Anda di halaman 1dari 51

DENGAN BANTUAN BIAYA

DARI UNIVERSITAS NASIONAL

LAPORAN PENELITIAN STIMULUS


UNIVERSITAS NASIONAL

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP


KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMJA PUTRI DI SMK PRESTASI
CIKANDE KABUPATEN SERANG TAHUN 2018

PENGUSUL

Ketua : Bunga Tiara Carolin, SST.,M.Bmd


Anggota : Shinta Novelia, S.ST, MNS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2018

1
RINGKASAN

Dismenorea atau lebih yang lebih dikenal dengan nyeri haid adalah keluhan yang

sering dialami wanita pada bagian perut bawah. Namun, nyeri haid ini tidak hanya

terjadi pada bagian perut bawah saja. Beberapa remaja perempuan sering merasakannya

pada punggung bagian bawah, pinggang, pinggul, otot paha atas, hingga betis. Gejala

yang dirasakan adalah rasa nyeri diperut bagian bawah seperti dicengkeram atau di

remas-remas, sakit kepala yang berdenyut, mual, muntah, nyeri di punggung bagian

bawah, diare, bahkan hingga pingsan. Rasa nyeri tersebut biasanya dialami 1 -2 hari

pertama saat datangnya menstruasi. Dismenorea terjadi karena adanya kontraksi atau

gerakan otot-otot rahim yang kuat. Pada sebagian wanita, rasa nyeri bisa sangat hebat,

bisa pula sangat ringan. Dismenorea terjadi karena kekejangan otot rahim yang

disebabkan aliran darah tidak lancar, terasa hebat saat keluarnya darah. Hal ini terjadi

karena endometrium mengandung prostaglandin dalam jumlah tinggi, mencapai puncak

maksimum pada awal menstruasi. Keadaan ini disebabkan oleh kelebihan produksi

prostaglandin oleh endometrium fase sekresi, menyebabkan perangsangan pada otot-

otot polos. Banyaknya angka kejadian dismenore yang dialami remaja putri dapat

menggangu aktivitas sehingga berdampak pada kegiatan belajarnya di sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Status Gizi dan Aktivitas

fisik dengan Kejadian Dismenorea Primer pada Remaja Putri di SMK Prestasi Cikande

Kabupaten Serang Tahun 2018.

3
KATA PENGATAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi

rahmat dan karunianya sehingga laporan penelitian stimulus dengan judul “Hubungan

Antara Status Gizi dan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Dismenorea Primer pada

Remaja Putri di SMK Prestasi Cikande Kabupaten Serang Tahun 2018” telah selesai

dikerjakan. Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini tidak akan terselesaikan tanpa

dukungan, bantuan dan masukan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan kami

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Universitas Nasional atas bantuan dana yang diberikan

2. Prof. Ernawati Sinaga, M.Si., Apt, Warek III bidang penelitian, pengabdian kepada

masyarakat, dan kerjasama yang telah memotivasi, mendorong dan memberikan

semangat kepada Dosen-dosen Universitas Nasional untuk melakukan penelitian

dan pengabdian kepada masyarakat dan juga mengusahakan dana dari Universitas N

asional.

3. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Dr. Retno Widowati, M.Si.

Akhirnya, kami sebagai penulis memohon maaf apabila ada kesalahan baik secara

teknik, format ataupun isi dari laporan ini. Harapan kami semoga penelitian ini dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat untuk menigkatkan kesehatan reproduksi.

Jakarta, 1 Maret 2019

Tim Penulis

4
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL............................................................................... 1
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… 2
RINGKASAN……………………………………………………………. 3
KATA PENGANTAR…………………………………………………… 4
DAFTAR ISI……………………………………………………………… 5

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………….. 7
B. Kerangka Teori…………………………………………………….. 10
C. Permasalahan………………………………………………………. 11
D. Urgensi Permasalahan……………………………………………... 11
E. Tujuan……………………………………………………………… 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Remaja Putri.....……………………………………………………. 13
B. Mestruasi...................……………………………………………… 14
C. Dismenore.........………………………………………………......... 18
D. Jenis-jenis Dismenore…..………………………………………….. 20
E. Cara mengatasi Dismenore………………………………………..... 22
F. Kebutuhan Gizi Saat Dismenore..………………………………….. 22
G. Faktor Penyebab Dismenore..........................................................…. 24
H. Status Gizi............…………………………………………………... 24
I. Aktivitas Fisik..........………………………………………………... 29

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian…………………………………………………… 31
B. Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………… 31
C. Instrumen penelitian………………………………………………... 31

5
D. Prosedur Pengumpulan Data ………………………………………. 33
E. Pengelolaan Data Data……………………………………………... 33
F. Rencana Analisa Data……………………………………………… 34
G. Etika Penelitian…………………………………………………….. 35

BAB IV JADWAL DAN PEMBIAYAAN PENELITIAN


A. Jadwal Penelitian…………………………………………………… 36
B. Pembiayaan Penelitian……………………………………………… 36

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Univariat………………………………………………………. 37
B. Hasil Bivariat……..…………………………………………………. 38
C. Pembahasan…………………………………………………………. 49

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan ……...……………………………………………………. 45
B. Saran……………..…………………………………………………. 45

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 47
LAMPIRAN………………………………………………………………... 50

6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda-beda. Sebagian wanita

mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan

menstruasi disertai keluhan sehingga mengakibatkan rasa ketidaknyamanan.

Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap dunia mengalami dismenore. Hasil

penelitian, di Amerika persentase kejadian dismenore sekitar 60%, Swedia 72% dan di

Indonesia 55%. Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa dismenore dialami

oleh 30%-50% wanita usia reproduksi dan 10%-15% diantaranya kehilangan

kesempatan kerja, mengganggu kegiatan belajar di sekolah dan kehidupan keluarga.

Begitu pula angka kejadian dismenore di Indonesia cukup tinggi, namun yang berobat

kepelayanan kesehatan sangatlah sedikit, yaitu hanya 1% - 2% (Suliawati, 2013).

Menurut Neinstein (2007) kejadian dismenore didunia sangat besar. Berbagai

penelitian di indonesia telah membuktikan bahwa kejadian dismenore tinggi yaitu 43-

93% wanita mengalami dismenore 10-15% diantaranya mengalami dismenore sehingga

mereka harus meninggalkan pekerjaan maupun sekolah 1-3 hari selama sebulan. Dan

menurut Morgan dan Hamilton (2009) dismenore primer lebih sering terjadi pada usia

remaja persentasenya 40-50%, biasanya dismenore primer terjadi 1-3 tahun setelah

menarche (Sartika, 2011).

Pada umumnya dismenore tidak berbahaya, namun sering kali dirasa menganggu

wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk

setiap wanita. Ada yang masih bisa beraktivitas adapula yang tidak melakukan aktivitas

7
dan ini akan menurunkan kualitas setiap individu masing-masing (Proverawati &

Misaroh, 2009).

Menstruasi merupakan siklus reproduksi pada wanita. Gangguan-gangguan yang

berhubungan dengan menstruasi dapat mengakibatkan gangguan dalam proses

reproduksinya. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan menstruasi dapat

memberi pengaruh mendorong remaja yang mengalami gangguan menstruasi agar

mengetahui dan mengambil sikap yang terbaik mengenai permasalahan reproduksi yang

mereka alami berupa kram, nyeri karena ketidaknyamanaan yang dihubungkan dengan

menstruasi yang disebut dismenorea.

Dismenorea dalam Bahasa Indonesia adalah nyeri menstruasi, sifat dan derajat

rasa nyeri ini bervariasi, mulai dari yang ringan sampai yang berat. Keadaan yang hebat

dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga memaksa penderita untuk istirahat

dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau

beberapa hari. Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian

bawah saat menstruasi.Uterus atau rahim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan

relaksasi. Umumnya, kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun kontraksi yang hebat

dan sering, menyebabkan aliran darah ke uterus terganggu sehingga timbul rasa nyeri

(Aulia, 2009).

Dismneorea dibagi atas dua definisi, yaitu desminorea primer dan desminorea

sekunder. Desminorea primer adalah nyeri menstruasi yang terjadi tanpa adanya

kelainan ginekologik yang nyata, sedangkan desminore sekunder dikaitkan dengan

penyakit pelvis organic, seperti endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosi serviks,

neoplasma ovarium atau uterus dan polip uterus (Suliawati, 2013).

8
Menurut Proverawati (2009), faktor – faktor penyebab dismenore diantaranya.

Faktor predisposisi seperti: usia, menarche dini, status gizi, aktifitas fisik (kebiasaan

olahraga), pola makan (diet), menstruasi pertama, nulipara, riwayat menstruasi pada

keluarga, obesitas, masa menstruasi yang panjang. Faktor pendukung internal: Faktor

kejiwaan, obstruksi kanalis servikalis, dan faktor endokrin. Faktor pendukung eksternal:

Gaya hidup (merokok).

Faktor – faktor penyebab terjadinya desminore dari faktor predisposisi adalah

status gizi. Hal ini sesuai dengan Teori Gsianturi (2002) dalam Suliawati (2013), bahwa

masalah gizi timbul pada remaja karena prilaku gizi yang salah yaitu ketidakseimbangan

antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan.Status gizi remaja wanita

sangat mempengaruhi adanya keluhan-keluhan selama menstruasi. Secara psikologis

wanita remaja yang pertama sekali mengalami menstruasi akan mengeluh rasa nyeri,

kurang nyaman, dan mengeluh perutnya terasa begah. Tetapi sebagian remaja tidak

merasakan keluhan-keluhan tersebut, hal ini dipengaruhi nutrisi yang adekuat yang biasa

dikonsumsi (Paath, 2011).

Selain faktor status gizi, faktor lain yang mempengaruhi dismenore adalah aktifitas

fisik atau kebiasaan olahraga (Aulia, 2009). Hal ini sesuai dengan teori Proverawati dan

misaroh (2009) bahwa latihan olahraga yang teratur dapat menurunkan stress dan

kelelahan sehingga secara tidak langsung juga mengurangi nyeri. Membiasakan olahraga

ringan dan aktivitas fisik secara teratur seperti jalan sehat, berlari,bersepeda, ataupun

berenang pada saat sebelum dan selama haid, hal tersebut dapat membuat aliran darah

pada otot sekitar rahim menjadil ancar, sehingga rasa nyeri dapat teratasi atau berkurang.

Latihan ini sedikitnya 30-60 menit dengan frekuensi 3-5 kali seminggu.

9
Penelitian Nasution (2013) penelitian kepada 78 responden ditemukan responden

mengalami dismenore primer ringan sebanyak 33 orang (42,3%), namun didapatkan

juga responden yang mengalami dismenore primer berat sebanyak 13 orang (16,7%).

Chia (2012) bahwa prevalensi dismenore dari semua siswi SMA Santo Thomas 1

Medan adalah sebanyak 53,9% dari 89 responden. Penelitian yang dilakukan oleh Tinah

dan Diyah (2009) bahwa dari hasil penelitian sebagian besar responden mengalami

nyeri haid yaitu sebanyak 39 responden (97,5%).

Banyaknya angka kejadian dismenore yang dialami remaja putri ini yang dapat

menggangu aktivitas sehingga berdampak pada kegiatan belajarnya di sekolah maka

penulis merasa tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan antara Status Gizi dan

Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Dismenorea Primer pada Remaja Putri di SMK

Prestasi Cikande Kabupaten Serang Tahun 2018”.

B. Kerangka Teori

Faktor Predisposisi : Faktor – Faktor


PendukungInternal :
1. Menarche dini
2. Status Gizi 1. Faktor kejiwaan
3. Aktivitas fisik (kebiasaan 2. Faktor obstruksi kanalis
olahraga) servikalis
4. Pola makan (Diet) 3. Faktor endokrin
5. Riwayat menstruasi pada 4. Faktor alergi
keluarga
6. Obesitas / kegemukan

Kejadian
Dismenore

Gambar 1.1 Kerangka Teori


Sumber : Proverawati( 2009) Nugroho (2014) Saifuddin (2008) Vivian (2014).

10
C. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi pokok masalah dalam penelitian

ini adalah masih banyaknya kejadian dismenore yang berdampak pada siswi tersebut

tertinggal pelajaran. Faktor gizi dan aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab

kejadian dismenorea pada remaja putri.

D. Urgensi Penelitian

Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap dunia mengalami dismenore. Hasil

penelitian, di Amerika persentase kejadian dismenore sekitar 60%, Swedia 72% dan di

Indonesia 55%. Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa dismenore dialami

oleh 30%-50% wanita usia reproduksi dan 10%-15% diantaranya kehilangan

kesempatan kerja, mengganggu kegiatan belajar di sekolah dan kehidupan keluarga.

Begitu pula angka kejadian dismenore di Indonesia cukup tinggi, namun yang berobat

kepelayanan kesehatan sangatlah sedikit, yaitu hanya 1% - 2% (Suliawati, 2013).

Menurut Neinstein (2007) kejadian dismenore didunia sangat besar. Berbagai

penelitian di indonesia telah membuktikan bahwa kejadian dismenore tinggi yaitu 43-

93% wanita mengalami dismenore 10-15% diantaranya mengalami dismenore sehingga

mereka harus meninggalkan pekerjaan maupun sekolah 1-3 hari selama sebulan. Dan

menurut Morgan dan Hamilton (2009) dismenore primer lebih sering terjadi pada usia

remaja persentasenya 40-50%, biasanya dismenore primer terjadi 1-3 tahun setelah

menarche (Sartika, 2011). Pada umumnya dismenore tidak berbahaya, namun sering

kali dirasa menganggu wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan

tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa beraktivitas adapula yang

tidak melakukan aktivitas dan ini akan menurunkan kualitas setiap individu masing-

masing.

11
E. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Status Gizi dan

Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Dismenorea Primer pada Remaja Putri di SMK

Prestasi Cikande Kabupaten Serang Tahun 2018.

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Remaja Putri
Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun

sampai dengan 21 tahun bagi anita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.

Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai

dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22

tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu

dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti

ketetntuan sebelumnya (Hurlock,1991). Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di

bangku sekolah menengah (Ali dan Mohammad, 2014).

Remaja, yang dalam bahasa lainya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin

adolescence yang artinya “tumbuh dan tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa

primitive dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak

berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa

apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali dan Mohammad, 2014).

MenurutWorld Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja lebih bersifat

konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi dengan

batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai

berikut:

a. Berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual

sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

13
b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari

kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada

keadaan yang relative lebih mandiri.

2.1.2 Menstruasi
2.1.2.1 Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah pelepasan dinding Rahim (endometrium) yang disertai

pendarahan dan terjadi setiap bulannya.Seorang wanita memiliki dua ovarium yang

masing-masing menyimpan 200.000-400.000 sel telur yang telah matang (folikel).

Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telur saja yang tumbuh setiap periode

menstruasi, ketika sel telur telah matang maka sel telur tersebut dilepaskan dari ovarium

dan kemudian berjalan menuju tuba fallopi untuk kemudian dibuahi

(www.BioHealt.com). Apabila sel telur tidak dibuahi, maka lapisan dinding bagian

dalam dari rahim yang disiapkan untuk penempelan hasil pembuahan akan terkelupas

dan terjadilah pendarahan (menstruasi). Menstruasi biasanya datang sebulan sekali

dengan siklus yang variatif dari 28-35 hari.

Kebanyakan orang cenderung menganggap bahwa menstruasi adalah pertanda

mulainya pubertas. Padahal menstruasi adalah terakhir terjadi. Menstruasi tidak akan

dimulai sampai sekurangnya satu tahun setelah pertumbuhan pesat, yaitu setelah

payudara mulai berkembang serta tumbuhnya rambut diketiak atau pubis. Satu atau dua

tahun sebelum menstruasi, vagina mulai mengeluarkan cairan bening yang tidak berbau.

Bila sebelumnya tidak mengetahui hal ini, mungkin akan cemas. Keadaan ini normal

tidak perlu untuk dicemaskan.

14
Menstruasi sebenarnya merupakan gejala biologis yang alami, progresif, dan

positif sebagai tanda dari kematangan seksual.Dengan demikian, seharusnya peristiwa

tersebut diterima dengan sikap wajar.Namun bila peristiwa tersebut menimbulkan

keterkejutan (syok) yang sangat hebat disertai dengan iritasi (rangsangan yang

menggangu), biasanya wanita merasa sakit, disertai mual-mual, cepat lelah, dan

berbagai emosi depresif. Demikian pula apabila pada menstruasi pertama terjadi

penolakan yang defentif, maka hal tersebut akan megakibatkan pengeraman fungsional.

Artinya, ada beberapa fungsi psikis dan fisik yang mengalami hambatan atau

pengeraman, sehingga menyebabkan retensi menstruasi (berhentinya menstruasi), yang

disebabkan oleh reaksi kejutan pada menstruasi pertama. Pada usia yang lebih

tua,penolakantadi menyebabkan psychogene amenorrchoe, yaitu berupa berhentinya

menstruasi (Nirwana, 2011).

2.1.2.2 Fisiologis Menstruasi


a. Stadium menstruasi
Stadium ini berlangsung selama 3-7 hari.Pada saat itu, endometrium (selaput

rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan. Hormon-hormon ovarium berada pada

kadar paling rendah.

b. Stadium proliferasi

Stadium ini berlangsung pada 7-9 hari.Dimulai sejak berhentinya darah

menstruasi sampai hari ke – 14 setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi

di mana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis yang mempersiapkan rahim

untuk perlekatan janin.Pada fase ini endrometrium tumbuh kembali.Antara hari ke-12

sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi).

15
c. Stadium sekresi

Stadium sekresi berlangsung 11 hari.Masa sekresi adalah masa sesudah

terjadinya ovulasi. Hormon progesterone dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan

endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi

d. Stadium premenstruasi

Stadium yang berlangsung selama 3 hari.Ada infiltrasi sel-sel darah putih, bias

sel bulat. Stroma mengalami disintregasi dengan hilangnya cairan dan secret sehingga

akan terjadi kolaps dari kelenjar dan arteri. Pada saat ini terjadi vasokontriksi,

kemudian pembuluh darah itu berelaksasi dan akhirnya pecah (Nirwana, 2011).

2.1.2.3 Faktor yang mempengaruhi menstruasi


a. Faktor hormone

Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seorang wanita yaitu

follicle stimulating hormone (FSH) yang dikeluarkan oleh hipofisis, estrogen yang

dihasilkan oleh ovarium, Luteinizingo Hormone(LH) yang dihasilkan oleh hipofisis,

serta progesterone yang dihasilkan oleh ovarium.

b. Faktor enzim

Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan

dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan

regresi endometrium dan perdarahan.

c. Faktor vaskuler

Saat fase poliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan

fungsional endometrium.Pada pertumbuhan endometriumikut tumbuh pula arteri-

arteri, vena-vena, dan hubungan diantara keduanya.Dengan regresi endometrium,

timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan


16
arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan pendarahan dengan pembentukan hematoma,

baik dari arteri maupun vena.

d. Faktor prostaglandin

Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya

desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi

myometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid (Nirwana,

2011).

2.1.2.4 Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi adalah daur ulang atau perputaran menstruasi pada seorang

wanita.Lebih jelasnya, siklus menstruasi adalah daur menstruasi yang terjadi setiap

bulan pada wanita produktif, kecuali wanita tersebut sedang hamil. Siklus menstruasi

dihitung dari hari pertama menstruasi sampai tepat satu hari pertama menstruasi bulan

berikutnya. Siklus menstruasi tersebut antara satu wanita dengan wanita lain tidak sama.

Artinya, siklus itu bervariasi, yakni dari mulai 18 sampai 40 hari, dan rata-rata 28 hari.

Namun, hanya sekitar 10-15% saja wanita yang memiliki siklus 28 hari.Sementara itu,

siklus menstruasi yang normal terjadi setiap 21-35 hari sekali, dengan lama hari

menstruasi berkisar 3-7 hari. Menurut perhitungan para ahli, wanita akan mengalami

500 kali menstruasi selama hidupnya.

Dari sisi medis, siklus menstruasi kadang-kadang digambarkan pada istilah siklus

uterus dan ovarium kerena perubahan yang bersamaan yang terjadi pada organ-organ

tersebut.Perubahan itu terjadi sebagai respons terhadap kedua hormone gonadotropin

yang amat kuat dari kelenjar pituitary, (FSH), dan (LH) (Hamilton, 1995 dalam

Nirwana, 2011). Siklus menstruasi dibedakan dalam 4 masa (stadia) :

17
a. Stadium menstruasi atau desquamasi yaitu Endometrium dilepas dari dinding

Rahim disertai perdarahan, hanya lapisan tipis (stratum basale) yang tinggal. Ini

belangsung 4 hari. Disebut haid (keluar darah: potongan-potongan endometrium

dan lender dari serviks).

b. Stadium post menstrum atau stadium regenerasi yaitu luka – karena endometrium

dilepas – berangsur-angsur ditutup kembali oleh selaput lender yang baru (berasal

dari sel epitel kelenjar-kelenjar endometrium). Pada saat kelenjar ini menebal,

endometrium kurang lebih 0,5 mm. stadium ini sudah mulai aktu stadium

menstruasi berlangsung ± 4 hari.

c. Stadium intermestrum atau stadium ploriferasi yaitu pada stadium ini

endometrium tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm, kelenjarnya tumbuh lebih cepat

dari jaringan lain hingga berkelok, berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14

dari haid hari pertama.

d. Stadium pregmenstrum atau stadium sekresi, pada stadium ini endometrium

tebalnya menetap, tapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku dan

mengeluarkan getah, dalam endometrium sudah tertimbun glycogen dan kapur

yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur.

2.1.3 Dismenorea
2.1.3.1 Pengertian Dismenorea

Dismenorea atau lebih yang lebih dikenal dengan nyeri haid adalah keluhan yang

sering dialami wanita pada bagian perut bawah. Namun, nyeri haid ini tidak hanya

terjadi pada bagian perut bawah saja. Beberapa remaja perempuan sering merasakannya

pada punggung bagian bawah, pinggang, pinggul, otot paha atas, hingga betis.

18
Gejala yang dirasakan adalah rasa nyeri diperut bagian bawah seperti

dicengkeram atau di remas-remas, sakit kepala yang berdenyut, mual, muntah, nyeri di

punggung bagian bawah, diare, bahkan hingga pingsan. Rasa nyeri tersebut biasanya

dialami 1-2 hari pertamasaat datangnya menstruasi.

Dismenorea terjadi karena adanya kontraksi atau gerakan otot-otot rahim yang

kuat. Pada sebagian wanita, rasa nyeri bisa sangat hebat, bisa pula sangat ringan.

Dismenorea terjadi karena kekejangan otot rahim yang disebabkan aliran darah tidak

lancar, terasa hebat saat keluarnya darah. Hal ini terjadi karena endometrium

mengandung prostaglandin dalam jumlah tinggi, mencapai puncak maksimum pada

awal menstruasi. Keadaan ini disebabkan oleh kelebihan produksi prostaglandin oleh

endometrium fase sekresi, menyebabkan perangsangan pada otot-otot polos.

Gangguan kram perut ini tidak termasuk PMS, meskipun adakalanya bersamaan

dengan gejala PMS. Disminore paling sering dialami dan sanga mengganggu aktivitas

wanita, terlebih lagi harus dialami oleh wanita secara rutin setiap bulan. Namun,

disminore akan membaik atau bahkan hilang sama sekali setelah proses melahirkan.

Berbeda dengan PMS, wanita yang pernah melahirkan malah berisiko lebih tinggi

mengalami PMS (Manuaba, 2010). Intensitas dismenorea (Manuaba, 2010).

a. Ringan
1) Terjadi sejenak, dapat pulih kembali

2) Tidak memerlukan obat, rasa nyeri hilang sendiri

3) Tidak mengganggu pekerjaan sehari - hari

19
b. Sedang

Memerlukan obat-obatan untuk menghilangkan rasasakit, tidak sampai

meninggalkan pekerjaan.

c. Berat

1) Rasa sakit yang hebat, sehingga tidak mampu melakukan tugas harian

2) Memerlukan istirahat

3) Memerlukan obat dengan intensitas tinggi

4) Diperlukan tindakan operasi, karena menggangu setiap menstruasi

2.1.3.2 Jenis – Jenis Dismenorea


a. Primer

Ciri khas dismenorea primer adalah bahwa penyakit ini mulai timbul sejak

menstruasi pertama kali datang dan keluhan sakitnya agak berkurang setelah wanita

yang bersangkutan menikah dan hamil. Penyebab :

1) Tidak jelas, tetapi yang pasti selalu berkaitan dengan pelepasan sel-sel telur

(ovulasi) dari kelenjar indung telur (ovarium) sehingga dianggap berhubungan

dengan gangguan keseimbangan hormon.

b. Sekunder

Dismenorea sekunder berkaitan dengan hormon prostaglandin, karena

kenyataannya prostaglandin banyak dihasilkan di dalam rahim bila ada benda asing

seperti alat KB atau bahkan tumor.Prostaglandin berpengaruh dalam meningkatkan

kontraksi otot rahim yang meningkat selama menstruasi. Penyebab :

1. Rahim kurang sempurna karena ukurannya terlalu kecil

2. Posisi rahim yang tidak normal

3. Adanya tumor dalam rongga rahim, misalnya mioma uteri


20
4. Adanya tumor dalam rongga panggul

5. Penyakit-penyakit lainnya seperti tuberkulosa, kurang darah (anemia),

konstipasi, dan postur tubuh yang terlalu kurus

6. Udara terlalu dingin (Proverawati, 2009).

Faktor-faktor yang menyebabkan Dismenore (Proverawati, 2009), Faktor predisposisi

pada kejadian dismenorea adalah :

1) Usia

2) Menarche dini

3) Status Gizi

4) Aktivitas fisik (kebiasaan olahraga)

5) Pola makan (Diet)

6) Menstruasi pertama

7) Nulipara

8) Riwayat menstruasi pada keluarga

9) Obesitas / kegemukan

10) Masa menstruasi yang panjang

Faktor – Faktor pendukunginternal :

1). Faktor kejiwaan

2). Faktor obstruksi kanalis servikalis

3). Faktor endokrin

Faktor- Faktor pendukung eksternal :

1). Lift style (Gaya Hidup) Merokok

21
2.1.3.3 Cara Mengatasi Dismenorea
a. Makan makanan yang kaya protein dan serat menjelang menstruasi

b. Konsumsi makanan yang mengandung kalsium, magnesium, vitamin A, vitamin E,

vitamin B6, dan vitamin C

c. Kurang asupan garam dengan cara menghindari junk food atau makanan ringan

yang megandung banyak garam (misalnya pitza, makanan kaleng, dan cemilan).

d. Minum banyak jus buah

e. Hindari minum kopi, teh, dan minuman bersoda

f. Tenangkan pikiran dan rileks, misalnya melakukan hobi atau mendengarkan music

Selain cara diatas berikut ini beberapa cara yang biasa dilakukan jika nyeri yang

dirasakan sangat berlebihan:

a. Minum obat penghilang rasa sakit

b. Kompres dengan air yang hangat di sekitar daerah yang nyeri

c. Mandi air hangat

d. Berbaring dengan santai

2.1.3.4 Gizi Saat Dismenorea


Pada saat datangnya menstruasi, disminore atau rasa nyeri dapat diringankan

dengan mengonsumsi zat gizi, terutama dari golongan vitamin dan mineral. Zat gizi

yang dapat membantu meringankan dismenorea adalah:

a. Vitamin

1) Vitamin A

Vitamin A sangat penting bagi sistem saraf dan fungsi otak yang berperan

dalam meringankan dismenorea. Sumber hewani vitamin A adalah hati, telur, susu,

22
keju, margarin, dan minyak ikan. Sedangkan, sumber vitamin A adalah sayuran

hijau.Semakin hijau warna sayuran, semakin tinggi kandungan vitamin A-nya,

seperti daun singkong, daun papaya, daun kemangi, bayam, dan lain-lain.

2) Vitamin E

Vitamin E berperan dalam mengatur produksi hormon prostaglandin.

Hormon ini menyebabkan peningkatan kontraksi otot rahim sehingga rasa nyeri

haid itu datang.Vitamin E juga dapat memperbaiki aktivitas

neurotransmitter.Sumber vitamin E banyak terdapat pada tanaman dan

hewan.Sayuran dan minyak biji-bijian merupakan sumber terbanyak.Sumber

hewaninya terdapat dalam kuning telur, mentega, dan hati.Sedangkan, sumber

nabatinya terdapat dalam kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau, minyak kepala

sawit, minyak kedelai, minyak jagung, minyak biji bunga matahari, dan minyak biji

kapas, margarin, dan shortening.

3) Vitamin B6

Berperan penting dalam metabolism protein dan asam amino, meningkatkan

resistansi terhadap penyakit, memproduksi sel darah merah, menjaga kadar

glukosa darah, serta menjaga kesehatan kulit dan saraf. Vitamin B6 berperan

sebagai kofaktor dalam proses akhir pembentukan neurotransmitter, yang akan

mempengaruhi sistem endokrin otak menjadi lebih baik sehingga membuat tubuh

rileks dan dapat meringnkan disminore. Sumber hewani vitamin B6 terdapat

dalam daging ayam, ikan, hati, kuning telur, dan sedikit dalam susu. Sedangkan,

sumber nabatinya terdapat dalam serelia, kentang, avokad, dan kacang tanah.

23
4) Vitamin C

Vitamin C penting saat menstruasi karena berguna dalam membantu

penyerapan zat besi, di mana zat besi diperlukan untuk pembentukan sel darah

merah.Selain itu, vitamin C dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan kerja sistem

saraf yang dapat meringankan dismenorea.Sumber hewani vitamin C terdapat

dalam hati dan ginjal saja.Paling banyak terdapat dalam buah-buahan dan sayuran,

seperti jambu biji, papaya, jeruk, strowberi, kiwi, gandaria, daun katuk, daun

kelor, tangkil (melinjo), daun singkong, dau tales, daun melinjo, brokoli, dan lain-

lain.

b. Mineral

c. Kalsium

Ketika mengalami dismenorea, kalsium berfungsi untuk mengaktifkan saraf dan

kontraksi otot, mengurangi keluhan saat haid, melancarkan peredaran darah, mengatasi

kram, sakit pinggang, serta menjaga keseimbangan cairan tubuh.Kalsium dapat

meredakan rasa sakit atau nyeri saat haid. Kalsium paling banyak terdapat dalam susu

dan hasil olahannya. Terdapat juga pada daging, ikan sarden, ikan teri, rebon, belut,

ayam, telur, serealia, sayuran berwarna hijau gelap seperti kangkung, bayam, brokoli,

daun papaya, daun singkong, daun labu, daun katuk, biji-bijian (wijen, kenari, dan

almond), papaya muda, salak, nangka muda, apel, pir, anggur, persik, kismis, dan

kurma.

d. Magnesium

Berfungsi dalam membantu relaksasi otot, transmisi sinyal saraf, mengurangi

migren, dan sebagai penenang alamiah sehingga magnesium dapat meringankan

disminore atau rasa nyeri saat haid.Sumber terbaik magnesium adalah sayuran

24
hijau.Sumber lainnya adalah biji-bijian, gandum, oatmeal, dan avokad (Suliawati,

2013).

2.1.4 Faktor – Faktor Penyebab Dismenore


a. Status Gizi
1) Pengertian
Supariasa (2001), mengatakan bahwa: “Gizi adalah suatu proses organisme

menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesiti,

absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak

digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari

organ-organ, serta menghasilkan energi”.Status gizi adalah ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam

bentuk variabel tertentu (Suliawati, 2013).

2) Penilaian Status Gizi


Dalam Supariasa (2001) dalam Suliawati (2013), Penilaian status gizi adalah

interpretasi dari data yang didapatkandengan menggunakan berbagi metode untuk

mengidentifiksi populasiatau individu yang beresiko atau dengan stastus gizi buruk.

Padadasarnya penilaian status gizi dapat dibagi 2, yaitu secara langsung yangmeliputi :

antropometri, biokimia, klinis dan biofisik dan secara tidaklangsung yang meliputi :

survei makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

3) Pengukuran Antropometri
Supariasa (2001) dalam Suliawati (2013), mengungkapkan: “nutritional

Anthropometry is Meansurement of the Variations of the Physical Dimensions and the

Gross Cmposition of the Human Body at Different Age Levels and Degree of

Nutrition”.Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa antropometri

gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagi tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sebagai
25
indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter

adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain : umur, berat badan, tinggi

badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah

kulit. Sedangkan indeks antropometri adalah kombinasi beberapa parameter,

diantaranya:

a) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)


Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa

tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang

mendadak.Indeks berat badan menurut umur digunakan untuk menggambarkan

status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).

b) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)


Tinggi badan merupakan antropoetrik yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Pertumbuhan tinggi badan relative kurang sensitif

terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yangpendek. Pengaruh defisiensi

zat terhadap tinggi badan akanNampak dalam waktu yang relatif sama. Indeks

ini digunakan untukmenggambarkan status gizi masa yang lalu.

c) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)


Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggibadan. Dalam

keadaan normal, perkembangan berat badan akansearah dengan pertumbuhan

tinggi badan dengan kecepatan tertentu.Indeks ini merupakan indikator yang baik

untuk menilai status gizisaat ini dan independen terhadap umur.

4) Indeks Massa Tubuh (IMT)


Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumurdiatas 18

tahun.IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak-anak,remaja, ibu hamil, dan

olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bias diterapkan pada keadaan khusus lainnya

26
seperti edema, asites, dll.IMT/U merupakan yang terutama bermanfaat untuk

penapisankelebihan berat badan dan kegemukan.Biasanya IMT tidak

meningkatdengan bertambahnya umur.

IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa khususnya yang berkaitan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka

mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia

harapan hidup lebihpanjang. Indikator IMT/U hampir sama dengan BB/PB atau

BB/TB. Ketika melakukan interpretasi resiko kelebihan berat badan, perlu

mempertimbangkan berat badan orang tua. IMT merupakan rumus matematis yang

berkaitan dengan lemak tubuh, dan dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram)

di bagi dengan kuadrat tinggi (dalam ukuran meter):

IMT = TB / BB²
Keterangan

BB = Berat Badan (dalam Kg)

TB = Tinggi Badan (dalam meter)

Tabel 2.1
Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17,0
Kekurangan BB tingkat ringan 17,0 - <
Normal 18,5 – 22,9
Kelebihan BB tingkat ringan 23 – 24,9
Gemuk Kelebihan BB tingkat moderat > 25 – 29,9
(Obes I)
Kelebihan BB tingkat berat > 30,0
(Obes II)
Menurut teori Gsianturi (2002) dalam Suliawati (2013), bahwa masalah gizi

timbul pada remaja karena prilaku gizi yang salah yaitu ketidakseimbangan antara

konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Remaja putri sering melewatkan

27
dua kali waktu makan dan lebih memilih kudapan.“Makanan sampah” (junk food) kini

semakin digemari oleh remaja, baik sebagai kudapan maupun “makan besar”. Disebut

makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan ada yang tidak sama sekali) mengandung

kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan C, sementara kandungan lemak jenuh,

kolesterol, dan natrium tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50%

total kalori yang terkandung dalam makanan itu.

Prostaglandin adalah semua kelompok yang diturunkan dari asam lemak 20-

karbon tak jenuh, terutama asam arakidonat melalui jalur siklooksigenase; prostaglandin

terlibat dalam berbagai proses fisiologis (Dorland, 2005). Diaz, 1998 menyatakan

semakin banyak lemak semakin banyak pula prostaglandin yang dibentuk, sedangkan

peningkatan kadar prostaglandin dalam sirkulasi darah diduga sebagai penyebab

dismenore (Utami, 2013).

Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut

syaraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin dan

peningkatan kepekaan myometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga 400 mmHg

dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya, kontraksi myometrium

yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi

iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik. Jika

prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain

dismenorea timbul pula diare, mual, dan muntah (Suliawati,2013).

Menurut penelitian Gidul Suliawati (2013), menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian desminore primer pada

Wanita Usia Subur di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar.

28
b. Aktifitas Fisik ( Kebiasaan Olah Raga)
1) Pengertian Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningakatkan pengeluaran

tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila

seseorang melakukan latihan fisik atau olahraga selama 30 menit setiap hari atau

minimal 3-5 hari dalam seminggu. (Kementrian Kesehatan RI, 2013).

Aktivitas fisik yang dilakukan dapat diukur dengan menggunakan Global

Physical Activity Questionnaire (GPAQ). Kuesioner ini terutama ditujukan pada

generasi muda dan dewasa untuk mengukur sejumlah intensitas kegiatan yang

berbeda-beda pada saat bekerja dan pada saat libur. GPAQ mencakup empat area

aktivitas fisik yaitu aktivitas sehari-hari kerja, aktivitas fisik di luar pekerjaan dan

olahraga, transportasi, pekerjaan rumah tangga serta merawat anak. (WHO, 2016).

2) Jenis-Jenis Akivitas Fisik Remaja


Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, aktivitas fisik yang

sesuai untuk remaja sebagai berikut :

a. Kegiatan ringan : hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak

menyebabkan perubahan dalam pernapasan atau ketahanan (endurance).

Contoh : berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju/piring, mencuci

kendaraan, berdandan, duduk, les disekolah, les diluar sekolah, mengasuh

adik, nonton TV, aktivitas main play station, main computer, belajar dirumah,

nongkrong.

b. Kegiatan sedang : membutuhkan tenaga intens atau terus menerus, gerakan

otot yang berirama atau kelenturan (flexibility). Contoh : berlari kecil, tenis

meja, berenang, bermain dengan hewan peliharaan, bersepeda, bermain

music, jalan cepat.

29
c. Kegiatan berat : biasanya berhubungan dengan olahraga dan membutuhkan

kekuatan (strength), membuat berkeringat. Contoh : berlari, bermain sepak

bola, aerobik, bela diri (misal karate, taekondo, pencak silat) dan outbond.

Lakukan minimal 30 menit olahraga sedang untuk kesehatan jantung, 60

menit untuk mencegah kenaikan berat badan dan 90 menit untuk menurunkan

berat badan (Nurmalina, 2011).

3) Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik


Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik bagi remaja,

berikut ini beberapa faktor tersebut :

a. Umur

Aktivitas fisik remaja sampai dewasa meningkat sampai mencapai maksimal

pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional

dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1 % per tahun, tetapi bila rajin

berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya.

b. Jenis kelamin

Sampai pubertas biasanya aktivitas fisik remaja laki-laki hampir sama dengan

remaja perempuan, tapi setelah pubertas remaja laki-laki biasanya

mempunyai nilai yang jauh lebih besar.

c. Pola makan

Makanan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas, karena bila jumlah

makanan dan porsi makanan lebih banyak, maka tubuh akan merasa mudah

lelah, dan tidak ingin melakukan kegiatan seperti olahraga atau menjalankan

aktivitas lainnya. Kandungan dari makanan yang berlemak juga banyak

mempengaruhi tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari ataupun olahraga,

30
sebaiknya makanan yang akan di konsumsi dipertimbangkan kandungan

gizinya agar tubuh tidak mengalami kelebihan energi namun tidak dapat

dikeluarkan secara maksimal.

d. Penyakit/ kelainan pada tubuh

Berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, porstur tubuh, obesitas,

hemoglobin/sel darah dan serat otot. Bila ada kelainan pada tubuh seperti

diatas akan mempengaruhi aktivitas yang akan dilakukan. Seperti kekurangan

sel darah merah, maka orang tersebut tidak di perbolehkan untuk melakukan

olahraga yang berat.Obesitas juga menjadikan kesulitan dalam melakukan

aktivitas fisik. (Matarani, 2012).

Menurut Proverawatidan misaroh (2009) bahwa latihan olahraga yang teratur

dapat menurunkan stress dan kelelahan sehingga secara tidak langsung juga mengurangi

nyeri. Membiasakan olahraga ringan dan aktivitas fisiksecara teratur seperti jalan sehat,

berlari,bersepeda, ataupun berenang pada saat sebelum dan selama haid, hal tersebut

dapat membuat aliran darah pada otot sekitar rahim menjadilancar, sehingga rasa nyeri

dapat teratasi atau berkurang. Latihan ini sedikitnya 30-60 menit dengan frekuensi 3-5

kali seminggu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hormono (2012) tentang Hubungan

Antara Kebiasaan Olahraga, Menarche, dan Lama Menstruasi Dengan ejadian

Dismenorhea Pada Remaja di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga, penelitian

menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara lama menstruasi denga kejadian

dismenorhea dengan nilai p=0.003.

31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

pendekatan cross sectional, yaitu penelitian pada beberapa populasi yang diamati pada

waktu yang sama. (Sibagariang, E. E. dkk, 2010). Penelitian cross sectional adalah

suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor resiko (independen) dengan

faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali

dan sekaligus pada waktu yang sama (Riyanto, 2013).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian adalah pada bulan Agsustus - Desember 2018. Lokasi penelitian

yaitu di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.

C. Instrumen Penelitian dan Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri SMK Prestasi Cikande

Tahun 2018. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu non

probability sampling dengan metode simple random sampling.

Instrumen yang digunakan pada peneliti ini disusun oleh peneliti sendiri dengan

mengacu dan memodifikasi teori yang sudah diuraikan dalam tinjauan pustaka. Uji

validitas dan reliabilitas akan dilaksanakan pada tahap pilot study sebelum melakukan

pengumpulan data sebenarnya. IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk

memantau status gizi seseorang dan kuesioner tentang aktivitas fisik yang terdiri dari 4

pertanyaan.

32
D. Prosedur Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah terdiri dari data primer, yang

dilakukan dengan memberikan kuesioner pada Remaja Putri di SMK Prestasi Cikande

Tahun 2018. Prosedur pengumpulan data meliputi :

1) Mengajukan surat penelitian

2) Mengurus surat ijin penelitian

3) Sebelum dilakukan penelitian dilakukan penjelasan tentang maksud, tujuan

penelitian kepada responden.

4) Memberikan lembar persetujuan pada responden

5) Membagikan kuesioner yang telah disediakan kepada responden

E. Pengelolaan Data

Dalam pengelolaan data menggunakan bantuan komputer, yaitu dengan memakai

perangkat lunak statistik. Pengelolaan data secara lebih lengkap dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Editing

Editing yaitu melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan pengisian kuesioner

dan konsistensi jawaban dengan pertanyaan.

2. Coding

Coding yaitu melakukan pengkodean terhadap beberapa variabel yang akan

diteliti, dengan tujuan untuk mempermudah pada saat melakukan analisis data dan juga

mempercepat pada saat entri data.

3. Processing

Setelah semua isian kuisioner telah terisi penuh dan benar, dan juga sudah

melawati pengkodean, maka langka selanjutnya adalah memproses data agar dianalisis.

33
Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentri data dari kuisioner kepaket program

komputer.

4. Cleaning

Cleaning yaitu pengecekan kembali data yang sudah di entri, apakah ada

kesalahan atau tidak.

F. Rencana Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat yaitu analisa yang digunakan untuk mendapatkan gambaran

dan mendiskripsikan distribusi frekuensi atau besarnya proporsi menurut berbagai

variabel yang diteliti, baik untuk variabel dependent maupun indipendent. Analisa

univariat dilakukan setelah tabulasi data, frekuensi masing-masing kategori

kemudian dihitung besarnya persentasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut

F
(Sabarguna, 2013) :    100%
n

Keterangan : P = Persentase

F = frekuensi tiap kategori

n = Jumlah sampel

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat adalah untuk menganalisa adanya hubungan antara variabel

dependent dan independent, sesuai dengan tujuan penelitian dan jenis skala ukur

serta untuk mengetahui adanya hubungan dua variabel tersebut bermakna atau tidak

bermakna. Uji statistik yang digunakan adalah ”Chi Square”. Data diolah dengan

menggunakan program IBM SPSS 24 karena data bersifat kategorik dengan

menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan nilai alpha = 0,05. Jika X2 hitung >

34
X2 tabel atau p-Value lebih kecil dari α (P< 0,05), artinya terdapat hubungan yang

bermakna antara kedua variable yang diteliti. Rumus:

ni

nj  fo  feij  2
 2
hitung
i 1

j 1
ij

feij
Keterangan :

2 = Kai Kuadrat
foij = Frekuensi Observasi
feij = Frekuensi Nilai Harapan
ni = total baris
nj = total kolom

G. Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek

penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut.

Dalam melaksanakan sebuah penelitian, peneliti harus menjunjung tinggi etika

penelitian yang merupakan standar etika dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian

ini peneliti akan memperhatikan etika dalam penelitian yang dilakukan dengan langkah-

langkah :

1. Informed concent atau lembar persetujuan ini diberikan pada responden yang

akan diteliti yang memenuhi kriteria. Peneliti akan menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian. Jika subjek penelitian bersedia diteliti maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan

2. Anonimity yaitu untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberi kode yang hanya

diketahui oleh peneliti

35
BAB IV
JADWAL DAN PEMBIAYAAN PENELITIAN

A. Jadwal Kegiatan

No Uraian Kegiatan Agt Sept Okt Nov Des


2018 2018 2018 2018 2018
1. Persiapan Proposal

2. Pengurusan perijinan

3. Pengumpulan Data

4. Tabulasi dan Analisa Data

5. Pembuatan laporan

B. Pembiayaan Penelitian

Dana yang diperlukan untuk kegiatan penelitian ini sebesar Rp. 8.000.000,-

(Lima Juta Rupiah), dengan rincian biaya sebagai berikut:

No Rincian Biaya Jumlah


1. Administrasi (surat menyurat untuk perijinan) Rp. 750.000,-
2. Fotocopy makalah, lembar persetujuan dan kuisioner Rp. 800.000,-
3. Transport survei dan pelaksanaan penelitian (2 orang untuk Rp. 1.800.000,-
survei dan 4 orang untuk pelaksanaan penelitian @ Rp.
300.000,-)
4. Konsumsi Tim untuk pelaksanaan penelitian (snack dan Rp. 1.500.000,-
makan siang)
5. souvenir untuk peserta penelitian (100 orang X Rp. 17.500) Rp. 1.750.000.-
6. Fotocopy dan penjilidan laporan (6 eksemplar) Rp. 400.000,-
7. Pembelian timbangan digital dan staturemeter Rp. 1.000.000,-
JUMLAH TOTAL Rp. 8.000.000,-

36
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian


5.1.1 Hasil Univariat
A. Distribusi Ferkuensi Kejadian Dismenorea Primer
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Siswi SMK Prestasi Cikande
Berdasarkan Kejadian Dismenorea Primer

Dismenorea Primer Frekuensi Persentase%

Ya 80 79,2

Tidak 21 20,8

Total 101 100


Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa sebagian besar (79,2%) siswi
mengalami Dismenorea Primer.

B. Status Gizi
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Siswi SMK Prestasi Cikande
Berdasarkan Status Gizi (IMT)
Status Gizi Frekuensi Persentase (%)

Tidak Normal 58 57,4

Normal 43 42,6

Total 101 100


Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa sebagian besar (57,4%) siswi
mengalami status gizi tidak normal (<18,5 - >25,0).

C. Aktivitas Fisik
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Siswi SMK Prestasi Cikande
Berdasarkan Aktivitas Fisik

Aktivitas Fisik Frekuensi Persentase (%)

Kurang 71 70,3

Baik 30 29,7

Total 101 100


Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa sebagian besar (70,3%) siswi
memiliki aktivitas fisik yang kurang.

37
5.1.2. Hasil Analisis Bivariat
Berdasarkan hasil analisis bivariat dapat dilihat sebagai berikut :

A. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenorea Primer Pada Remaja


Putri Di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.

Tabel 5.4 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenorea Primer Pada Remaja Putri
Di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018
Kejadian Dismenorea Primer
Status Gizi Ya Tidak Total p-value
f % f % F %
Tidak Normal 56 96,6 2 3,4 58 100
Normal 24 55,8 19 44,2 43 100 0,000
Total 80 79,2 21 20,8 101 100

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukan bahwa dari 58 responden dengan status

gizi tidak normal yang mengalami dismenorea primer sebanyak 96,6% (56

responden), sedangkan pada kelompok dengan status gizi normal dari 43 responden

hanya 55,8% (24 responden) siswi mengalami dismenorea primer. Berdasarkan

hasil penelitian, menunjukan bahwa kasus terbanyak adalah dengan status gizi

kurus (38%) dan status gizi gemuk hanya (21%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan

nilai P sebesar 0,000 (p ≤ 0.05) sehingga H0 ditolak yang berarti bahwa secara

statistik terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian

dismenorea primer di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.

38
B. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Dismenorea Primer Pada Remaja
Putri Di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.

Tabel 5.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Dismenorea Primer Pada Remaja Putri
Di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018
Kejadian Dismenorea Primer
Aktivitas Fisik Ya Tidak Total P- value
f % F % F %
Kurang 65 91,5 6 8,5 71 100
Baik 15 50 15 50 30 100 0,000
Total 80 79,2 21 20,8 100 100

Berdasarkan Tabel 5.5 diatas menunjukan bahwa dari 71 responden yang

memiliki aktivitas fisik kurang yang mengalami dismenorea primer sebanyak 91,5%

(65 responden), sedangkan pada kelompok dengan aktivitas fisik baik dari 30

responden hanya 50% (15 responden) mengalami dismenorea primer.

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan

nilai P sebesar 0,000 (p ≤ 0.05) sehingga H0 ditolak yang berarti bahwa secara

statistik terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian

dismenorea primer di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.

5.2. Pembahasan
5.2.1. Kejadian Dismenorea Primer
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa kejadian dismenorea

primer yang terjadi di SMK Prestasi Cikane Tahun 2018 sebanyak (79,2%).

Terlihat bahwa dismenore primer merupakan suatu masalah pada remaja putri di

SMK Prestasi Cikane Tahun 2018 karena dengan mengalami dismenore primer

remaja dapat mengganggu aktivitas belajar.

Dismenorea atau lebih yang lebih dikenal dengan nyeri haid adalah

keluhan yang sering dialami wanita pada bagian perut bawah. Namun, nyeri haid

39
ini tidak hanya terjadi pada bagian perut bawah saja. Beberapa remaja

perempuan sering merasakannya pada punggung bagian bawah, pinggang,

pinggul, otot paha atas, hingga betis. Gejala yang dirasakan adalah rasa nyeri

diperut bagian bawah seperti dicengkeram atau di remas-remas, sakit kepala

yang berdenyut, mual, muntah, nyeri di punggung bagian bawah, diare, bahkan

hingga pingsan. Rasa nyeri tersebut biasanya dialami 1-2 hari pertama saat

datangnya menstruasi.

Dismenorea terjadi karena kekejangan otot rahim yang disebabkan aliran

darah tidak lancar, terasa hebat saat keluarnya darah. Hal ini terjadi karena

endometrium mengandung prostaglandin dalam jumlah tinggi, mencapai puncak

maksimum pada awal menstruasi. Keadaan ini disebabkan oleh kelebihan

produksi prostaglandin oleh endometrium fase sekresi, menyebabkan

perangsangan pada otot-otot polos.

Menurut Neinstein (2007) kejadian dismenore didunia sangat besar.

Berbagai penelitian di indonesia telah membuktikan bahwa kejadian dismenore

tinggi yaitu 43-93% wanita mengalami dismenore 10-15% diantaranya

mengalami dismenore sehingga mereka harus meninggalkan pekerjaan maupun

sekolah 1-3 hari selama sebulan. Dan menurut Morgan dan Hamilton (2009)

dismenore primer lebih sering terjadi pada usia remaja persentasenya 40-50%,

biasanya dismenore primer terjadi 1-3 tahun setelah menarche (Sartika, 2011).

Hal ini didukung oleh penelitian Nasution (2013) penelitian kepada 78

responden ditemukan responden mengalami dismenore primer ringan sebanyak

33 orang (42,3%), namun didapatkan juga responden yang mengalami

dismenore primer berat sebanyak 13 orang (16,7%). Chia (2012) bahwa

40
prevalensi dismenore dari semua siswi SMA Santo Thomas 1 Medan adalah

sebanyak 53,9% dari 89 responden. Penelitian yang dilakukan oleh Tinah dan

Diyah (2009) bahwa dari hasil penelitian sebagian besar responden mengalami

nyeri haid yaitu sebanyak 39 responden (97,5%).

Menurut asumsi peneliti, dismenorea primer yang terjadi pada remaja

siswi SMK Prestasi diantaranya karena faktor- faktor seperti kurangnya asupan

makanan yang bergizi karena banyaknya remaja tersebut memakan makanan

siap saji, aktivitas fisik yang kurang, menstruasi pertama ≤12 tahun, riwayat

keluarga dengan dismenorea dan lama menstruasi >7 hari.

5.2.2. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenorea Primer Pada Remaja
Putri Di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa remaja putri yang

mengalami dismenorea primer dengan status gizi tidak normal sebanyak

(96,6%). Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square terdapat

hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian dismenorea primer

di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.

Menurut teori Gsianturi (2002) dalam Suliawati (2013), bahwa masalah

gizi timbul pada remaja karena prilaku gizi yang salah yaitu ketidakseimbangan

antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Remaja putri sering

melewatkan dua kali waktu makan dan lebih memilih kudapan.“Makanan

sampah” (junk food) kini semakin digemari oleh remaja, baik sebagai kudapan

maupun “makan besar”. Disebut makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan

ada yang tidak sama sekali) mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat,

vitamin A dan C, sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol, dan natrium

41
tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50% total kalori yang

terkandung dalam makanan itu.

Prostaglandin adalah semua kelompok yang diturunkan dari asam lemak.

Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut

syaraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin

dan peningkatan kepekaan myometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga

400 mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya,

kontraksi myometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi

aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan

timbulnya nyeri spasmodik. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah

berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenorea timbul pula diare,

mual, dan muntah (Suliawati, 2013).

Sedangkan status gizi yang kurus dapat diakibatkan karena asupan

makanan yang kurang, termasuk zat besi yang dapat menimbulkan anemia.

Anemia merupakan salah satu faktor konstitusi yang menyebabkan kurangnya

daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri sehingga saat menstruasi dapat terjadi

dismenore.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Suliawati (2013), menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian

desminore primer pada Wanita Usia p= 0,001. Selanjutnya penelitian Nasution,

Dewi Sartika (2013) terdapat hubungan yang siqnifikan antara status gizi dengan

dismenore primer pada remaja putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua dengan

nilai p = 0,000. Hasil penelitian juga didukung oleh Qonita Berliana (2017) di

42
SMAN 3 Rangkasbitung, bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi

dengan kejadian dismenorea dengan nilai p=0,000.

Menurut asumsi peneliti, status gizi berhubungan dengan dismenore

primer disebabkan karena masih banyaknya remaja yang tidak berprilaku hidup

sehat sehingga status gizi tidak normal. Karena masih banyak remaja yang

memikirkan dietnya dikarenakan takut bermasalah dengan berat badan sehingga

remaja lebih memilih makanan siap saji namun mereka tidak sadar makanan siap

saji tersebut banyak mengandung lemak sehingga status gizi menjadi tidak

normal sehingga menimbulkan nyeri saat haid. Sedangkan pada status gizi yang

kurus dapat diakibatkan karena asupan makanan yang kurang, termasuk zat besi

yang dapat menimbulkan anemia. Anemia merupakan salah satu faktor

konstitusi yang menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri

sehingga saat menstruasi dapat terjadi dismenore.

5.2.3. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Dismenorea Primer Pada


Remaja Putri Di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa remaja putri yang

mengalami dismenorea primer dengan aktivitas fisik yang kurang sebanyak

(91,5%). Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square terdapat

hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenorea

primer di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018. Menurut teori Proverawati dan

misaroh (2009) bahwa latihan olahraga yang teratur dapat menurunkan stress dan

kelelahan sehingga secara tidak langsung juga mengurangi nyeri. Membiasakan

olahraga ringan dan aktivitas fisik secara teratur seperti jalan sehat, berlari,

bersepeda, ataupun berenang pada saat sebelum dan selama haid, hal tersebut

43
dapat membuat aliran darah pada otot sekitar rahim menjadi lancar, sehingga rasa

nyeri dapat teratasi atau berkurang. Latihan ini sedikitnya 30-60 menit dengan

frekuensi 3-5 kali seminggu. Ketika seseorang melakukan olahraga tubuh akan

memproduksi hormon endorphin. Hormon endorphin dihasilkan di system saraf

pusat yaitu di otak dan sumsum tulang belakang. Hormon ini membuat seseorang

merasa nyaman dan juga dapat menurunkan kadar stress dan secara tak langsung

juga menurunkan rasa nyeri saat menstruasi.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hormono

(2012) penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara lama

menstruasi denga kejadian dismenorhea primer dengan nilai p=0.003.

Selanjutnya penelitian Tina Aryanti (2017) Penelitian tersebut menunjukan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian

dismenorea dengan nilai p=0,001. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian

Deby Shinta, dkk (2014) menunjukan bahwa penelitian tersebut memiliki

hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenorea

dengan nilai p=0,040.

Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan kebiasaan olahraga terhadap

kejadian dismenore primer dapat disebabkan karena olahraga merupakan salah

satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Sedangkan

pada era globalisasi banyak remaja yang jarang melakukan olahraga, dan jarang

melakukan olahraga fisik, lebih sering memainkan gadget dan diam dirumah

sehingga menimbulkan nyeri saat haid. Ketika seseorang melakukan olahraga

dapat membuat aliran darah pada otot sekitar rahim menjadi lancar sehingga rasa

nyeri dapat teratasi atau berkurang.

44
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dari pembahasan yang telah dijelaskan pada

bab sebelumnya yaitu Faktor - Faktor yang berhubungan dengan Kejadian

Dismenorea Primer pada Remaja putri di SMK Prestasi Cikande Kabupaten

Serang Tahun 2018 didapatkan hasil bahwa kejadian Dismenorea Primer siswi

SMK Prestasi Cikande sebesar 79,2%. Sebagian besar 57,4% status gizi tidak

normal, dan 70,3% responden dengan aktivitas fisik kurang. Selanjutnya terdapat

hubungan yang bermakna antara Status Gizi dan Aktivitas Fisik, Dengan Kejadian

Dismenorea Primer Pada Remaja Putri di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.

6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat penulis

sampaikan adalah sebagai berikut :

6.2.1. Bagi Peneliti


Diharapkan Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan serta

menambah wawasan kesehatan khususnya masalah Dismenorea Primer.

Diharapkan peneliti dapat memberikan informasi kesehatan kepada remaja

melalui penyuluhan kesehatan, terutama mengenai Dismenorea Primer. Selain

itu juga bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk mengadakan penelitian

tentang Dismenorea dengan mengembangkan variabel.

45
6.2.2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan dapat melengkapi buku-buku tentang

Dismenorea dengan terbitan terbaru. Diharapkan pula hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai bahan referensi perpustakaan dan menambah wawasan tentang

Dismenorea Primer khususnya bagi mahasiswa Universitas Nasional Jakarta.

6.2.3. Bagi Tempat Peneliti


Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan

pengetahuan bagi remaja putri khususnya tentang dismenorea pada saat

menstruasi di SMK Prestasi Cikande khususnya mengenai dismenore primer

sehingga dapat mengurangi kejadian dismenore primer pada siswi yang

berdampak pada tingkat kehadiran siswi disekolah.

46
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M dan Mohammad A, 2014, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, PT

Bumi Aksara, Jakarta.

Almatsier, S 2011, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka , Jakarta.

Anurogo, D, Ari W, 2011, Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid, CV.Andi Offset,

Yogyakarta.

Ariani, P.A, 2014, Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan Dan Kesehatan

Reproduksi, Nuha Medika, Yogyakarta.

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi II Revisi VI,

PT.Asdi Marya Surya, Jakarta.

Aulia. 2009, Kupas Tuntas Menstruasi, Milestone, Yogyakarta.

Judha, dkk, 2012, Teori Pengukuran Nyeri Dan Nyeri Persalinan, Nuha Medika,

Yogyakarta.

Manuaba, 2010, Ilmu Kebidanan, Kandungan Dan KB, EGC, Jakarta.

Matarani, Y, 2012, Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Dismenore

Pada Siswi Kelas X MAN 2 Model Medan Tahun 2011

Nasution, D.S, 2015, Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Dismenore Primer Pada

Remaja Putri Di Sma Swasta Istiqlal Kecamatan Delitua Kabupaten Deli

Serdang.

Ninik, Fajaryati, 2012, Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Dismenore Primer

Remaja Putri Dismp N 2 Mirit Kebumen.

47
Nirwana, B. A, 2011, Psikologi Kesehatan Wanita ( Remaja, Menstruasi, Menikah,

Hamil, Nifas, Menyusui), Nuha Medika, Yogyakarta.

Notoatmodjo, S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta , Jakarta.

Paath, E,F, 2011, Gizi dalam Kesehatan Reproduksi, EGC, Jakarta.

Pakaya, D, dkk, 2013, Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian Dismenorhea Primer

Pada Siswi Kelas VIII SMPN 6 Gorontalo,

Proverawati Dan Misaroh, 2009, Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna, Nuha

Medika, Yogyakarta.

Riyanto. 2013, Statistik Deskriptif Untuk Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta.

Saepudin, M, 2011, Metode Penelitian Kesehatan Masyarakat, Trans Info Media,

Jakarta.

Sartika, S, 2011, Hubungan Status Gizi dan Usia Menarche pada Siswi Kelas IX SMPN

87, Jakarta.

Sarwono, S.W, 2010, Psikologi Remaja, Edisi Revisi, PT Raja Grafindo, Jakarta.

Shinta, D, dkk, 2014, Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dismenore

Pada Siswi Sma Negeri 2 Medan.

Sipatuhar, M, dan Adil, 2007, Tingkatan Nyeri Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan.

Fakultas Kedokteran universitas Sumatera Utara medan.

Sophia, F, dkk, 2013, Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Dismenore Pada

Siswi Smk Negeri 10 Medan.

48
Sulistyaningsih, 2011, Metodologi Peneltian Kebidanan Kuantitatif – Kualitatif, Graha

Ilmu, Yogyakarta.

Utami, ANR., Ansar J., Sidik D. 2013. Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian

Dismenorhea pada Remaja Putri SMAN 1 Kahu Kabupaten Bone. Makassar:

FKM Unhas.

Wiknjosastro, H, 2007, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Wiknjosastro, H, 2008, Ilmu Kebidanan, PT. Bina, Jakarta.

49
Lampiran I:

KUISIONER PENELITIAN
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DISMENOREA PRIMER PADA
REMAJA PUTRI DI SMK PRESTASI CIKANDE SERANG TAHUN 2018

NAMA RESPONDEN :

KELAS :

UMUR :

BERAT BADAN : (diisi oleh peneliti)

TINGGI BADAN : (diisi oleh peneliti)

I. VARIABLE DISMENOREA

Isilah pertanyaan berikut dengan tanda (X) pada salah satu jawaban yang tepat.

1. Pada saat haid, apakah saudari merasakan nyeri?

a. Ya

b. Tidak

II. VARIABEL AKTIVITAS FISIK

Isilah pertanyaan berikut dengan tanda (X) pada salah satu jawaban yang tepat.

1. Apakah anda sering berolahraga?

a. Ya, sering

b. Tidak pernah

50
2. Jika ya, jenis olahraga apa yang sering dilakukan?

a. Ringan: Berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju/piring, mencuci

kendaraan, berdandan, duduk, les disekolah, les diluar sekolah, mengasuh

adik, nonton TV, aktivitas main play station, main computer, belajar

dirumah, nongkrong.

b. Sedang: berlari kecil, tenis meja, berenang, bermain dengan hewan

peliharaan, bersepeda, bermain music, jalan cepat.

c. Berat : berlari, bermain sepak bola, aerobik, bela diri (misal karate,

taekondo, pencak silat) dan outbond.

3. Jikaya, berapa kali anda berolahraga dalam 1 minggu?

a. 3 – 5 kali

b. < 3 kali

4. Dan berapa menit anda berolahraga dalam satu hari ?

a. 30 menit atau lebih

b. < 30 menit

51

Anda mungkin juga menyukai