Anda di halaman 1dari 3

Macam-macam Kategori Pernafasan & Temperatur tubuh,, Nadi dan Tekanan darah

1. Tekanan darah. Tujuan dari pemeriksaan tekanan darah adalah untuk menentukan
adanya normotensi, hipertensi atau hipotensi.

Tekanan darah diukur dengan pemeriksaan indirek pada ekstremitas atas dengan
maset tekanan darah dan stetoskop. Maset harus memiliki lebar yang tepat untuk
mendapatkan pengukuran yang akurat. Idealnya, kantong dalam manset harus mencakup 80%
dari keliling lengan, dengan pusat kantong diatas arteri brakialis. Standar lebar manset untuk
rata-rata lengan dewasa yaitu 12-14 cm. manset yang terlalu kecil memberikan hasil lebih
tinggi,sedangkan manset yang terlalu besar menghasilkan nilai yang lebih kecil dari nilai
yang sebenarnya. Manset yang lebih sempit tersedia untuk digunakan pada anak-anak, dan
manset yang lebih lebar atay manset paha digunakan untuk pasien obesitas atau pasien
dengan tubuh yang besar. Untuk alternatif pasien obesitas, manset ukuran standar dapat
diletakkan pada lengan bawah dibawah fossa antecubital, dan arteri radialis dapat
dipalpasisehingga hanya hanya nilai sistolik rata-rata yang dapat terukur. Instrumen yang
mengukur tekanan darah pada pergelangan tangan atau jari mulai populer, namun,
penggunaannya kurang disarankan karena potensi ketidakakuratannya. Stetoskop harus yang
memiliki standar yang baik. Bell end (cup) lebih digunakan untuk auskultasi pada arteri
brakialis; namun, penggunaan diafragma (datar) lebih sering digunakan dan dapat diterima.

Metode auskultasi pada pengukuran tekanan darah yang direkomendasikan American Heart
Association adalah sebagai berikut:

 pasien harus didudukan dengan nyaman dengan tidak menyilangkan kaki. Kemudian
manset segera dipasangkan pada lokasi arteri brakialis. Manset diletakkan ketat pada lengan
atas dengan lengan baju yang sudah disingkap, dengan batas bawah kira-kira satu inchi diatas
fossa antecubital. Manset standar memiliki tanda panah yang didesain menunjukkan titik
tengah manset, yang berpusat diatas arteri brakialis yang sebelumnya telah dipalpasi (pada
aspek medial pada tendon bisep).
 Selanjutnya, saat pulsus radialis dipalpasi, manset dikembangkan hingga pulsus radial
menghilang; dikembangkan hingga ditambahkan 20-30 mmHg (tekanan sistolik palpatoir).
 Stetoskop diletakkan diatas arteri brakialis yang sebelumnya telah dipalpasi yang
membelok pada siku dalam fossa antecubital (tidak menyentuh manset), dan seharusnya tidak
ada suara yang terdengar.
 Katup tekanan perlahan dilepaskan, jarum menurun 2-3 mmHg perdetik. Seiring
jarum menurun, titik yang dicatat yaitu suara denyut pertama (suara Korotkoff) yang
terdengar. Pada titik ini dicatat sebagai tekanan sistolik.
 Selanjutnya jarum masih berlanjut turun, suara denyut menjadi lebih kencang,
sehingga berkurang hingga detak yang terdengar melemah untuk beberapa saat dan
menghilang seketika. Indeks tekanan diastolik yang paling tepat saat suara hilang sempurna.
Kadang, suara redaman dapat terdengar berlanjut jauh dibawah tekanan diastolik
sesungguhnya. Jika hal ini terjadi, suara meredam pertama digunakan sebagai tekanan
diastolic.
 Pada pasien usia lanjut dengan tekanan pulsus yang lebar, bunyi Korotkoff mungkin
tidak dapat terdengar antara tekanan sistolik dan diastolic, dan mungkin muncul kembali jika
pengempisan manset dilanjutkan. Fenomena ini disebut auscultatory gap.
Pada dewasa normal sehat, tekanan sistolik normal berkisar 90-140 mmHg dan umumnya
meningkat seiring usia. Nilai normal tekanan diastole berkisar 60-90 mmHg. Tekanan pulsus
bervariasi diantara tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi pada orang dewasa ditandai
dengan tekanan darah sama atau lebih besar dari 140/100 mmHg. Sangat dianjurkan untuk
mengukur tekanan darah dua kali selama perawatan, diberi jeda beberapa menit, dan
pengukuran akhir diambil dari rata-rata dua pengukuran.

2. Nadi/Pulsus

Prosedur standar untuk memeriksa pulsus adalah

 Palpasi arteri karotis pada tepi trakea atau arteri radial pada sisi ibu jari lengan. .
Penggunakaan arteri karotis untuk pengukuran pulsus memiliki beberapa keuntungan.
Pertama, arteri karotis cukup familiar karena umumnya dokter gigi mendapatkan pelatihan
resusitasi jantung paru (RJP). Kedua, arteri ini cukup menggambarkan karena merupakan
arteri utama yang mensuplai otak; terlebih pada situasi kegawatdaruratan, arteri ini dapat
dipalpasi ketika arteri perifer lainnya tidak dapat dipalpasi. Terakhir, arteri ini letaknya
mudah ditemukan dan mudah dipalpasi karena ukurannya. Untuk pemeriksaan terbaik
sebaiknya dilakukan selama satu menit penuh untuk mendeteksi adanya ritme irregular.
 Meraba dengan tiga jari tangan (digiti Ii, ii, iv manus) tepat di atas arteri radialis.
Digiti II dan IV digunakan untuk fiksasi dan digiti II untuk deteksi denyutan. Setelah denyut
nadi teraba jari-jari dipertahankan pada posisinya kemudian dilakukan pengukuran frekuensi
dan irama nadi.

Pulsus harus dipalpasi selama 1 menit sehingga ritme abnormal dapat terdeteksi. Sebagai
alternative, dapat dipalpasi selama 30 detik dan dikalikan 2. Untuk denyut teratur hitung
frekuensi nadi selama 15 detik dikalikan 4 (atau Alecs count hitung cepat selama  6 detik
dikalikan 10).

Rata-rata pulsus orang dewasa normal adalah 60-80 kali permenit. Jika pulsus lebih dari 100
kali permenit disebut takikardia, sedangkan juka pulsus kurang dari 60 kali permenit disebut
bradikardia. Nilai pulsus abnormal dapat menjadi tanda dari kelainan kardiovaskulat namun
dapat dipengaruhi oleh latihan fisik, keadaan pasien, kecemasan, obat, atau demam. Pulsus
normal merupakan serial dari ritme detak jantung yang terjadi pada interval yang regular.
Ketika detak terjadi pada interval yang ireguler, pulsus disebut ireguler, disritmia atau
aritmia.

3. Pernafasan

Tujuan : untuk menilai frekuensi pernafasan

Teknik : Operator berdiri di belakang dan tanpa sepengetahuan pasien kemudian dilakukan
observasi sangkar dada. dihitung jumlah gerakan sangkar dada (siklus fase inspirasi dan
ekspirasi) dalam 1 menit.

Intepretasi : kecepatan respirasi normal

 Bayi adalah 24-30 siklus per menit


 Anak-anak adalah 20-24 siklus per menit
 Remaja dan dewasa muda adalah 12-18 siklus per menit
 Dewasa adalah 8-12 siklus per menit

4. Suhu Tubuh

Tujuan : untuk menentukan suhu tubuh penderita

Teknik : menggunakan berbagai alat tera suhu tubuh , disesuaikan alat tera yang digunakan

Intepretasi :

 suhu tubuh orang dewasa normal 36,1 C sampai dengan 37,5 C


 sub febris 37,5 C sampai dengan 38,5 C
 Febris di atas 38,5 C

LAMPIRAN :

Lampiran 1 :Konsep pemeriksaan TTV

Lampiran 2 : Pengaturan system temperature tubuh, pilse, respirasi & tekanan darah

Lampiran 3 : Karakteristik dan cirri-ciri TTV yang normal dan abnormal

Lampiran 4 : Macam-macam kategori pernafasan & temperature tubuh, nadi dan tekanan
darah .

Anda mungkin juga menyukai