktikum imembuktikan pengaruh
gangguan pada proses otak dengan memberikan stimulus yang bertentangan akan menyebabkan
respon yang salah.
C. Alat yang digunakan
Stroop Test online

D. Cara kerja
1. Probandus menyebutkan nama WARNA yang ditulis dalam tinta warna yang sama seperti kata
(misal MERAH yang ditulis dengan tinta merah). Pergunakan Stroop test online. Catat waktu yang
diperlukan untuk membaca dan jumlah kesalahan.
2. Apabila probandus menggunakan kacamata, kacamata tetap digunakan untuk test Stroop test
online
E. Hasil
No Nama Jenis Umur Stroop1
kelamin (tahun)
Waktu Jumlah
Salah
20109011 M Ridwan Laki laki 19 10.91 detik 0
041

Pertanyaan/tugas:
1. Jelaskan mekanisme terjadinya perbedaan dengan menyebutkan bagian otak dan
jaras saraf yang terlibat.
Jadi pada jaras asendens dan desendes yang menghubungkan otak dengan perifer.
Beberapa jaras ini menyilang pada garis tengah ketika melewati batang otak dan
beberapa diantaranya membentuk suatu sinaps dengan struktur yang khas di batang otak
sebelum melanjutkan perjalanannya. Batang otak juga banyak mengandung nuklei
termasuk nuklei nervus III - XII, nukleus ruber dan substansia nigra di mesensefalon,
nuklei pontis di pons, dan nuklei olivarius medula oblongata yang semuanya berperanan
dalam sirkuit regulasi motorik, serta nuklei lamina quadrigemina mesencefali yang
merupakan stasiun relay penting pada jaras visual dan auditorik. Seluruh batang otak
diliputi oleh jaringan difus neuron yang tersusun padat yaitu formatio retikularis yang
mengandung pusat regulasi otonomik yang berfungsi sebagai vital termasuk mengatuir
aktivitas jantung, sirkulasi, respirasi, serta kesadaran. Jaras desendens formatio
retikularis ini juga mempengaruhi aktivitas neuron motorik spinal.
2. Gambarkan jaras sarafnya!

Batang otak dilalui oleh traktus piramidalis dan traktus ekstrapiramidalis.


Traktustraktus ini berawal dari korteks sereberal yang secara berturut-turut berjalan
turun memasuki kapsula interna, krus serebri dan basis pons. Traktus ini berperan
dalam mengantarkan impuls untuk gerakan.

Struktur internal mesensefalon yang berperanan dalam kegiatan motorik adalah


substansia nigra, krus serebri yang mengandung traktus piramidalis, dan nukleus ruber.
Ketiga komponen ini saling bekerja sama dalam pengaturan suatu gerakan. Gerakan
dapat dibagi menjadi gerakan fasik dan tonik. Gerakan fasik adalah gerakan halus, jitu
dan tangkas dimana impuls untuk gerakan ini dibawa oleh traktus piramidalis. Di
batang otak impuls ini tidak banyak mengalami integrasi, namun hanya berjalan
menyilang di dekusatio piramidalis dan bersinaps di motor neuron kontra lateral,
selanjutnya akan mengeksitasi serabut otot tipe II (otot putih yang bersifat cepat dan
menyebabkan gerakan.

2. PEMERIKSAAN WAKTU REAKSI


A. Pendahuluan
Waktu reaksi adalah interval antara penerimaan suatu stimulus terhadap respon motorik secara sadar.
Waktu reaksi adalah jarak waktu antara pemberian stimulus kepada seseorang sampai terjadinya reaksi
otot pertama kali atau terjadinya gerakan yang pertama kali. Waktu reaksi adalah salah satu parameter
fisiologi yang penting untuk mengetahui seberapa cepat respon motorik seseorang terhadap suatu
stimulus.
B. Tujuan praktikum
1. Mengukur waktu reaksi
2. Mengetahui pengaruh jarak terhadap waktu reaksi
3. Mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap waktu reaksi
4. Mengetahui pengaruh peringatan dini terhadap waktu reaksi
C. Alat yang digunakan
kunjungi https://faculty.washington.edu/chudler/java/redgreen.html

D. Cara kerja
1. Klik tombol besar di sebelah kanan untuk memulai.
2. Tunggu hingga lampu merah menyala hijau.
3. Saat lampu merah menyala hijau, klik tombol besar dengan cepat!
4. Klik tombol besar lagi untuk melanjutkan ke tes berikutnya.
E. Hasil
Nama: M Ridwan
Jenis kelamin: Pria / Wanita
Berat badan: 80 kg
Tinggi badan : 170 cm
Lengan dominan: kanan / kiri

No. Kondisi Waktu Reaksi (detik)


Kanan Kiri
1 2 3 1 2 3
1. 0.329 0.291 0.301 0.295 0.307 0.303

Pertanyaan
1. Periksa waktu reaksi pada lengan kanan dan kiri. Apakah ada perbedaan?
Jelaskan mengapa hal tersebut terjadi !
Fungsi otak yang berbeda sebagai alasan bagian kiri dan kanan otak tidak selalu
mengontrol kebiasaan yang sama. Bisa jadi satu kebiasaan salah satu otak saja.
Dominasi ini disebut cerebal lateralisation. Dominasi ini terjadi ketika salah satu
belahan otak mengambil kesempatan kontrol pada proses-proses kerja di mana tidak
memungkinkan kedua otak bersaing untuk mengaturnya. Misalnya saja, proses bahasa.

2. Apakah anda melihat adanya “efek belajar” ?


Sebelumnya, belajar itu ada yang auditorik, visual, kinestetik(gerakan atau
sentuhan). Saya melihat bahwa ada efek belajar, karena pada pemeriksaan waktu reaksi
ini di pengaruhi oleh jenis stimulus, yang mana ada penelitian yang membuktikan
bahwa jenis stimulus auditorik lebih cepat apabila dibandingkan dengan jenis stimulus
visual dan jenis stimulus sentuha. Hal ini dikarenakan stimulus auditorik memiliki
waktu yang lebih singkat untuk menghantarkan stimulus ke otak dibandingkan dengan
stimulus visual dan stimulus sentuhan.
3. Sebutkan mekanisme fisiologis yang terjadi pada waktu subyek menangkap
suatu obyek yang jatuh!
a. Stimulus dari lampu warna hijau mengaktifkan reseptor motorik di terminal neuron di
jari
b. Potensial aksi dihasilkan di jalur aferen yang menghantarkan ke korda spinalis
c. Korda spinalis berperan sebagai pusat integrasi disini neuron aferen yang
merangsang:
-Antar neuron eksitatorik yang merangsang neuron motorik ke digitus manus.
-Antar neuron inhibitorik, yang merangsang penghambatan motorik digitus
manus sebelum warna hijau
-Antar neuron yang merupakan bagian jalur asendens ke otak.
d. Satu jalur eferen merangsang digitus manus untuk berkontraksi. Jalur aferen lainnya
menyebabkan relaksi di musculus digitus manus dengan mencegah eksitasi
kontraproduktif.
e.Digitus manus merupakan efektor fleksi pada sendi di metarphalang yang menarik
dan menggerakkan untuk mengklik warna hijau.
f. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di otak saat kedatangan impuls melalui asendens,
seperti kesadaran akan menjadi lengkung refleks.

4. Apa yang harus anda perhatikan dalam menyusun penugasan agar dapat
meningkatkan performance orang coba dalam percobaan ini?
Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan ativitas. Semua gerakan
yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot
sebagai respon motorik. Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan
otot untuk menahan beban, baik berupa beban eksternal (eksternal force)
maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan
dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf
mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak
serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang
dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus
adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari
luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot
untuk melawan gravitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus
menerus mempengaruhi posisi tubuh.
3. PEMERIKSAAN FUNGSI SEREBELUM

Lesi pada satu hemisfer serebelum akan menyebabkan defisit motorik pada
sisi ipsilateral tubuh. Hal ini disebabkan oleh "double-cross / persilangan ganda"
(yaitu, serabut aferen menyilang untuk mencapai serebelum, dan serat eferen
serebelum menyilang untuk mencapai tujuan mereka). Secara umum lesi di
hemisferium serebeli mengakibatkan kerusakan gerakan terkoordinasi, atau
penguraian gerakan. Hemisferium serebeli mempengaruhi perencanaan dan
kontrol gerakan ekstremitas yang tepat dan dalam waktu gerakan-gerakan ini.

Gambar 1. Double cross serebelum


Pemeriksaan fungsi serebelum
I. TEST POST-POINTING
A. Tes "Jari-Hidung". Subjek diminta untuk rentangkan lengannya ke samping lalu
sentuh ujungnya hidungnya dengan ujung jari telunjuknya, pertama dengan mata
terbuka dan kemudian dengan mata tertutup. Anggota tubuh lainnya diuji dengan cara
sama. Subjek normal adalah mampu melakukan tindakan-tindakan ini secara akurat,
baik secara perlahan dan cepat. Hati-hati jaga jangan sampai subyek menusuk
matanya sendiri

Gambar 2. Tes jari-hidung

Variasi lain tes jari hidung adalah subyek menunjuk suatu obyek dan menunjuk hidungnya
sendiri

Gambar 3. Tes jari-hidung


Heel-knee test / Heel to shin test
Tes tumit-ke-lutut adalah tes koordinasi ekstremitas bawah dan indera posisi, sering
dilakukan untuk menilai integritas otak kecil.Subyek diminta untuk berbaring, lalu menyentuh
lutut kanan dengan tumit kirinya, lalu kaki kiriya diluruskan

Gambar 4. Tes tumit-ke-lutut

Dysmetria adalah gangguan dimana pasien gagal mencapai target suatu gerakan.
Keadaan ini disebut juga sebagai post-pointing.

II. TES KOORDINASI


A. Tes memutar lengan bawah. Subjek diminta untuk membuat kepalan tangan,
menekuk lengan bawah pada sudut tepat, putar lengan bawah kanan memutari lengan
bawah kiri kearah dalam 10 X, dan kemudian bergantian lengan kiri memutari lengan
bawah kanan 10X. Lakukan secepat mungkin.

B. Tes menyentuh jari. Subjek diminta untuk menyentuh setiap jarinya putar dengan
ujung jempol.

Gambar 3. Tes menyentuh jari dengan jempol

C. Tes pronasi dan supinasi. Subyek iminta melakukan pronasi-supinasi bergantian


secara cepat

Gambar 4. Tes pronasi-supinasi

D. Tes menggambar lingkaran. Subjek diminta untuk menggambar lingkaran besar


dengan jari telunjuknya di udara atau menggambar lingkaran pada kertas

Gambar 5 . Tes menggambar lingkaran


E. Tandem walking test. Subjek diminta untuk berjalan di sepanjang garis lurus,
menempatkan tumit satu kaki tepat di samping jari-jari kaki di belakang (berjalan
tandem). Jika terjadi gangguan kordinasi, subjek akan menyimpang ke satu atau sisi lain
dan berjalan zig-zag seperti orang pemabuk.

Gambar 6 . Tandem Walking Test

Dysdiadochokinesia adalah Ketidakmampuan untuk melakukan gerakan


bolak-balik / bergantian secara cepat). Tampak adanya fragmentasi dan
perlambatan gerakan serta ketidaktepatan saat melakukan gerakan bergantian
cepat. Hal ini merupakan tanda penting adanya gangguan fungsi serebelum di
mana gerakan di sisi yang terpengaruh menjadi sangat kaku atau bahkan tidak
dapay dilaksanakan.PEMERIKSAAN ROMBERG
Tanda Romberg adalah hilangnya rasa posisi (ataksia sensoris) di kaki.
Pemeriksaan Romeber bukan tes yang khusus untuk menilai fungsi serebelum.
Subjek diminta berdiri tegak dengan merapatkan telapak kaki kanan dan kiri
sedekat mungkin. Posisi lengan bias lurus kebawah atau disilangkan didepan
dada. Diamati apakah ada gangguan dalam berdiri tegak. Pada orang normal hal
ini dapat dilakukan dengan mudah. Subyek lalu diminta untuk menutup matanya.
Orang normal dapat melakukannya dengan mudah. Namun, subyek tanda
Romberg positif badannya akan mulai bergoyang dari sisi ke sisi begitu subyek
menutup matanya. Subyek akan lebih bergoyang ketika matanya tertutup
dibandingkan ketika matanya
terbuka. Hati-hati jaga jangan sampai subyek terjatuh ke laintai atau terbentur
benda disekitarnya.
Dalam ataksia sensoris (lesi kolumna dorsal atau radiks dorsal, seperti
pada tabes dorsalis) informasi sensorik dari kaki berkurang kuran sehingga subyek
menjadi goyah tanpa bantuan penglihatan. Pada ataksia serebelar, subyek tidak
stabil posisi kakinya sehingga posisinya goyah saat mata terbuka maupun tertutup.

Gambar 8. Pemeriksaan Romberg

Gambar 8. Pemeriksaan Romberg


Romberg Test

Tandem

walking test
Tes

menggambar
ingkaran
Tes
* Dapat melakukan (✓)– Tidak dapat melakukan (X)

Laporan praktikum SSP

pronasi-
supinasi
Tes menyentuh

Kelompok:

jari dengan
jempol
Tes


memutar
lengan
Heel-knee test


Finger nose test


Awangga fitra subagyo
mahasiswa
Nama
No

1.

Anda mungkin juga menyukai