Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

Mendesain Sistem Conveyor dengan Menggunakan PLC

NAMA : Andrian Putra

NOMOR BP : 1701031026

KELAS : III B REGULER

NO JOB : 03

TANGGAL PENYERAHAN : 11 Juni 2020

INSTRUKTUR : 1. Junaidi Asrul, SST.,MT

2. Witrionanda, ST.,MT

3. Fitriadi, ST.,MT

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Akhir bengkel otomasi dengan judul “Mendesain
Conveyor berbasis Programmable Logic Controller (PLC)”. Laporan ini penulis
buat sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian semester.

Pembuatan laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan banyak pihak


terutama rekan satu tim dan dosen pembimbing, oleh sebab itu penulis ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga Allah SWT membalas semua
kebaikan dan melimpahkan rahmat dan karunianya kepada semua pihak yang
telah ikut membantu.

Untuk kesempurnaan laporan, kritik dan saran yang sifatnya membangun


sangat penulis harapkan. Akhirnya semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita
semua dan khususnya bagi pengembangan kemajuan dibidang kelistrikan.

Padang, 11 Juni 2020

Penulis
BAB I
TUJUAN

Setelah melakukan praktikum maka mahasiswa dapat memahami beberapa


hal sebagai berikut.
a. Dapat mendesain sistem Conveyor dengan software CX Programmer dan CX
Designer
b. Menggambarkan rangkaian kontrol dan pengawatan
c. Mengaplikasikan Perkembangan Inovasi dan teknologi Industri
d. Dapat mengembangkan Job Sheet 3 dengan menambahkan Input - Output
e. Untuk membantu kerja di dunia industri dengan menopang industri 4.0
BAB II
PENDAHULUAN

2.1 Definisi Conveyor Belt


Konveyor adalah suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi
memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain. Konveyor banyak dipakai di
industri untuk transportasi barang yang jumlahnya sangat banyak dan
berkelanjutan. Dalam kondisi tertentu, konveyor banyak dipakai karena
mempunyai nilai ekonomis dibanding transportasi berat seperti truk dan mobil
pengangkut. Jenis konveyor membuat penanganan alat berat tersebut atau produk
lebih mudah dan lebih efektif. Banyak konveyor dapat bergerak secepat 75
kaki/menit. Konveyor dapat memobilisasi barang dalam jumlah banyak dan
kontinyu dari satu tempat ke tempat lain. Perpindahan tempat tersebut harus
mempunyai lokasi yang tetap agar sistem conveyor mempunyai nilai ekonomis.
Kelemahan sistem ini adalah tidak mempunyai fleksibilitas saat lokasi barang
yang dimobilisasi tidak tetap dan jumlah barang yang masuk tidak kontinyu.
Banyak sekali macam jenis dan karakteristik conveyor untuk keperluan
banyak macam proses produksi. Sebelum memutuskan untuk mendesain suatu
conveyor. Sebelumnya harus dipahami terlebih dahulu bagaimana alur proses
produksi yang nantinya akan dilewati conveyor, serta tipe produk atau bentuk
barang yang akan melewati konveyor.
Gambar 1. Conveyor

Konveyor mempunyai berbagai jenis yang disesuaikan dengan


karakteristik barang yang diangkut. Jenis – jenis conveyor tersebut antara lain
Apron, Flight, Pivot, Overhead, Load Propelling, Car, Bucket, Screw, Roller,
Vibrating, Pneumatic, dan Hydraulic. Belt Conveyor atau ban berjalan adalah alat
transportasi yang paling efisien dalam pengoperasiannya jika dibanding dengan
alat berat/truk untuk jarak jauh, karena dapat mentransport material lebih dari 2
kilometer, tergantung desain belt itu sendiri. Material yang ditransport dapat
berupa powder, granular atau lump dengan kapasitas lebih dari 2000 ton/jam, hal
ini berkembang sering dengan kemajuan desain belt itu sendiri.

Jenis belt bisa berupa textil rubber belt, matal belt, steel cord belt. Jenis
yang paling banyak dipakai adalah jenis textil rubber belt. Lintasan belt dapat
direncanakan horizontal, inklinasi, kombinasi inklinasi dan horizontal. Sudut
kemiringan tergantung koefisien gesek antara material yang diangkut.
2.2 Prinsip Kerja Conveyor belt
Prinsip kerja belt Conveyor adalah menstranport material yang ada di atas
belt, dimana umpan atau inlet pada sisi tail dengan menggunakan chute dan
setelah sampai di head material ditumpahkan akibat belt berbalik arah. Belt
digerakkan oleh drive/head pulley dengan menggunakan motor penggerak. Head
pulley menarik belt dengan prinsip adanya gesekan antara permukaan drum
dengan belt, sehingga kapasitasnya tergantung gaya gesek tersebut.

2.3 Roller Conveyor


Roller Conveyor adalah conveyor yang paling umum digunakan karena
lintasan geraknya tersusun dari beberapa tabung (roll) yang tegak lurus terhadap
arah lintasannya dimana plat datar yang ditempatkan untuk menahan beban
bahkan bergerak sesuai dengan arah putaran roll. Roller conveyor ini bisa
digerakkan dengan rantai atau belt ataupun dengan menggunakan gaya grativitasi
tetapi harus juga diperhitungkan kemiringan maksimumnya.
Roller conveyor merupakan suatu sistem conveyor yang penumpu utama
barang yang ditransportasikan adalah roller. Roller pada sistem ini sedikit berbeda
dengan roller pada conveyor jenis yang lain. Roller pada sistem roller conveyor
didesain khusus agar cocok dengan kondisi barang yang ditransportasikan,
misalnya roller diberi lapisan karet, lapisan anti karat, dan lain sebagainya.
Sedangkan roller pada sistem jenis yang lain didesain cocok untuk sabuk yang
ditumpunya.

2.3.1 Chain Conveyor


Cara kerjanya sama seperti belt conveyor, hanya saja beltnya diganti
dengan chain. Rantainya ada yang full dan ada juga yang hanya bagian sisi-
sisinya saja, sedangkan dibagian tengahnya diganti dengan pallet.
2.4 PLC Omron
PLC adalah suatu mikroprosesor yang digunakan untuk otomasi proses
industri seperti pengawasan dan pengontrolan mesin di jalur perakitan suatu
pabrik. Plc memiliki perangkat masukan dan keluaran yang digunakan untuk
berhubungan dengan perangkat luar. Seperti, relai, kontaktor dan lain-lain. Bahasa
pemrograman yang digunakan untuk mengoperasikan PLC berbeda dengan
bahasa pemrograman biasa. Bahasa yang digunakan adalah Ledder, yang hanya
berisi input-proses-ouput. Disebut Ladder, karena bentuk tampilan bahasa
pemrogramannya memang seperti tampilan tangga.

2.4.1 Konsep Perancangan Sistem Kendali dengan PLC


Dalam merancang suatu sistem kendali dibutuhkan pendekatan-
pendekatan sistematis dengan prosedur sebagai berikut.

A. Rancangan Sistem Kendali


Dalam tahapan ini si perancang harus menentukan terlebih dahulu sistem
apa yang akan dikendalikan dan proses bagaimana yang akan ditempuh. Sistem
yang dikendalikan dapat berupa peralatan mesin ataupun proses yang berintegrasi
secara umum disebut dengan controlled system.

B. Penentuan I/O
Pada tahap ini semua piranti masukan dan keluaran eksternal yang akan
dihubungkan PLC harus ditentukan. Piranti masukan dapat berupa saklar, sensor,
valve dan lain-lain sedangkan piranti keluaran dapat berupa solenoid katup
elektromagnetik dan lain-lain.

C. Perancangan Program (Program Design)


Setelah ditentukan input dan output eksternal maka dilanjutkan dengan
proses merancang program dalam bentuk ledder diagram dengan mengikuti aturan
dan urutan operasi sistem kendali.

D. Pemrograman (Programming)
Mengaupload program ke PLC dengan proses transport sehingga
komponen-komponen elektrik dapat dijalankan.
E. Menjalankan Sistem (Run The System)
Pada tahapan ini perlu di deteksi adanya kesalahan-kesalahan satu persatu
(debug), dan menguji secara cermat sampai kita memastikan bahwa sistem aman
untuk dijalankan.

2.5 Push Button (Saklar Tekan)


Push Button adalah komponen listrik yang berfungsi untuk menyambung
dan memutuskan arus listrik, saklar ini merupakan saklar yang bekerja tanpa
pengunci sehingga jika tekanan dilepaskan maka kontak akan kembali ke posisi
semula atau bekerja menyambung dan memutuskan arus listrik hanya sesaat. Jenis
saklar ini ada NO atau NC. Simbol saklar tekan sebagai Berikut.
a. Normally Open (NO)

Gambar 2. Simbol Push Button NO

b. Normally Close (NC)

Gambar 3. Simbol Push Button NC

2.6 Lampu Indikator (Pilot Lamp)


Indikator yang berfungsi untuk memberitahukan/menandakan bahwa suatu
sistem itu bekerja atau terjadi gangguan. Lampu tanda/indikator mempunyai
beberapa warna dan warna pada lampu indikator itu mempunyai makna dan
maksud tujuan tertentu yaitu :
1. Lampu tanda merah menandakan bahwa sistem/komponen dalam keadaan
terjadi gangguan/berhenti.
2. Lampu tanda hijau menandakan bahwa sistem dalam keadaan siap kerja atau
sedang bekerja.
2.7 Sensor Proximity
Proximity Sensor (Sensor Proksimitas) atau disebut dengan sensor jarak
adalah sensor elektronik yang memapu mendeteksi keberadaan objek disekitarnya
tanpa adanya sentuhan fisik. Dapat juga dikatakan bahwa Sensor Proximity adalah
gerakan atau keberadaan objek menjadi sinyal listrik. Proximity sensor tidak
menggunakan bagian-bagian mekanik untuk mendeteksi keberadaan objek di
sekitarnya, melainkan menggunakan medan elektromagnetik ataupun sinar radiasi
elektromagnetik untuk mengetahui apakah ada objek tertentu di sekitarnya. Jarak
maksimum yang dapat dideteksi oleh sensor ini disebut Nominal Range atau
kisaran nominal. Proximity sensor atau sensor jarak ini adalah perangkat yang
sangat berguna apabila digunakan ditempat yang berbahaya. Namun seiring
dengan perkembangan teknologi, Proximity sensor ini telah banyak digunakan
untuk mempermudah pekerjaan manusia.
Sensor Proximity ini umumnya digunakan untuk mendeteksi keberadaan,
kedekatan, posisi dan perhitungan pada mesin otomatis dan sistem manufaktur.
Mesin mesin menggunakan sensor proximity ini diantaranya mesin kemasan,
mesin produksi, mesin percetakan, mesin pencetakan plastik, mesin pengerjaan
logam, mesin pengolahan makanan dan masih banyak lagi.

2.7.1 Jenis-jenis Proximity Sensor


a. Inductive Proximity Sensor (Sensor Jarak Induktif)
Sensor jarak Induktif adalah sensor jarak yang digunakan untuk
mendeteksi keberadaan logam baik logam jenis Ferrous maupun logam jenis non
Ferrous. Sensor ini dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan (ada atau
tidaknya objek logam), menghitung objek logam dan aplikasi pemosisian. Sensor
induktif sering digunakan sebagai pengganti saklar mekanis karena
kemampuannya yang dapat beroperasi pada kecepatan yang lebih tinggi dari
sakelar mekanis biasa. Sensor jarak induktif ini juga lebih andal dan lebih kuat.
b. Capacitive Proximity Sensor (Sensor Jarak Kapasitif)
Sensor jarak kapasitif atau capactive Proximity Sensor adalah sensor jarak
yang dapat mendeteksi gerakan, komposisi kimia, tingkat dan komposisi cairan
maupun tekanan. Sensor jarak kapasitif dapat mendeteksi bahan-bahan dielektrik
rendah seperti plastik atau kaca dan bahan-bahan dielektrik yang lebih tinggi
seperti cairan sehingga memungkinkan sensor jenis ini untuk mendeteksi tingkat
banyak bahan melalui kaca, plastik maupun komposisi kontainer lainnya.
Sensor jarak kapasitif ini pada dasarnya mirip dengan sensor jarak
induktif, perbedaannya adalah sensor kapasitif menghasilkan medan elektrostastik
sedang sensor induktif menghasilkan medan elektromagnetik. Sensor jarak
kapasitif ini dapat digerakkan oleh bahan konduktif dan dan bahan non konduktif.

c. Ultrasonic Proximity Sensor (Sensor Jarak Ultrasonik)


Sensor jarak ultrasonik adalah sensor jarak yang menggunakan prinsip
operasi yang mirip dengan radar atau sonar yaitu dengan menghasilkan
gelombang frekuensi tinggi untuk menganalisa gema yang diterima setelah
terpantul dari objek yang mendekatinya. Sensor proximity ultrasonik ini akan
menghitung waktu antara pengiriman sinyal dengan penerimaan sinyal untuk
menentukan jarak objek yang bersangkutan. Sering digunakan untuk mendeteksi
keberadaan objek dan mengukur jarak objek di proses otomasi pabrik.

d. Photoelectric Proximity Sensor (Sensor Jarak Fotolistrik)


Sensor jarak fotolistrik atau photoelectric proximity sensor adalah sensor
jarak yang menggunakan elemen peka cahaya untuk mendeteksi objek. Sensor
Proximity Fotolistrik terdiri sumber cahaya (atau disebut dengan emitor) dan
penerima (receiver).
2.8 Pemilihan Jenis dan Ukuran Penghantar
Ukuran luas penampang penghantar dan jenis penghantar yang dipasang
dalam suatu instalasi penerangan maupun instalasi daya ditentukan berdasarkan :
1. Kemampuan Hantar Arus (KHA) dari penghantar.
2. Jatuh tegangan yang diperbolehkan.
3. Temperatur Sekitar dan Sifat Lingkungan.
4. Kekuatan Mekanis Penghantar.
5. Kemungkinan perluasan.
Dalam suatu instalasi baik instalasi daya maupun instalasi penerangan
digunakan berbagai jenis kabel, antara lain :
1. Kabel NYM
Kabel NYM adalah penghantar yang terbuat dari tembaga polos berisolasi
PVC, yang uratnya satu hingga lima. Kalau lebih dari satu, urat-uratnya dibelit
menjadi satu dan kemudian diberi lapisan pembungkus inti dari karet atau plastik
lunak supaya bentuknya menjadi bulat. Lapisan pembungkus inti harus lunak,
supaya mudah dikupas pada waktu pemasangan. Sesudah itu baru diberi selubung
PVC berwarna putih. Untuk pemasangan kabel NYM berlaku ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
1. NYM boleh dipasang langsung menempel pada plesteran atau kayu
atau ditanam langsung pada plesteran, juga diruang lembab atau basah,
ditempat kerja atau gudang dengan bahaya ledakan atau kebakaran.
2. NYM boleh juga dipasang langsung pada bagian-bagian lain dari
ruangan konstruksi, rangka dan sebagainya, asalkan cara
pemasangannya tidak merusak selubung luar kabelnya.
3. NYM tidak boleh dipasang langsung dalam tanah.

Gambar 4. Kabel NYM


2. Kabel NYY
Pada prinsipnya susunan kabel NYY sama dengan susunan kabel NYM.
Hanya saja tebal isolasi dan tebal luarnya serta jenis kompon PVC yang
digunakan berbeda. Warna selubung luarnya hitam, uratnya juga dapat berjumlah
satu sampai lima. Kabel NYY banyak digunakan untuk instalasi industri didalam
gedung maupun dialam terbuka, disaluran kabel dan didalam lemari hubung bagi,
apabila diperkirakan tidak ada gangguan mekanis. NYY juga dapat ditanam dalam
tanah, asalkan diberi pelindung secukupnya terhadap kemungkinan terjadinya
kerusakan mekanis.

Gambar 5. Kabael NYY

3. Kabel NYFGbY
Penghantar ini adalah jenis penghantar/kabel tanah thermoplastic
berperisai yang paling banyak digunakan di Indonesia. Uratnya terdiri dari
penghantar tembaga tanpa lapisan timah putih,dengan isolasi PVC. Jumlah
uratnya kebanyakan tiga atau empat dan kadang-kadang dua. Urat-uratnya ini
dibelit menjadi satu, Kemudian diberi lapisan pembungkus inti dari karet atau
plastik lunak, dan perisai kawat baja pipih berlapis seng. Perisai kawat baja ini
didikat dengan spiral pita baja berlapis seng.
Untuk melindungi perisai dari korosi, kabelnya diberi selubung luar PVC
berwarna hitam. Perisai dan kawat baja itu juga berfungsi sebagai pelindung
elektrostatis yang baik, kerena kabel ini kurang fleksibel, kawat baja pipih ini
tidak dapat digunakan perisai kabel ukuran kecil.
Gambar 6. Kabel NYKFGbY

2.9 Kemampuan Hantar Arus ( KHA )


Yang dimaksud dengan kemampuan hantar arus adalah kemampuan dari
suatu penghantar untuk mengalirkan nilai arus secara terus menerus pada kondisi
tertentu, tanpa menimbulkan perubahan suhu yang melebihi ketentuan.
Berdasarkan PUIL 2000 nomor 7.3 mengenai pembebanan penghantar,
setiap penghantar harus mempunyai kemampuan hantar arus tidak kurang sama
dengan arus yang akan mengalir melaluinya, yaitu yang ditentukan dengan arus
maksimum yang dihitung atau ditaksir. Dengan kata lain KHA maksimum lebih
besar atau sama dengan daripada arus maksimum.
KHA (maks) = I (maks)
KHA (maks) = FK × KHA sebenarnya
I maks = 1,25 × In
In = S/V
FK = FKt × FKp
Dimana :
In = Arus nominal
S = Daya aktif
V = Tegangan
I maks= I sebenarnya
FK = Faktor Koreksi
FKt = Faktor koreksi temperatur
FKp = Faktor koreksi penempatan

Sedang perhitungan arus nominal (In) dapat dirumuskan sebagai berikut :


1. Perhitungan untuk 3Ø
𝑃
𝐼𝑛 = ................................................................. (1)
√3×𝑉𝐿𝐿 ×𝑐𝑜𝑠 ∅

atau
𝑆
𝐼𝑛 = ......................................................................... (2)
√3×𝑉𝐿𝐿

2. Perhitungan untuk 1Ø
𝑃
𝐼𝑛 = 𝑉 ...................................................................... (3)
𝐿𝑁 ×𝑐𝑜𝑠 ∅

atau
𝑆
𝐼𝑛 = 𝑉 ............................................................................... (4)
𝐿𝑁

Dimana :
In = Arus nominal
P = Daya aktif (Watt)
S = Daya Semu (VA)
VLL = Tegangan fasa fasa
VLN = Tegangan fasa-netral
Cos  = Faktor daya

2.9.1 Kontaktor

Kontaktor adalah komponen elektromekanik yang dapat berfungsi sebagai


penyambung dan pemutus rangkaian, yang dapat dikendalikan dari jarak jauh
pergerakan kontak-kontaknya terjadi karena adanya gaya elektromagnet.

Gambar 7. Simbol kontak-kontak Kontaktor


Gambar 8. Bentuk Fisik Kontaktor
Kontaktor magnet merupakan sakelar yang bekerja berdasarkan
kemagnetan, artinya bekerja bila ada gaya kemagnetan. Sebuah koil dengan inti
berbentuk huruf E yang diam, jika koil dialirkan arus listrik akan menjadi magnet
dan menarik inti magnet yang bergerak dan menarik sekaligus kontak dalam
posisi ON. Batang inti yang bergerak menarik paling sedikit 3 kontak utama dan
beberapa kontak bantu bisa kontak NC atau NO.
Spesifikasi kontaktor magnet yang harus diperhatikan adalah kemampuan
daya kontaktor ditulis dalam ukuran Watt / KW, yang disesuaikan dengan beban
yang dipikul, kemampuan menghantarkan arus dari kontak – kontaknya, ditulis
dalam satuan ampere, kemampuan tegangan dari kumparan magnet, apakah untuk
tegangan 127 Volt atau 220 Volt, begitupun frekuensinya, kemampuan
melindungi terhadap tegangan rendah, misalnya ditulis ± 20 % dari tegangan
kerja. Dengan demikian dari segi keamanan dan kepraktisan, penggunaan
kontaktor magnet jauh lebih baik dari pada saklar biasa.
Relay dan Kontaktor (Relay and Magnetic Contactor)

Gambar 9. Relay dan Kontaktor


Prinsipnya kerjanya adalah rangkaian pembuat magnet untuk
menggerakkan penutup dan pembuka saklar internal didalamnya. Yang
membedakannya dari kedua peralatan tersebut adalah kekuatan saklar internalnya
dalam menghubungkan besaran arus listrik yang melaluinya.
Pemahaman sederhananya adalah bila kita memberikan arus listrik pada
coil relay atau kontaktor, maka saklar internalnya juga akan terhubung. Selain itu
juga ada saklar internalnya yang terputus. Hal tersebut sama persis pada kerja
tombol push button, hanya berbeda pada kekuatan untuk menekan tombolnya.
Saklar internal inilah yang disebut sebagai kontak NO (Normally Open= Bila
coil contactor atau relay dalam keadaan tak terhubung arus listrik, kontak
internalnya dalam kondisi terbuka atau tak terhubung) dan kontak NC (Normally
Close= Sebaliknya dengan Normally Open). Seperti dijelaskan pada gambar
dibawah ini sebagai berikut.

Gambar 10. Penjelasan NO dan NC


Relay dianalogikan sebagai pemutus dan penghubung seperti halnya
fungsi pada tombol (Push Button) dan saklar (Switch)., yang hanya bekerja pada
arus kecil 1A s/d 5A. Sedangkan Kontaktor dapat di analogikan juga sebagai
sebagai Breaker untuk sirkuit pemutus dan penghubung tenaga listrik pada beban.
Karena pada Kontaktor, selain terdapat kontak NO dan NC juga terdapat 3 buah
kontak NO utama yang dapat menghubungkan arus listrik sesuai ukuran yang
telah ditetapkan pada kontaktor tersebut. Misalnya 10A, 15A, 20A, 30A,
50Amper dan seterusnya. Seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 11. kontak internal pada Kontaktor

Gambar 12. kontak Internal pada Relay


2.9.2 Time Delay Relay (Timer) dan Thermal Over Load Relay (Tripper)

Sebagaimana yang telah diterangkan diatas, maka pada kedua komponen


ini Timer dan Tripper juga mempunyai kontak NO dan NC. Dan yang
membedakannya hanya pada kondisi pengaktifannya saja.

Gambar 13. Timer

Kontak NO dan NC pada Timer (Time Delay Relay) akan bekerja ketika
timer diberi ketetapan waktunya, ketetapan waktu ini dapat kita tentukan pada
potensiometer yang terdapat pada timer itu sendiri. Misalnya ketika kita telah
menetapkan 10 detik, maka kontak NO dan NC akan bekerja 10 detik setelah kita
menghubungkan timer dengan sumber arus listrik. Perhatikan gambar Timer di
bawah ini.

Gambar 14. Struktur Timer


Gambar 15. TOR

Sedikit berbeda dengan kontak NO dan NC yang terdapat di Timer, pada


Tripper (Thermal Over Load Relay) kontak NO dan NC nya bekerja karena
mendapat daya tekan dari bimetal trip yang terdapat di dalamnya. Bimetal Trip ini
akan melengkung apabila resistance wire dilewati arus lebih besar dari
nominalnya dan menekan lengan kontak, sehingga kontak NC berubah menjadi
kontak NO.

Kegunaan NO dan NC

Setelah paham bagaimana kerja kontak NO dan NC yang terdapat pada


peralatan tersebut diatas,maka saya sarankan untuk mempelajari bagaimana
kontak NO NC tersebut digunakan semaksimal mungkin untuk sebuah rangkaian
pengendali pada rangkaian utama.
BAB III
ANALISA
3.1 Analisa Rangkaian Kontrol

PB K3 Sensor 3 K2 Sensor 2 K1
ON

PB
T Sensor 1
OFF

K3 K2 K1 Timer

Netral

Conveyor 3 Conveyor 2 Conveyor 1

Gambar 16. Rangkaian Kontrol

Bila PB ON ditekan maka arus mengalir ke K3 (conveyor 3) sehingga


anak kontak K3 menutup. Untuk sensor 3 bila benda (pelat besi) jalan dan dibaca
oleh sensor 3 maka conveyor 2 (K2) hidup. Sedangkan sensor 2 menutup bila
pelat besi dibaca oleh sensor proximity, timer menghitung sampai 50 sekon
sehingga anak kontak timer membuka hingga conveyor 2 mati. Bila pelat besi
sudah terbaca oleh sensor 1 maka conveyor 1 mati. Hanya conveyor 3 yang hidup,
untuk mematikannya dengan menekan tombol push button off.
3.2 Analisa Ledder Diagram
Ledder diagram terdiri dari tiga anak tangga ledder dimana setiap anak
tangga terdiri dari input dan output.

Gambar 17. Ledder Diagram pada CX Programmer

Gambar 18. Ledder Diagram pada CX Designer


3.3 Algoritma Pemrograman
1. Buat rangkaian Start – Stop Untuk mengaktifkan Conveyor 3
2. Sensor 3 mengaktifkan Conveyor 2
3. Sensor 2 mengaktifkan Conveyor 1 dan Timer ,Sensor 1 mematikan Conveyor
1.

Gambar 19. Conveyor di Sketchup Pro 2018

Kebanyakan conveyor pada Industri menggunakan pengawatan atau


rangkaian daya dengan sistem DOL (Direct On Line) atau Start-Stop dan juga
yang memakai rangkaian pengawatan Foward – Reverse, start delta sesuai dengan
keperluan industri tergantung dengan jenis motor yang digunakan di industri.
Gambar 20. Panel Conveyor di Sketchup Pro 2018

MCB MCB MCB

Kontaktor 2 Kontaktor 1

Kontaktor 3

TOR TOR TOR

M M
M

Conveyor 3 Conveyor 2 Conveyor 1

Gambar 21. Pengawatan Conveyor


Pengawatan pada PLC OMRON CPH 1

Sensor 2
Sensor 1

Sensor 3
PB PB
OFF 1

com 00 01 02 03 04

CP1H

- + 01 02 03
CH 010
com

-
AC
+
Conveyor 2
Conveyor 1

Conveyor 3

Gambar 22. Pengawatan PLC


Start

Convayor 3

Sensor 3

Convayor 2

Sensor 2

Convayor 1

Timer

Sensor 1

Stop

Gambar 23. Timming Chart

Gambar 24. Gambar Ilustrasi Kerja Conveyor


BAB III
KESIMPULAN

Dari hasil Praktek Online Otomasi Listrik Mendesain Instlasi Conveyor


dengan menggunakan PLC Omron memakai Software CX Programmer dan CX
Design maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Bahwa conyever yang digunakan pada Industri dapat dimodifikasi sesuai


dengan kebutuhan motor yang digunakan dalam industri tapi kebanyakan pada
industri mempergunakan motor sinkron dalam operasional conveyor.
2. Conveyor digunakan dalam pengangkutan barang agar mempermudah
pekerjaan dan memperkecil biaya operasional.
3. 3 Conveyor pada job sheet ini hidup bergantian dari barang (pelat besi) baik
dari gudang sampai ke conveyor 1 hidup bergantian.
4. Mula-mula conveyor 3 hidup setelah itu conveyor 2 hidup dan terakhir
conveyor 1 hidup.
5. Input hidup conveyor 3 oleh Push Button (Start), hidup conveyor 2 oleh
sensor 3 dan begitu juga hidup conveyor 1 oleh sensor 2.
6. Untuk mematikan conveyor 1 oleh sensor 1 bila plat besi sudah dideteksi oleh
sensor tersebut. Sedangkan untuk sensor 2 dimatikan oleh timer dan conveyor
3 dimatikan dengan tekan Push Button off.
DAFTAR PUSTAKA

[1] https: //www.dnm.co.id/pengertian-conveyor-dan-bagiannya


[2] https: //conveyorsakti.blogspot.com/2017/11/pengertian-conveyor.html
[3] https://neracasolusi.blogspot.com/2016/08/pengertian-dan-macam-macam-
conveyor.html
[4] James D. 2008. Perancangan Sistem Conveyor. Jakarta (ID): Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
[5] Arie J. 2001.Conveyor. Surabaya(ID) : Institute Teknologi Sepuluh
Nopember.

Anda mungkin juga menyukai