Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

ADAFTASI FISIOLOGIS DALAM MASA KEHAMILAN

OLEH

KELOMPOK 1

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1.BQ SOLIHAN
2.LIZA SILVIA RAHMAWATI
3.LINA HILALIANTI
4.SRI HASNETI
5.SRI SUNARTI
6.RIZKIKA DHEA WIMAYANI
7.CANDRIKA IMANDA SALSABILA
8.FRISCAOLIVIA PUTRI AURALIA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIN 2019/2020
BAB 1
PEMBAHASAN
2. FERTILISASI DAN IMPLANTASI ( TANDA PASTI DAN TIDAK PASTI
KEHAMILAN )

A. PENGERTIAN FERTILISASI/KONSEPSI

Konsepsi didefenisikan sebagai pertemuan antara sperma dan sel telur yang menandai awal kehamilan.
Peristiwa ini merupakan rangkaian kejadian yang meliputi pembentukan gamet (sel telur dan sperma),
ovulasi (pelepasan telur), pengabungan gamet dan implantasi embrio didalam uterus :

1. Ovum

ovum merupakan sel terbesar pada badan manusia. Setiap bulan satu ovum atau kadang-kadang lebih
menjadi matur, denan sebuah penjamu mengelilingi sel pendukung.Saat ovulasi, ovum keluar dari folikel
ovarium yang pecah. Ovum tidak dapat berjalan sendiri. Kadar estrogen yang tinggi meningkatkan
gerakan tuba uterina, sehingga silia tuba tersebut dapat menangkap ovum dan menggerakkannya
sepanjang tuba menuju ringga rahim.

Ada dua lapisan pelindung yang melindungi ovum. Lapisan pertama berupa membran tebal tidak
berbentuk, yang disebut zona pellusida.lingkaran luar yang disebut korona radiata,terdiri dari sel-sel oval
yang dipersatukan oleh asam hialuronat. Ovum dianggap subur selama 24 jam setelah ovulasi. Apabila
tidak difertilisasi oleh sperma, ovum berdegenerasi dan direabsorpsi.

Pada waktu ovulasi sel telur yang telah masak dilepaskan dari ovarium. Dengan gerakan seperti menyapu
oleh fimbria tuba uterina, ia ditangkap infundibulum. Selanjutnya ia masuk kedalam ampulae sebagai
hasil gerakan silia dan kontraksi otot. Sebuah ovum mungkin ditangkap /masuk kedalam infundibulum
tuba yang berlawanan.

Keadaan ini disebut migrasi eksterna.ovum biasanya dibuahi dalam 12 jam setelah ovulasi dan akan mati
dalam 12 jam bila tidak segera dibuahi.

2. Spermatozoa

Spermatozoa terdiri 3 bagian yaitu:


a. Kaput(kepala) yang mengandung bahah nukleus.

b. Ekor berguna untuk bergerak

c. Bagian silindrik, menghubungkan kepala dan ekor.

Pada saat coitus kira-kira 3-5 cc semen ditumpahkan kedalam fornik posterior, dengan jumlah
spermatozoa sekitar 200-500 juta. Dengan gerakan ekotrnya sperma masuk kedalam kanalis servialis.

Di dalam rongga uterus dn tuba gerakan sperma terutama disebab kan oleh kontraksi otot-otot pada organ
tersebut. Sperma tozoa ,kira-kira 1 jam setelah coitus. Ampula tuba merupakan tempat terjadinya
fertilisasi. Hanta beberapa ratus sperma yang bisa mencapai tempat ini. Sebagian besar mati sebagai
akibat keasaman vagina, sebagian lagi hilang/ mati dalam perjalanan. Sperma dapat bertahan dalam
saluran reproduksi wanita sampai empat hari.

3. fertilisasi

penghamilan(fertilisasi) adalah terjadinya pertemuan dan persenyawaan antara sel mani dan sel telur.
Konsepsi/ fertilisasi/pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur dituba
fallopi(rustam mochtar,1998:18). Sedangkan menurut (manuaba,1998:99) konsepsi/fertilisasi/pembuahan
adalah pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa dan membentuk zigot. JadiFertilisasi adalah proses
peleburan/ penyatuan antara satu sel sperma dengan satu sel telur (ovum) yang sudah matang dan
membentuk zigot yang umumnya terjadi pada sepertiga dari panjang saluran telur yaitu di ampulla tuba
fallopi.

Bagian ini adalah bagian terluas dari saluran telur dan terletak dekat dengan ovarium.

• Untuk terjadinya setiap kehamilan harus ada:

1. ovum (sel telur), terdapat nukleus, mengandung vitelus, zona pelusida, korona radiata, siap dibuahi
setelah 12 jam.

2.Spermatozoa (sel mani), kepala(lonjong& sedikit gepeng=> hialuronidase), leher, ekor(panjangnya 10


kali panjang kepala, bertahan hidup selama 3 jam dalam genitalia.

3. Pembuahan(konsepsi=fertilisasi)

4. Nidasi(implantasi)

5. plasentasi
6. Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.

Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam saluran telur.
Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu diingat bahwa pada saat
sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu menbuahi oosit. Mereka harus mengalami
kapasitasi dan reaksi akrosom.

Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita, yang pada manusia
berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu itu, suatu selubung glikoprotein dari protein-protein plasma
semen dibuang dari selaput plasma, yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang
mengalami kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi akrosom Reaksi akrosom
terjadi setelah penempelan ke zona pellusida dan diinduksi oleh protein-protein zona. Reaksi ini
berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara lain
akrosin dan zat-zat serupa tripsin.

Pada fertilisasi mencakup 3 fase:

1. penembusan korona radiata

2. penembusan zona pelusida

3. fusi oosit dan membrane sel sperma

fase 1 : penembusan korona radiata

Dari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita, hanya 300-500 yang
mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk pembuahan, dan diduga
bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan membuahi untuk menembus sawar-sawar
yang melindungi gamet wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona.

Fase 2 : penembusan zona pelusida

Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang mempermudah dan
mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom
memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga akan bertemu dengan membrane plasma oosit.
Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh permukaan oosit.

Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul korteks yang melapisi
membrane plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida
(reaksi zona) untuk menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat tempat reseptor bagi
spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di
zona pelusida tetapi hanya satu yang menembus oosit.

Fase 3 : penyatuan oosit dan membrane sel sperma

Segera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma sel tersebut menyatu.
Karena selaput plasma yang menbungkus kepala akrosom telah hilang pada saat reaksi akrosom,
penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang
kepala sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki sitoplasma oosit, tetapi
selaput plasma tertingal di permukaan oosit.

Setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan 3 cara yang berbeda :

1. reaksi kortikal dan zona : sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit

a. selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lain

b. zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah penambatan dan penetrasi sperma
dengan cara ini terjadinya polispermi dapat dicegah.

2. melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya segera
setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel anaknya hamper tidak mendapatkan sitoplasma dan
dikenal sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definitive. Kromosomnya (22+X)
tersusun di dalam sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai pronukleus wanita.

3. penggiatan metabolic sel telur. Factor penggiat diperkirakan dibawa oleh spermatozoa. Penggiatan
setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi kembali peristiwa permulaan seluler dan molekuler
yang berhubungan dengan awal embriogenesis.

Saat fusi antara sel membran sperma dengan sel telur sudah terjadi maka terjadi 3 peristiwa penting pada
oosit :

1. Depolarisasi membran sel telur sehingga terjadi blokade primer terhadap polispermia ( spermatozoa
lain tak dapat masuk kedalam sel telur ). Hanya satu pronukelus pria yang dapat berfusi dengan
pronukleus wanita dan menjaga keadaan diploid dari zygote.

2. Reaksi kortikal. Menyebabkan zona pellucida menjadi keras sehingga mencegah sperma lain untuk
berikatan dengan zona pellucida. Terjadi blokade sekunder terhadap polispermia.

3. Pembelahan meiosis II pada sel telur. Badan polar II terbentuk dan dikeluarkan dari sel telur sehingga
memastikan bahwa pronukelus wanita bersifat haploid. Sekali lagi , hal ini akan menjaga agar zygote
tetap diploid. Kegagalan untuk menjaga sifat diploid pada hasis konsepsi sering menyebabkan kegagalan
proses kehamilan.

Fertilisasi sendiri dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :

a)Fertilisasi eksternal (khas pada hewan-hewan akuatik): gamet-gametnya dikeluarkan dari dalam
tubuhnya sebelum fertilisasi

b)Fertilisasi internal (khas untuk adaptasi dengan kehidupan di darat): sperma dimasukkan ke dalam
daerah reproduksi betina yang kemudian disusul dengan fertilisasi.Setelah pembuahan, telur itu
membentuk membran fertilisasi untuk merintangi pemasukan sperma lebih lanjut.Kadang-kadang sperma
itu diperlukan hanya untuk mengaktivasi telur.

Berikut ini gambaran detil proses pembuahan, yaitu:


 Sel telur dikeluarkan dari permukaan ovarium sekitar hari ke 14 dari siklus haid. Sel telur ini
ditangkap oleh ujung saluran telur (tuba Fallopii) yang berbentuk corong, kemudian berjalan di dalam
tuba karena adanya kontraksi otot.

Fertilisasi atau pembuahan oleh satu sperma umumnya terjadi pada sepertiga dari panjang saluran telur
 Sel yang sudah dibuahi akan membelah diri dalam 24 jam.

Pembelahan berulang-ulang akan membentuk bola sel yang disebut zigot.

 Zigot terus membelah diri selama berjalan di dalam saluran.

 Di dalam bola sel terbentuk rongga kecil berisi cairan yang disebut blastosit.

 Blastosit sampai di rongga rahim.

 Implantasi terjadi sekitar hari ke 6, biasanya bagian atas rahim di sisi ovarium mengeluarkan sel telur.
Pada hari ke 10, embrio sudah tertanam erat. Masa embrionik ini dimulai sejak momen ini sampai minggu
ke-8. Setelah minggu kedelapan, embrio disebut sebagai janin.0

Setelah berada dalam sel telur, sitoplasma sperma bercampur dengan sitoplasma sel telur dan membran
inti (nukleus) sperma pecah. Membran yang baru terbentuk di sekeliling kromatin sperma membentuk
pronukelus pria.

Membran inti oosit yang baru juga terbentuk di sekelilingpronukleus wanita. Sekitar 24 jam setelah
fertilisasi, kromosom memisahkan diri dan terjadilah pembelahan sel pertama.

Hal penting dalam proses fertilisasi:

o Penyatuan spermatozoa dan oosit II untuk membentuk sel diploid zigot.

o Fertilisasi terjadi di ampula tuba.

o Ovum mengerluarkan zat gynogamon yang terdiri dari fertilizin.

o Spermatozoa mengeluarkan zat androgamon.

o Kapasitasi di sperma pengkondisian sperma dan akrosomnya untuk menembus membran sel.

o Reaksi akrosom

Sperma melepas enzim untuk mencerna sel corona radiata dari zona pelusida untuk menembus oosit.

o Fusi pronukleus

Sperma yang menembus oosit kehilangan flagelum dan membran nukleusnya sehingga pronukleus betina
dan jantan bersatu, DNA nya bereplikasi dan kromosomnya berbaris pada bidang ekuator serta
pembuahan mitosis pertama langsung terjadi.

 Hasil utama konsepsi/fertilisasi/ pembuahan:


1. pengembalian menjadi jumlah kromosom diploid lagi, separuh dari ayah dan separuhnya dari ibu. Olah
karena itu, zigot mengandung kombinasi kromosom baru yang berbeda dari kedua orang tuanya.

2. Pewarisan sifat-sifat (separu sifat ibu dan separuh sifat ayah)

3. Ini disebabkan karena zigot mengandung separuh sifat ibunya dan separuh ayahnya.

a. Penentuan jenis kelamin

b. Jenis kelamin ditentukan diawal terjadinya pembuahan. Pada manusia struktur (46, xy) adalah wanita,
sedangkan (46,xx) adalah laki-laki.

c. Permulaan pembelahan segmentasi(cleavage)

d. Segera setelah terjadinya pembuahan, zigot dalam 8-14 jam akan memulai pembelahan segmentai
pertama, yang disusul dengan pembelahan-pembelahan selanjutnya dengan kecepatan tiap 10-12 jam.

B. IMPLANTASI

PENGERTIAN IMPLANTASI/NIDASI

Nidasi atau impalntasi adalah peristiwa tertanamnya/ bersarangnya sel telur yang telah dibuahi(fertilized
egg) kedalam endometrium, Atau Implantasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium terjadi pada hari ke 6 (blastula).

sel telur yang telah dibuahi(zigot)akan segera membelah dirimembentuk bola padat terdiri atas sel sel
anak yang lebih kecil yang disebut blastomer. Pada hari ketiga, bola tersebut terdiri atas 16 sel blastomer
dan disebut morula.pada hari ke 4 didalam bola tersebut mulai terbentuk rongga, bangunan ini disebut
blastula.

• Dua stuktur penting didalam blastula adalah:

1. Lapisan luar yang disebut trofoblas, yang akan menjadi plasent

2. Embrioblas (inner cell mass) yang kelak akan menjadi janin.

Pada hari ke 4 blastula masuk kedalam endometrium dan pada hari ke 6 menempel pada endometrium.
Pada hari ke 10 seluruh blastula(blastokis) sudah terbenam dalam endometrium dan dengan demikian
nidasi sudah selesai. Nidasi terjadi mungkin karena trofoblast mempunyai daya untuk menghancurkan
sel-sel endometrium. Hancuran endometrium dipergunakan sebagai bahan makanan oleh telur. Tempat
nidasi biasanya pada dinding depan dan dinding belakang didaerah fundus uteri.

Pembuluh darahn endometrium pecah dan sebagian wanita akan mengalami perdarahan perdarahan
ringan akibat implantasi (bercak darah atau perdarahan ringan pada saat seharusnya terjadi menstruasi
berikutnya).

Vili korion yang berbentuk seperti jari, terbentuk diluar trofoblas dan menyusup masuk kedalam daerah
yang mengandung banyak pembuluh darah dan mendapat oksigen dan gizi dari aliran darah ibu serta
membuang karbondioksida dan produk sisa kedalam darah ibu.
Setelah implantasi, endometrium disebut desidua. Desidua yang terdapat antar sel telur dan dinding rahim
disebut desidua basalis. Bagian yang menutup blastosis atau desidua yang terdapat antara telur dan cavum
uteri ialah desidua kapsularis dan bagian yang melapisi sisa uterus adalah desidua vera.

Faktor-faktor yang diperlukan agar proses implantasi berlangsung dengan baik ada 3 :

1. Leukemia inhibiting factor , suatu sitokin.

2. Integrin , interaksi antar sel.

3. Transforming growth factor beta , stimulasi pembentukan sinsitium dan menghambat invasi trofobla.

B. JENIS-JENIS IMPLANTASI

Berdasarkan kedalaman proses implantasi bisa kita bedakan atas tiga yaitu:

1. implantasi interstitial/profundal. yaitu blastosis menembus lapisan epitel rahim dan berkembang di
dalam endometrium

2. implantasi eksentrik yaitu blastosis terletak di dalam suatu kripta atau lipatan selaput lendir rahim.
Implantasi ini terjadi pada rodensia

3. implantasi superfisialisentral yaitu Implantasi superficial (sentral) yaitu blastosis ada di ruangan lumen
rahim.

• Implantasi profundal dan eksentrik terjadi pada hewan-hewan dengan proses implantasi secara invasive.
sedangkan implantasi superfisial terjadi pada hewan-hewan dengan proses implantasi secara non invasive.

• Implantasi interstisial terjadi pada manusia, sipanse dan marmut dimana invasi embrio merusak jaringan
‘stroma uterus sedemikian dalam kemu dian embrio masuk kedalam stroma dan permukaan uterus akan
menutup daerah bekas masuknya embrio.

• Pada implantasi eksentrik seperti pada monyet, resus, anjing, kucing dan tikus kerusakan stroma terjadi
hanya sebagian dan embrio yang berkembang masih berhubungan dengan lumen uterus. Pada implantasi
superfisial seperti pada kuda, babi,sapi, domba dan kambing, perlekatan hanya terjadi pada permukaan
uterus dan relatif tidak terjadi.

2. Proses terjadinya Implantasi


Implantasi adalah proses bersarangnya blastosis dalam rahim, sehingga terjadi hubungan antara selaput
ekstra embrionik dengan selaput lendir rahim. Pada reptilia, unggas bertelur, implantasi berarti proses
melekatnya blastosis pada kuning telur oleh karena embrio berkembang di luar tubuh induk.

Pada waktu terjadi implantasi, blastosis berperan aktif. Dengan teknik sinematografi dapat diperlihatkan
bahwa dari blastosis ada penjuluran kaki palsu menembus lapisan epitel rahim. Pada stadium progestasi,
rahim mampu mengimplantasi sepotong jaringan otot / tumor.

Keadaan ini menunjukkan bahwa rahim juga aktif pada waktu implantasi. Sinkronisasi antara blastosis
dan kesiapan endometrium merupakan faktor penting untuk kesempurnaan implantasi. keterlambatan
perkembangan atau keterlambatan blastosis masuk ke dalam rahim atau endometrium belum siap
menerima blastosis mengakibatkan kegagalan implantasi. Sinkronisasi antara blastosis dan keadaan rahim
penting pada proses pelaksanaan transfer embrio.

Menjelang terjadi implantasi, zona pelusida lenyap dengan jalan lisis. Sebelum implantasi, cairan
blastosul mengandung banyak ion kalium dan bikarbonat. Bahan ini berasal dari cairan rahim. Setelah
terjadi implantasi, jumlah kalium dan bikarbonat berkurang, sehingga sama dengan kadar yang terdapat di
dalam serum induk. Tetapi kadar protein dan glukosa fosfor serta klori yang mula-mula rendah menjadi
tinggi, sehingga mencapai kadar seperti di dalam serum induk.

Menurunnya kadar bikarbonat mungkin akibat meningkatnya kadar ensim karbonik anhidrase di dalam
endometrium rahim. Kadar ensim meningkat menyebabkan asam karbonat terurai menjadi CO2 dan O2
yang akan dikeluarkan melalui peredaran darah induk.

Pelepasan bikarbonat dari blatosis tropoblas melekat pada selaput lendir rahim, dengan demikian
memperlancar implantasi. Setelah zona pellusida lenyap, sel-sel tropoblas langsung berhadapan dengan
epitel rahim dan sel-sel tersebut berproliferasi.

Pada saat itu blastosis berubah menjadi semacam gelembung, panjangnya bisa lebih dari beberapa
sentimeter dan cakram embrio berupa suatu penebalan dibagian tengah gelembung tersebut.

1. Pembentukan plasenta dan perkembangan.

PLASENTA

Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan
tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan plasenta
biasanya di tengah. Keadaan ini disebut insersio sentralis. Bila hubungan ini agak ke pinggir,
disebut insersio lateralis, dan bila dipinggir plasenta, disebut insersio marginalis. Kadang-kadang
tali pusat berada di luar plasenta, dan hubungan dengan plasenta melalui selaput janin, jika
demikian, disebut insersio velamentosa.

Umumnya plasenta terbentuk lengkap pda kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan
ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Meskipun ruang amnion membesar sehingga
amnion tertekan ke arah korion, namun amnion hanya menempel saja, tidak sampai melekat pada
korion.

Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak keatas kearah
fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian kearah korpus uteri lebih luas,
sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya
berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu villi koriales yang berasal dari korion, dan
sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.

Daerah ibu yang berada diruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di
desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air
mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiloden-
kotiloden janin. Darah tersebut membasahi semua villi koriales dan kembali perlahan-lahan
dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.

Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus)
untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat pula suatu
ruang vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Ruang
ini disebut sinus 9marginalis.

Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan menaik dari 300ml tiap menit
pada kehamilan 20 minggu sampai 600ml tiap pada kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang
interviller tanpa villi koriales mempunyai volume lebih kurang 150-250ml. Permukaan semua
villi koriales diperkirakan seluas lebih kurang 150-250ml. Permukaan semua villi koriales
diperkirakan seluas lebih kurang 11 m. Dengan demikian, pertukran zat-zat makanan terjamin
benar.

Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada


kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari villi tidak berubah, akan tetapi dari lapisan
sitotrofoblas sel-sel berkurang da hanya ditemukan sebagi kelompo-kelompok sel-sel, stroma
jonjot menjadi lebih padat, mengandung fogosit-fogosit, dan pembuluh-pembuluh darhnya
menjadi lebih besar dan lebih mendaekati lapisan trofoblas. Pada kehamilan 36 minggu sebagian
besar se-sel sitotrofoblas tak ada lagi, akan tetapi antara sirkulasi ibu dan janin selalu ada lapisan
trofoblas. Lagi pula, terjadi kalsifikasi pembuluh-pembuluh darah dalam jonjot-jonjot dan
pembentukan fibrin di permukaan beberapa jonjot. Kedua ini terakhir ini mengakibatkan
pertukaran zat-zat makanan, zat aasam, dan sebagiannya antara ibu dan janin mulai terganggu.

Deposit fibrin ini dapat terjadi sepanjang masa kehamilan. Sedangkan banyaknya juga
berbeda-beda. Jika banyak, maka deposit ini dapat menutup villi dan villi itu kehilangan
hubungan dengan darah ibu, lalu bergenerasi. Dengan demikian, timbullah infark. Disamping itu,
spiral arteries yang memberi darah ke ruang innterviller dapat menggandakan spasme oleh salah
satu sebab, sehingga darah mengalir perlahan-lahan, sehingga timbul pembekuan setempat.
Dapat dimengerti bahwa villi disekitar tempat tersebut dapat mengalami proses degenerasi
dengan deposit fibrin dan kalsifikasi, timbul pulalah disini apa yang dinamakan infark. Peredaran
darah antara uterus dan plasentadewasa ini dapat diukur secara doppler untrasound hingga dapat
diperkirakan kemungkinan adanya kelainan padaa janin dengan mengukur flow velocity
waveforms (FVM) bentuk kecepatan gelombang sirkulasi darah.

FUNGSI PLASENTA

Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Untuk pertumbuhan ini dibutuhkan kan
pada janin nutritive sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme ekskresi. Sebagai alat yang
memberikan zat asam dan mengeluarkan CO2 respirasi. Sebagai alat yang membentuk hormon. Sebagai
alat menyalurkan sebagai antibodi ke janin dan mungkin hal-hal yang belum diketahui. Perlu
dikemukakan bahwa plasenta dapat dilewati kuman-kuman dan obat-obat tertentu. Penyaluran zat
makanan dan zat lain dari ibu ke janin dan sebaliknya harus melewati lapisan trofoblas plasenta. cepatnya
penyaluran zat-zat tersebut tergantung pada konsentrasinya di kedua belah lapisan trofoblas, tebalnya
lapisan trofoblas besarnya nya permukaan yang memisahkan dan jenis zat. Difusi air melalui lapisan
trofoblas sama dengan difusi lewat membran sel di seluruh tubuh. Halogen seperti bromid, fluorid, iodit,
tidak seberapa cepat melintasi lapisan trofoblas seperti garam kalsium. dari alkali adalah natrium dan
kalium yang mudah dan cepat disalurkan. Lebih tua kehamilan dan lebih tipis lapisan trofoblas, lebih
mudah natrium melintasi lapisan trofoblas. Zat amino, urea, asam urat juga sebagai gas disalurkan dengan
cara difusi dari yang berkonsentrasi tinggi ke yang terjadi pula zat-zat lain dalam konsentrasi yang jauh
lebih tinggi dalam plasma ibu Bu disalurkan secara aktif dengan sistem enzim yang kompleks. Obat pun
disalurkan melintasi plasenta seperti bahan makanan. kecepatan penyaluran ini tergantung dari mudah
atau tidaknya obat tersebut dilarutkan dan juga dari tebalnya trofoblas. Seperti telah dikemukakan di
depan makin tua kehamilan makin trofoblas jadi lebih cepat lah obat dapat melintasi plasenta.
plasenta adalah suatu barier atau penghalang terhadap bakteri dan virus akan tetapi tidak efektif dan
dewasa ini diragukan sekali titik-titik bakteri bakteri dan virus virus tertentu yang beredar dalam darah
ibu dapat melewati plasenta dan menyebabkan kelainan pada janin titik yang terkenal adalah pada
penyakit rubella. Bila infeksi terjadi pada trimester pertama 12 minggu pertama kehamilan maka ibu yang
bersangkutan akan melahirkan bayi bercacat 15 sampai 50%. Dalam hal ini terdapat perubahan-perubahan
beranekaragam pada plasenta, tetapi yang pada umumnya berdasar pada tromboflebitis interviller dan
radang periviller.

Plasenta adalah tempat pembuatan hormon hormon khususnya korionik gonadotropin korionik somato
estrogen dan progesteron. fungsi HCG adalah mempertahankan korpus luteum yang membuat estrogen
dan progesteron sampai saat placenta terbentuk sepenuhnya dan dapat membuat sendiri cukup eksogen
dan progesteron. Pada waktu itu kadar HCG juga turun. Korionik somato Mama tropin adalah hormon
protein yang merangsang pertumbuhan mempunyai efek laktogenik. Perubahan dalam metabolisme hidrat
arang dan lemak suatu kehamilan kiranya disebabkan oleh hormon ini. Ekstrogen dalam bentuk estradiol
dan estriol ditemukan dalam konsentrasi lebih tinggi divena uteri daripada di arteri uterina yang berarti
bahwa ekstrogen dibuat di plasenta. Dan ini telah siap dengan proses aromatisasi oleh enzim enzim
dijadikan estron.

Demikian pula dibentuk testosteron yang dengan aromatisasi dijadikan estradiol. Dalam beberapa tahap
oleh enzim-enzim hidroksidehdroepianrosteron sulfat dijadikan 16.bila janin tidak ada seperti pada mola
hidatidosa janin mati, janin tanpa glandula suprarenalis, pada anensefalus, atau bila ada kerusakan pada
enzim enzim di plasenta maka produksi estrogen oleh plasenta dan pengeluaran ekstrogen melalui air
kencing akan lebih rendah. Karena estriol dalam air kencing merupakan ekstrogen yang terpenting dalam
kehamilan dan janin besar peranannya dalam mengobati infeksi pada wanita hamil mengakibatkan gigi
bayi yang sedang tumbuh berwarna lain atau kuning,disamping mempengaruhi pula tumbuhnya tulang-
tulang yang panjang, streptomisin dapat pula bekerja toksik terhadap janin dan menimbul kan tuli.
sulfonamida dapat mengubah metabolisme bilirubin sehingga kemungkinan timbulnya ke mixtures lebih
besar, telah banyak diketahui tentang akibat terhadap janin pada pemakaian analgetika sedativa, obat
penenang dan anestesia pada waktu persalinan.

sebagian besar obat-obat tersebut mudah melintasi plasenta kecuali suksinilkolin dan kura-kura yang
lamban sekali melintasi plasenta
Barbiturat,ether,kloroform,siklopropan,mepridin,morfin,N20,trikloroetilen. Derivat derivat belladona dan
klorpromazim cepat ditemukan kembali di dalam darah tali pusat post partum. maka dari itu bayi segera
sesudah dilahirkan dapat mengalami pernapasan yang tertekan bilamana dosis dan waktu pemberian obat
obat tersebut di atas tidak memperhitungkan bila janin akan lahir.
2. Pertumbuhan dan perkembangan janin

Fisiologi janin

Sewaktu mudigah yolk sac tumbuh yang pada permulaan mempunyai peranan dalam pembentukan dan
peredaran darah hanya berfungsi hingga kehamilan 10 minggu. Limpa, ginjal, hati, dan akhirnya sumsum
tulang ikut menghasilkan sel-sel darah titik Sesudah kehamilan 16 Minggu, tsum-tsum tulang yang yang
menjadi penghasil utama sel-sel darah.

Sel darah yang dihasilkan di Yolk sac sebagian besar terdiri atas megaloblastic yang dihasilkan di hepar
adalah megaloblastik disamping megalosit dan makrositik

Normositik mulai ada setelah sumsum tulang ikut serta dalam hemopoesis. Maka dari itu, pada permulaan
kehamilan sel-sel darah merah janin berinti pada kelanjutan kehamilan jumlah normosit berkurang
sehingga pada akhir kehamilan hanya ditemukan 5 sampai 10 normosit per 100 eritrosit.

Hemoglobin yang dibuat oleh janin adalah hemoglobin fetal (tipe F) dan hemoglobin orang dewasa (tipe
A). Pembuatan hemoglobin tipe A ini makin lama makin banyak titik perbedaan antara kedua tipe
hemoglobin ini ialah eritrosit yang mengandung hemoglobin F mempunyai daya penarik lebih tinggi
terhadap 02 daripada eritrosit yang mengandung hemoglobin A dalam keadaan p02 dan PH darah yang
sama.

Pada kehamilan 8 sampai 10 minggu pembuluh darah janin mulai terbentuk titik dengan alat-alat modern
dewasa ini seperti foetal elektrokardiograf dan ultrasonografi dapat diketahui sedini mungkin Apakah
jantung janin telah berdenyut atau belum titik umumnya denyut jantung dapat dicatat pada minggu ke-12,
dan kan dengan stetoskop laenec baru dapat terdengar pada kehamilan 12 minggu.

Pada kehamilan volume darah Ibu bertambah, agaknya untuk memenuhi kebutuhan adanya sirkulasi ke
plasenta, uterus, dan mama yang membesar dengan pembuluh pembuluh darahnya yang membesar pula.
Volume tersebut mulai bertambah jelas pada minggu ke-16 dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32
kurang lebih 25% dan mulai menurun sedikit pada hampir a term.

Janin mempunyai basal metabolik rate (BMR) yang tinggi, sehingga lebih banyak membutuhkan oksigen
dibandingkan dengan bayi yang telah lahir. Hal ini dapat diatasi dengan adanya konsentrasi hemoglobin
fetus in utero yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi hemoglobin bayi yang telah lahir.
Umumnya kadar hemoglobin fetus lebih kurang 15,5 gram/ml, dan dengan bentuk eritrosit yang
makrositik dan hiperkromik. Daya penarik terhadap oksigen meningkat untuk mengatasi anemia fisiologi
ibu, Sedangkan kebutuhan zat asam Itu sangat tinggi.
Dalam beberapa minggu pertama setelah bayi dilahirkan, keadaan darah janin in utero kembali ke yang
lazim ditemukan pada orang dewasa. Hal ini terjadi oleh karena sel darah merah neonatus kurang lama
dapat bertahan dibandingkan dengan eritrosit orang dewasa, di samping menurunnya kapasitas sumsum
tulang menghasilkan eritrosit. Hemolisis yang terjadi, segera bayi dilahirkan, menimbulkan
hiperbilirubinemia dan Ikterus neonatorum. Dikemukakan bahwa pada sepertiga dari bayi-bayi yang
dilahirkan ditemukan Ikterus yang fisiologik ini. Ini disebabkan oleh karena ketidakmampuan hepar baik
untuk meniadakan sampah hemoglobin itu. Lebih-lebih pada bayi yang prematur.

Pada bayi baru lahir dapat ditemukan polimorfonuklear leukositosis dengan jumlah leukosit sampai 45.
000 per mm³ , meskipun pada umumnya ditemukan rata-rata 20.000. Pada bayi prematur jumlah leukosit
lebih rendah titik umumnya sitosis ini cepat menghilang; sebaliknya, jumlah limfosit meningkat sehingga
dapat dijumpai limfositosis.

Pernapasan

Barcroft mempelajari pusat pernapasan janin. Janin dalam kandungan telah mengadakan gerakan gerakan
pernapasan yang dapat dipantau dengan ultrasonografi aka akan tetapi Likuor Amni tidak sampai masuk
ke dalam alveoli paru-paru. Pusat pernapasan ini dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen dan
karbondioksida di dalam tubuh janin itu titik Apabila satu ritas oksigen meningkat hingga melebihi 50%
maka terjadi tidak tergantung pada konsentrasi karbondioksida. Bila saturasi oksigen menurun maka pusat
pernapasan menjadi sensitif terhadap rangsangan karbondioksida. Pusat itu menjadi lebih sensitif bila
kadar oksigen turun dan saturasi oksigen mencapai 25%.

Keadaan ini dipengaruhi oleh sirkulasi uteroplasenta ( pengaliran darah antara uterus dan plasenta).
Apabila terdapat gangguan pada sirkulasi uteroplasenter sehingga saturasi oksigen lebih menurun,
misalnya pada kontraksi uterus yang tidak sempurna, eklampsia, dan sebagainya Maka terdapat lah
gangguan-gangguan dalam keseimbangan asam dan basa pada janin tersebut pada akibat dapat
melumpuhkan pusat pernapasan janin.

Pada permukaan paru-paru yang telah matur ditemukan lipo lipoprotein yang berfungsi untuk mengurangi
tahanan pada permukaan alveolus dan memudahkan paru-paru berkembang pada penarikan nafas pertama
oleh janin. Pengembangan paru-paru ini disebabkan oleh adanya tekanan negatif dan dalam dada lebih
kurang 40 cm air- karena tekanan paru-paru waktu lahir-waktu bayi menarik nafas pertama kali.

Adanya lipoprotein tersebut di atas, khususnya kadar lesitin yang tinggi, mencerminkan paru-paru itu
telah mengatur titik lesitin adalah bagian utama dari lapisan di permukaan alveoli yang telah Matur itu
dan terbentuk melalui Biosintesis. Pada waktu partus pervaginam khususnya pada waktu badan melalui
jalan lahir, paru-paru seakan-akan tertekan dan diperas sehingga cairan cairan yang mungkin ada di jalan
pernapasan dikeluarkan secara fisiologi dan mengurangi adanya bagian-bagian paru-paru yang tidak
berfungsi segera oleh karena tersumbat.

Yang diperlukan pada keadaan bayi baru lahir tanpa atau dengan asfiksia livide ialah membersihkan
segera jalan nafas dan memberikan pada bayi tersebut oksigen, untuk meningkatkan saturasi oksigen. Hal
ini penting dipahami oleh setiap penolong persalinan

Ketika partus, uterus berkontraksi titik dalam keadaan ini darah dalam sirkulasi uteroplasenta seolah-olah
diperas kedalam Vena umbilikalis dan sirkulasi janin, sehingga jantung janin terutama serambi kanan
berdilatasi titik akibatnya apabila diperhatikan bunyi jantung janin segera setelah kontraksi uterus hilang
akan terdengar melambat titik keadaan ini fisiologik, bukan patologik, dan dikenal sebagai refleks Marey.

Ada yang mengemukakan bahwa timbulnya bradikardia pada his disebabkan oleh adanya asfiksia janin
yang bersifat sementara ada pula yang mengemukakan oleh karena left reflek tali pusat dan mengikatnya
vena cava inferior pada janin. Hon mempelajari bradikardia pada janin sewaktu ada his dengan Fetal heart
rate meter. Ia menemukan denyutan 140 per menit dapat menurun sampai 110-120 pada multipara,
sedangkan pada nulipara kadang-kadang denyutan dapat menurun sampai 60- 70 per menit. Bradikardia
ini terjadi segera pada permulaan his dan menghilang beberapa detik sesudah is berhenti. Hon dan kawan-
kawannya mengemukakan bahwa bradikardia tersebut di atas tidak disebabkan oleh hipoksia janin, Akan
tetapi karena tekanan terhadap kepala janin oleh Jalan lahir pada waktu ada his titik gejala ini biasanya
ditemukan pada permukaan 4 - 8 cm dan bila pada kepala bayi juga diadakan penekanan seperti pada
waktu ada his.

Untuk Klinik penting diperhatikan frekuensi denyutan jantung ini untuk mengetahui apakah ada gawat
janin titik denyutan jantung beberapa detik sesudah haid sebanyak 100 per menit atau kurang
menunjukkan akan adanya gawat janin.

Dalam keadaan normal frekuensi denyut jantung janin berkisar antara 120-140 denyutan per menit.
Ketika partus denyut jantung ini sebaiknya di dengar 1 menit setelah haid terakhir. Cara menghitung
bunyi jantung janin adalah sebagai berikut:

Kita hitung denyut jantung janin dalam 5 detik pertama kemudian 5 detik ke tiga, lima, tujuh dan
seterusnya sampai mencapai 1 menit. Dengan cara ini dapat diperoleh kesan Apakah denyut jantung janin
tersebut teratur atau tidak titik tiap menit mempunyai jumlah tertentu. Jika jumlah per menit berbeda lebih
dari 8 maka denyutan jantung itu umumnya tidak teratur. Jika jumlah denyutan jantung lebih dari 160 per
menit disebabkan adanya takikardia; sedangkan jika kurang dari 120 permenit disebut ada bradikardia.
Dengan mengadakan pencatatan denyut jantung janin yang dikaitkan dengan pencatatan his, dapat
diramalkan ada atau tidak adanya hipoksia pada janin. Takikardia saja kadang-kadang dapat ditemukan
pada ibu yang menderita panas. Dewasa ini pemantauan janin dilaksanakan dengan alat kardiotokograf.

Sirkulasi

Pada janin masih terdapat fungsi : 1] foramen ovalen; 2} duktus arteriosus Botalli; 3} arteria umbilikales
laterals; 4] duktus venosus Aranti. Mula-mula darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari
plasentan, melalui vena umbilikasih, masuk kedalam tubuh janin. Sebagian besar darah tersebut melalui
duktus venosus Arantii akan mengalir ke vena kava inferior pula. Di dalam atrium dekstra sebagai besar
darah ini akan mengalir secara fisiologis ke atrium sinistra, melalui foramen ovale yang yang terletak di
antara atrium dekstra dan atrium sinistra. Dari atrium sinistra selanjutnya darah ini mengalir ke ventrikel
kiri yang kemudian dipompakan ke aorta. Hanya sebagian kecil darah dari atrium kanan mengalir ke
ventrikel kanan bersama-sama dengan darah yang berasal dari vena kava superior. Karena terdapat
tekanan dari paru-paru yang belum berkembang, sebagian besar darah dari vertikel kanan ini, yang
seyogianya mengalir melalui arteria pulmonalis ke paru-paru, akan mengalir melalui duktus botalli ke
aorta.

Sebagian kecil akan menuju ke paru-paru, dan selanjutnya ke atrium sinistra melalui vena pulmonalis ke
paru-paru, akan mengalir melalui duktus botalli ke aorta. Sebagian kecil akan menuju ke paru-paru, akan
mengalir melalui duktus bottalli ke aorta. Sebagian kecil akan menuju ke paru-paru, dan selanjutnya
keatrium sinistra melalui vena pulmonalis. Darah dari aorta akan mengalir seluruh tubuh untuk memberi
nutrisi nasih dan oksigen tubuh, darah dari sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisah
pembakaran dan sebagainya akan dialirkan ke plasenta melalui 2 atreial umbilikalis, seterusnya
diteruskan ke peredarahdarah dikotiledon dan jonjot-jonjot dan kembali melalui vena umbilikalis ke
janin. Demikian seterusnya, sirkulasi jani ini berlangsung ketika jani berada di dalam uterus.

Ketika janin di lahirkan, segerah bayi megisap udarah dan menanggis kuat. Dengan demikian, paru-
paru akan berkembang. Tekanan dalam paru-paru mengecil dan seorah-olah darah terisap ke dalam paru-
paru demikian, duktus botalli tidak berfunsi lagi. Demikian pula, karena tekanan dalam atrium kiri
meningkat foramen ovale akan tertutup, sehingga foramen tersebut selanjutnya tidak berfungsi lagi.akibat
di potong dan diikatnya tali pusat, arteria umbilikalis dan duktus venosus aratii akan mengalami
obiliterasi, dengan demikian, setelah bayi lahir, maka kebutuhan oksigen di penuhi oleh udarah diisap ke
paru-paru dan kebutuhan nutrisi dipenuhi oleh makanan yang dicerna dengan system percernaan. Dewasa
ini dapat dipantau peredarahdarah janin dan denyutan-denyutan di tali pusat.
Traktus digestivus

Pada kehamilan empat bulan alat pencernaan ini teleh cukup bentuk dan janin telah menelan air ketubang
dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga dengan demikian jani membantu pula dalam perputaran air
ketubang. Absorpsi air ketubang terjadi melaui mukosa seluruh traktus digestifus. Bahwa janin menelan
air ketubang, dapat di buktikan dengan adantya lanugo, vernis kaseosa dimekonium, setelah bayi di
lahirkan Warna hijau tua meconium disebabakan oleh penghacuran bilirubin. Meconium dapat keluar per
anum bila timbul hipoksia berat, sehingga unsur-unsur mengadakan peristaltik, sedangkan muskulus
sfingter ani dalam keadaan lumpuh. Dengan demikian mekonium mencampuri likuor amnii, yang
kemudian berwarna kehijauh –hijauhan. Juga bila ada tekanan di dalam uterus yang meningkat hingga
menekan isi abdomen janin, umpamanya pada jani dalam letak sungsang, mekonium secara mekanik
keluar dari anus. Juga obat yang meningkatkan mekanisme peristaltic pada ibu, dapat pula
melaluiplasenta dan memberi akibat yang sama pada janin. Pada umumnya janin menelan rata-rata 450
ml air ketubang setiap harinya.

Hepar janin pada kehamilan empat bulan mempunyai peranan dalam hemopoesis. Pula dalam
metabobolisme hidrat arang mulai berperan. Glikogen mulai disimpan dalam hati, yang pada akhir
triwulan makin meningkat. Sesudah bayi dilahirkan, simpanan glikogen ini cepat terpakai. Vitamin A dan
D disimpan juga dalam hati.

Bahwa hepar janin masih imatur dalam funsinya selama dalam kandungan dan pula sesudah dilahirkan,
dinyatakan oleh ketidak kemampuannya untuk meniadakan bekas penghacuran darah dari peredarah
darah. Plasenta dan hati ibu menyelesaikan ini. Akan tetapi, sebagian kecil bilirubin dioleh oelh haper
janin dan disalurkan ke usus melalui saluran empedu dimana dialami oksidsi dijadikan billi ferdi.
Pingmen.

Inilah yang membuat warna mekonium kehijauhan-hujauhan. Pada umumnya plasenta dapat meniaadakan
dengan cepat bekas-bekas metabolisme bilirubin. Akan tetapi keadaan di mna hemolisis darah terlalu
cepat. Umpamanya dalam hal eritroblastosis fetalis, mekanisme diplasenta tidak dapat mengatasinya.
Akan timbul hiperbillirubi nemia pingmen yang akibatnya dapat ditemukan di dalam air ketubang.
Adanya pingmen tersbut dalam likuor amnii dipakai untuk membuat diagnosis dan mengadakan penilaian
kehamilan demikian itu Imaturitas heparia menyakut fungsinya dalam sistem enzim ialah mengenai
kekurangan enzim glukorunil traferase, yang terjadi hingga dalam masa neonatus dan dalam waktu yang
berbeda-beda. Terutama ini terjadi pada bayi permatur yang tidak mudah meniaadakan hasil pengolahan
hemonglobin melalui heparnya. Timbulnya ikterus neonatorum dalam hal ini agaknya disebabakan oleh
hal tersebut diatas
Pagreas telah mulai berfungsi meskipun aman terbatas. Insuli telah dapat ditemukan pada kehamilan 13
minggu dan produksinya meningkat dengan tuannya kehamilan. Pada ibu dengan diabetes melituss dapak
adanya hipertrofi sel-sel langerhas. Akan tetapi, bukti bahwa insulin janin membantu ibunya dalam hal
diabetes melitus belum ada.

Traktus urinarius

Glomerulus di ginjal mulai dibentuk dalam krortes renalis pada janin umur 8 minggu. Jumlahnya pada
kehamilan 20 minggu diperkirakan 350 ribu dan pada akhir kehamilan 800 20 ribu

Ginjal janin mulai berfungsi pada kehamilan 3 bulan, dan didalam kandung kencing janin telah dapat
dijumpai air kencing yang kemudian dikeluarkan ke likuor amnii. Air kencinya dikeluarkan oleh ginjal
janin itu amat hipotonik yang berisi sedikit sekalih elektrolik oleh karena alat ekskresi pada waktu
kehamilan iyalah plasenta. Kapasitas kandung kencing pada bayi baru dilahirkan diperkirakan 44 ml dan
produksi air kencingnya rata-rata 0,05 -0,10 ml per menit. Pada bayi berumur 3 hari ginjalnya tidak di
pengaruhi oleh pemberian air. Baru sesudah 5 hari, ginjal baik cukup-bulan maupun yang prematur dapat
di pengaruhi oleh pemberian air, seperti orang dewasa Assli dan kawan-kawan mengaidkan fungsi ginjal
diatas dengan peredarah dahar janin dimana ginjal tidak mendaptkan cukupndarah. Baru setelah bayi
dilahirkan, tali pusat diikat, lebih banyak darah mengalir ke ginjal, dan barulah ginjal berfungsi lebih
baik. Pada umumnya peredaragh darah di ginjal dan penyaringan bahan-bahan di glomerulus masih lebih
rendah daribpada apanya ditemukan pada orang dewasa.

Kenjar-kelenjar endokrin

Pada kehamilan 10 minggu kortikottropin telah dapat ditemukan dalam hipofisis janin. Hormon ini
diperlukan untuk mempertahankan gladula suprarenalis janin. Jos dan kawan-kawan mebuktikan ini
dengan mengadakan dekapitasi janin inutero, yang mengakibatkan gladula suprarenalis janin tersbut
menjadi atrofik. Pula Hormon somatomammotropin ditemukan di daerah tali pusat dengan kadar yang
tinggi titik hormon ini memang dibentuk di plasenta di samping oleh hipofisis janin meskipun dalam
jumlah yang terbatas.dekapitasi fetus in utero tidak mengganggu tumbuhnya badan janin mungkin oleh
karena hormon tersebut dibuat cukup banyak di plasenta pula pada efek anencephalus dengan hanya
sedikit jaringan hipofisis atau tanpa alat tersebut ditemukan bahwa badan janin tumbuh baik.

mengenai produk gonadotropin oleh hipofisis janin, hanya sedikit sekali di ketahui tentang hal ini dan bila
ada, maka ini amat rendah titik lain halnya dengan tbyroid stimulating borhome (tirotropin).ini telah dapat
ditemukan pada kehamilan 10 minggu kumaha nya sedikit tirotropin dari ibunya dapat melindungi
plasenta, sedangkan long-acting tbyroid stimulator mudah sekali melintasi plasenta titik pada kehamilan
10-14 minggu kelenjar gondok janin telah berfungsi,menyimpan iodium dan menghasilkan tiroksin.
Berhubung plasenta bagian fetal menyimpan iodium dan demikian pula kelenjar gondok janin maka
pemberian radioaktif iodium atau pemberian yodium terlampaui banyak akan mempengaruhi janin.
Umumnya janin tergantung pada glandula tireoideanya sendiri oleh karena tiroksin ibu hanya terbatas
dapat melintasi plasenta yang tidak mempunyai kelenjar gondok tidak dapat tumbuh sempurna oleh
karena hormon tiroid ibu tidak dapat melintasi plasenta dengan baik untuk mengatasi kekurangan tiroksin
pada janin.

glandula suprarenalis janin jauh lebih besar jika dibandingkan dengan apa yang ditemukan pada orang
dewasa titik yang membuatnya jauh lebih besar ialah bagian korteks. Bagian yang menjadi besar
mengecil segera sesudah bayi dilahirkan.aldosterone biasanya ditemukan dalam konsentrasi yang
meningkat dan mudah melintasi plasenta.

Tes tes janin dapat mengadakan sintesis androgen. Testosteron dan androstenedion dapat ditemukan di tes
tes janin yang imatur titik mengenai of Aria, apakah dapat menghasilkan steroid coba belum banyak
diketahui.

Urat saraf

jika janin pada kehamilan 10 minggu dilahirkan hidup maka dapat dilihat bahwa janin tersebut dapat
mengadakan gerakan gerakan spontan titik rangsangan lokal dapat membuat janin dalam mengadakan
seleksi pada jari-jari tangan serta kaki. Gerakan menelan baru terjadi pada kehamilan 4 bulan sedangkan
menyedot baru pada kehamilan 6 bulan.

dalam triwulan terakhir hubungan antara urat saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih sempurna sehingga
janin yang dilahirkan sesudah kehamilan 32 minggu dapat hidup diluar kandungan titik pada kehamilan 7
bulan mata janin amat sensitif untuk cahaya titik bagian dalam tengah dan luar telinga dibentuk dalam
triwulan ke-2 dewasa ini dipakai untuk penilaian adanya kelainan organik pada urat saraf ultrasonografi
(USG) dan magnetic resonance imaging (MRI). Meskipun pengaruh buruk dari USG dan MRI (genetik
atau onkologik) belum diketahui maka pemakaiannya dalam trimester pertama komas waktu
organogenesis sedang berlangsung dengan hebatnya, seyogianya tidak dilakukan titik MRI dipakai dalam
obstetri untuk menilai janin dengan resiko tinggi dalam trimester terakhir keadaan paru dan otak janin
dapat dapat dengan jelas dilihat.

Imunologi
Smith mengemukakan bahwa dari kehamilan 8 Minggu telah ada gejala terjadinya kekebalan dengan
adanya limfosit-limfosit di sekitar tempat timus kelak. dengan tuanya kehamilan jumlah limfosit di dalam
daerah perifer meningkat dan mulai terbentuk pula folikel-folikel limfe di mana-mana. Jumlah folikel-
folikel mimpi yang terbanyak terdapat pada akhir kehamilan misalnya dilimpa yang pada permulaan
hanya memperlihatkan jaringan yang berwarna merah saja dengan tuanya kehamilan ditemukan sarang-
sarang sel-sel limfoid Yang makin lama makin besar dalam jumlah yang kian meningkat.

Benda-benda penangkis humoral dibentuk oleh sel-sel limfoid dalam bentuk molekul- molekul
imunoglobulin terdiri atas pasangan-pasangan satuan Polipeptid yang simetrik. pasangan terdiri atas
molekul Gamma-G atau gabungan polimer-polimer Gamma-A dan Gamma-M, imuno-imunoglobulin
yang dalam bentuk gamma-G ditemukan banyak pada orang dewasa, akan tetapi sedikit sekali banyak
janin, meskipun pada akhir kehamilan. Akan tetapi gamma-G, dibentuk banyak dalam bulan kedua
sesudah bayi dilahirkan, gamma-G, globulin pada janin berasal dari ibunya dan disalurkan melalui
plasenta dengan cara pinositosis Inilah yang disebut kekebalan pasif yang diperoleh janin dari ibu nya,
Apabila terjadi infeksi, dan mengadakan reaksi dengan plasmasitosis penambahan folikel-folikel limfoid
dan sintetis Gamma-M,Imunoglobulin Gamma-M ditemukan antara lain pada Infeksi dengan
sitomegalovirus Pembentukan benda penangkis ini Sedini-dininya, ditemukan baru pada kehamilan 5
bulan.

Gamma-A imunoglobulin telah dapat dibentuk pada kehamilan 2 bulan dan baru banyak ditemukan
secara sudah bayi dilahirkan, khususnya di sekret dari traktus digestivus dan respiratorius, kelenjar liur,
pankreas, atau traktus Urogenitalis.

produksi Gamma-M imunoglobulin meningkat secara setelah bayi dilahirkan, sejajar dengan keadaan
flora bakteri dalam alat pencernaannya ditemukan bahwa Gamma-M imunoglobulin kurang lebih 1000
kali lebih efektif daripada gamma-G imunoglobin dalam mengatasi infeksi oleh bakteri dalam alat
pencernaan. kelemahan pada bayi yang baru dilahirkan ialah bahwa ia hanya dilindungi oleh gamma-G-
inunoglobulin ibu yang terbatas kadarnya dan pula kurangnya Gamma-A imunoglobulin di permukaan
alat-alat pencernaan seperti tersebut diatas Oleh sebab itu kemungkinan bahwa neonatus tidak dapat
mengatasi infeksi dan mengalami spesis besar sekali.

Perlindungan pasif yang diterima oleh janin dari ibu dalam bentuk gamma-G Imunoglobulin yang
disalurkan melalui plasenta terjadi pada imunisasi terhadap Difteri tetanus, campak atau cacar,
Poliomeatilis, Coxsackie virus dan herpes simplek kekebalan yang diterima itu tergantung pada tingginya
kadar benda penangkis Ibu, bayi mendapat kekebalan sampai 6 bulan. tidak demikian halnya dengan
kekebalan untuk Pnemokokus, bacillus influenzae, streptokokus, dan H-Antigen, bacillus
Tupai,Terhadap disentri basiler, kadang-kadang masih ada kekebalan, akan tetapi untuk Escheichis coli
dapat dikatakan sama sekali tidak ada kekebalan.

Benda penangkis ditemukan pula di dalam air susu ibu pertama atau kolostrum sebagai Gamma-A
imunoglobulin. Mungkin ini menambah perlindungan bayi terhadap infeksi dengan entero-basil.

Bahwa penyaluran gamma-G imunoglobulin dari ibu ke janin tidak selalu menguntungkan bagi janin,
kita jumpai pada Rh isomunisasi, gamma-G immunoglobulin Ibu melintasi plasenta dan merusak eritrosit
janin dan dengan menghasilkan eritroblastosis fetalis.

Di samping hal-hal tersebut di atas, masih banyak persoalan imunologi yang masih harus diselidiki,
khususnya dalam persoalan implantasi plasenta.

Seperti diketahui janin mengandung unsur-unsur ayahnya dan seharusnya pada tempat Implantasi
plasenta timbul suatu reaksi, seperti bilamana kulit seorang anak ditransplantasi pada ibunya ialah suatu
reaksi yang dikenal sebagai allograft Rejection, Akan tetapi hal ini tidak terjadi pada kehamilan dan
masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Banyak teori dikemukakan mengenai Mengapa plasenta itu
tidak mengikuti hukum imunologi antara lain ialah sebagai berikut:

1. uterus adalah suatu tempat khusus untuk plasenta, sehingga mudah diterima Teori ini sukar diterima
bila diingat bahwa pada kehamilan ekstra uterin plasentanya dapat berkembang baik.

2. perubahan hormonal dalam kehamilan membuat seorang wanita hamil lebih dapat menerima plasenta
hal ini sukar dibenarkan oleh karena seorang wanita hamil tidak lebih mudah menerima transplantasi kulit
dari pada seorang wanita tidak hamil.

3. janin membuat histamin demikian banyak, sehingga dapat mencegah adanya iskemia yang dijumpai
pada graf rejection. Teori ini mungkin dapat diterima untuk masa implantasi hasil konsepsi akan tetapi
tidak dapat menerangkan Toleransi ibu terhadap janin selama kehamilan yang panjang itu itu.

4. Dikemukakan oleh Currie dan bagshawe bahwa trofoblas diliputi oleh suatu lapisan sialomusin, dan
lapisan yang amat tipis ini adalah suatu Muscopolysacharide sulphate yang dihasilkan oleh Sinsitium, dan
meningkatkan hidrasi permukaan sel trofoblas sehingga transplantasi antigen tidak menimbulkan reaksi
limfosit ibu yang biasanya mengadakan penolakan terhadap cangkokan. Lapisan ini disebut pola
glikokaliks yang dapat dihancurkan pada beberapa tempat oleh neuraminidase-se. dalam hal ini Demikian
dapat terjadi suatu penolakan Cangkokan, hal tersebut di atas masih disangsikan oleh banyak penulis dan
masih membutuhkan penelitian.
5. swinburne mengemukakan teorinya dengan adanya rangsangan antigen terus-menerus selama
kehamilan, sehingga mengakibatkan kebocoran darah dikit demi sedikit melintasi plasenta akan tetapi
oleh ibu Hal ini dapat ditiadakan dan mengobati infeksi pada wanita hamil mengakibatkan gigi bayi yang
sedang tumbuh berwarna Lain atau kuning, di samping mempengaruhi pula tumbuhnya tulang tulang
yang panjang. Streptomisin dapat pula bekerja toksik terhadap janin dan menimbulkan tuli. Sulfonamida
dapat mengubah metabolisme bilirubin sehingga kemungkinan timbulnya kernikterus lebih besar telah
banyak diketahui tentang akibat terhadap janin pada pemakaian analgetika, sedativa, dan obat penenang,
dan anestesia pada waktu persalinan. Sebagian besar obat-obat tersebut mudah di melintasi plasenta,
kecuali suksinilkolin dan Kurare yang lamban sekali melintasi plasenta.

Barbiturat, ether, kloroform, siklopropan, meperidin, morfin, N2O, derivat derivat belladonna dan
Khlorpromazine cepat ditemukan kembali di dalam darah tali pusat post partum. Maka dari itu bayi
segera sesudah dilahirkan dapat mengalami pernapasan yang tertekan bilamana dosis dan waktu
pemberian obat-obat tersebut diatas tidak memperhitungkan bila janin akan lahir.

3.PENENTUAN USIA GESTASIONAL

a. Pertumbuhan dan perkembangan janin

Nutrisi penunjang

Periode kehamilan 3 semester kedua adalah periode pertumbuhan dan perkembangan janin yang di tandai
terbentuknya organ-organ secara lengkap dan juga berfungsinya organ-organ tersebut. Pada periode ini
panjang janin mencapai kira-kira 30 cm dan berat kira-kira 0,6 kg. periode ini juga ditandai dengan
semakin banyaknya gerakan janin yang dapat dirasakan oleh ibu, seperti menggeliat dan menendang oleh
sebab itu, pada periode kehamilan ini diperlukan dukungan nutrisi yang lengkap kandungan gizinya,
memadai ukurannya, dan berkualitas bahan makanannya untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan janin yang optimal.

masa pertumbuhan dan perkembangan janin, ditambah dengan banyaknya gerakan yang dilakukan oleh
janin menunjukkan perlunya dukungan gizi dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan periode
kehamilan sebelumnya. Kondisi kehamilan yang semakin membesar ini juga akan memberikan beban
yang berat bagi sibuk baik disebabkan oleh berat janin yang semakin membesar maupun oleh
pertambahan berat badannya sendiri titik keadaan ini menyebabkan kebutuhan akan energi cukup besar
dan kebutuhan energi tersebut hanya dapat diperoleh dari nutrisi yang dikonsumsi calon ibu oleh sebab itu
perlu disadari oleh setiap ibu yang hamil untuk dapat memberikan dukungan yang baik agar pertumbuhan
dan perkembangan janinnya menjadi baik pula perlu juga diketahui bahwa ada hubungan yang positif
antara kekurangan gizi dan tingkat pertumbuhan dan perkembangan janin selama periode kehamilan yang
ditandai dengan kelahiran janin. masa-masa kritis perkembangan janin. Masa perkembangan janin dibagi
menjadi 3 periode

1. Periode reimplantasi saat 2 minggu setelah terjadi fertilisasi sampai dengan terjadinya implantasi titik
fertilisasi yaitu proses bertemunya sperma dan sel telur. Jika periode ini terpapar zat teratogen biasanya
akan berakhir dengan keguguran atau abortus

2. Periode embrionik, periode paling rawan, dimulai saat minggu kedua implantasi sampai dengan
minggu ke 8, implementasi adalah proses menempelnya embrio ke dalam dinding rahim

3. Periode fetal (janin) dimulai pada minggu ke-9 kehamilan sampai dengan usia kehamilan cukup bulan,
zat teratogenik bahasanya tidak berefek di periode ini tetapi beberapa zat nitrogen seperti alkohol masih
berdampak pada periode ini .

b. Nutrisi janin K
Kalori

Kalori merupakan salah satu nutrisi ibu hamil yang terpenting, karena akan diubah menjadi
energi untuk pertumbuhan janin. Normalnya, jumlah kalori yang dibutuhkan oleh ibu sebelum
hamil sebesar 2.000 kkal per hari. Namun, beberapa Ibu mungkin beranggapan bahwa setelah
dinyatakan positif hamil, jumlah kalori harus segera ditambah. Namun, pada trimester pertama
Ibu tidak memerlukan kalori tambahan, karena walaupun perkembangan janin cukup cepat, tapi
buah hati Ibu masih cukup kecil sehingga tidak memerlukan energi tambahan. Saat memasuki
trimester kedua, barulah Ibu menambahkan jumlah kalori harian menjadi sekitar 2.200 kkal per
hari. Lalu, Ibu wajib mengonsumsi makanan sekitar 2.400 kkal per hari pada trimester ketiga.
Pertambahan kalori harian ini dikarenakan bayi telah tumbuh lebih besar yang juga
membutuhkan tenaga lebih banyak. Variasikan asupan kalori ini dengan makanan empat sehat
lima sempurna.

Asam Folat
Asam folat sangat dibutuhkan janin dalam pembentukan sistem saraf serta sel-sel tubuhnya.
Setidaknya, ibu hamil membutuhkan sekitar 400 mikrogram asam folat untuk mendukung
perkembangan calon buah hati. Kurangnya asam folat dalam daftar nutrisi ibu hamil setiap
harinya dapat mengakibatkan janin tidak berkembang sempurna, sehingga bayi dapat terlahir
dengan kelainan bawaan, seperti anencephaly yaitu kelainan pada bayi yang lahir tanpa batok
kepala, spina bifida yakni tidak menyambungnya tulang belakang bayi, hingga bibir sumbing
yang disebabkan oleh tidak sempurnanya pembentukan tabung saraf selama masa kehamilan.
Agar bayi Ibu terhindar dari beberapa kelainan tersebut, konsumsilah makanan yang
mengandung asam folat, seperti beras merah, sayuran hijau, dan buah-buahan.

Protein

Protein terbentuk dari asam amino yang penting bagi pertumbuhan bayi dalam kandungan dan
berguna untuk membentuk sel-sel dalam tubuh janin, termasuk otak. Di masa kehamilan, Ibu
disarankan untuk meningkatkan asupan protein menjadi kurang lebih 70 gram per hari yang
setara dengan 2 gelas susu. Protein wajib dikonsumsi terutama pada trimester kedua dan ketiga
saat pertumbuhan bayi semakin cepat. Selain itu, protein juga dapat membantu memperbesar
payudara Ibu untuk menyusui, serta mempercepat sirkulasi darah yang membantu janin untuk
mendapatkan asupan nutrisi. Ibu dapat memperoleh protein harian dari daging, ikan, putih telur,
kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
Kalsium

Bagi pertumbuhan janin, kalsium memiliki peran yang tidak kalah penting dibandingkan nutrisi
ibu hamil lainnya. Kalsium dikenal sebagai sebuah zat yang wajib dikonsumsi ibu hamil demi
pertumbuhan tulang dan gigi janin. Tidak hanya itu, kalsium juga bisa membentuk otot, hati,
sistem saraf, serta membantu menstabilkan detak jantung janin. Para ahli menyarankan ibu hamil
berusia diatas 24 tahun untuk mendapatkan sekitar 1.200 miligram kalsium per hari dan sekitar
1.200-1.500 miligram kalsium per hari bagi ibu hamil dibawah 24 tahun. Jika janin tidak
mendapatkan cukup kalsium yang dibutuhkan untuk tumbuh, maka si kecil akan mengambilnya
dari tulang Ibu, sehingga akan mengakibatkan Ibu mengalami osteoporosis setelah masa
kehamilan.

Omega-6 (Asam Linoleat) dan Omega-3 (Asam Linolenat)

Bagi janin yang masih berada dalam kandungan, kedua zat ini berguna untuk meningkatkan
pertumbuhan otak dan membentuk saraf penglihatan yang baik. Disamping itu, omega-3 dapat
membuat pembuluh darah menjadi lebih lentur serta mampu mencegah penyumbatan pada
pembuluh darah. Sedangkan asam linoleat atau yang lebih dikenal dengan nama omega-6 dapat
menurunkan risiko janin terkena autisme, serta menjaga pertumbuhan tubuhnya setelah lahir.
Walaupun penting bagi tumbuh kembang janin, omega-6 dan omega-3 tidak dapat diproduksi
oleh tubuh. Maka, kedua zat ini hanya bisa didapatkan dari makanan atau susu ibu hamil yang

diperkaya DHA.
Zat Besi

Zat besi memang sangat penting dalam nutrisi ibu hamil, bahkan sebelum masa kehamilan. Hal
ini dikarenakan zat besi berguna bagi pembentukan hemoglobin dalam sel darah merah yang
berfungsi untuk mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Tidak hanya itu, zat besi yang juga
menghantarkan oksigen ke otot, mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap stres dan
depresi, terutama selama Ibu mengandung. Setiap hari ibu hamil harus memenuhi kebutuhan zat
besinya, yaitu sekitar 27 miligram. Jika terjadi defisit zat besi, anemia sangat mungkin dialami
yang akhirnya akan membahayakan Ibu dan janin. Konsumsilah makanan mengandung zat besi
yang beragam, seperti daging sapi atau ayam, brokoli, bayam, atau kacang-kacangan.

Kolin

Zat satu ini wajib untuk dikonsumsi demi perkembangan otak janin setelah ia lahir. Seperti
halnya asam folat, kolin juga dapat membantu janin agar terhindar dari cacat tabung saraf, seperti
spina bifida. Selain itu, kolin dipercaya mampu memperkuat memori janin dan balita. Hal ini
menjadikan kolin sebagai salah satu zat yang wajib dikonsumsi semasa kehamilan demi masa
depannya yang cerah dan sehat. Konsumsi kolin yang tepat untuk memenuhi nutrisi ibu hamil
adalah 400 miligram per hari atau meminum 2 gelas susu hamil per hari. Jika jumlah asupan
kolin yang disarankan tidak terpenuhi, maka lemak akan menyelimuti hati dan mengakibatkan
kerusakan pada hati.
Vitamin D

Vitamin D yang bisa didapatkan dari matahari pagi ini memiliki peran penting dalam
perkembangan bayi dalam kandungan, seperti membantu pertumbuhan tulang, membentuk kulit
sehat, dan penglihatan yang lebih tajam. Saat Ibu hamil, vitamin D yang harus dikonsumsi per
harinya adalah sebesar 600 IU yang juga bisa membantu penyerapan kalsium yang lebih optimal.
Tidak hanya itu, saat Ibu kekurangan vitamin D selama kehamilan, maka akan berpotensi
mengakibatkan preeklampsia, yakni komplikasi antara tekanan darah tinggi dan adanya pengaruh
pada ginjal yang mengakibatkan munculnya protein dalam urin. Bila ini terjadi dan dibiarkan
begitu saja, maka bisa menimbulkan bahaya bagi Ibu dan bayi.

Vitamin C

Ternyata, vitamin C berguna untuk pembentukan jaringan tubuh termasuk kulit yang sehat dan
juga baik bagi pertumbuhan tulang, gigi, dan gusi janin. Tak hanya itu, dengan adanya asupan
vitamin C yang cukup, maka penyerapan zat besi akan semakin optimal. Selain itu, vitamin yang
bisa diperoleh dari jeruk, kiwi, stroberi, atau brokoli ini harus dikonsumsi sekitar 85 miligram
setiap harinya.

c. Struktur, fungsi morfologi, sirkulasi san hormon plasenta.

 Struktur Plasenta
Plasenta merupakan organ penting bagi janin, karena sebagai alat pertukaran zat antara ibu dan bayi atau
sebaliknya. Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal ± 2,5 cm,
berat rata-rata 500 gram. Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan kurang dari 16 minggu
dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Plasenta terletak di depan atau di belakang
dinding uterus, agak ke atas kearah fundus uteri, dikarenakan alasan fisiologis, permukaan bagian atas
korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplementasi. Plasenta berasal dari
sebagian besar dari bagian janin, yaitu villi koriales atau jonjot chorion dan sebagian kecil dari bagian ibu
yang berasal dari desidua basalis.

Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu permukaan fetal dan maternal. Permukaan fetal adalah
permukaan yang menghadap ke janin, warnanya keputih-putihan dan licin. Hal ini disebabkan karena
permukaan fetal tertutup oleh amnion, di bawah nampak pembuluh-pembuluh darah. Permukaan maternal
adalah permukaan yang menghadap dinding rahim, berwarna merah dan terbagi oleh celah-celah yang
berasal dari jaringan ibu. Jumlah celah pada plasenta dibagi menjadi 16-20 kotiledon.

1. Permukaan plasenta

Penampang plasenta terbagi menjadi dua bagian yang terbentuk oleh jaringan anak dan jaringan ibu.
Bagian yang terdiri dari jaringan anak disebut membrana chorii, yang dibentuk oleh amnion, pembuluh
darah janin, korion dan villi. Bagian dari jaringan ibu disebut piring desidua atau piring basal yang terdiri
dari desidua compacta dan desidua spongiosa.

2. Struktur plasenta

Pembentukan Plasenta

Perkembangan trofoblas berlangsung cepat pada hari ke 8-9, dari selapis sel tumbuh menjadi berlapis-
lapis. Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada lapisan sinsitiotrofoblas (selanjutnya disebut
sinsitium) yang akhirnya saling berhubungan. Stadium ini disebut stadium berongga (lacunar stage).

Pertumbuhan sinsitium ke dalam stroma endometrium makin dalam kemudian terjadi perusakan endotel
kapiler di sekitarnya, sehingga rongga-rongga sinsitium (sistem lakuna) tersebut dialiri masuk oleh darah
ibu, membentuk sinusoid-sinusoid. Peristiwa ini menjadi awal terbentuknya sistem sirkulasi
uteroplasenta/sistem sirkulasi feto-maternal.

Antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel selaput Heuser, terbentuk sekelompok sel baru yang
berasal dari trofoblas dan membentuk jaringan penyambung yang lembut, yang disebut mesoderm
ekstraembrional. Bagian yang berbatasan dengan sitotrofoblas disebut mesoderm ekstraembrional
somatopleural, kemudian akan menjadi selaput korion (chorionic plate).

Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk sac disebut mesoderm
ekstraembrional splanknopleural. Menjelang akhir minggu kedua (hari 13-14), seluruh lingkaran
blastokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi pertumbuhan trofoblas yang telah dialiri darah ibu.
Meski demikian, hanya sistem trofoblas di daerah dekat embrioblas saja yang berkembang lebih aktif
dibandingkan daerah lainnya.

Di dalam lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah-celah yang makin lama makin besar
dan bersatu, sehingga terjadilah rongga yang memisahkan kandung kuning telur makin jauh dari
sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau
rongga korion (chorionic space).

Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan sitotrofoblas mengadakan invasi ke
arah lapisan sinsitium, membentuk sekelompok sel yang dikelilingi sinsitium disebut jonjot-jonjot primer
(primary stem villi). Jonjot ini memanjang sampai bertemu dengan aliran darah ibu Pada awal minggu
ketiga, mesoderm ekstraembrional somatopleural yang terdapat di bawah jonjot-jonjot primer (bagian dari
selaput korion di daerah kutub embrional), ikut menginvasi ke dalam jonjot sehingga membentuk jonjot
sekunder (secondary stem villi) yang terdiri dari inti mesoderm dilapisi selapis sel sitotrofoblas dan
sinsitiotrofoblas Menjelang akhir minggu ketiga, dengan karakteristik angiogenik yang dimilikinya,
mesoderm dalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot
yang tadinya hanya selular kemudian menjadi suatu jaringan vaskular (disebut jonjot tersier/tertiary stem
villi).

Selom ekstraembrional/rongga korion makin lama makin luas, sehingga jaringan embrional makin
terpisah dari sitotrofoblas/selaput korion, hanya dihubungkan oleh sedikit jaringan mesoderm yang
kemudian menjadi tangkai penghubung (connecting stalk). Mesoderm connecting stalk yang juga
memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting
stalk tersebut akan menjadi tali pusat.

Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus, seiring dengan perkembangan
trofoblas menjadi plasenta dewasa, terbentuklah komponen sirkulasi utero-plasenta. Melalui pembuluh
darah tali pusat, sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin. Meskipun demikian, darah
ibu dan darah janin tetap tidak bercampur menjadi satu (disebut sistem hemochorial), tetap terpisah oleh
dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion.

Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan dengan komponen sirkulasi dari
janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat. Sistem tersebut dinamakan sirkulasi feto-maternal.

Secara umum struktur plasenta adalah :

a. Berbentuk bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal 2-2,5 cm


b. Berat rata-rata 500 gram

c. Letak plasenta umumnya ada di depan atau belakang dinding uterus agak ke atas ke arah fundus

d. Terdiri dari 2 bagian, yaitu :

1. Para maternal : bagian plasenta yang menempel pada desidua. Terdapat kotiledon (rata-rata 20
kotiledon). Di bagian ini tempat terjadinya pertukaran darah antara ibu dan janin.

2. Pars Fetal: pada bagian ini terdapat tali pusat (insersio, penanaman tali pusat)

• Insersio sentralis : penanaman tali pusat berada di tengah

• Insersio marginalis : penanaman tali pusat di pinggir plasenta

• Insersio velamentosa : penanaman tali pusat di selaput janin/selaput amnion.

 Fungsi Plasenta
Fungsi dari plasenta adalah:

Nutrisi: tempat pertukaran zat dan pengambilan bahan nutrisi untuk tumbuh kembang janin

Respirasi: memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin


Ekskresi: mengeluarkan sisa metabolisme janin

Endokrin: sebagai penghasil hormon-hormon kehamilan seperti HCG, HPL, esterogen, progesteron

Imunologi: menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin

Farmakologi: menyalurkan obat-obatan yang diperlukan janin, diberikan melalui ibu

Proteksi: barier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat toksik

Tipe-Tipe Plasenta Menurut bentuknya, plasenta terbagi menjadi:

1. Plasenta normal
2. Plasenta membranasea (tipis)
3. Plasenta suksenturiati (satu lobus terpisah)
4. Plasenta spuria
5. Plasenta bilobus (2 lobus)
6. Plasenta trilobus 3 lobus)
Menurut perlekatan pada dinding rahim, adalah sebagai berikut:

1. Plasenta adhesiva (lebih melekat)


2. Plasenta akreta (lebih melekat)
3. Plasenta inkreta (sampai ke otot polos)
4. Plasenta perkreta (sampai ke serosa)
5. Sirkulasi Darah Plasenta
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada
sistosel darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviler
sampai mencapai chorionic plate, pangkal kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua
villi koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 80 mmHg menuju ke vena-vena di desidua.

Di tempat-tempat tertentu ada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk
menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat pula suatu rung vena yang
luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller diatas. Ruang ini disebut sinus
marginalis.

Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20
minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang interviller tanpa villi
koriales mempunyai volume lebih kurang 150-250 ml. Permukaan semua villi koriales diperkirakan
seluas lebih kurang 11 m2. Dengan demikian pertukaran zat-zat makanan terjamin benar.

Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24
minggu lapisan sinsitium dari villi tidak berubah, akan tetapi dari lapisan sititrofoblas sel-sel
berkurangdan hanya ditemukan sebagai kelompok sel-sel, stroma jonjot menjadi lebih padat, mengandung
fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya menjadi lebih besar dan lebih mendekati lapisan
trofoblas.

Pada kehamilan 36 minggu sebagian besar sel-sel sitotrofoblas tak ada lagi, akan tetapi antara sirkulasi
ibu dan janin selalu ada lapisan trofoblas. Terjadi klasifikasi pembuluh-pembuluh darah dalam jonjot dan
pembentukan fibrin di permukaan beberapa jonjot. Kedua hal terakhir ini mengakibatkan pertukaran zat-
zat makanan, zat asam, dan sebagainya antara ibu dan janin mulai terganggu.

Deposit fibrin ini dapat terjadi sepanjang masa kehamilan sedangkan banyaknya juga berbeda-beda. Jika
banyak, maka deposit ini dapat menutup villi dan villi itu kehilangan hubungan dengan darah ibu lalu
berdegenerasi, timbullah infark.

d. Sirkulasi darah janin dan ibu

Sirkulasi darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada bayi dan anak. Dalam rahim,
paru-paru tidak berfungsi sebagai alat pernafasan, pertukaran gas dilakukan oleh plasenta. Pembentukan
pembuluh darah dan sel darah dimulai minggu ke tiga dan bertujuan menyuplai embrio dengan oksigen
dan nutrien dari ibu.

Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis yang terdapat dalam tali pusat. Jumlah
darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg/Bb per menit atau sekitar 500 ml per menit.

Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam vena cava inferior, bercampur
darah yang kembali dari bagian bawah tubuh, masuk atrium kanan di mana aliran darah dari vena cava
inferior lewat melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel kiri melalui arkus aorta, darah
dialirkan ke seluruh tubuh.

Darah yang mengandung karbondioksida dari tubuh bagian atas, memasuki ventrikel kanan melalui vena
cava superior. Kemudian melalui arteri pulmonalis besar meninggalkan ventrikel kanan menuju aorta
melewati ductus arteriosus. Darah ini kembali ke plasenta melaui aorta, arteri iliaka interna dan arteri
umbilikalis untuk mengadakan pertukaran gas selanjutnya Foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi
sebagai saluran/jalan pintas yang memungkinkan sebagian besar dari cardiac output yang sudah
terkombinasi kembali ke plasenta tanpa melalui paru-paru.

Sistem peredaran darah janin berbeda dengan sistem peredaran darah orang dewasa, karena paru-paru
janin belum berkembang sehingga oksigen diambil melalui plasenta.

Sistem peredaran darah janin ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Foramen Ovale

Merupakan lubang sementara di antara serambi kiri dan serambi kanan yang memungkinkan sebagian
darah masuk dari vena cava inferior menyeberang ke serambi kiri. Alasan pengalihan ini adalah darah
tidak perlu lagi melewati paru-paru karena telah teroksigenisasi.

2. Duktus Arteriosus Bothalli

Merupakan saluran yang terdapat antara arteri pulmonalis dan aorta.

3. Duktus Venosus Arantii

Menghubungkan antara vena umbilikal dengan vena cava inferior. Pada titik ini darah bercampur dengan
darah yang telah diambil oksigennya yang kembali dari tubuh bagian bawah.

4. Vena Umbilikal

Memanjang dari tali pusar menuju ke bagian bawah hati dan membawa darah yang mengandung oksigen
dan sari makanan. Ia memiliki cabang yang bertemu dengan vena porta dan masuk ke hati
Komponen/Organ yang Terlibat dalam Pembuluh Darah Janin Dalam sistem peredaran darah janin tidak
hanya melibatkan pembuluh darah saja tetapi juga melibatkan organ tubuh janin di antaranya sebagai
berikut :

1. Plasenta ( Tempat terjadinya pertukaran darah bersih dengan yang kotor )

2. Umbilikalis ( Mengalirkan darah dari plasenta ke janin dan dari janin ke plasenta )

3. Hati ( Terdapatnya percabangan antara vena porta dengan duktus venosus aranti )

4. Jantung ( Terdapatnya foramen ovale yang langsung menyalurkan darah dari atrium dekstra ke atrium
sinistra )

5. Paru-paru ( Terdapatnya duktus arteriosus bothalli )


Mekanisme Peredaran Darah Janin

Darah janin didapat dari Ibu dan dialirkan dari Ibu ke janin melalui plasenta untuk kemudian diteruskan
ke seluruh tubuh janin melalui vena yang terdapat di umbilikus. Peredaran darah janin digambarkan
langsung sebagai berikut :

1. Mekanisme Peredaran Darah Janin (Sirkulasi Darah Fetus)

Mula-mula darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta masuk ke janin melalui
vena umbilikus yang bercabang dua setelah memasuki dinding perut yaitu :

a. Cabang yang kecil bersatu dengan vena porta, darahnya beredar dalam hati dan kemudian diangkut
melalui vena hepatika ke vena cava inferior.

b. Cabang satunya lagi duktus venosus arantii yang langsung masuk ke dalam vena cava inferior.

Darah dari vena cava inferior masuk ke atrium kanan dan sebagian besar darah dari atrium kanan akan
dialirkan ke atrium kiri melalui foramen ovale. Sebagian kecil darah dari atrium kanan masuk ke ventrikel
kanan bersama-sama dengan darah yang berasal dari vena cava superior.

Darah dari ventrikel kanan ini dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis, karena adanya tahanan
dari paru-paru yang belum mengembang maka darah yang terdapat pada arteri pulmonalis sebagian akan
dialirkan ke aorta melalui duktus arteriosus bothalli dan sebagian kecil akan menuju paru-paru dan
selanjutnya ke atrium sinistra melaui vena pulmonalis.

Sementara itu darah yang terdapat pada atrium kiri kemudian dialirkan ke ventrikel kiri dan diteruskan ke
seluruh tubuh melaui aorta guna memberikan oksigen dan nutrisi bagi tubuh bawah. Cabang aorta bagian
bawah ini menjadi 2 (dua) arteri hipograstika interna yang mempunyai cabang arteri umbilikalis.

Darah yang miskin nutrisi dan banyak karbondioksida serta sisa metabolisme akan dikembalikan ke
plasenta melalui arteri umbilikalis ke plasenta melalui arteri umbilikalis untuk diteruskan ke ibu. Sirkulasi
darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada bayi dan anak. Dalam rahim, paru-paru
tidak berfungsi sebagai alat pernafasan, pertukaran gas dilakukan oleh plasenta.
Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis yang terdapat dalam tali pusat. Jumlah
darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg/Bb per menit atau sekitar 500 ml per menit.

Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam vena cafa inferior, bercampur
darah yang kembali dari bagian bawah tubuh, masuk atrium kanan di mana aliran darah dari vena cafa
inferior lewat melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel kiri melalui arkus aorta, darah
dialirkan ke seluruh tubuh.

Darah yang mengandung karbondioksida dari tubuh bagian atas, memasuki ventrikel kanan melalui vena
cafa superior.Kemudian melalui arteri pulmonalis besar meninggalkan ventrikel kanan menuju aorta
melewati duktus arteriosus. Darah ini kembali ke plasenta melaui aorta, arteri iliaka interna dan arteri
umbilikalis untuk mengadakan pertukaran gas selanjutnya. Foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi
sebagai saluran/jalan pintas yang memungkinkan sebagian besar dari cardiac output yang sudah
terkombinasi kembali ke placenta tanpa melalui paru-paru.

Sistem peredaran darah janin berbeda dengan sistem peredaran darah orang dewasa, karena paru-paru
janin belum berkembang sehingga oksigen diambil melalui plasenta.

Sistem peredaran darah janin ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Foramen Ovale

Merupakan lubang sementara di antara serambi kiri dan serambi kanan yang memungkinkan sebagian
darah masuk dari vena cava inferior menyeberang ke serambi kiri. Alasan pengalihan ini adalah darah
tidak perlu lagi melewati paru-paru karena telah teroksigenisasi.

2. Duktus Arteriosus Bothalli

Merupakan saluran yang terdapat antara arteri pulmonalis dan aorta.

3. Duktus Venosus Arantii

Menghubungkan antara vena umbilikal dengan vena cava inferior. Pada titik ini darah bercampur dengan
darah yang telah diambil oksigennya yang kembali dari tubuh bagian bawah.

4. Vena Umbilikal
Memanjang dari tali pusar menuju ke bagian bawah hati dan membawa darah yang mengandung oksigen
dan sari makanan. Ia memiliki cabang yang bertemu dengan vena porta dan masuk ke hati.

Komponen/Organ yang Terlibat dalam Pembuluh Darah Janin

Dalam sistem peredaran darah janin tidak hanya melibatkan pembuluh darah saja tetapi juga melibatkan
organ tubuh janin di antaranya sebagai berikut :

1. Plasenta

Tempat terjadinya pertukaran darah bersih dengan yang kotor.

2. Umbilikalis

Mengalirkan darah dari plasenta ke janin dan dari janin ke plasenta.

3. Hati

Terdapatnya percabangan antara vena porta dengan duktus venosus arantii.

4. Jantung

Terdapatnya foramen ovale yang langsung menyalurkan darah dari atrium dekstra ke atrium sinistra.

5. Paru-paru

Terdapatnya duktus arteriosus bothalli.

Sirkulasi darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada bayi dan anak. Dalam rahim,
paru-paru tidak berfungsi sebagai alat pernafasan, pertukaran gas dilakukan oleh plasenta.

Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis yang terdapat dalam tali pusat. Jumlah
darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg/Bb per menit atau sekitar 500 ml per menit.

Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam vena cafa inferior, bercampur
darah yang kembali dari bagian bawah tubuh, masuk atrium kanan di mana aliran darah dari vena cafa
inferior lewat melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel kiri melalui arkus aorta, darah
dialirkan ke seluruh tubuh.
Darah yang mengandung karbondioksida dari tubuh bagian atas, memasuki ventrikel kanan melalui vena
cafa superior.Kemudian melalui arteri pulmonalis besar meninggalkan ventrikel kanan menuju aorta
melewati duktus arteriosus. Darah ini kembali ke plasenta melaui aorta, arteri iliaka interna dan arteri
umbilikalis untuk mengadakan pertukaran gas selanjutnya. Foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi
sebagai saluran/jalan pintas yang memungkinkan sebagian besar dari cardiac output yang sudah
terkombinasi kembali ke placenta tanpa melalui paru-paru.

Faktor-Faktor yang Mengubah Peredaran Darah Janin

Setelah kelahiran terjadi perubahan peredaran darah janin, faktor penting yang mengubah peredaran darah
janin menuju peredaran darah dewasa ditentukan oleh :

1. Berkembangnya paru-paru janin

Berkembangnya paru-paru janin dapat menyebabkan tekanan negatif dalam paru sehingga dapat
menampung darah, untuk melakukan pertukaran CO2 dan O2 dari udara sehingga terjadi oblitersi pada
duktus arteriosus bothalli.

Tekanan dalam atrium kiri makin meningkat, sehingga dapat menutup foramen ovale. Tekanan yang
tinggi pada atrium kiri disebabkan darah yang mengalir ke atrium kanan kini langsung menuju paru-paru
dan selanjutnya dialirkan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis. Dua faktor ini menyebabkan tekanan di
atrium kiri meningkat.

2. Terputusnya hubungan peredaran darah antara ibu dan janin

Terputusnya hubungan peredaran darah antara ibu dan janin terjadi karena dipotongnya tali pusat
sehingga terjadi peredaran darah pulmonal yang mengakibatkan terjadi pernafasan pulmona. Dengan
demikian duktus arteriosus bothalli tidak berfungsi dan akan mengalami perubahan dan menjadi
ligamentum arteriosum begitu juga dengan yang lain. Vena umbilikal menjadi ligamentum teres, duktus
venosus arantii menjadi ligamentum venosum serta foramen ovale menjadi hypogastrik arteries kecuali
beberapa cm pertama yang tetap terbuka sebagai arteri vesical superior.

Pemotongan tali pusat sebaiknya dilakukan setelah bayi menangis dan tali pusat berhenti berdenyut
karena dapat menambah darah dari plasenta sekitar 50 ml s/d 75 ml yang sangat berarti bagi pertumbuhan
janin.

3. Terbentuknya Adult Haemoglobin (Tipe A)


Terbentuknya Adult Haemoglobin (Tipe A) sehingga setelah lahir dapat menangkap oksigen dan
melepaskan CO2 melaului pernafasan sehingga terjadi pertukaran O2 dan CO2 di paru-paru.

BAB 2

PENUTUP

1. KESIMPULAN

penghamilan(fertilisasi) adalah terjadinya pertemuan dan persenyawaan antara sel mani dan sel telur.
Konsepsi/ fertilisasi/pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur dituba
fallopi(rustam mochtar,1998:18). Sedangkan menurut (manuaba,1998:99) konsepsi/fertilisasi/pembuahan
adalah pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa dan membentuk zigot. JadiFertilisasi adalah proses
peleburan/ penyatuan antara satu sel sperma dengan satu sel telur (ovum) yang sudah matang dan
membentuk zigot yang umumnya terjadi pada sepertiga dari panjang saluran telur yaitu di ampulla tuba
fallopi.

Nidasi atau impalntasi adalah peristiwa tertanamnya/ bersarangnya sel telur yang telah dibuahi(fertilized
egg) kedalam endometrium, Atau Implantasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium terjadi pada hari ke 6 (blastula).

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Heffner, Linda J., dkk. At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta : Erlangga

Syaiful,Yunita,dkk. 2019. Asuhan Keperawatan Kehamilan. Surabaya : Jakad Publishing

Megasari,Merayu,dkk. 2015. Panduan Belajar Asuhan Kebidanan. Yogyakarta:Deepublisher


Manuaba, dkk. 2003. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai