Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
aktual maupun potensial.
Nah, sebagai seorang perawat, kita diharapkan untuk memiliki rentang perhatian yang
luas terhadap berbagai respon yang dilakukan oleh klien, baik pada saat klien sakit
maupun sehat.
Masalah kesehatan mengacu pada kepada respon klien terhadap kondisi sehat-sakit,
sedangkan proses kehidupan mengacu kepada respon klien terhadap kondisi yang
terjadi selama rentang kehidupannya dimulai dari fase pembuahan hingga menjelang
ajal dan meninggal yang membutuhkan diagnosis keperawatan dan dapat diatasi atau
diubah dengan intervensi keperawatan . (Referensi : Christensen & Kenney, 2009;
McFarland & McFarlane, 1997; Seaback, 2006).
International Council of Nurses (ICN) sejak tahun 1991 telah mengembangkan suatu
sistem klasifikasi yang disebut dengan International Classification for Nursing
Practice (ICNP).
Sistem klasifikasi ini tidak hanya mencakup klasifikasi intervensi dan tujuan
(outcome) keperawatan saja.
Lebih dari itu, sistem klasifikasi ini disusun untuk mengharmonisasikan terminologi-
terminologi keperawatan yang digunakan diberbagai negara diantaranya seperti ;
Kategori dan subkategori tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Jenis Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Diagnosis Negatif dan Diagnosis
Positif.
1. Diagnosis Negatif
Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sakit atau beresiko mengalami sakit sehingga
penegakan diagnosis ini akan mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang
bersifat penyembuhan, pemulihan dan pencegahan.
2. Diagnosis Positif
Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih
sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut juga dengan istilah Diagnosis Promosi
Kesehatan (ICNP, 2015; Standar Praktik Keperawatan Indonesia – PPNI, 2005).
A. Diagnosis Aktual
Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupan yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan.
Tanda atau gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi pada klien secara
langsung.
B. Diagnosis Resiko
Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupannya yang dapat menyebabkan klien beresiko mengalami masalah kesehatan.
Dalam penegakan diagnosis ini, tidak akan ditemukan tanda/gejala mayor ataupun
minor pada klien, namun klien akan memiliki faktor resiko terkait masalah kesehatan
yang mungkin akan dialaminya dikemudian hari.
1. Masalah (Problem)
Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti dari
respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya.
Label diagnosis ini terdiri dari Deskriptor atau penjelas dan Fokus Diagnostik.
2. Indikator Diagnostik
Indikator diagnostik terdiri dari penyebab, tanda/gejala, dan faktor resiko dengan
uraian sebagai berikut.
a. Penyebab (Etiology)
Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan. Etiologi ini
dapat mencakup 4 kategori, yaitu;
Proses penegakan diagnosis (diagnostic process) adalah suatu proses yang sistematis
yang terdiri dari 3 tahap yaitu, analisis data, identifikasi masalah dan perumusan
diagnosis.
Untuk perawat profesional yang telah berpengalaman, proses ini dapat dilakukan
secara simultan. Namun untuk perawat yang belum memiliki pengalaman yang
memadai, setidaknya diperlukan latihan dan pembiasaan untuk melakukan proses
penegakan diagnosis secara sistematis.
1. Analisis Data
Tahap pertama dalam proses penegakan diagnosis keperawatan adalah Analisis data
yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut ini.
a. Bandingkan data dengan nilai normal/rujukan
Data-data yang didapatkan dari pengkajian, bandingkan dengan nilai-nilai normal dan
identifikasi tanda/gejala yang bermakna, baik tanda/gejala mayor ataupun tanda/gejala
minor.
b. Kelompokkan data
Tanda/gejala yang dianggap bermakna, dikelompokan berdasarkan pola kebutuhan
dasar yang meliputi;
1. respirasi,
2. sirkulasi,
3. nutri/cairan,
4. eliminasi,
5. aktivitas/istirahat,
6. neurosensori,
7. reproduksi/seksualitas,
8. nyeri/kenyamanan,
9. integritas ego,
10. pertumbuhan/perkembangan,
11. kebersihan diri,
12. penyuluhan/pembelajaran
13. interaksi sosial, dan
14. keamanan/proteksi.
Proses pengelompokan data ini dapat dilakukan baik secara induktif, dengan memilah
dara sehingga membentuk sebuah pola, atau secara deduktif, menggunakan kategori
pola kemudian mengelompokan data sesuai kategorinya.
2. Identifikasi Masalah
Setelah data dianalisis, perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi masalah,
mana masalah yang aktual, resiko dan /atau promosi kesehatan.
Pernyataan masalah kesehatan ini merujuk pada label diagnosis keperawatan yang
sebelumnya telah dibahas diatas.
3. Perumusan Diagnosis Keperawatan
Perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan dengan jenis diagnosis
keperawatannya. Terdapat 2 metode perumusan diagnosis, yaitu;
Contoh Penulisan:
Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala
Contoh Penulisan:
b). Komponen tambahan,
Komponen tambahan menjadi suatu pilihan penilaian dan bukan menjadi persyaratan wajib
bukti portofolio. Komponen tambahan dapat berupa:
(1).Sertifikat Pelatihan
Adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang pernah diikuti oleh pejabat fungsional
dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi selama melaksanakan tugas
pelayanan kesehatan di seluruh instansi atau fasilitas pelayanan kesehatan. Bukti fisik
komponen pedidikan dan pelatihan ini berupa sertifikat atau piagam asli yang dikeluarkan oleh
lembaga penyelenggara yang syah. Pendidikan dan pelatihan harus dilengkapi dengan laporan
singkat hasil diklat yang meliputi tujuan diklat, materi diklat dan manfaat diklat untuk
perbaikan pelayanan kesehatan
Sertifikat/piagam pendidikan dan pelatihan dapat dinilai apabila:
(a) Materi diklat memiliki relevansi dengan jabatan fungsional yang dipangkunya.
Dapat dikategorikan menjadi relevan (R) dan tidak relevan (TR). Relevan (R) apabila materi
diklat secara langsung dapat menunjang peningkatan kompetensi teknis di jenjang yang akan
dipangkunya. Tidak Relevan (TR) apabila materi diklat tidak menunjang peningkatan
kinerja/kompetensi jabatan fungsional kesehatan tertentu dan diklat tidak relevan tidak akan
dinilai.
(b). Durasi diklat sekurang kurangnya 30 JPL. Jumlah sertifikat/piagam diklat yang dapat
dinilai sebanyak 3 (tiga) sertifikat /piagam per tahun, apabila dalam satu tahun ditemukan lebih
dari tiga sertifikat/piagam maka yang dinilai hanya 3 (tiga) sertifikat/piagam.
(2)Karya Pengembangan Profesi
(3) Penghargaan yang relevan di bidang kesehatan.
Nutrisi Enteral
kamelia
February 8, 2018
0
Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui tube ke
dalam lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara
manual maupun dengan bantuan pompa mesin.
• Sinusitis
• Esophagitis
Feeding tube dapat memasuki tubuh lewat beberapa lokasi. Pemilihan rute pemberian nutrisi
enteral tergantung pada beberapa faktor, seperti durasi pemberian, kondisi pasien, dan hal-hal
yang membatasi pemberian nutrisi enteral (trauma atau obstruksi).
Banyak formula nutrisi enteral yang tersedia di pasaran untuk memenuhi kebutuhan pasien
dan meningkatkan toleransi. Contohnya, formula enteral yang diubah isi asam aminonya atau
menambahkan RNA untuk meningkatkan fungsi imun. Isi makronutrien dari formula enteral
beragam sesuai dengan kompleksitas nutrien. Kontribusi kalori tiap makronutrien adalah
sebagai berikut: karbohidrat sebesar 4 kkal/g, protein 4 kkal/g, dan lemak sebesar 9 kkal/g.
Mikronutrien seperti elektrolit, vitamin, dan air tidak berkontribusi pada besar kalori (Dipiro,
2008).
Faktor-faktor yang dapat diperhatikan dalam pemilihan formula:
• Komposisi protein
Kandungan asam amino esensial dari sumber protein menentukan kualitas protein, dan
formula enteral di pasaran umumnya mengandung protein dengan kualitas tinggi.
Glutamin dan arginin merupakan asam amino non esensial. Pada pasien dengan keadaan
stress fisiologis, terjadi defisiensi kedua protein ini, sehingga pada pasien dengan sakit kritis
dapat diberikan nutrisi enteral kaya glutamin dan/atau arginin. Glutamin merupakan “bahan
bakar” pembelahan sel, termasuk di dalamnya enterosit, sel endotel, limfosit, dan fibroblast.
Lokasi utama pembentukan glutamin adalah otot rangka. Pada penyakit kritis, katabolisme
otot rangka menyebabkan peningkatan persediaan glutamin, namun jumlah ini tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan glutamin untuk sistem imun dan sel lain dalam rangka perbaikan
dan pemulihan.
• Komposisi lemak
• Komposisi karbohidrat
Komponen karbohidrat pada formula enteral umumnya berperan sebagai sumber utama
kalori. Polimer glukosa banyak digunakan dikarenakan umumnya dapat ditoleransi pasien.
• Osmolalitas
Osmolalitas dapat mempengaruhi toleransi pasien terhadap formula enteral. Osmolalitas pada
nutrisi enteral merupakan fungsi dari jumlah dan ukuran partikel ionik dan molekul. Satuan
osmolalitas adalah miliosmol per kilogram (mOsm/kg). Iso-osmolar dianggap sebesar sekitar
300 mOsm/kg. Iso-osmolar berarti formula enteral memiliki konsentrasi yang sama dengan
darah. Formulasi yang berisi sukrosa atau glukosa, dipeptida atau tripeptida, dan asam amino
umumnya hiperosmolar. Peningkatan densitas kalori juga meningkatkan osmolaritas formula
enteral (Dipiro, 2008).
• Kandungan serat
Serat, dalam bentuk polisakarida kedelai, sering ditambahkan ke beberapa formula enteral
baik untuk dewasa maupun anak-anak dalam rentang 5,9-24 g/L. Suplementasi serat adalah
hal yang umum dalam praktek klinis, dikarenakan formula enteral yang bebas serat
diimplikasikan sebagai faktor pendukung diare dan konstipasi.
Metode administrasi
• Metode continuous
Pada pasien rawat inap, adminitrasi secara kontinu adalah yang paling sering digunakan, dan
umumnya lebih dipilih untuk pasien dengan keadaan kritis. Keadaan lain dimana metode ini
sering digunakan adalah pada pasien yang memiliki kemampuan menyerap nutrisi terbatas
karena waktu pengosongan lambung yang cepat atau saluran pencernaan yang rusak parah.
Metode ini jarang menimbulkan distensi abdomen, muntah, dan diare dibandingkan
metode intermittent bolus. Jika nutrisi enteral ditujukan ke daerah usus halus, metode kontinu
lebih dipilih dikarenakan pada banyak kasus toleransi pasien terhadap feeding
tube meningkat. Untuk pasien dewasa, laju infusi nutrisi enteral berkisar dari 50 hingga 125
mL/jam, meskipun laju yang lebih tinggi juga sering digunakan tanpa menimbulkan
komplikasi. Pada anak-anak, laju infusi berkisar 1-2 mL/kg/jam digunakan pada 4-8 jam
pertama hingga kebutuhan kalori tercapai dengan toleransi saluran pencernaan yang baik
(Dipiro, 2008).
• Metode cyclic
Pasien yang makan dengan tidak nyaman pada siang hari dikarenakan merasa penuh dan
nafsu makan kurang dapat memilih metode cyclic dimana enteral feeding dilakukan pada
siang hari dan infusi dilakukan pada malam hari. Infusi enteral pada malam hari
menyebabkan mobilitas pasien lebih meningkat dikarenakan nutrisi enteral dipompa pada
siang hari. Pompa digunakan untuk mengontrol laju infusi, sehingga metode ini dapat
digunakan untuk pasien dengan fungsi lambung atau usus halus yang baik (Dipiro, 2008).
• Metode bolus
Metode ini umum digunakan pada pasien yang memiliki gastrostomi. Nutrisi enteral
diberikan sekitar 5-10 menit. 240-500 mL nutrisi enteral umumnya dimasukkan ke feeding
tube dan diulangi 4-6 kali sehari. Volume yang diberikan kepada anak-anak berkisar 20-25
mL/kg tiap pemberian hingga kebutuhan kalorinya tercapai. Walaupun banyak pasien
menoleransi metode ini, metode bolus dapat menyebabkan kram, mual, muntah, aspirasi, dan
diare. Metode ini sebaiknya dihindari pada pasien dengan waktu pengosongan lambung yang
terhambat dan pada pasien dengan risiko tinggi aspirasi (Dipiro, 2008).
• Metode intermittent
Jika pasien tidak toleran dengan administrasi metode bolus selama 5-10 menit, mungkin lebih
baik mengadministrasikan nutrisi dalam waktu lebih lama, umumnya 20-60 menit. Pada
pasien yang membutuhkan nutrisi enteral pada jangka panjang, khususnya pada anak-anak,
dapat dipilih metode ini dikarenakan dapat menurunkan pembentukan penyakit liver
kolestasis (Dipiro, 2008).
NUTRISI PPARENTRAL
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui
pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan.Para peneliti sebelumnya menggunakan
istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian makanan melalui intravena, dan akhirnya
diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara
umum dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian makanan
melalui pembuluh darah.Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan
gangguan proses menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi (Bozzetti, 1989; Baron, 2005;
Shike 1996;Mahon, 2004; Trujillo, 2005).
Pemberian nutrisi parenteral hanya efektif untuk pengobatan gangguan nutrisi bukan untuk
penyebab penyakitnya. Status nutrisi basal dan berat ringannya penyakit memegang peranan
penting dalam menentukan kapan dimulainya pemberian nutrisi parenteral. Sebagai contoh
pada orang-orang dengan malnutrisi yang nyata lebih membutuhkan penanganan dini
dibandingkan dengan orang-orang yang menderita kelaparan tanpa komplikasi.
Pasien-pasien dengan kehilangan zat nutrisi yang jelas seperti pada luka dan fistula juga sangat
rentan terhadap defisit zat nutrisi sehingga membutuhkan nutrisi parenteral lebih awal
dibandingkan dengan pasien-pasien yang kebutuhan nutrisinya normal.Secara umum, pasien-
pasien dewasa yang stabil harus mendapatkan dukungan nutrisi 7 sampai dengan 14 hari setelah
tidak mendapatkan nutrisi yang adekuat sedangkan pada pasien-pasien kritis, pemberian
dukungan nutrisi harus dilakukan dalam kurun waktu 5 sampai dengan 10 hari (ASPEN, 2002).
Berdasarkan cara pemberian Nutrisi Parenteral dibagi atas (ASPEN, 1995):
b) Subclavian atau internal vena jugularis digunakan dalam waktu singkat sampai < 4minggu.
c) jika > 4 minggu,diperlukan permanent cateter seperti implanted vascular access device.
b) PPN digunakan untuk jangka waktu singkat 5 -7 hari dan ketika pasien perlu konsentrasi
kecil dari karbohidrat dan protein.
1. Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak memungkinkannya saluran
cerna untuk melakukan proses pencernaan makanan.
2. Total Parenteral Nutrition (TPN) digunakan pada pasien dengan luka bakar yang berat,
pancreatitis ,inflammatory bowel syndrome, inflammatory bowel disease,ulcerative colitis,acute
renal failure,hepatic failure,cardiac disease, pembedahan dan cancer.
3. Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk melakukan katabolisme
energy.
1. Apabila di dalam aliran darah tidak tercukupi kebutuhan nutrisinya,kekurangan kalori dan
nitrogen dapat terjadi.
2. Apabila terjadi defisiensi nutrisi,proses glukoneogenesis akan berlangsung dalam tubuh untuk
mengubah protein menjadi karbohidrat.
3. Kebutuhan kalori Kurang lebih 1500 kalori/hari,diperlukan oleh rata-rata dewasa untuk
mencegah protein dalam tubuh untuk digunakan.
5. Proses ini menyediakan kalori yang dibutuhkan dalam konsentrasi yang langsung ke dalam
system intravena yang secara cepat terdilusi menjadi nutrisi yang tepat sesuai toleransi tubuh.
2. Sebagai supplemen untuk pasien yang kehilangan banyak nitrogen ( pasien dengan luka
bakar,kanker metastatic,radiasi dan chemoteraphy.
3. Mengistirahatkan gastrointestinal :
1) Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan kemoterapi.
5) AIDS.
6) Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.
Ketika menggunakan sediaan nutrisi jenis ini Jangan menambah sesuatu ke dalam larutan
emulsi lemak. Lalu periksa botol terhadap emulsi yang terpisah menjadi lapisan lapisan atau
berbuih, jika ditemukan, jangan digunakan, dan kembalikan ke farmasi, jangan menggunakan IV
filter karena partikel di emulsi lemak terlalu besar untuk mampu melewati filter. Tetapi filter 1.2
μm atau lebih besar digunakan untuk memungkinkan emulsi lemak lewat melalui filter.
Gunakan lubang angin karena larutan ini tersedia dalam kemasan botol kaca. Berikan TPN ini
pada awalnya 1 ml/menit,monitor vital sign setiap 10 menit dan observasi efek samping pada 30
menit pertama pemberian. Jika ada reaksi yang tidak diharapkan , segera hentikan pemberian
dan beritahu dokter. Tetapi jika tidak ada reaksi yang tidak diharapkan, lanjutkan kecepatan
pemberian sesuai resep. Monitor serum lipid 4 jam setelah penghentian pemberian, serta
monitor terhadap tes fungsi hati, untuk mengetahui kegagalan fungsi hati dan ketidakmampuan
hati melakukan metabolism lemak.
Preparat emulsi lemak yang beredar ada dua jenis, konsetrasi 10% ( 1 k cal /mlk ) dan 20 % ( 2 k
cal / ml ) dengan osmolalityas 270 -340 m Osmol /L sehingga dapat diberikan melalui perifer.
Kontra indikasi absolut infus emulsi lemak adalah trigliserit 500 mr/l ,Kolesterol 400 mg/l .
kontraindikasi rtelatis : Trigeliderit 300 – 500 mg/l. Kolesterol 300 – 400 mg/l ganggguan berat
faal ginjal dan hepar.
Pemberian lemak intravena selain sebagai sumber asam lemak esensial (terutama asam linoleat)
juga sebagai subtrat sumber energi pendamping karbohidrat terutama pada kasus stress yang
meningkat. Bila lemak tidak diberikan dalam program nutrisi parenteral total bersama subtrat
lainnya maka defisiensi asam lemak rantai panjang akan terjadi kira-kira pada hari ketujuh
dengan gejala klinik bertahan sekitar empat minggu. Untuk mencegah keadaan ini diberikan 500
ml emulsi lemak 10 ml paling sedikit 2 kali seminggu.
– Karbohidrat
Beberapa jenis karbohidrat yang lazim menjadi sumber energi dengan perbedaan jalur
metabolismenya adalah : glukosa, fruktosa, sorbitokl, maltose, xylitol.
Tidak seperti glukosa maka, bahwa maltosa ,fruktosa ,sarbitol dan xylitol untuk menembus
dinding sel tidak memerlukan insulin. Maltosa meskipun tidak memerlukan insulin untuk masuk
sel , tetapi proses intraselluler mutlak masih memerlukannya sehingga maltose masih
memerlukan insulin untuk proses intrasel. Demikian pula pemberian fruktosa yang berlebihan
akan berakibat kurang baik.
Oleh karena itu perlu diketahui dosis aman dari masing-masing karbohidrat :
Campuran GFX ( Glukosa ,Gfruktosa, Xylitol ) yang ideal secara metabolik adalah dengan
perbandingan GEX = 4:2:1
Diperlukan perlindungan 150 kcal ( karbohidrat ) untuk setiap gram nitrogen atau 25 kcal untuk
tiap gram asam amino . Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam perhitungan
kebutuhan kalori. Satu gram N ( nitrogen ) setara 6,25 gram asam amino atau protein jika
diberikan protein 1 gram/ kg = 50 gram / hari maka diperlukan karbohidrat ( 50:6,25 ) x 150
kcal = 1200 kcal atau 300 gram.
3) Nucleotide.
Nutrient – nutrient tersebut diatas adalah ingredients yang memegang peran penting dalam
proses “wound healing” peningkatan sistem immune dan mencegah proses inflamasi
kesemuanya essenstial untuk proses penyembuhan yang pada pasien-pasien critical ill sangat
menurun. Kombinasi dari nutrient-nutrient tersebut diatas, saat ini ditambahkan dalam support
nutrisi dengan nama Immune Monulating Nutrition (IMN ) atau immunonutrition.
zinc 5 mg
copper 1 mg
manganese 0.5 mg
chromium 10 mcg
selenium 60 mcg
iodide 75 mcg
Konsep yang Perlu Disamakan Mengenai Nutrisi Parenteral
1. Menggunakan vena perifer untuk cairan pekat.
Osmolritas plasma 300 mOsmol . Vena perifer dapat menerima sampai maksimal 900 mOsmol .
Makin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) maka makin mudah terjadi tromphlebitis, bahkan
tromboembli. Untuk cairan > 900-1000 mOsm, seharusnya digunakan vena setrral (vena cava,
subclavia, jugularis) dimana aliran darah besar dan t cepat dapat mengencerkan tetesan cairan
NPE yang pekat hingga tidak dapat sempat merusak dinding vena. Jika tidak tersedia kanula
vena sentral maka sebaiknya dipilih dosis rendah (larutan encer) lewat vena perifer, dengan
demikian sebaiknya sebelum memberikan cairan NPE harus memeriksa tekanan osmolaritas
cairan tersebut ( tercatat disetiap botol cairan ) Vena kaki tidak boleh dipakai karena sangat
mudah deep vein trombosis dengan resiko teromboemboli yang tinggi.
Contoh sediaan
Nutrisi Parenteral Total
1. Clinimix N9G15E
Larutan steril, non pirogenik untuk infus intravena. Dikemas dalam satu kantong dengan dua
bagian: satu berisi larutan asam amino dengan elektrolit, bagian yang lain berisi glukosa dengan
kalsium. Tersedia dalam ukuran 1 liter
Composition:
Nitrogen (g) 4.6 Asam Amino (g) 28 Glukosa 75 (g) 75 Total kalori (kkal) 410 Kalori glukosa
(kkal) 300 Natrium (mmol) 35 Kalium (mmol) 30 Magnesium (mmol) 2.5 Kalsium (mmol) 2.3
Asetat (mmol) 50 Klorida (mmol) 40 Fosfat dalam HPO4– (mmol) 15 pH 6 Osmolaritas
(mOsm/l) 845
2. Minofusin Paed
larutan asam amino 5% bebas karbohidrat, mengandung elektrolit dan vitamin, terutama untuk
anak-anak dan bayi. Bagian dari larutan nutrisi parenteral pada prematur dan bayi. Memberi
protein pembangun, elektrolit, vitamin dan air pada kasus di mana pemberian peroral tidak
cukup atau tidak memungkinkan, kasus di mana kebutuhan protein meningkat, defisiensi
protein atau katabolisme protein.
Komposisi:
L-Isoleusin 2.511 g
L-Leusin 2.790 g
L-Lisin 2.092 g
L-Metionin 0.976 g
L-Fenilalanin 1.813 g
L-Treonin 1.743 g
L-Triptofan 0.558 g
L-Valin 2.092 g
L-Arginin 3.487 g
L-Histidin 0.698 g
L-Alanin 9.254 g
N-Acetyl-L-cysteine 0.160 g
Glisin 3.845 g
L-Prolin 4.185 g
N-Acetyl-L-tyrosine 0.344 g
Nicotinamide 0.060 g
Retinol Palmitat Amount corresponding to retinol 3.500 IU, Cholecalciferol 220 IU, DL
alphatocopherol 10.200 mg ,Amount corresponding to alphatocopherol 11.200 IU,Asam
Askorbat 125.000 mg, Cocarboxylase tetrahydrate 5.800 mg ,Amount corresponding to thiamine
3.510 mg ,Riboflavine sodium phosphate dihydrate 5.670 mg ,Amount corresponding to
riboflavine 4.140 mg, Pyridoxine Hydrochloride 5.500 mg ,Amount corresponding to Pyridoxine
4.530 mg, Cyanocobalamine 0.006 mg, Asam Folat 0.414 mg ,Dexpanthenol 16.150 mg, Amount
corresponding to Pantothenic Acid 17.250 mg ,Biotin 0.069 mg, Nicotinamide 46.000 mg, Glisin
250.000 mg ,Glycoholic Acid 140.000 mg Soya Lecithin 112.500 mg, Sodium hydroxide q.s.
pH=5.9.