No :
Kelas : X MIPA 2
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pemerintahan suatu negara akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh
lembaga-lembaga negara yang saling berhubungan satu sama lain sehingga merupakan satu kesatuan
dalam mewujudkan nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan negara sesuai dengan kedudukan, peran,
kewenangan dan tanggung jawabnya masing-masing. Sekarang ini dengan adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dinamika kehidupan nasional, regional dan internasional yang
cenderung berubah sangat dinamis, aneka aspirasi ke arah perubahan meluas di berbagai negara di
dunia, baik di bidang politik maupun ekonomi. Perubahan yang diharapkan dalam hal ini perombakan
terhadap format-format kelembagaan birokrasi pemerintahan yang tujuannya untuk menerapkan
prinsip efisiensi agar pelayanan umum (public services) dapat benar-benar efektif.
Pemerintah Daerah dan DPRD adalah penyelenggara pemerintahan daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah daerah
adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi
atas daerah kabupaten dan daerahkota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota dipilih secara demokratis. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah
Pusat.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuat makalah ini adalah agar kami sebagai siswa lebih memahami tentang cara
pembuatan makalah yang baik dan benar, dan agar kami lebih memahami tentang penyelenggaraan
kekuasaan negara.
Selain itu, kami sebagai tim penyusun juga membuat makalah ini dengan berbagi tujuan:
1.3.2 Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi kementerian negara republik indonesia dan lembaga
pemerintah non-kementerian
1.3.3 Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan
republik indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain supaya melakukan tindakan-
tindakan yang dikehendaki atau diperintahkannya. Sebagai suatu Negara, Indonesia juga mempunyai
suatu kekuasaan. Kekuasaan Negara merupakan kewenangan Negara untuk mengatur seluruh rakyatnya
untuk mencapai keadilan, kemakmuran, dan keteraturan.
Menurut John Locke dan Montesquieu sebagaimana dikutip oleh Astim Riyanto dalam bukunya yang
berjudul Negara Kesatuan; Konsep, Asas, dan Aplikasinya (2006:273) dapat dibagi menjadi tiga bagian.
Kekuasaan Negara menurut John Locke dibagi menjadi tiga, yaitu:
Sedangkan menurut Montesquieu:
Teori Montesquieu adalah penyempurna teori yang diungkapkan oleh John Locke dan dinamakan Trias
Politica.
Pembagian kekuasaan Negara adalah terpisah-pisahnya kekuasaan Negara dalam beberapa bagian. Baik
mengenai organnya maupun fungsinya. Dengan kata lain, lembaga pemegang kekuasaan Negara
merupakan lembaga yang terpisah satu sama lain, berdiri sendiri,tanpa memerlukan koordinasi dan
kerjasama.
Kekuasaan Negara dibedakan menjadi dua pembagian, yaitu pembagian kekuasaan secara horizontal
dan pembagian kekuasaan secara vertikal. Pembagian kekuasaan secara horizontal adalah pembagian
kekuasaan menurut fungsi lembaga – lembaga tertentu, seperti legislatif, eksekutif, yudikatif.
Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, secara horizontal pembagian kekuasaan
Negara di lakukan pada tingkatan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Pembagian
kekuasaan pada tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah terjadinya perubahan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (AMANDEMEN 1945). Pergeseran yang dimaksud adalah
pergeseran klasifikasi kekuasaan negara yang umumnya terdiri atas tiga jenis kekuasaan di atas
( legislative, eksekutif, yudikatif). Pergeseran tersebut menjadi 6 kekuasaan negara diantaranya sebagai
berikut:
a. Kekuasaan Konstitutif
Kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan UUD. Kekuasaan ini dijalankan MPR ( Pasal 3 ayat 1).
b. Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan untuk menjalankan undang undang dan penyelenggaraan pemerintahan Negara. Kekuasaan
ini di pegang oleh Presiden. (Pasal 4 ayat 1 UUD 1945)
c. Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan untuk membentuk undang – undang. Kekuasaan ini dipegang oleh DPR ( Pasal 20 ayat 1 UUD
1945 ).
d. Kekuasaan Yudikatif
Atau disebut dengan kekuasaan kehakiman yakni kekuasaan untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan ini dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi.(Pasal 24 ayat 2 UUD 1945)
Yaitu kekuasaan yang berhubungan dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan di atur dalam
Pasal 23 E ayat 1 tahun 1945
f. Kekuasaan Moneter
Yaitu kekuasaan untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran, serta memelihara kestabilan nilai rupiah. Kekuasaan ini dijalankan oleh
Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral yang ada di Negara Indonesia (Pasal 23 D UUD 1945). Pembagian
kekuasaan secara horizontal pada tingkatan pemerintahan daerah berlangsung antara lembaga-lembaga
daerah yang sederajat, yaitu antara pemerintah daerah (pemda) seperti kepala daerah dan wakil kepala
daerah serta dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD). Pada tingkat provinsi, pembagian kekuasaan
berlangsung antara pemerintah provinsi seperti gubernur dan wakil gubernur serta DPRD provinsi.
Pembagian kekuasaan secara vertikal adalah pembagian kekuasaan menurut tingkatnya, yaitu
pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintahan. Berdasarkan pasal 18 ayat (1) UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pembagian kekuasaan secara vertikal di Indonesia berlangsng
antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Di pemerintahan daerah juga dibentuk
kekuasaan secara vertikal oleh pemerintahan pusat. Hubungan antara pemerintahan provinsi dan
pemerintahan kabupaten/kota terjalin dengan koordinasdi, pembinaan, dan pengawasan oleh
pemerintahan pusat dalam bidang administrasi dan kewilayahan.
Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul karena diterapkannya asas desentralisasi di Indonesia.
Dengan asas tersebut, pemerintah pusat menyerahkan wewenang pemerintahan pemerintah daerah
otonom untuk mengurusi dan mengatur pemerintahan di daerahnya sendiri, kecuali urusan yang
menjadi kewenangan kekuasaan puat, seperti pertahanan, keamanan, yustisi, agama, moneter, dan
fiskal sesuai dengan pasal 18 ayat (5)UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2.2 Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia dan Lembaga Pemerintah Non-
Kementerian
Dalam system presidensial, kedudukan presiden sangat kuat, karena ia merupakan kepala Negara
sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Dengan demikian, seorang Presiden mempunyai kewenangan
yang sangat banyak.Tugas dan kewenangan Presiden yang sangat banyak ini tidak mungkin dikerjakan
sendiri.Oleh karena itu Presiden memerlukan orang lain untuk membantunya.
Dalam melaksanakan tugasnya, Presiden Republik Indonesia dibantu oleh seorang wakil presiden yang
dipilih bersamaan dengannya melalui pemilihan umum, serta membentuk beberapa kementerian
negara yang dipimpin oleh menteri-menteri negara. Menteri-menteri Negara ini dipilih dan diangkat
serta diberhentikan oleh Presiden sesuai dengan kewenangannya.
Keberadaan Kementerian Negara Republik Indonesia diatur secara tegas dalam Pasal 17 UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan:
Kementerian Negara Republik Indonesia mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam
pemerintahan dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara, yaitu:
Pasal 17 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa setiap menteri
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Dengan kata lain, setiap kementerian Negara
masing-masing mempunyai tugas sendiri. Adapun urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab
kementerian Negara terdiri atas:
1. Urusan pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya secara tegas disebutkan dalam UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meliputi urusan luar negeri, dalam negeri, dan pertahanan.
2. Urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, meliputi urusan agama, hukum, keuangan, keamanan, hak asasi manusia, pendidikan,
kebudayaan, kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, industri, perdagangan, pertambangan, energi,
pekerjaan umum, transmigrasi, transportasi, informasi, komunikasi, pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, kelautan, dan perikanan.
3. Urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah,
meliputi urusan perencanaan pembangunan nasional, aparatur negara, kesekretariatan negara, badan
usaha milik negara, pertanahan, kependudukan, lingkungan hidup, ilmu pengetahuan, teknologi,
investasi, koperasi, usaha kecil dan menengah, pariwisata, pemberdayaan perempuan, pemuda,
olahraga, perumahan, dan pembangunan kawasan atau daerah tertinggal.
Setiap kementerian membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Dengan demikian jumlah
kementerian Negara dibentuk cukup banyak. Hal ini dikarenakan urusan pemerintahan pun jumlahnya
sangat banyak dan beragam. Pasal 15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008
tentang Kementerian Negara secara tegas menyatakan bahwa jumlah maksimal kementerian negara
yang dapat dibentuk adalah 34 kementerian negara.
2.3 Kedudukan dan Fungsi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
Urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh pemerintahan daerah mencakup semua urusan
pemerintahan kecuali beberapa urusan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, yaitu kewenangan
dalam bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, serta agama.
Pemerintah daerah dan DPRD merupakan unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang mempunyai
kedudukan yang sejajar. Sebagai penyelenggara pemerintahan daerah, Pemerintah Daerah
berkedudukan sebagai lembaga eksekutif di daerah yang terdiri atas kepala daerah/wakil kepala daerah
dan perangkat daerah, sedangkan DPRD berkedudukan sebagai lembaga legislatif di daerah yang
anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Pemerintahan daerah memiliki dua tingkatan, yaitu:
1. Pemerintahan daerah provinsi dilaksanakan oleh pemerintah daerah provinsi (Gubernur/Wakil
Gubernur dan perangkat daerah provinsi) dan DPRD Provinsi.
Asas otonomi adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah (provinsi dan kabupaten/kota) untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundangundangan. Sedangkan tugas perbantuan adalah penugasan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggung-
jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan. Konsekuensi penerapan asas ini adalah daerah
memiliki hak dan kewajiban dalam pelaksanaan otonomi daerah yang diwujudkan dalam bentuk rencana
kerja pemerintahan daerah dan dijabarkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Adapun macam-macam hak dan kewajiban daerah terdapat dalam tabel di bawah ini.
Hak dan Kewajiban Daerah Otonom Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah
perundang-undangan.
Hak otonomi bukan berarti untuk memecah daerah-daerah yang ada di Indonesia melainkan untuk lebih
memajukan daerah dengan melibatkan peran aktif masyarakat daerah. Peran aktif masyarakat di daerah
dapat dilakukan dengan cara pemberian otonomi tersebut.
Otonomi sendiri diharapkan dapat mempercepat laju pertumbuhan masyarakat di daerah dalam
berbagai bidang, terutama dengan adanya asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan pembantuan sehingga
kesejahteraan masyarakat dan kerjasama pembangunan di daerah semakin meningkat.
Setiap pemerintah daerah dipimpin oleh Kepala Daerah yang dipilih secara demokratis. Gubernur,
Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan
Kota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, untuk provinsi disebut wakil
Gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota disebut wakil wali kota. Kepala dan
wakil kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan kewajiban serta larangan. Kepala daerah juga
mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan
daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD,
serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.
Selain itu, peran pemerintah daerah juga dimaksudkan dalam rangka melaksanakan desentralisasi,
dekonsentrasi, dan tugas perbantuan sebagai wakil pemerintah di daerah otonom yaitu untuk
melakukan:
1. Desentralisasi yaitu melaksanakan semua urusan yang semula adalah kewewenang pemerintahan
menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Dekonsentrasi yaitu menerima pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu untuk
dilaksanakan; dan
3. Tugas pembantuan yaitu melaksanakan semua penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau
desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Dalam rangka melaksanakan peran desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan, Pemerintah
daerah menjalankan urusan pemerintah konkuren, berbeda dengan pemerintah pusat yang
melaksanakan urusan pemerintahan absolut. Urusan Pemerintahan konkuren dibagi antara Pemerintah
Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. pembagian urusan tersebut didasarkan pada
prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional Urusan
pemerintahan tersebutlah yang menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.
Urusan pemerintahan konkuren terdiri dari urusan pemerintahan wajib dan pilihan. Urusan
pemerintahan wajib terbagi lagi menjadi Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar
dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain supaya melakukan
tindakan-tindakan yang dikehendaki atau diperintahkannya. Teori kekuasaan negara diungkapkan oleh
John Locke kemudian disempurnakan oeh Montesquieu yang disebut trias politica. Pembagian
kekuasaan Negara adalah terpisah-pisahnya kekuasaan Negara dalam beberapa bagian. Kekuasaan
Negara dibedakan menjadi dua pembagian, yaitu pembagian kekuasaan secara horizontal dan
pembagian kekuasaan secara vertikal.
Seorang presiden mempunyai tugas dan kewenangan yang sangat banyak. Oleh karena itu
presiden memerlukan seorang wakil dan beberapa kementerian untuk membantu melaksanakan
tugasnya. Kementerian Negara Republik Indonesia mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
tertentu dalam pemerintahan dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.