BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah
2.1.1 Penertian Tanah
Pengertian tanah sangat umum dan luas. dalam lingkup teknik sipil dapat
diartikan bahwa tanah merupakan material yang terdiri dari beberapa zat alam yang
terbentuk dari pelapukan. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh bapak tanah dunia
Terzaghi yang mengemukakan pengertian tanah sebagai susunan butiran-butiran hasil
pelapukan massa batuan massive, dimana ukuran setiap butirnya dapat sebesar kerikil-
pasir-lanau-lempung dan kotak antar butir tidak tersementasi termasuk bahan organik.
Salah satu kegunaan tanah yaitu sebagai pendukung struktur bengunan atas sehingga
tanah harus tetap stabil dan tidak mengalami penurunan yang mengakibatkan kerusakan
konstruksi, istilah penurunan menunjukkan tenggelamnya suatu bangunan akibat
komprensi dan deformasi lapisan tanah di bawah bangunan.
Menurut Bowles, tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah
satu atau seluruh jenis berikut:
1. Berangkal (boulders), merupakan potongan batu yang besar, biasanya lebih besar
dari 250 mm sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150 mm sampai 250 mm,
fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles).
2. Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai dengan berukuran
150 mm.
3. Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm, berkisar dari
kasar (3-5 mm) sampai halus (kurang dari 1 mm).
4. Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074 mm. Lanau dan
lempung dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit yang disedimentasikan ke
dalam danau atau di dekat garis pantai pada muara sungai.
5. Lempung (clay), partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm.
Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi paada tanah yang
kohesif.
6. Koloid (colloids), pertikel mineral yang diam yang berukuran lebih kecil dari 0,001
mm.
11
Pada umumnya cara yang digunakan untuk menstabilkan tanah terdiri dari salah
satu atau kombinasi dari pekerjaan- pekerjaan berikut (Bowles, 1989) :
1. Mekanis, yaitu pemadatan dengan berbagai jenis peralatan mekanis seperti mesin
gilas (roller), benda berat yang dijatuhkan, ledakan, tekanan statis,
tekstur,pembekuan, pemanasan dan sebagainya.
2. Bahan pencampur (Additive), yaitu penambahan kerikil untuk tanah kohesif,
lempung untuk tanah berbut, dan pencampuran kimiawi seperti semen, gamping,
abu vulkanik/batubara, semen atau aspal, sodium dan kalsium klorida, limbah
pabrik kertas dan lain-lainya.
Keterangan :
G = Untuk kerikil (Gravel) atau tanah berkerikil (Gravelly Soil).
S = Untuk pasir (Sand) atau tanah berpasir (Sandy soil).
M = Untuk lanau inorganik (inorganic silt).
C = Untuk lempung inorganik (inorganic clay).
O = Untuk lanau dan lempung organik.
Pt = Untuk gambut (peat) dan kandungan organik tinggi.
W = Untuk gradasi baik (well graded).
P = Gradasi buruk (poorly graded).
L = Plastisitas rendah (low plasticity).
H = Plastisitas tinggi (high plasticity).
Prosedur untuk menentukan klasifikasi tanah sistem Unified adalah sebagai berikut :
a. Menentukan tanah apakah berupa butiran halus atau butiran kasar secara visual atau
dengan cara menyaringnya dengan saringan nomer 200.
2. Menentukan persen butiran lolos saringan no.4. Bila persentase butiran yang lolos
≤ 50%, merupakan kerikil. Bila persentase yang lolos > 50%, merupakan pasir.
3. Menentukan jumlah butiran yang lolos saringan no.200 jika persentase butiran
yang lolos ≤ 5%, pertimbangkan bentuk grafik distribusi dengan menghitung Cu
dan Cc. Jika termasuk bergradasi baik, maka klasifikasikan sebagai GW (bila
berkerikil) atau SW (bila pasir). Jika termasuk bergradasi buruk, klasifikasikan
sebagai GP (bila berkerikil) atau SP (bila pasir).
4. Jika persentase butiran tanah yang lolos saringan no.200 di antara 5 - 12%, tanah
akan mempunyai simbol dobel dan mempunyai sifat keplastisan (GW-GM, SW-
SM, dan sebagainya).
5. Jika persentase butiran tanah lolos saringan no.200 > 12%, harus diadakan
pengujian batas-batas Atterberg dengan menyingkirkan butiran tanah yang
tertinggal dalam saringan no.40. Kemudian, dengan menggunakan diagram
plastisitas, tentukan klasifikasinya (GM, GC, SM, SC, GM-GC atau SM -SC).
c. Jika tanah berbutir halus :
1. Menguji batas-batas Atterberg dengan tanah yang tinggal dalam saringan no.40.
Jika batas cair > 50%, termasuk H (plastisitas tinggi), jika < 50%, termasuk L
(plastisitas rendah).
2. Untuk H (plastisitas tinggi), jika plot batas-batas Atterberg pada grafik plastisitas
di bawah garis A, tentukan apakah tanah organik (OH) atau anorganik (MH). Jika
plotnya jatuh di atas garis A, klasifikasikan sebagai CH.
3. Untuk L (plastisitas rendah), jika plot batas-batas Atterberg pada grafik plastisitas
di bawah garis A dan area yang diarsir, tentukan klasifikasi tanah tersebut sebagai
organik (OL) atau anorganik (ML) berdasar warna, bau, atau perubahan batas cair
dan batas plastisnya dengan mengeringkannya di dalam oven.
Jika plot batas-batas Atterberg pada grafik plastisitas jatuh pada area yang diarsir, dekat
dengan garis A atau nilai LL sekitar 50%, gunakan simbol dobel.
16
b. Sistem AASHTO
Sistem klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and
Transportation Official) ini dikembangkan dalam tahun 1929 sebagai Public Road
Administrasion Classification System. Sistem ini berguna untuk menentukan
kualitas tanah guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (subbase) dan tanah dasar
(subgrade).
Sistem klasifikasi menurut AASHTO dikembangkan berdasarkan hasil
pengamatan kinerja tanah di bawah perkerasan serta merupakan sistem yang
dikenal secara luas dan sering digunakan oleh insinyur jalan raya. pada aawal
perkembangan sistem dikembangkan sekitar tahun 1928 oleh the U.S. Bereau of
Public Roads dan kemudian direvisi beberapa kali. Hasil revisi paling mutakhir
yang dilakukan oleh Bereau of Public Roads dipublikasikan pertama kali pada
tahun 1942 dimana pada versi tersebut tanah dibagi menjadi delapan kelompok.
Revisi lain yang ekstensif dilakukan pada tahun 1945 oleh suatu kelompok
insinyur jalan raya yang bekerja bagi the Highway Research Board. Versi tahun
1945 tersebut merupakan bentuk dasar daripada sistem klasifikasi AASHTO.
Menurut versi tahun 1945 di atas, tanah dibagi menjadi tuju kelompok
dimana tanah yang memiliki daya dukung dan karakteristik pelayanan hampir
sama dimasukkan dalam satu kelompok . ketuju kelompok tersebut dinyatakan
dengan A-1, A-2, A-3, A-4, A-5, A-6 dan A-7 sebagaimana ditunjukkan pada
tabel, secara umum, tanah yang paling baik untuk tanah dasar adalah A-1,
sedangkan yang paling buruk adalah A-7 dengan demikian, maka tebal perkerasan
yang diperlukan akan makin meningkat sesuai dengan nomer kelas yang makin
besar.
Berdasarkan sifat tanahnya terhadap beban roda dan dikelompokkan
menjadi 2 kelompok besar yaitu :
18
Sumber :Bowles,1991
Dimana persentase lempung diambil dari fraksi tanah yang < 2 μm. Aktivitas juga
berhubungan dengan kadar air potensial relatif. Nilai-nilai khas dari aktifitas dapat
dilihat pada tabel 6 berikut ini:
Sumber : Craig,(1991)
Berdasarkan tabel tersebut maka dapat dilihat pada grafik 2.1, tanah lempung
dapat dikategorikan ke dalam kelompok MH atau OH.
22
Sumber : Craig,(1991)
Illite 2,8
Montmorillonite 2,4
Sumber : Craig,(1991)
c. Komposisi Tanah
Kadar air, berat jenis, berat isi, angka pori, porositas dan derajat kejenuhan
merupakan parameter yang biasa digunakan untuk menunjukkan hubungan
antara berat dengan volume komponen-komponen tanah. Angka pori, kadar air,
23
dan berat volum kering pada beberapa tipe tanah lempung dapat dilihat pada
tabel 2.10.
Tabel 2.10. Nilai Angka Pori, Kadar Air, dan Berat Volume Kering pada Tanah
lempung.
Lempung organik
lembek 2,5 – 3,2 30 – 120 6–8
Sumber : Craig,(1991)
2.3 Pemadatan
Kadar air dalam tanah setelah pemadatan juga berkurang setelah dilakukan
pemadatan. Proctor telah mengamati bahwa ada hubungan yang pasti antara kadar air
dan berat volume kering supaya tanah padat.
Derajat kepadatan tanah diukur dari berat volume keringnya. Hubungan berat
volume kering (d) dengan berat volume basah (b) dan kadar air ( dinyatakan dalam
persamaan :
d = b / (1 +
Berat volume maksimum yaitu berat volume dengan tanpa rongga udara atau berat
volume tanah maksimum pada saat kondisi jenuh. Berat volume maksimum dapat
dihitung dengan persamaan:
d = Gs w / (1 + Gs
Sedangkan untuk menghitung volume kering setelah pemadatan pada kadar air w
dengan kadar udara A dapat dihitung dengan persamaan :
d = Gs (1-A) w / (1 + Gs
Gs = 2.65
25
Berat volume tanah kering setelah pemadatan bergantung pada jenis tanah, kadar
air, dan usaha yang diberikan oleh pemadatnya. Dalam uji pemadatan tanah
karakteristik tanahnya dapat dinilai dari pengujian standar laboratorium yang disebut
dengan pengujian Proctor.
Proctor merupakan suatu alat yang digunakan dalam memadatkan tanah. Alat
pemadat proctor ini berupa silinder mould. Silinder mould mempunyai volume 9,44 x
10-4 m3. Tanah yang terdapat dalam silinder dipadatkan dengan menggunakan
penumbuk. Tujuan dari pemadatan ini adalah untuk mendapatkan nilai KOA dan MDD
yang diperoleh dari grafik hubungan antara kadar air ( dan k hasil pemadatan.
Hukum Darcy (1856) menjelaskan tentang kemampuan air mengalir pada rongga
-rongga (pori-pori) dalam tanah dan sifat-sifat yang mempengaruhinya. Ada dua asumsi
utama yang digunakan dalam penetapan Hukum Darcy ini. Asusmsi pertama
menyatakan bahwa aliran fluida/cairan dalam tanah bersifat laminar. Sedangkan asumsi
kedua menyatakan bahwa tanah berada dalam keadaan jenuh
(http://www.anneahira.com/permeabilitas-tanah.htm).
Menurut Darcy (1856), kecepatan aliran air di dalam tanah dinyatakan dengan
persamaan :
v=k.i
dengan : v = kecepatan aliran (m/s atau cm/s)
k = koefisien permeabilitas
i = gradient hidraulik
2.5 Permeabilitas
Satuan permeabilitas adalah m². Pada umumnya pada reservoir panas bumi,
permeabilitas vertikal berkisar antara 10 - 14 m², dengan permeabilitas horizontal dapat
mencapai 10 kali lebih besar dari permeabilitas vertikalnya (sekitar 10 - 13 m²). Satuan
permeabilitas yang umum digunakan di dunia perminyakan adalah Darcy ( 1 Darcy = 10
sampai dengan 12m2).
Sifat permeabilitas tanah berbeda antara satu dengan yang lain. sifat permeabilitas
tanah dipengaruhi oleh pori tanah pada setiap jenis tanahnya. Tanah dengan pori yang
lebih besar akan memiliki nilai permeabilitas tanah yang lebih besar. Tanah lempung
dianggap tanah yang tidak lolos air. Hal tersebut karena butiran lempung yang sangat
kecil sehingga sangat sulit meloloskan air. Kemampuan lempung untuk meloloskan air
lebih kecil dibandingkan dengan beton.
Setidaknya ada enam faktor utama yang mempengaruhi permeabilitas tanah, yaitu
:
Derajat kejenuhan tanah semakin jenuh tanahnya, koefisien permeabilitas tanahnya akan
semakin tinggi. Faktor-faktor yang di pengaruhi permeabilitas:
1. Infiltrasi
Infiltrasi yaitu kemampuan tanah menghantar partikel. Jika permeabilitas tinngi
maka infiltrasi tinggi.
2. Erosi
Erosi perpindahan massa tanah, jika permeabilitas tinggi maka erosi rendah.
29
3. Drainase
Drainase adalah proses menghilangnya air yang berkelebihan secepat mungkin dari
profil tanah. Mudah atau tidanya hilang dari tanah menentukan kelas drainase
tersebut. Air dapat menghilang dari permukaan tanah melalui peresapan ke dalam
tanah. Pada tanah yang berpori makro proses kehilangan airnya cepat, karena air
dapat bergerak dengan lancar. Dengan demikian, apabila drainase tinggi, maka
permeabilitas juga tinggi.
4. Konduktifitas
Konduktifitas yaitu didapat saat kita menghitung kejenuhan tanah dalam air (satuan
nilai), untuk membuktikan permeabilitas itu cepat atau tidak. Konduktifitas tinggi
maka permeabilitas tinggi.
5. Run off
Run off merupakan air yang mengalir diatas permukaan tanah. Sehingga, apabila run
off tinggi maka permeabilitas rendah.
6. Perkolasi
Perkolasi merupakan pergerakan air di dalam tanah. Apabila perkolasi renda maka
permeabilitasnya punrendah.
Uji permeabilitas Constant Head cocok untuk tanah granular yang mempunyai
tinggi air tetap, seperti pasir, kerikil atau beberapa campuran pasir dan lanau.
Uji permeabilitas Falling Head cocok digunakan untuk mengukur permeabilitas
tanah berbutir halus. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode Falling Head, karena contoh tanah yang digunakan adalah tanah
lempung.
Jumlah air yang mengalir melalui contoh tanah pada suatu waktu (t) dapat
dituliskan sebagai berikut:
Dimana:
Q = debit aliran yang mengalir melalui contoh tanah (cm3/dt)
a = luas penmpang melintang pipa pengukur (pipa tegak)
A = luas penampang melintang contoh tanah (m2 atau cm2)
L = panjang contoh tanah (m atau cm)
∆t = waktu tempu fluida sepanjang L (s/detik)
∆h = selisih ketinggian (m atau cm)
32
Kadar air adalah perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat
kering tanah tersebut. Air mempunyai pengarug besar terhadap tanah, yaitu tentang
konsolidasi, stabilitasndan pemadatan, menaruh perhatian terhadap hubungan antara air
dan bahan padat tanah. Kadar air tanah dapat digunakan untuk menghitung parameter
sifat-sifat tanah.
Besarnya kadar air dinyatakan dalam persen dan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus : Kadar Air = 100 %
dimana :
Berat jenis tanah adalah suatu nilai dari perbandingan antara berat butir tanah dengan
berat isi air suling dengan isi yang sama pada suhu 40 °C. Berat jenis tanah diperoleh
dengan melakukan pengujian di laboratorium dan dihitung dengan menggunakan rumus :
( ) ( )
dimana :
Gs = berat jenis
W1 = berat picnometer (gram)
W2 = berat picnometer tanah kering (gram
W3 = berat picnometer tanah + air (gram)
W4 = berat picnometer air (gram)
33
Batas kadar air yang mengakibatkan perubahan kondisi dan bentuk tanah dikenal pula
sebagai batas-batas konsistensi atau batas-batas Atterberg. Pada kebanyakan tanah di alam,
berada dalam kondisi plastis. Kadar air yang terkandung dalam tanah berbeda-beda pada
setiap kondisi tersebut yang mana bergantung pada interaksi antara partikel mineral
lempung.
Bila kandungan air berkurang maka ketebalan lapisan kation akan berkurang pula
yang mengakibatkan bertambahnya gaya-gaya tarik antara partikel-partikel. Sedangkan
jika kadar airnya sangat tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat lembek seperti
cairan. Oleh karena itu, atas dasar air yang dikandung tanah, tanah dapat dibedakan ke
dalam empat keadaan dasar, yaitu: padat (solid), semi padat (semi solid), plastis (plastic),
dan cair (liquid) seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.3. apabila kandungan air
bertambah maka akan semakin tinggi pula kadar airnya dan sebaliknya apabila kandungan
air sedikit maka semakin kering dan padat. Adapun batas susut, plastis dan batas cair dapat
dilihat pada gambar 2.3.
Batas cair tanah adalah kadar air minimum dimana sifat suatu tanah yang akan
berubah dari keadaan cair menjadi keadaan plastis. Besaran batas cair tanah digunakan
untuk menentukan sifat dan klasifikasi tanah.
Batas cair ditentukan dengan terlebih dahulu menghitung kadar air dari masing-
masing sampel tanah sesuai dengan jumlah pukulan yang telah dilakukan , kemudian
menggambarkan jumlah pukulan dan kadar dalam suatu grafik, lalu menarik sebuah garis
lurus melalui titik-titiknya. Besarnya kadar air pada jumlah pukulan ke-31 merupakan
batas cair dari sampel tanah tersebut.
Batas plastis adalah kadar air dimana suatu tanah berubah sifatnya dari keadaan
plastis menjadi semi padat. Besaran batas palstis tanah biasanya digunakan untuk
menentukan jenis, sifat dan klasifikasi tanah. Hasil pengujian yang dilakukan
menggunakan
Nilai batas plastis meruapakan harga kadar air rata-rata dari sample tanah yang diuji.
Indeks plastis dihitung dengan menggunakan rumus:
PI = LL – PL
dimana:
PI = indeks plastis
LL = batas cair
PL = batas plastis
Analisis saringan adalah penentuan persentase berat butiran tanah yang lolos dari
satu set saringan. Analisis saringan bertujuan untuk menentukan persentase ukuran butirsn
tanah dan susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu jenis tanah yang tertahan di atas
saringan no. 200.
35
Analisis saringan digunakan untuk pembagian butir (gradasi) tanah dengan tujuan
untuk memperoleh distribusi besarannya. Hasil dari analisis saringan dapat digunakan
antara lain untuk penyelidikan quarry agregat, untuk perencanaan campuran dan
pengendalian mutu.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan parameter kuat geser tanah kohesi
(c) dan sudut geser tanah (Ø). Percobaan ini dilakukan pada tanah dengan fraksi tanah
berbutir kasarnya lebih besar. Kekuatan geser tanah diperlukan untuk menghitung daya
dukung tanah (bearing capacity), tegangan tanah terhadap dinding penahan
(earth pressure) dan kestabilan lereng. Kekuatan geser tanah dalam tugas akhir ini pada uji
tanah material random zona 4 sebagai bahan timbunan pada proyek pembangunan
bendungan logung kabupaten kudus menggunakan analisa yaitu Direct Shear Test.
Kekuatan geser tanah terdiri dari dua parameter yaitu:
1. Bagian yang bersifat kohesi c yang tergantung dari macam tanahnya.
2. Bagian yang mempunyai sifat gesekan / frictional yang sebanding dengan tegangan
efektif (σ) yang bekerja pada bidang geser
Kekuatan geser tanah dapat dihitung dengan rumus :
S = c + (σ – u) tan Ø
Dimana:
S = Kekuatan geser
σ = Tegangan total pada bidang geser
u = Tegangan air pori
Ø = Sudut geser
cukup untuk menjaga resapan dan aliran air permukaan. . Sebelum dilakukan penimbunan
di lokasi rencana, harus dilakukan percobaan (trial embankment) untuk mengetahui
kapasitas produksi alat, waktu pengerjaan, dan jumlah lintasan yang dibutuhkan.
Timbunan terbagi menjadi empat, yaitu embankment biasa, embankment pilihan,
embankment pilihan untuk area rawa, dan timbunan struktur granular. Setiap timbunan
embankment digunakan pada kondisi tertentu seperti embankment pilihan untuk slope
stabilitation atau timbunan dimana kekuatannya adalah faktor kritis. Embankment pilihan
pada area rawa menggunakan geogrid dan ditimbun, melintasi tanah rawa. Timbunan
granular sendiri digunakan untuk selimut drainase.
Dalam embankment jalan masih digunakan, hanya dikonstruksi setengahnya, dan
setengahnya tetap dibuka untuk traffic. Kontraktor perlu memperhatikan konstruksi dan
risikonya pada bridge abutment Selain itu, kontraktor juga perlu menjaga kondisi
lingkungan kerja tetap kering dan memiliki tempat untuk drainase jalan. Pemilihan
material tanah timbunan disesuaikan dengan jenis embankment yang akan dibuat, apa itu
embankment biasa, embankment pilihan, embankment pilihan pada area rawa, dan
embankment pada struktur granular.
. Penimbunan dimulai dengan memperhatikan hasil dari Trial Embankment dengan
metode perlayer 50 cm. Untuk memastikan bahwa pemadatan kita memenuhi spesifikasi
yang diminta maka tiap layer dilakukan tes density dan tes permeability dengan metode
falling head. Begitu seterusnya sampai elevasi yang diinginkan.