id
Oleh :
H3109011
FAKULTAS PERTANIAN
SURAKARTA
2012
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
TUGAS AKHIR
Oleh :
H3109011
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya dan Sebagai Sarana Mahasiswa untuk
Menerapkan Disiplin Ilmu Di Bidang Teknologi Hasil Pertanian.
FAKULTAS PERTANIAN
SURAKARTA
2012
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
ﻡﻴﺣﺮﻠﺍﻦﻤﺣﺮﻠﺍﷲﺍﻢﺴﺒ
Segala Puji bagi Allah SWT pencipta dan penguasa seluruh jagat raya yang
telah memberikan kehidupan dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Karya kecil ini penulis persembahkan untuk :
Ibu Lia Umi Khasanah ST. MT selaku pembimbing I saya dan Bapak R.
Baskara Katri Anandito, S.TP, MP selaku pembimbing II saya, terimakasih
atas bimbingan, masukan, motivasi, kesabaran dan dukungan-dukungannya
selama membimbing saya
Sahabatku seperjuangan Dwi, Maqda, Anggita, Yuni, Ana, Endah,Dhenis,
Dian dan semua kawanku THP’09 serta sahabatku Sandi, Heru, Petri, Fauzi
yang selalu memberi semangat dan motivasi
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan petujuk Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Laporan Praktek Produksi dengan judul PROSES PRODUKSI
PEMBUATAN “ABON CABAI NAGA”. Proses pembuatan abon dengan bahan
baku cabai (Capsicum annuum L) bertujuan untuk menganekaragamkan
(diversifikasi) jenis olahan pangan dari cabai (Capsicum annuum L).
Laporan Praktek Produksi ini ditulis dalam rangka untuk melengkapi
sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya Program Studi Diploma
III Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penulisan Laporan Praktek Produksi ini tentunya tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Prof. dr. Ir. Bambang Puji Asmanto, MS, Dekan Fakultas Pertanian UNS.
2. Ir. Choiroel Anam, M.P, M.T. Ketua Program Studi D-III THP Fakultas
Pertanian Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
3. Lia Umi Khasanah ST. MT sebagai pembimbing I
4. R. Baskara Katri Anandito, S.TP, MP sebagai pembimbing II
5. Ir. Bambang Sigit Amanto, Msi selaku pembimbing akademik.
6. Semua Dosen Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberi ilmu.
7. Ibu dan Bapak, serta segenap keluarga yang tercinta yang telah banyak
membantu dalam hal materi maupun nasehat-nasehat.
8. Teman–teman Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2009 yang telah
banyak memberi motivasi serta masukan-masukan, serta semua pihak yang
tidak dapat sebutkan satu per commit
satu. to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cabai merah Besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis
sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung
berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Sun et al.
(2007) melaporkan cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk
menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan
ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan
Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker (Kilham 2006; Bano &
Sivaramakrishnan 1980).
Cabai termasuk salah satu komoditas penting rakyat Indonesia.
Biasanya paling banyak digunakan dalam bentuk segar maupun olahan untuk
konsumsi rumah tangga,industri pengolahan makanan,dan industri makanan.
Selain itu cabai merah dimanfaatkan untuk pembuatan obat-obatan dan
kosmetik. Cabai merah mempunyai luas areal penanaman paling besar
diantara komoditas sayur-sayuran,sehingga permintaan terhadap komoditas
ini cenderung besar. Oleh sebab itulah, pergerakan harga cabai sangat
disoroti, apalagi seperti saat ini menjelang perayaan hari raya Idul Adha yang
biasanya kenaikan permintaannya bisa tiga sampai empat kali lebih besar
dibanding hari biasa.
Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae)
dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di
dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C
serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan
memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu
dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk
kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar.
Cabai termasuk di dalamnya cabai merah yang dikonsumsi oleh
commit
masyarakat hampir seluruhnya to user
berasal dari produksi dalam negeri. Untuk
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
cabai merah, hingga saat ini terdapat 29 propinsi yang merupakan daerah
penghasil cabai merah dengan tingkat produksi yang beragam 10 - 172 ton
per tahun. Propinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera
Utara merupakan kontributor utama produksi cabai merah nasional dengan
rata-rata pangsa terhadap produksi nasional masing-masing sebesar 26%,
15%, 14%, dan 13%. Secara lebih terinci, kabupaten/kota penghasil cabai
merah terbesar di wilayah Jawa adalah Bandung, Garut, Cianjur, Magelang,
Temanggung, Brebes, Malang, Banyuwangi dan Blitar. Sementara untuk
wilayah Sumatera Utara, kabupaten/kota yang merupakan sentra produksi
cabai merah adalah Karo, Deli Serdang dan Simalungun. Pada daerah
tersebut ketersediaan cabai sangat melimpah pada saat panen, akan tetapi
pemanfaatan cabai tersebut hanya sebatas sebagai bumbu untuk masak,
sehingga perlu adanya diversifikasi untuk meningkatkan nilai jual dan daya
simpan cabai. Diversifikasi pangan salah satunya yaitu dengan abon cabai.
Abon merupakan olahan daging yang mempunyai cita rasa yang khas
karena menggunakan rempah-rempah pilihan sebagai bumbu penyedapnya.
Abon dapat memiliki umur simpan yang lama tanpa merubah cita rasa dari
abon itu sendiri. Selain dibuat dari daging sapi dan daging kerbau, abon juga
dapat dibuat dari ayam, kambing, domba bahkan dibeberapa tempat abon
dibuat dari ikan serta ada juga pengembangan abon dari bahan dasar cabai.
Abon cabai termasuk produk baru hasil olahan cabai dengan
karakteristik kering dan tahan lama. Abon cabai ini terbuat dari cabai rawit
segar, cabai rawit keriting, dan bumbu-bumbu yang telah diolah secara prima.
Produk abon cabai ini tidak mengandung pengawet, perasa dan pewarna
buatan. Abon cabai merupakan salah satu proses pengolahan cabai yang
melibatkan banyak proses, antara lain pengeringan cabai, penghalusan,
pembumbuan, penggorengan. Proses pembuatan abon ini baru baru ini
dikenal oleh masyarakat karena dalam proses pembuatannya tidak terlalu
rumit.
Selain itu menambah nilai ekonomi dari cabai, abon merupakan salah
satu proses pengolahan cabaicommit to user untuk proses pengawetan. Hal
yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
ini karena abon dibuat dengan melalui proses pengeringan, sehingga dapat
mengurangi kadar air dalam cabai dan dapat memperpanjang masa simpan
cabai. Saat disantap, rasa pedas di lidah dapat menimbulkan rangsangan ke
otak untuk mengeluarkan endorfin (opiate endogen). Hasilnya, rasa sakit
hilang dan timbul perasaan lebih sehat. Pada sistem reproduksi, sifatnya yang
panas dapat mengurangi rasa tegang dan sakit akibat sirkulasi darah yang
buruk.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara pengolahan abon cabai dengan penambahan formulasi
abon (kentang dan teri nasi) pada berbagai formulasi?
2. Bagaimana menentukan formulasi terpilih produk akhir abon cabai dari
hasil analisis sensori meliputi warna, aroma, rasa, dan overall?
3. Bagaimana aktivitas antioksidan pada abon cabai formulasi terpilih?
4. Bagaimana analisi ekonomi pada produk abon cabai?
C. TUJUAN
1. Mengetahui proses pengolahan abon cabai merah keriting dan cabai rawit
dengan penambahan formulasi kentang dan teri nasi.
2. Mengetahui formulasi terpilih produk akhir abon cabai dari hasil analisis
sensori meliputi warna, aroma, rasa dan overall.
3. Mengetahui aktivitas antioksidan pada abon cabai formulasi terpilih.
4. Mengetahui analisi ekonomi pada produk abon cabai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cabai
Cabai Merah bernama latin Capsicum annum L. Orang Manado
menamainya rica. Sementara di Bali disebut tabia. Di Cina cabai merah
punya nama lokal la chiao. Sedangkan orang jawa sering menyebutnya
lombok abang. Dalam bahasa Inggris disebut red pepper. Cabai merah ini
tanaman asli Amerika. Tersebar dari Meksiko hingga bagian utara
Amerika Selatan. Tidak jelas kapan masukknya ke Indonesia, tapi sangat
nyata kalau cabai tidak bisa dipisahkan dari dapur (Anonima, 2012).
Berdasarkan teori pengobatan Traditional Chinese Medicine
(TCM), tanaman bernama Cina La jiao ini mempunyai rasa pedas, sifatnya
panas, dan masuk dalam meridian jantung dan pankreas. Klasifikasi ilmiah
dari cabai adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
kegunaan. Berbagai produk olahan dari cabai bisa berbentuk saus cabai,
sambal cabai, dan cabai bubuk. Saus cabai adalah cabai olahan kemasan,
produk ini banyak dikonsumsikan masyarakat modern yang hidup di
perkotaan, meskipun banyak juga yang mengonsumsi di pedesaan. Selain
saus cabai kerap juga digunakan tomat sebagai bahan dasar membuat saus
yang disebut saus tomat. Defenisi Saus Cabai menurut Standar Nasional
Indonesia (SNJ-01-2891-1992), adalah saus yang diperoleh dari
pengolahan bahan utama cabai (Capsicum annum L) yang telah matang
dan bermutu baik, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain,
serta digunakan sebagai penyedap makanan.
B. Abon
Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari
daging (sapi, kerbau, ikan laut) yang disuwir-suwir dengan berbentuk
serabut atau dipisahkan dari seratnya. Kemudian ditambahkan dengan
bumbu-bumbu selanjutnya digoreng. Dalam SNI 01-3707-1995 disebutkan
abon adalah suatu jenis makanan kering berbentuk khas, dibuat dari
daging, direbus disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan dipres.
Abon sebenarnya merupakan produk daging awet yang sudah lama
dikenal masyarakat. Data BPS (1993) dalam Sianturi (2000) menunjukan
bahwa abon merupakan produk nomor empat terbanyak diproduksi. Abon
termasuk makanan ringan atau lauk yang siap saji. Produk tersebut sudah
dikenal oleh masyarakat umum sejak dulu. Abon dibuat dari daging yang
diolah sedemikian rupa sehingga memiliki karakteristik kering, renyah dan
gurih. Pada umumnya daging yang digunakan dalam pembuatan abon
yaitu daging sapi atau kerbau (Suryani et al, 2007).
Abon sebagai salah satu produk industri pangan yang memiliki
standar mutu yang telah ditetapkan oleh Departemen Perindustrian.
Penetapan standar mutu merupakan acuan bahwa suatu produk tersebut
memiliki kualitas yang baik dan aman bagi konsumen. Para produsen abon
disarankan membuat produk abon dengan memenuhi Standar Industri
commit
Indonesia (SII). Standar SII dapat to userpada Tabel 2.1
dilihat
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
warna ungu akan menurun ketika radikal DPPH tersebut berikatan dengan
hidrogen. Semakin kuat aktivitas antioksidan sampel maka akan semakin
besar penurunan intensitas warna ungunya (Osawa dan Namiki, 1981).
Fungsi utama antioksidan digunakan sebagai upaya untuk
memperkecil terjadinya proses oksidasi dari lemak dan minyak,
memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam makanan, memperpanjang
masa pemakaian dalam industri makanan, meningkatkan stabilitas lemak
yang terkandung dalam makanan serta mencegah hilangnya kualitas
sensori dan nutrisi. Lipid peroksidasi merupakan salah satu faktor yang
cukup berperan dalam kerusakan selama dalam penyimpanan dan
pengolahan makanan. Antioksidan tidak hanya digunakan dalam industri
farmasi, tetapi juga digunakan secara luas dalam industri makanan,
industri petroleum, industri karet dan sebagainya (Tahir dkk, 2003).
Antioksidan dalam bahan makanan dapat berasal dari kelompok
yang terdiri atas satu atau lebih komponen pangan, substansi yang
dibentuk dari reaksi selama pengolahan atau dari bahan tambahan pangan
yang khusus diisolasi dari sumber-sumber alami dan ditambahkan ke
dalam bahan makanan. Adanya antioksidan alami maupun sintetis dapat
menghambat oksidasi lipid, mencegah kerusakan, perubahan dan degradasi
komponen organik dalam bahan makanan sehingga dapat memperpanjang
umur simpan (Rohdiana, 2001).
H. Uji Organoleptik
Uji organoleptik adalah pengujian yang dilakukan untuk
memberikan penilaian terhadap suatu produk, dengan mengandalkan
pancaindra. Panelis adalah orang/kelompok yang memberikan penilaian
terhadap suatu produk, dibedakan menjadi lima yaitu panelis perorangan,
panelis terbatas, panelis terlatih (7-15 orang), panelis setengah terlatih (15-
25 orang) dan panelis tidak terlatih (25 orang). Beberapa faktor yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan uji organoleptik adalah fisiologi
(keadaan fisik panelis), psikologi (perasaan panelis) dan kondisi
lingkungan saat pengujian.commit
Dalamtopelaksanaannya
user digunakan uji hedonik.
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
I. Analisis Ekonomi
Biaya produksi pada dasarnya dibedakan atas biaya produksi yang
besarnya tetap selama produksi (biaya tetap), dan biaya yang besarnya
tergantung produk yang dihasilkan (biaya tidak tetap).
1. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya produksi yang selama satu periode
kerja tetap jumlahnya. Biaya ini tergantung dari jumlah produk yang
dihasilkan dan jumlah kerja suatu alat atau mesin (Astawan, 1999).
Biaya tetap = biaya usaha + amortisasi + biaya penyusutan alat + pajak
usaha + dana social
Biaya Tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam
kisaran perubahan volume kegiatan tertentu. Besar kecilnya biaya tetap
dipengaruhi oleh kondisi perusaha an jangka panjang, teknologi dan
metode serta strategi manajemen. Biaya variabel adalah biaya yang
jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Biaya variabel per unit konstan (tetap) dengan adanya perubahan volume
kegiatan (Daryono,2004).
2. Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap adalah biaya produksi yang dikeluarkan pada
saat alat dan mesin beroperasi. Besarnya biaya ini tergantung pada
jumlah jam kerja dan jumlah produk yang dihasilkan. Perhitungan biaya
tidak tetap dilakukan terhadap biaya bahan baku, bahan penunjang, dan
upah pekerja (Astawan, 1999).
Biaya Tidak Tetap = Biaya bahan baku + pembantu dan kemasan
+ biaya bahan bakar/energi + biaya perawatan dan perbaikan.
3. Analisis Rugi / Laba
Analisis laba rugi adalah suatu analisa keuangan yang meringkas
penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akutansi.
Jadi merupakan suatu analisis yang menunjukan hasil-hasil operasi
perusahaan selain periode tersebut. Pendapatan, netto atau laba adalah
apa yang tersisa setelah commit to userdengan pengurangan-pengurangan
dikurangkan
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
yang timbul didalam memproduksi barang dan jasa atau dari penerimaan
yang diperoleh dengan penerimaan menjual barang dan jasa tersebut.
Dengan kata lain, laba = penerimaan - pengeluaran (Astawan, 1999).
4. Break Event Point (BEP)
BEP adalah suatu titik keseimbangan dimana pada titik tersebut
jumlah hasil penjualan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan atau
perusahaan tersebut tidak mengalami laba atau rugi. Jika penjualan
berjumlah kurang dari pada jumlah yang ditunjukan oleh titik ini, maka
akan diperoleh kerugian bersih (Astawan, 1999).
Perhitungan rumus BEP atas dasar unit produksi adalah sebagai
berikut:
BiayaTetap(FC )
BEP =
é BiayaTidakTetap ù
H arg aJualSatuan - ê ú
ë KapasitasPr oduksi / b ln û
BiayaTetap( FC )
BEP (Rp) =
é BiayaTidakTetap ù
1- ê ú
ë H arg aJualSatuanXJumlah Pr oduksi û
BEP (Unit)
BEP (waktu) =
Kapasitas/ bulan
5. ROI (Return On Investment)
Return On Investment (ROI) adalah perbandingan antara besarnya
laba per tahun dengan besarnya modal, yang dinyatakan persen per
tahun.
Laba
ROI = X 100 %
TotalBiaya Pr oduksi
ROI dapat dihitung berdasarkan laba kotor yaitu selisih antara
hasil penjualan dengan biaya produksi keseluruhan (belum dikurangi
pajak pendapatan) atau berdasarkan laba bersih yaitu laba dikurangi
pajak pendapatan. Demikian juga dengan besarnya modal dapat
dinyatakan sebagai modal tetap atau modal keseluruhan modal tetap dan
modal kerja (Sutanto, 1994).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
TATA LAKSANA KEGIATAN
2. Alat
Alat yang digunakan untuk membuat abon cabai yaitu timbangan,
baskom, kompor gas, telenan, wajan besar, solet kayu, pisau, sendok,
blender dan sealer. Alat yang digunakan untuk pengujian antioksidan yaitu
tabung reaksi, erlenmeyer, pipet 1 ml, pipet 10 ml, rak tabung, pro pipet,
spektrofotometer, vortek.
3. Cara Kerja
Tahapan proses pembuatan abon cabai dapat dilihat pada diagram alir
Gambar 3.1. Sedangkan pembuatan abon cabai dengan tiga formulasi
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
Ketumbar 12 gr Pembersihan&pencucian
Daun salam 1 lmbr
Kentang 200 gr
Sereh 20 gr
Cabai keriting 275 gr
Lengkuas12 gr
Cabai rawit 140 gr
Garam 20 gr Pencucian
Gula 10 gr
Pemotongan
Penggilingan kasar (3 menit)
Pencucian
Abon F1= 250 gr,
Formulasi 1, 2, 3 = Penggorengan
Formulasi 2 (F2) =
Pengemasan
Foemulasi 3 (F3) = Teri nasi goring
190 gr
commit
Gambar 3.1. Proses to userAbon Cabai
Pembuatan
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
sampai terlalu halus, dan jangan terlalu kasar. Waktu yang dibutuhkan ± 3
menit untuk penghalusan cabai.
e. Penimbangan
Proses selanjutnya yaitu cabai keriting dan cabai rawit ditimbang
sesuai dengan formula. Penimbangan bahan harus dilakukan dengan
benar supaya tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan jumlah bahan.
Bumbu juga ditimbang sesuai takaran yang digunakan. Jika semua bahan
sudah ditimbang dapat dilanjutkan proses selanjutnya.
f. Penghalusan bumbu
Penghalusan dimaksudkan supaya bawang merah, bawang putih,
lengkuas, ketumbar dan bumbu lainnya menjadi halus sehingga pemasakan
dapat berjalan dengan mudah. Penghalusan bawang merah, bawang putih,
lengkuas, ketumbar ditambah dengan gula pasir dan garam. Penghalusan
bumbu dapat dilakukan dengan menggunakan blender yang kecil.
g. Penumisan bumbu
Formulasi bahan tambahan dan bumbu akan menentukan hasil akhir
abon. Bumbu yang dapat ditambahkan pada abon di antaranya bumbu
manis, bumbu asin dan bumbu pedas. Penambahan bumbu dapat bervariasi
sesuai selera. Umumnya bumbu terdiri dari bawang merah, bawang putih,
daun salam, ketumbar, garam dan gula yang dihaluskan. Penumisan bumbu
dilakukan dengan menggunakan sedikit minyak.
h. Pemberian Cabai/ Pencampuran Bahan
Setelah dilakukan proses penumisan bumbu, kemudian dilakukan
proses pemasukan cabai. Selain bumbu tersebut ditambahkan juga
formulasi kentang dan formulasi teri nasi. Agar diperoleh formulasi abon
yang berbeda.
i. Pemasakan
Selama pemasakan, api harus kecil sekali. Suhu yang digunakan ±
1220C dan dimasak selama ± 30 menit. Tujuannya agar warna dan tingkat
kematangan abon matang merata serta tidak gosong. Selama proses
commit
pemasakan, bahan diaduk-aduk to user
agar matang secara merata dan dihentikan
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
D. Analisis Ekonomi
Untuk mengetahui harga pokok, harga jual dan keuntungan produk
maka dilakukan analisa kelayakan ekonomi meliputi biaya produksi (biaya
tetap, biaya variabel), Gross Benefit Cost Racio (Net B/C Ratio), IRR, ROI,
BEP. Metode perhitungan yang digunakan dalam penentuan B/C ratio, IRR,
ROI, dan BEP sebagai berikut :
1. Biaya produksi
Total biaya produksi = total fixed cost + total variable cost
2. Biaya Perawatan Dan Perbaikan (BPP)
Px % FPP x jam ker ja perhari x jam ker ja perbulan
BPP =
jam ker ja perhari x jam ker ja perbulan x umur alat
= harga awal
FPP = faktor perawatan dan perbaikan
3. Penyusutan/Depresiasi
P - NS
Depresiasi =
N
Keterangan:
P : Harga peralatan awal
NS : Biaya penyusutan
N : Jumlah bulan
4. Pajak Usaha
Pajak Usaha = 10% x laba kotor
5. Harga Pokok Penjualan
Biaya produksi
HPP=
kapasitas produksi
6. Perhitungan Penjualan
Penjualan = Harga/unit x jumlah unit
7. Perhitungan Rugi Laba
Laba kotor = Penjualan-Biaya Pokok Produksi
Laba bersih = Laba Operasi – Pajak Usaha
commit to user
8. B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
Pendapa tan
B / CRatio =
Biaya produksi
9. IRR
Untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung dulu NPV1 dan
NPV2 dengan cara coba-coba. Jika NPV1 bernilai positif maka discount
factor kedua harus lebih besar dari SOCC, dan sebaliknya.
Dari percobaan tersebut maka IRR berada antara nilai NPV positif dan
NPV negatif yaitu pada NPV = 0.
Rumus:
IRR = i1 +
NPV1
(i2 - i1 )
( NPV1 - NPV2 )
dimana: i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
*) Net Present Value (NPV)
NPV merupakan net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan
social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor.
Rumus: n
NPV = å NBi (1 + i ) - n
i =1
atau
n
NBi
NPV = å
i =1 (1 + i ) n
atau
n n
NPV = å Bi - Ci = å N Bi
i =1 i =1
Dimana :
NB = Net benefit = Benefit – Cost
C = Biaya investasi + Biaya Operasi
= benefit yang telah didiskon
= Cost yang telah didiskon
i = diskon faktur
n = tahun (waktu)
Kriteria: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Produk
Abon adalah makanan yang yang terbuat dari serat daging.
Penampilannya biasanya berwarna cokelat terang hingga kehitaman. Abon
tampak seperti serat, karena didominasi oleh serat-serat otot yang mengering.
Karena kering, abon biasanya awet disimpan berminggu-minggu hingga
berbulan-bulan dalam kemasan kedap udara.
Pertimbangan menggunakan cabai sebagai pangan olahan baru
yang diberi nama “Abon Cabai Naga” karena cabai merupakan salah satu
jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung
berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Oleh karena
itu didapatkan produk olahan cabai yang bergizi tinggi dan bermanfaat bagi
kesehatan. Selain itu praktek produksi pembuatan abon cabai ini juga
bertujuan untuk menambah nilai ekonomis dari cabai itu sendiri.
Uji organoleptik/analisis sensori adalah pengujian yang dilakukan
untuk memberikan penilaian terhadap suatu produk, dengan mengandalkan
panca indera. Panelis adalah orang/kelompok yang memberikan penilaian
terhadap suatu produk. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
melakukan uji organoleptik adalah fisiologi (keadaan fisik panelis), psikologi
(perasaan panelis) dan kondisi lingkungan saat pengujian (Kume, 2002).
Pemilihan tiga kombinasi dalam formula ini adalah Abon cabai tanpa
perlakuan (F1), abon cabai dengan formulasi kentang (F2), abon cabai
dengan formulasi teri nasi (F3). Perbandingan perlakuan abon cabai original
dengan hasil penambahan formulasi dapat dilihat di Tabel 4.1.
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
B. Analisis Sensori
Uji organoleptik dengan tiga formula yang berbeda ini bertujuan untuk
memilih formula abon cabai yang terbaik. Hasil uji organoleptik dari ketiga
formula tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Data Hasil Uji Organoleptik
Abon Kode Rasa Warna Aroma Overall
F1 172 2.60a 2.73a 2.80a 2.93a
F2 992 3.80c 3.67b 3.13ab 3.77c
F3 259 3.20b 3.27b 3.37b 3.27b
i)
nilai rerata dari hasil pengujian 30 panelis
Tabel 4.2. Karakter Sensoris Abon Cabai dengan Tiga Formulasi
F1 = Abon cabai original
F2 = Abon cabai dengan formulasi penambahan teri nasi
F3 = Abon cabai dengan formulasi penambahan kentang
Keterangan :
1 = tidak suka 4 = suka
2 = kurang suka 5 = sangat suka
3 = agak suka
Uji sensoris pada suatu produk sangat penting, terutama pada produk
abon karena berkaitan dengan penerimaan konsumen terhadap produk abon
yang akan diberikan. Untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap
produk abon cabai tiga formula yang berbeda dengan uji sensoris
menggunakan metode scoring.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
1. Rasa
Rasa didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat diketahui dengan
indera perasa. Rasa memiliki empat macam rasa dasar yaitu manis, asin,
asam dan pahit (Bambang Kartika, dkk, 1988). Berdasarkan Tabel 4.2.
pada uji skoring abon cabai memiliki beda nyata satu sama lain antara
abon 172, 992 dan 259 . Dari hasil SPSS uji skoring dengan parameter
rasa, dapat diambil kesimpulan untuk abon cabai yang paling disukai yaitu
kode 992 dengan formulasi abon cabai teri nasi karena rasa lebih enak dan
rasa pedas serta rasa asin dari teri nasi lebih dapat menyatu.
Untuk abon 172, 992 dan 259 memiliki hasil beda nyata terhadap
semua formulasi abon. Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada parameter
rasa nilai terbesar terdapat pada abon dengan kode 992 dengan
penambahan formulasi teri nasi 200 gram. Ini menunjukkan pada
parameter rasa, abon 992 merupakan sampel yang paling disukai. Sampel
ini paling disukai karena abon 992 memiliki rasa yang lebih enaak
dibandingkan dengn abon 172 dan abon 259. Rasa abon pada umumnya
adalah rasa manis, asin, asam dan pahit, namun disini rasa abon cabai
sangat berbeda yaitu dengan rasa pedas asin yang lezat. Pada abon 172
merupakan abon cabai tanpa penambahan formulasi sehingga rasa kurang
sedap, sedangkan rasa pada abon 259 dengan penambahan formulasi
kentang 200 gram memiliki nilai kesukaan kedua setelah abon 992 karena
rasanya enak dan karena pada dasarnya kentang memiliki rasa gurih.
2. Warna
Warna menjadi atribut kualitas yang paling penting, walaupun
suatu produk bernilai gizi tinggi, rasa enak, dan aroma baik namun jika
warna kurang menarik maka akan menyebabkan produk tersebut kurang
diminati. Warna merupakan parameter pertama yang menentukan tingkat
penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Dari Tabel 4.2 pada uji
skoring untuk kode 172 beda nyata terhadap kode 992 dan kode 259
sedangkan untuk kode 992 dan kode 259 tidak beda nyata. Dari hasil SPSS
commit
uji skoring dengan parameter to user
warna dapat diambil kesimpulan untuk abon
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
cabai yang paling disukai warnanya yaitu kode 992 yaitu abon cabai
dengan formulasi penambahan teri nasi 200 gram karena jika
dibandingkan dengan abon 172 dan 259 abon 992 dari segi warna lebih
cerah dan menarik.
Pada parameter warna nilai terbesar adalah abon 992 yaitu abon
cabai dengan penambahan formulasi teri nasi 200 gram. Dari data
parameter warna abon 992 merupakan formulasi abon yang paling disukai
karena sampel ini pada kenampakkannya abon 992 memiliki warna yang
lebih menarik dan lebih cerah jika dibandingkan dengan abon 172 dan 259.
Sedangkan pada abon 172 memiliki nilai parameter warna terkecil
dibanding nilai parameter warna pada abon 259 dan 992 karena warna
pada abon 172 cenderung lebih gelap dari abon 259 dan 992 sehingga
kurang disukai panelis. Dan pada abon 259 pada parameter warna lebih
mendekati abon 992 namun yang paling disukai adalah abon 992.
3. Aroma
Aroma dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat diamati
dengan indera pembau. Aroma atau bau sendiri sukar untuk diukur
sehingga biasanya menimbulkan pendapat yang berlainan dalam menilai
kualitas aromanya. Dari Tabel 4.2 pada uji skoring untuk kode 172 beda
nyata dengan kode 259. Dan untuk kode 992 tidak beda nyata dengan abon
172 dan 259. Dari hasil SPSS uji skoring dengan parameter aroma dapat
diambil kesimpulan untuk abon cabai yang paling disukai aromanya yaitu
kode 259 yaitu abon cabai dengan formulasi penambahan kentang yang
menghasilkan aroma yang harum dan sedap.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada parameter aroma
nilai terbesar terdapat pada abon 259 dengan penambahan formulasi
kentang 200 gram. Ini menunjukkan bahwa pada parameter aroma, abon
cabai 259 merupakan sampel yang paling disukai karena abon 259
memiliki aroma kentang yang sedap dan gurih yang lebih kuat terasa
aromanya dibandingkan dengan abon 172 dan 992. Sedangkan aroma pada
commit to user
abon 172 memiliki nilai parameter terkecil karena abon 172 merupakan
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
abon tanpa formulasi sehingga abon 172 hanya terasa seperti aroma cabai
kering biasa. Untuk abon 992 memiliki nilai terbesar parameter aroma
kedua setelah abon 259. Karena abon 992 merupakan abon cabai dengan
penambahan formulasi teri nasi yang digoreng yang gurih, asin bercampur
aroma pedas sehingga aroma abon 992 terasa enak.
4. Keseluruhan (overall)
Keseluruhan (overall) didefinisikan sebagai sesuatu dari
keseluruhan baik dari indera penglihatan, indera perasa, indera pembau,
maupun yang digunakan untuk mendeteksi secara keseluruhan warna, rasa,
dan aroma (Kandeda, 1999). Dari Tabel 4.2 pada uji skoring secara
keseluruhan abon memiliki beda nyata satu sama lain antara abon kode
172, 992 dan 259. Dari hasil SPSS uji skoring dengan parameter overall
dapat diambil kesimpulan untuk abon cabai yang paling disukai secara
keseluruhan yaitu kode 992 dengan formulasi penambahan teri nasi 200
gram karena memiliki rasa, aroma pedas, gurih dan asin dari teri nasi yang
menyatu sehingga lebih enak dibandingkan abon 172 dan abon 259. Abon
992 juga memiliki warna cerah dibandingkan abon 172.
Dari hasil uji organoleptik pada Tabel 4.2 menunjukkan pada
parameter overall, abon 992 merupakan abon cabai yang paling disukai
oleh panelis. Uji organoleptik membantu menentukan formula yang paling
disukai konsumen untuk dipasarkan. Oleh karena itu pemasaran abon cabai
kedepannya sudah memiliki gambaran tentang selera konsumen terhadap
produk ini. Selain itu, uji organoleptik juga membantu untuk mengetahui
seperti apa selera dari konsumen dipasaran yang dalam hal ini telah
diwakili oleh panelis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
C. Analisis Antioksidan
Setelah mengetahui komposisi yang tepat untuk dipasarkan, selanjutnya
dilakukan uji kimia yaitu aktivitas antioksidan dapat di lihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Analisa Aktivitas Antioksidan Abon
Sampel Aktivitas Antioksidan
Abon Cabai Teri 0,336 mmol/100 mg
sampel
D. Desain
a. Bahan
Jenis kemasan yang akan digunakan harus disesuaikan dengan
karakteristik bahan yang dikemas. Dalam pemilihan jenis kemasan juga
harus mempertimbangkan factor ekonomis, kepraktisan dan
penggunannya. Pengemasan abon terdiri dari kemasan primer dan
sekunder. Kemasan primer merupakan kemasan yang kontak langsung
dengan bahan. Sementara kemasan sekunder dipasang setelah abon dalam
kemasan primer. Kemasan sekunder tersebut bertujuan mempermudah
dalam pengangkutan dan penyimpanan. Jenis kemasan yang dapat
digunakan adalah kardus yang direkatkan dengan lakban.
Contoh jenis kemasan primer yaitu plastic, kaca dan kaleng.
Kemasan primer yang umumnya digunakan dalam pengemasan abon yaitu
plastic, baik berbentuk kantong plastic maupun toples atau wadah tertutup.
Sebabnya plastic bersifat inert atau tidak bereaksi dengan bahan, mudah
diperoleh dengan berbagai jenis dan ukuran, serta dapat didaur ulang.
Kemasan lain sperti kaca kurang menguntungkan jika digunakan untuk
mengemas abon karena terlalu berat dan mudah pecah. Sementara
kemasan kaleng kurang menguntungkan karena terlalu mahal. Sehingga
pengemasan yang digunakan dalam abon cabai ini menggunakan jenis
plastic.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
b. Bentuk
yang berbeda untuk membeli produk yang sama. Bentuk dari kemasan
Abon Cabai berbentuk toples plastik PET (transparan) seperti botol
kemasan abon pada umumnya dengan ukuran yang lebih kecil.
Setelah dimasukkan ke dalam toples plastik, abon kemudian
ditimbang dan tutupnya. Sebaiknya abon dikemas dalam kemasan
rangkap. Kemasan pertama digunakan sebagai pengemas mengemas
abon, sedangkan kemasan kedua digunakan sebagai pelabelan.
Penggunaan kemasan rangkap juga bertujuan untuk mencegah kerusakan
label akibat minyak yang terkandung dalam abon.
Saat pengemasan, usahakan tidak terjadi kebocoran pada kemasan
karena akan mempersingkat umur simpan. Pengemasan yang baik terlihat
pada kemasan yang tidak kempes atau ada udara dalam kemasan. Udara
dalam kemasan juga bertujuan untuk mengurangi risiko kerusakan abon
atau remuk selama masa distribusi ke konsumen.
c. Labelling
E. Analisis Ekonomi
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui kapasitas
produksi, penjualan, keuntungan maupun kerugian dari produksi abon cabai.
Untuk mengetahui rincian dari perhitungan analisis biaya usaha meliputi
dibawah ini:
Ø Perhitungan:
1 hari : 100 bungkus
1 bulan : 25 hari kerja
Kapasitas Produksi/bulan : 100 x 25 = 2.500 bungkus
Kapasitas produksi merupakan jumlah/besarnya produk yang dapat
dihasilkan oleh perusahaan selama kurun waktu tertentu. Kapasitas
produksi Abon Cabai setiap bulan adalah 2.500 bungkus, setiap harinya
produksi 100 bungkus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
e. Biaya Penyusutan
Tabel 4.14. Biaya Penyusutan
No Alat P Nilai sisa Umur Depresiasi
1 Timbangan 100000 2000 4 2041.67
2 Baskom 16000 500 1 1291.67
3 Blender 400000 25000 2 15625.00
4 kompor gas 900000 54000 4 17625.00
5 Pisau 10000 0 1 833.33
6 Wajan 150000 3000 2 6125.00
7 Telenan 10000 0 1 833.33
8 Sotil 8000 0 1 666.67
9 Sendok 8000 0 2 333.33
10 Hair Dryer 150000 50000 5 1666.666667
Jumlah 47041.66667
Jumlah depresiasi perbulan = Rp 47041 : 12
= Rp 3.920, 00
f. Pajak Usaha dan Asuransi
Pajak Usaha dan Asuransi : Rp 50.000, 00
Dana Sosial
Dana Sosial perbulan : Rp 200.000,00
g. Bunga
Tabel 4.15. Bunga Dalam 1 bulan
Bunga 1.25 %
No Item Rp/bln Bunga (Rp)
1 Biaya pokok 18.850.629 235.632.862
2 Biaya usaha 450.000 5.625
Jumlah 235.638.487
h. Total Biaya Tetap (Fixed Cost)
Tabel 4.16. Total Biaya Tetap (Fixed Cost)
No komponen biaya Biaya
1 biaya usaha 450.000
3 Amortasi 100.000
3 Dansos, pajak 250.000
4 Penyusutan 47041
5 Bunga 235.638.487
Jumlah 1.088.298,86
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
3. Biaya Operasi
Tabel 4.17. Total Biaya Operasi 1 Bulan
No Komponen Biaya Biaya (Rp)
1 Biaya Usaha 450.000,00
2 Dana Sosial 200.000,00
3 Amortasi 100.000,00
4 Penyusutan 47.041,00
Jumlah 797.041,00
4. Kriteria Kelayakan Usaha
a. Total Biaya Produksi
Total biaya produksi = Total Fixed Cost + Total Variabel Cost
= Rp. 1.088.298.86 +18.850.629.00
= Rp. 19.938.927.86/ bulan
b. Harga Pokok Penjualan (HPP)
Dalam 1 kali produksi (perhari) menghasilkan 100 toples (1
bungkus = 110 gr)
Kapasitas produksi dalam 1 bulan = 100 bungkus x 25 hari
= 2.500 bungkus
Harga Pokok Produksi (HPP)
Total Biaya Produksi/ bulan
HPP =
Jumlah Produksi/ bulan
Rp19938927.86
=
2.500
= Rp 7975.571145/bungkus
Harga pokok penjualan merupakan harga minimal yang harus
diberikan pada produk untuk menghindari kerugian. Harga pokok berasal
dari biaya produksi (biaya tetap dan biaya varibel) dibagi dengan jumlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
b. Laba Bersih
Laba bersih merupakan laba yang diperoleh dari selisih laba
kotor dengan pajak kepemilikan usaha. Laba bersih produksi Abon
Cabai sebesar Rp. 9.214.031.138/bulan dari 2.500/bungkus.
f. Break Even Point (BEP) unit
Biaya tetap
Q BEP =
Harga jual - (Biaya tidak tet ap/kapasitas)
1088298.86
=
12.000 - (18.850.62 5/2.500)
= 244.0269641toples
= 46,21 %
Return of Investment merupakan kemampuan modal untuk
mendapatkan keuntungan atau persentase keuntungan yang diperoleh dari
besarnya modal yang dikeluarkan. ROI (Return of Investment)
Return of Investment produksi abon cabai sebelum pajak adalah
50,45%.dan Return of Investment produksi abon cabai setelah pajak adalah
46,21 %.
i. Pay Out Time (POT)
Total Biaya Produksi
POT =
Laba Kotor
Rp 19.938.927 .86
=
Rp.10.061.072 .14
= 1,9 bulan
POT merupakan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk
mendapatkan pengembalian modal dan mendapatkan keuntungan bersih.
Produksi Abon Cabai akan kembali modal dalam jangka waktu 1,9 bulan.
j. Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Pendapatan
B/C =
biaya total poduksi
= 22,63 %
commit to user
Tabel 4.18. Hasil Perhitungan IRR
IRR 22.63568509
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan praktek produksi Abon Cabai dapat
disimpulkan bahwa :
1. Tahapan proses pengolahan Abon Abon Cabai yaitu seleksi bahan,
Pembersihan bahan, pengeringan, penghalusan bahan, penimbangan,
penghalusan bumbu, penumisan bumbu, pemberian cabai (pencampuran
bahan), pemasakan, pengemasan.
2. Dari hasil penilaian analisis sensori ketiga formula dengan uji scoring
ditinjau dari segi rasa, aroma, warna dan overall, sampel yang paling
disukai oleh panelis adalah abon 992 dengan campuran formulasi teri
nasi 200 gr karena memiliki rasa, aroma pedas, gurih dan asin dari teri
nasi yang menyatu sehingga lebih enak dibandingkan abon 172 dan abon
259. Abon 992 juga memiliki warna lebih cerah dibandingkan abon 172
dan 259.
3. Aktivitas antioksidan pada Abon Cabai adalah 0,336 mmol/100 mg
sampel.
4. Harga jual dari Abon Cabai tiap kemasan toples plastic PET Rp.
12.0000,00 dan nilai IRR yang diperoleh sebesar 22,63 %, yang berarti
lebih besar dari suku bunga yang berlaku maka perusahaan tersebut layak
untuk dilaksanakan.
B. Saran
Pada tahap-tahap praktek produksi selain ada kelebihan, juga ada
kekurangan. Untuk menutupi kekurangan tersebut maka disarankan supaya :
1. Perlu adanya pemasaran yang kreatif supaya produk ini dapat diterima
dipasaran.
2. Untuk menjaga kelangsungan produksi dengan biaya yang relatif rendah
perlu menjalin kerja samacommit
dengantopemasok
user bahan baku.
47
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
commit to user