Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelas : 1 A
Nim : 202303102086
1. Model fungsional
metode fungsional ini efisien, namun penugasan seperti ini tidak dapat memberikan kepuasan
kepada pasien maupun perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak
bisa dicapai dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
terpisah-pisah sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada perawat. Di samping itu, asuhan
keperawatan yang diberikan tidak profesional yang berdasarkan masalah pasien. Perawat senior
cenderung akan sibuk dengan tugas-tugas administrasi dan manajerial, sementara asuhan
keperawatan kepada pasien dipercayakan kepada perawat junior.
1. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat dengan
pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
2. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
3. Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja.
4. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.
5. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk
tugas sederhana.
6. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang melakukan
praktek untuk ketrampilan tertentu.
7. Lebih sedikit membutuhkan perawat
8. Tugas-tugas mudah dijelaskan dan diberikan
9. Para pekerja lebih mudah menyesuaikan tugas
10. Tugas cepat selesai
2. Model kasus
pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien
secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat bergantung
pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien. Setiap perawat
ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien pada saat dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya.Sementara menurut Nursalam (2007), metode
penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan
untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti: isolasi, intensive care.
3. Model tim
4. Model primer
metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien
dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.
Metode primer modifikasi adalah metode gabungan antara metode penugasan tim dengan metode
perawatan primer. Metode ini menugaskansekelompok perawat merawat pasien dari datang sampai
pulang. Pada model ini, digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S.Sudarsono
(2000), penerapan sistem model ini didasarkan pada beberapa alasan :
Keperawatan primer tidak di gunakan secara murni, karena perawat primerharus mempunyai latar
belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.
Keperawatan tim tidak di gunakan secara murni, karena tanggung jawabasuhan keperawatan pasien
terfragmentasi pada berbagai tim
Melalui kombinasi kedua model tersebut di harapkan komunitas asuhankeperawatan dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.Disamping itu, karena saat ini perawat yang
ada di rumah sakit sebagian besar adalah lulusan SPK, makan akan mendapat
bimbingan dari perawat primer/ ketua tim tentang asuhan keperawatan.
1. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantungatau berlindung
kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim
2. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
3. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
4. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain