Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

E-LECTION (ELECRONIC ELECTION): KONSEP PEMILIHAN UMUM BERBASIS


ELEKTRONIK SEBAGAI INOVASI PEMILU YANG HEMAT ANGGARAN,
EFISIEN DAN TERPERCAYA

BIDANG KEGIATAN:
PKM GAGASAN TERTULIS

Diusulkan Oleh:
Hairil Fiqri 155100500111019 Angkatan 2015
Sarah Devi Silvian 155100501111006 Angkatan 2015
Avinda Alvionita 155100501111016 Angkatan 2015
Asri Nur Aisyah 135100500111020 Angkatan 2013

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. iv
RINGKASAN ................................................................................................ v
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Tujuan Penulisan ........................................................................................... 1
Manfaat Penulisan ......................................................................................... 2
II. RUMUSAN GAGASAN ........................................................................... 2
Pemilihan Umum di Indonesia ..................................................................... 2
Permasalahan Pemilihan Umum di Indonesia .............................................. 2
Sistem yang pernah Diterapkan .................................................................... 4
E-LECTION (Konsep Pemilihan Umum Berbasis Elektronik).................... 4
Tahapan Teknik Implementasi....................................................................... 5
Kebermanfaatan Program .............................................................................. 8
III. KESIMPULAN ........................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 9

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anggaran tahapan pemilu 2014 pada APBN 2013 dan APBN 2014 ...................3

Gambar 2. Road map konsep dasar E-Lection........................................................................5

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 3. Proses Enkripsi data pada sistem AES dengan kunci hexa.................................19

Gambar 4. Proses Deskripsi data pada sistem AES dengan kunci hexa...............................20

iv
RINGKASAN

Pemilihan umum merupakan salah satu perwujudan dari sebuah negara demokrasi. Proses
pemilihan umum di Indonesia memiliki beberapa kelemahan yang dapat merugikan pemilih
(masyarakat) serta pihak-pihak yang terkait didalamnya seperti negara dan partai politik yang
turut berpartisipasi. Problematika dalam proses pemilihan umum antara lain daftar pemilih
tetap (DPT) yang tidak terstruktur dengan baik sehingga menimbulkan adanya pemilih ganda.
Selain itu anggaran yang digunakan untuk pemilu sebesar 47,9 Triliun Rupiah dimana dana
yang dianggarkan berasal dari dana APBN yang membuat Indonesia memiliki sebuah potensi
untuk dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Permasalahan umum
lainnya yang dihadapi dalam pemilihan umum di Indonesia adalah angka abstensi (Golput)
yang tinggi, distribusi logistik yang terlambat, efisien waktu, dan sengketa berbuntut pada
pengulangan pelaksanaan pemilihan umum. Berdasarkan hal tersebut, solusi yang kami
tawarkan adalah E-Lection (Electronic Election) yang memiliki konsep pemilihan umum
berbasis elektronik dengan memanfaatkan E-KTP sebagai data pemilih tetap bagi seluruh
rakyat warga negara Indonesia. Konsep E-Lection didukung pula dengan keamanan jaringan
internet yang tidak dapat di interferensi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
sehingga hasil dari pemilihan umum tersebut dapat menjadi valid dan dapat meminimalisasi
sengketa antara rakyat maupun partai politik pengusung kadidat. Sistem keamanan jaringan
yang digunakan adalah keamanan berbasis Advance Encryption Standard (AES).
Implementasi AES terdiri dari proses Enkripsi dan Deskripsi. Sistem ini sangat sulit diretas
dan telah menjamin transfer data aman dan terjaga kerahasiaannya. Sistem E-Lection
menggunakan autentikasi biometrik identitas pribadi berupa sidik jari. Demikian dengan
adanya solusi yang berupa E-Lection ini diharapkan dapat membuat sistem pemilihan umum
di Indonesia bisa menjadi lebih baik serta dapat menjadi sistem pemilihan umum yang hemat
anggaran, efisien dalam penggunaan waktu dan distribusi logistik, terpercaya dan tidak
menimbulkan sengketa serta secara tidak langsung menjadi solusi pemilihan umum yang
ramah lingkungan karena mengurangi penggunaan kertas sebagai alat pemilihan umum.

Kata Kunci: E-Lection (Electronic Election), Pemilihan Umum, AES, E-KTP

v
1

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemilihan umum merupakan salah satu perwujudan dari sebuah negara
demokrasi. Indonesia sebagai negara yang menganut paham demokrasi
melaksanakan pemilu pertama kali sejak tahun 1955. Pemilu dilakukan untuk
memilih para pemimpin negara dengan cara menghitung suara rakyat. Ada
beberapa hal yang menjadi permasalahan pemilu di Indonesia antara lain angka
abstensi (golput) yang tinggi, tingginya anggaran pemilihan umum, adanya
pemilih ganda, banyaknya potensi kecurangan, distribusi logistik yang terhambat,
efisien waktu, sengketa berbuntut pada pengulangan. Selain itu, di Indonesia
sering timbul masalah dalam hal penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT), karena
petugas harus mendaftar ulang calon DPT (Munir, 2016).
Hal lain seperti persiapan logistik untuk pemilu seperti bilik suara, surat
suara, dan perlengkapan lainnya tentu menghabiskan banyak anggaran. Menurut
Badan Pusat Statistik (2015), Indonesia memiliki pulau sebanyak 17.504 pulau,
sehingga membutuhkan dana ekstra untuk distribusinya terutama pada pulau-
pulau dan daerah terpencil.
KPU mengusulkan anggaran pemilu untuk 2008 dan 2009 sebesar Rp 47,9
triliun. Dengan rincian sumber dana dari APBN 2008 sebesar Rp 18,6 triliun,
sedangkan dari APBN 2009 sebesar Rp 29,3 triliun. Kenaikan anggaran itu
sedikitnya dipicu adanya 9 komponen mata anggaran dan perbedaan sumber
pendanaan. Secara keseluruhan, Pemilu 2009 bersumber dari APBN, sedangkan
pendanaan Pemilu 2004 sebagian diambil dari APBD. Pendanaan terbesar
dialokasikan untuk keperluan surat suara (Ridwan, 2004). Penggunaan surat suara
berpotensi menimbulkan penggelembungan suara dan juga tidak ramah
lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, solusi yang kami tawarkan adalah E-
Lection (Electronic Election) yang memiliki konsep berbasis elektronik
memanfaatkan E-KTP sebagai data pemilih tetap bagi seluruh rakyat warga
negara Indonesia.
E-lection merupakan sistem pemungutan suara yang berbasis online sehingga
data-data pemilu langsung dimasukkan ke dalam komputer. Sistem ini dapat
meminimalisasi kecurangan dan menekan anggaran pemilu. Sistem E-Lection
hanya menggunakan sedikit kertas karena surat suara digantikan dengan software
komputer. Sehingga sistem ini lebih ramah lingkungan karena meminimalisasi
penggunaan kertas. E-Lection memanfaatkan data dari E-KTP (KTP elektronik),
yang mengandung unsur data scan sidik jari dan scan retina pemiliknya. Setiap
orang hanya dapat memiliki satu E-KTP seumur hidup sehingga dapat
mempermudah pendataan DPT di Indonesia.
Tujuan
1. Meningkatkan efisiensi proses pemilihan umum dengan konsep elektronik
2. Memberikan solusi bagi permasalahan pada proses pemilihan umum di
Indonesia
2

Manfaat Penulisan
1. Bagi Masyarakat: Memudahkan warga negara Indonesia untuk menyalurkan
hak suaranya tanpa harus kembali ke daerah asal.
2. Bagi Pemerintah: Mempermudah pendataan Daftar Pemilih Tetap sehingga
semua warga Indonesia dapat menyalurkan hak suaranya dan menekan dana
Pemilu sehingga dapat menghemat APBN serta permasalahan pemilu lainnya.
3. Bagi Akademisi: dapat mengembangkan dan mengaplikasikan wawasan yang
mereka peroleh dibangku perkuliahan secara langsung ke masyarakat dan
untuk Indonesia.
II. RUMUSAN GAGASAN
Pemilihan Umum di Indonesia
Pemilihan umum adalah salah satu cara untuk memilih wakil-wakil rakyat
yang sekaligus merupakan perwujudan dari negara demokrasi atau suatu cara
untuk menyalurkan aspirasi atau kehendak rakyat. Dalam UU RI No. 12 tahun
2003 tentang pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD pasal 1 berbunyi “Pemilihan
umum yang selanjutnya disebut pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.” Dan UU No. 23 tahun 2003 mengatur pemilu untuk presiden dan wakil
presiden Indonesia yang dipilih langsung oleh rakyat. Pemilu merupakan syarat
mutlak bagi negara demokrasi untuk melaksanakan kedaulatan rakyat, karena
kedaulatan rakyat dilaksanakan dengan cara perwakilan.
Permasalahan Pemilihan Umum di Indonesia
Sistem pemilihan umum saat ini memiliki problematika berupa tingginya
angka abstensi (golput), tingginya anggaran pemilihan umum, kasus pemilihan
ganda, distribusi logistik yang terlambat, dan sengketa yang berbuntut pada
pengulangan pelaksanaan pemilihan umum.
a. Angka Abstensi (Golput) yang tinggi
Berdasarkan data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), Pilpres 2014 diikuti
190.307.134 pemilih yang terdiri 188.268.423 pemilih dalam negeri dan
2.038.711 pemilih luar negeri. Mereka menyalurkan hak suaranya di sejumlah
tempat pemungutan suara (TPS) dalam negeri 478.685 unit dan TPS luar negeri
498 unit, serta 130 Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN). Hingga kini, jumlah
pemilih berdasarkan data C1 total sekitar 130,7 juta, terdiri 129.417.755 suara sah
dan 1.347.516 suara tidak sah. Dengan penetapan KPU jumlah pemilih Pilpres 9
Juli lalu, sebesar 190,3 juta dan berpatokan data real count dua lembaga
independen, jumlah pemilih sekitar 133 juta maka jumlah golput mencapai 57 juta
lebih. Angka abstensi dari suatu pemilu ke pemilu berikutnya selalu bertambah.
Tingkat partisipasi pilpres mencapai 75,11 persen, sehingga angka golput
mencapai 24,89 persen (Putra, 2014).
3

Gambar 1. Anggaran tahapan pemilu 2014 pada APBN 2013 dan APBN 2014
b. Tingginya anggaran pemilihan umum
Pemilihan umum pada tahun 2014 menghabiskan anggaran sebesar 15,4 triliun
rupiah (Sjafri, 2014). Anggaran tersebut tergolong sangat banyak dan tergolong
pemborosan karena kurangnya efisiensi dari segi penggunaan perangkat dan
distribusi logistik bagi seluruh daerah pemilihan di Indonesia.
c. Banyak terjadi kasus pemilihan ganda
Seringkali terjadi penggelembungan suara saat pemilu. Penggelembungan
suara ini terjadi karena pemilih memiliki kartu identitas lebih dari satu dan juga
pengawasan yang kurang baik yang dapat berupa daftar pemilih ganda atau daftar
pemilih yang berhak namun belum tercantum dalam DPT. Pada proses pemilihan
umum selalu terjadi pemilih yang menggunakan hak suaranya lebih dari satu kali
dan mengakibatkan yang lainnya tidak terdaftar dalam DPT (Surbakti, 2011).
d. Distribusi logistik yang terlambat
Pengalaman pemilu 2014 persiapan pengadaan logistik khususnya surat,
biasanya KPU melakukan tender pengadaan logistik Pemilu 2014 yang dilakukan
secara terdesentralisasi ke KPU Kabupaten dan Provinsi. Desentralisasi tender
pengadaan logistik dilakukan untuk meminimalisasi penyimpangan dan
memudahkan pengontrolan, efisiensi, dan efektifitas. Namun kenyataannya
sering terjadi persoalan distribusi yang menyebabkan surat suara tertukar. Pihak
KPU sendiri mencatat sedikitnya 770 TPS yang tersebar di 107 kabupaten/kota di
30 provinsi harus menggelar pemungutan suara ulang karena surat suara pada
pemilihan anggota legislatif tertukar. Sebagian dari 770 TPS itu telah menggelar
pemilu ulang (Ramadhanil, 2015). Untuk daerah - daerah dengan kondisi
geografis khusus, maka distributor harus memperhatikan waktu pengiriman,
cuaca dan ketersediaan transportasi.
e. Sengketa berbuntut pada pengulangan pelaksanaan pemilihan umum
Pengulangan pemilu dilakukan apabila terdapat beberapa kondisi. Kondisi
tersebut meliputi tertukarnya surat suara, pelanggaran administrasi dan prosedur
4

pelaksanaan pemungutan suara di TPS berdasarkan rekomendasi panwas, adanya


tindakan anarkis yang mengakibatkan hilang/rusaknya dokumen pemungutan
suara. Pada tahun 2014 terdapat 20 provinsi dari 33 provinsi pada 77 kabupaten
kota yang dengan terpaksa melakukan pemilihan ulang (Silaban, 2014).
Pengulangan tersebut disebabkan karena ada surat suara yang tertukar.
Pemungutan suara tersebut dilakukan pada 517 Tempat Pemungutan Suara (TPS)
yang terdapat pada 20 provinsi tersebut. Provinsi yang tergabung dalam 20
provinsi yang melakukan pemilihan ulang dari 34 provinsi di Indonesia (Achmad,
2014).
Sistem yang Pernah Diterapkan
1. Sistem Coblos atau Contreng, dilakukan dengan cara warga yang mempunyai
hak pilih datang ke tempat pemungutan suara pada saat hari pemilihan.
Pemilihan umum pada awalnya menggunakan sistem coblos (melubangi
kertas pada nomor atau gambar kandidat yang dipilih). Sejak Pemilu
Legislatif tahun 2009, proses pemungutan suara dengan cara mencontreng
(√). Pemilih kemudian mencoblos atau mencontreng (√) kertas suara dan
kemudian memasukkan ke kotak suara. Selanjutnya pemilih mencelupkan jari
pada tinta sebagai tanda bahwa telah menggunakan hak pilihnya dan tidak
boleh memilih lagi pada tempat yang sama ataupun berbeda. Setelah proses
pemungutan suara selesai, kertas suara dikumpulkan oleh komisi pemilihan
umum pusat untuk dilakukan penghitungan suara secara manual.
2. E-Voting, yaitu sistem yang diterapkan pada pemilihan kepala desa di daerah
Tangerang Selatan dimana pemilih datang membawa e-KTP dan mengambil
kartu akses dengan terlebih dahulu mencocokkan sidik jari dan e-KTP pada
scanner. Lalu pemilih menggunakan kartu akses untuk dimasukkan ke
perangkat di bilik suara berupa layar touchscreen berisi gambar kandidat
yang akan dipilih. Setelah itu pemilih memasukkan kertas barcode pada kotak
audit yang hanya akan dibuka jika terjadi sengketa dan penghitungan ulang
akan dilakukan dengan melakukan scanning pada kertas barcode
(Wahiduddin, 2016).
E-Lection (Elecronic Election): Konsep Pemilihan Umum Berbasis
Elektronik
E-Lection (Electronic Election) adalah konsep pemilihan umum berbasis
elektronik dengan memanfaatkan E-KTP sebagai data pemilih tetap bagi seluruh
rakyat warga negara Indonesia. E-KTP menjamin bahwa setiap warga negara
Indonesia hanya memiliki satu kartu identitas ketika seorang warga negara
berpindah secara domestik maupun internasional, sehingga penggelembungan
suara atau pemilih yang menggunakan hak suaranya lebih dari satu kali tidak akan
terjadi. Konsep E-Lection didukung pula dengan keamanan jaringan internet yang
tidak dapat di interferensi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
sehingga hasil dari pemilihan umum tersebut dapat menjadi valid dan dapat
meminimalisasi sengketa antara rakyat maupun partai politik pengusung kadidat.
5

Gambar 2. Road map konsep dasar E-Lection


Tahapan Teknik Implementasi
1. Menjalin Kerjasama dengan Pihak Terkait
a. Komisi Pemilihan Umum
Dalam program ini, lembaga-lembaga pemrakarsa atau pengawas pemilu
sangat berperan penting. Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999
tentang Pemilihan Umum dan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999
tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan
Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum, dijelaskan bahwa untuk
melaksanakan Pemilihan Umum, KPU mempunyai tugas kewenangan untuk
merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum, membentuk
Panitia Pemilihan Indonesia dan mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum
mulai dari tingkat pusat sampai di Tempat Pemungutan Suara, mengumpulkan
dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil Pemilihan Umum, serta
memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum. Dalam Pasal 11 Undang-undang
Nomor 3 Tahun 1999 tersebut juga ditambahkan, selambat-lambatnya 3 (tiga)
tahun setelah Pemilihan Umum dilaksanakan, KPU mengevaluasi sistem
Pemilihan Umum.
b. Badan Pengawas Pemilihan Umum
Bawaslu dibentuk untuk melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangan
pengawasan penyelenggaraan pemilu: pencegahan dan penindakan, serta
penyelesaian sengketa. Tugas, fungsi, dan kewenangan itu dilaksanakan pada
semua pemilihan yang termasuk ke dalam rumpun pemilu, sebagaimana diatur
UU Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu dan UU Nomor 15
Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilu. Bawaslu mengawasi seluruh
pelaksanaan pemilihan umum, dan pada tingkat provinsi, kabupaten/kota,
desa/kelurahan serta luar negeri diawasi oleh Panwaslu.
6

c. Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Dalam Negeri membawahi Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil memastikan bahwa setiap warga negara Indonesia yang telah
memenuhi syarat untuk memberikan suaranya pada pemilihan umum untuk
mendapatkan E-KTP dan tercatat dalam daftar pemilih tetap.
d. Kementerian Luar Negeri
Khusus untuk Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri,
Kementerian Luar Negeri memberikan fasilitas dan regulasi bagi warga negara
Indonesia di luar negeri untuk dapat memberikan hak suaranya pada kedutaan
besar atau instansi Indonesia terkait di negara tersebut.
e. Kementerian Komunikasi dan Informasi
Bekerjasama dengan instansi dari tingkat provinsi hingga desa/kelurahan,
memberikan sosialisai serta simulasi melalui media elektronik, media cetak, serta
sosialisasi lapangan dalam hal pelaksanaan pemilihan umum berbasis elektronik
dengan konsep E-Lection.
2. Persiapan dan Implementasi Program
a. Pembuatan E-KTP Secara Menyeluruh Bagi Pengguna Hak Suara
Pada sistem E-Lection semua penduduk baik di dalam negeri maupun di
Luar Negeri diwajibkan untuk memiliki E-KTP yang selain berfungsi sebagai
kartu identitas juga sebagai kartu hak suara dalam pemilihan umum. Dinas
kependudukan dan pencatatan sipil dibawah Kementerian Dalam Negeri Republik
Indonesia berwenang dalam realisasi agar setiap warga negara Indonesia yang
telah memenuhi syarat telah memiliki E-KTP. Dengan menggunakan E-KTP
maka tidak diperlukan kartu daftar peserta pemilih. Sehingga E-KTP menjadi
syarat untuk dilakukan pemilihan umum.
b. Persiapan Jaringan Internet, Pendataan dan Distribusi Kelengkapan Perangkat
Sistem keamanan jaringan yang digunakan pada pemilihan umum E-Lection
adalah keamanan berbasis Advance Encryption Standard (AES). Sistem ini sangat
sulit diretas dan telah menjamin transfer data aman dan terjaga kerahasiaannya
(Selent, 2010). Implementasi AES terdiri dari proses enkripsi dan deskripsi.
Proses enkripsi pada algoritma AES terdiri dari 4 jenis transformasi bytes, yaitu
SubBytes, ShiftRows, Mixcolumns, dan AddRoundKey (Alamsyah, 2013). Proses
enkripsi meliputi Input bits, Key bits, Initial state, Round key, dan Output.
Misalkan data yang disimpan dalam server dengan dalam hexa adalah “Kandidat”,
maka data yang tersimpan di server berubah menjadi misalkan <ÍÖòÅ›lk3. Proses
Dekripsi Transformasi cipher dapat dibalikkan dan diimplementasikan dalam arah
yang berlawanan untuk menghasilkan inverse cipher yang mudah dipahami untuk
algoritma AES. Setelah dilakukan proses dekripsi data kembali seperti semula.
Menurut Federal Information (2001), autentikasi biometrik memegang
peranan yang sangat penting dalam keamanan yang berhubungan dengan aplikasi
E-Lection. Biometrik adalah proses verifikasi identitas pribadi dengan mengukur
dan menganalisis karakteristik seperti sidik jari. Dalam sistem sidik jari, pengguna
7

menempatkan jarinya pada scanner jari dan kemudian scanner akan mengenali
data pemilih. Oleh karena itu sistem biometrik tidak akan menimbulkan pemilih
ganda karena setiap sidik jari orang di seluruh dunia tidak ada satupun yang sama.
c. Sosialisasi Program Pemilihan Umum Elektronik
Sosialisasi dilakukan secara bertahap dari tingkat pusat hingga tingkat
daerah. Di tingkat pusat, sosialisasi dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum yang
dibantu dan Kemenkominfo. Sosialisasi di tingkat pusat dapat diikuti oleh panitia
pengawas pemilu atau Bawaslu di tiap provinsi. Selain itu Kemenkominfo juga
dapat melakukan sosialisasi melalui media cetak dan media elektronik yang dapat
diakses oleh seluruh warga negara termasuk yang sedang berada di luar negeri.
Sosialisasi di tingkat provinsi oleh Panwaslu tingkat provinsi yang pesertanya
merupakan panitia pemilu di tingkat kabupaten, dan selanjutnya sosialisasi
ditingkat kabupaten/kota diikuti oleh Panitia Pemilihan Kecamatan dan teknisi
ahli. Selanjutnya agen teknisi dan panitia pemilihan ditingkat kecamatan
mengadakan sosialisasi di tingkat kelurahan/desa. Sosialisasi teknis dilakukan di
kantor kelurahan/desa yang merupakan tempat pemilihan berlangsung.
d. Implementasi Pemilihan Umum Tanpa Pemilih Ganda dan Golput
E-Lection memanfaatkan jaringan internet nasional yang terintegrasi pada
perangkat komputer di setiap desa dan menggunakan alat khusus pembaca E-
KTP. Hasil pemilihan akan langsung masuk ke database komisi pemilihan umum
pusat dan identitas pemilih tersebut akan terdaftar sebagai pemilih yang telah
tidak aktif karena telah menggunakan hak suaranya, sehingga apabila pemilih
hendak melakukan pemilihan kembali pada tempat pemungutan suara yang lain,
maka alat tidak akan melanjutkan kepada proses pemilihan. Alat tersebut tidak
memberikan kesempatan untuk melakukan golput karena apabila E-KTP telah
dimasukkan, maka diwajibkan untuk memilih sehingga E-KTP dapat keluar dari
alat. Bagi pemilih yang tidak menghadiri pemilihan umum maka E-KTP yang
dimiliki akan terdaftar sebagai kartu identitas yang tidak aktif dan untuk dapat
digunakan harus diaktivasi kembali di daerah setempat dan dikonfirmasi oleh
pusat.
f. Implementasi Upaya Mencegah dan Mengatasi Sengketa Pemilihan Umum
Untuk menjamin validitas dari hasil pemilihan umum, maka data yang telah
terkawal dengan sistem anti-hack dan anti-crack tersebut di distribusikan dengan
tiga cabang, yaitu dari lokasi pemilihan langsung kepada KPU pusat, dari lokasi
pemilihan masuk ke database KPU provinsi, dan dari lokasi pemilihan masuk ke
KPU kabupaten/kota. Database tersebut terenkripsi dan akan dilakukan evaluasi
hasil secara serentak di seluruh Indonesia. Data yang masuk diuji kesesuaian
jumlahnya dari tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Apabila terjadi
ketidaksesuaian, maka akan dilakukan pengulangan pemilihan pada daerah atau
provinsi yang tidak sesuai, sehingga pengulangan tidak terjadi secara nasional
akan tetapi hanya pada daerah yang tidak memiliki kesesuaian data antara daerah
dan input data pada KPU pusat.
8

g. Implementasi Pemilihan Umum Hemat Anggaran


Pelaksanaan pemilihan umum dengan konsep E-Lection menghemat anggaran
sebesar 89,36% dari jumlah anggaran yang digunakan untuk pemilihan umum
yakni sebesar 14,1 triliun rupiah menjadi hanya sebesar kurang dari 1,5 triliun
rupiah. Anggaran tersebut telah mencakup seluruh biaya dari pelaksanaan
pemilihan umum, melipiti dana pengadaan perangkat pemilihan umum, biaya
sosialisasi, dan juga biaya operasional.
h. Implementasi Solusi Permasalahan Distribusi Logistik
Konsep E-Lection menggunakan perangkat komputer yang ada pada desa
masing-masing, kemudian dilakukan distribusi perangkat E-KTP reader yang
telah dirancang sesuai dengan kebutuhan pemilihan umum. Dalam satu bilik
terdapat perangkat komputer dan E-KTP reader. Distribusi dilakukan dalam
waktu minimal satu tahun sebelum dilakukan pemilihan. Perangkat yang telah
didistribusikan menjadi tanggung jawab desa dalam hal perawatan sehingga dapat
digunakan kembali dalam pemilihan umum berikutnya, pemilihan presiden,
gubernur, bupati/walikota maupun pemilihan pemerintah dibawahnya.
3. Pengawasan dan Evaluasi Program
Pengawasan dilakukan meliputi update data pemilih tetap yaitu pengguna E-
KTP dan kelengakapan/kelayakan kondisi perangkat pemilihan umum. Evaluasi
yang dilakukan meliputi pembuatan E-KTP baru ataupun penggantian E-KTP
apabila terjadi kerusakan atau hilang. Pembuatan E-KTP dapat dilakukan pada
masing-masing kecamatan. Adapun untuk perangkat, dilakukan pendataan sekali
dalam satu tahun bagi semua peralatan yang mengalami kerusakan. Dengan
demikian akan didapatkan data anggaran yang akan digunakan untuk dilakukan
pengadaan kembali perangkat penunjang pemilihan umum. Pengawasan dan
evaluasi dilakukan oleh dinas pemerintah daerah.
Kebermanfaatan Program
1. Ekonomi: menghemat anggaran negara yang digunakan dalam pelaksanaan
pemilihan umum. Penghematan anggaran dapat dimanfaatkan untuk
memperbaiki aspek ekonomi yang lain bagi bangsa Indonesia.
2. Sosial: sistem pemilihan umum yang terpercaya dapat mengurangi potensi
konflik antara warga negara Indonesia sehingga pemilihan umum yang aman,
tertib dan terpercaya dapat terwujud.
3. Politik: berkurangnya sengketa yang terjadi dalam proses pemilihan umum
karena sistem yang terpercaya dan tidak dapat di manipulasi akan mengurangi
sifat negatif dalam kehidupan politik bangsa Indonesia.
4. Lingkungan: secara tidak langsung, pemilihan umum dengan sistem online
bersifat ramah lingkungan karena sedikit dalam penggunaan kertas. Hal
tersebut diakibatkan karena pada sistem ini menghapus seluruh fungsi kertas
yang digunakan sebagai surat suara maupun yang lain. Penghematan kertas
dapat berdampak bagi kelangsungan hutan di Indonesia.
9

III. KESIMPULAN
1. E-Lection hadir sebagai solusi dalam menghemat anggaran yang digunakan
dalam proses pemilihan umum dalam jumlah yang relatif signifikan yakni
membutuhkan hanya sebesar 1,5 Triliun Rupiah untuk pemilihan presiden,
menghemat 98,86% anggaran dari sebelumnya menggunakan 47,9 Triliun
Rupiah dalam pemilihan presiden.
2. E-Lection mencegah peluang terjadinya kecurangan dengan sistem AES dan
menutup peluang peserta untuk melakukan pemilihan ganda dan memberikan
solusi untuk mengurangi abstensi atau golput. Sehingga hasil akhir pemilu
tidak akan menimbulkan sengketa bagi masyarakat serta partai politik peserta
pemilihan umum.
3. E-Lection mempermudah distribusi logistik yang dibutuhkan dalam pemilihan
umum. Distribusi logistik hanya dilakukan satu kali dan selanjutnya dilakukan
pengawasan terhadap perangkat yang akan dapat terus digunakan dalam
pemilihan umum berikutnya.
4. E-Lection memberikan efisiensi penggunaan waktu dalam pemilihan umum
karena kemungkinan sengketa semakin kecil sehingga tidak terjadi
pengulangan. Distribusi dan pemilihan dilakukan lebih efisien sehingga waktu
yang dibutuhkan menjadi lebih singkat.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. 2014. 20 Provinsi ini Pemilu Ulang.
http://www.pemilu.com/berita/2014/04/20-provinsi-ini-pemilu-ulang/.
Diakses pada: 24 April 2016 Pukul 13:18
Alamsyah. 2013. Membangun Sistem Pemilu Online Menggunakan Advanced
Encryption standart (AES). Surabaya: UNNES Journal of Mathematics
Federal Information. 2001. Announcing the Advanced Encryption Standart (AES).
Springfield: Precessing Standarts Publication 197
Munir, A. Utari, E. 2016. Pemanfaatan E_KTP untuk Proses Pemungutan Suara
Pemilihan Umum di Indonesia Menggunakan Sistem E-Vote. Yogyakarta:
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2016
Putra, E. 2014. Aneh, Jumlah Golput Mencapai 57 Juta Suara?.
http://www.republika.co.id/berita/pemilu/berita-pemilu/14/07/21/n919hn-
aneh-jumlah-golput-mencapai-57-juta-suara. Diakses pada: 23 april 2016
pukul 14:28
Ramadhanil, F. Junaidil, V. dan Ibrohim. 2015. Desain Partisipasi Masyarakat
dalam Pemantauan Pemilu. Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata
Pemerintah di Indonesia atas Kerjasama dengan Perkumpulan untuk Pemilu
dan Demokrasi (Perludem)
Ridwan, H. 2004. Panwaslu sampaikan Indikasi Kecurangan.
http://www.kpu.go.id/index.php/post/read/2004/564/Panwaslu-Sampaikan-
Indikasi-Kecurangan-Laporan-Dana-Kampanye-2-Pasangan-Calon-
Presiden-Wakil. Diakses pada: 23 April 2016 pukul 20:56
10

Selent, D. 2010. Advance Encryption Standart. InSight: Rivier Academic Journal,


Volume 6, Number 2, Fall 2010
Silaban, F. 2014. Ketidakpuasan di Pilpres Diselesaikan Lewat Pengadilan.
http://www.bawaslu.go.id/id/berita/ketidakpuasan-di-pilpres-diselesaikan-
lewat-pengadilan. Diakses pada: 24 April 2016 pukul 12:52
Sjafri, R. 2014. Pajak dan Pemilu 2014. Pegawai Direktorat Pajak Kementerian
Keuangan
Surbakti, R. Supriyanto, D. dan Asy’ari, H. 2011. Menjaga Integaritas
Pemungutan dan Perhitungan Suara. Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan
Tata Pemerintahan
Wahiduddin. Octaviola, G. Armi, N. 2016. Peningkatan Kualitas Penyelenggraan
Pemilihan Umum Proposional, Akuntabilitas dan Efektif Melalui Sistem
Pemilu Online dengan autentikasi E-KTP. Makasar: Jurnal PENA, Volume
1, No. 1
11

LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Kelompok


A. Identitas Ketua
1 Nama lengkap Hairil Fiqri
2 Jenis kelamin Laki-Laki
3 Program studi Bioteknologi Industri
4 NIM 155100500111019
5 Tempat tanggal lahir Negara, 25 Januari 1997
6 E-mail hairilfiqri17@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 082236099760

B. Riwayat pendidikan
SD SMP SMA
Nama institusi SDN 3 SMPN 1 SMAN 1
Wanasaba Wanasaba Aikmel
Jurusan - - IPA
Tahun masuk- 2004-2010 2010-1013 2013-2015
keluar

C. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
1. Juara 2 PIMBA tingkat Fakultas Fakultas Teknologi Pertanian 2015

Juara 2 Rector Cup Universitas Brawijaya 2016


2.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah dengan judul “ELECTION (Electronic
Election): Konsep Pemilihan Umum Berbasis Elektronik Sebagai Inovasi
Pemilu yang Hemat Anggaran, Efisien dan Terpecaya”.

Malang, 27 April 2016

Hairil Fiqri
12

A. Identitas Anggota
1 Nama lengkap Sarah Devi Silvian
2 Jenis kelamin Perempuan
3 Program studi Bioteknologi Industri
4 NIM 155100501111006
5 Tempat tanggal lahir Pasuruan, 13 November 1996
6 E-mail sarah.silvian@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 082231875895
B. Riwayat pendidikan
SD SMP SMA
Nama institusi SDN SMPN 2 SMAN 1
Sekarjoho 1 Pandaan Pandaan
Jurusan - - IPA
Tahun masuk- 2004-2010 2010-2013 2013-2015
keluar
C. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau
institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
1 Juara 2 PIMBA tingkat Fakultas Fakultas Teknologi Pertanian 2015

2. Juara 2 Rector Cup Universitas Brawijaya 2016

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah dengan judul “ELECTION (Electronic
Election): Konsep Pemilihan Umum Berbasis Elektronik Sebagai Inovasi
Pemilu yang Hemat Anggaran, Efisien dan Terpecaya”.

Malang, 27 April 2016

Sarah Devi Silvian


13

A. Identitas Anggota
1 Nama lengkap Avinda Alvionita
2 Jenis kelamin Perempuan
3 Program studi Bioteknologi Industri
4 NIM 155100501111016
5 Tempat tanggal lahir Malang, 17 November 1996
6 E-mail avinda.alvionita17@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 085755003551

B. Riwayat pendidikan
SD SMP SMA
Nama institusi SDN SMPN 2 SMAN 1 Bantur
Sumberejo 2 Bantur
Jurusan - - IPA
Tahun masuk- 2004-2010 2010-2013 2013-2015
keluar

C. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
1. Juara 2 PIMBA tingkat Fakultas Fakultas Teknologi Pertanian 2015

2. Juara 2 Rektor Cup Universitas Brawijaya 2016

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah dengan judul “ELECTION (Electronic
Election): Konsep Pemilihan Umum Berbasis Elektronik Sebagai Inovasi
Pemilu yang Hemat Anggaran, Efisien dan Terpecaya”.

Malang, 27 April 2016

Avinda Alvionita
14

B. Identitas Anggota
1 Nama lengkap Asri Nur Aisyah
2 Jenis kelamin Perempuan
3 Program studi Ilmu dan Teknologi Pangan
4 NIM 135100500111020
5 Tempat tanggal lahir Malang, 13 Juli 1995
6 E-mail asrinura@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 085755527241

B. Riwayat pendidikan
SD SMP SMA
Nama institusi SDN SMP Negeri SMA Negeri 7
Lowokwaru III 20 Malang Malang
Malang
Jurusan - - IPA
Tahun masuk- 2001-2007 2007-2010 2010-2013
keluar

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
1. -

2. -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah dengan judul “ELECTION (Electronic
Election): Konsep Pemilihan Umum Berbasis Elektronik Sebagai Inovasi
Pemilu yang Hemat Anggaran, Efisien dan Terpecaya”.

Malang, 27 April 2016

Asri Nur Aisyah


15

A. Identitas Diri Dosen Pembimbing


1 Nama lengkap Dr. Ir. Elok Zubaidah, MP
2 Jenis kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP/NIDN 195908211993032001/0021085903
5 Tempat dan Tanggal Lahir Probolinggo, 21 Agustus 1959
6 E-mail elzoeba@yahoo.com/elok@ub.ac.id
7 Nomor Telepon/HP 081931891954/ (0341)471388

B. Riwayat pendidikan
S1 S2 S3
Nama institusi Universitas Universitas Universitas
Brawijaya Brawijaya Brawijaya
Judul Penelitian Hidrolisis Jenis & Isolasi BAL pada
Enzimatis Aktivitas Bekatul dan
Kecap Ikan Antioksidan Kemampuan
Tempe Probiotik Secara
Invitro
Tahun Lulus 1983 1998 2007

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Ilmiah/ Waktu dan
No. Judul Artikel Ilmiah
Seminar Tempat

1. Seminar Pertemuan Ilmiah/ 2012,


Seminar Thailand
Pengaruh Kosentrasi Instant
2. Seminar Nasional Ilmu Hayati Dry Yeast dan Kondisi 2016
Fermentasi Terdapat Kualitas

E. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

1. -
2. -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
16

ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima


sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah dengan judul “ELECTION (Electronic
Election): Konsep Pemilihan Umum Berbasis Elektronik Sebagai Inovasi
Pemilu yang Hemat Anggaran, Efisien dan Terpecaya”.

Malang, 27 Maret 2016


Pembimbing,

(Dr. Ir. Elok Zubaidah, MP)


17

Lampiran 2.

Program Alokasi
No. Nama/NIM Uraian Tugas
Studi Waktu

 Pengumpulan Data
Solusi yang Pernah Ada
Hairil Fiqri/ Bioteknologi 16  Pembuatan Teknik
1.
155100500111019 Industri jam/minggu Implikasi
 Konsultasi Dosen
Pembimbing &
Administrasi
 Pengumpulan Data
Solusi yang Pernah Ada
Sarah Devi Silvian/ Bioteknologi 16  Pembuatan Teknik
2.
155100501111006 Industri jam/minggu Implementasi
 Konsultasi Dosen
Pembimbing &
Administrasi
 Pembuatan Teknik
Implementasi
Avinda Alvionita/ Bioteknologi 16  Pengumpulan Data
3.
155100501111016 Industri jam/minggu Regulasi
 Konsultasi Dosen
Pembimbing &
Administrasi
 Pembuatan Pendahuluan
Ilmu dan  Pembuatan Teknik
Asri Nur Aisyah/ 16
4. Teknologi Implementasi
135100500111020 jam/minggu
Pangan  Konsultasi Dosen
Pembimbing &
Administrasi
18

line
19

Lampiran

Gambar 3. Proses Enkripsi data pada sistem AES dengan kunci hexa
20

Gambar 4. Proses Deskripsi data pada sistem AES dengan kunci hexa

Anda mungkin juga menyukai