Disusun Oleh :
Hari : …………………
Tanggal : …………………
Mahasiswa
Murtin Ismail
(P17212195017)
Mengetahui,
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Benigna prostatic hyperplasia (BPH), adalah suatu kondisi yang sering
terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormone prostat.
(Yuliana, Elin,2011).
BPH adalah pertumbuhan jinak pada kelenjar prostat, yang menyebabkan
prostat membesar.
2. Etiologi
Dengan bertambahnya usia, akan terjadi perubahan usia, akan terjadi
perubahan keseimbangan testoteron estogenkarena produksi testoteron
menurun dan terjadi dan terjadi konversi testoteron menjadi estrogen pada
jaringan adipose diperifer. Karena proses pembesaran prostat terjadi secara
perlahan efek perubahan juga terjadi perlahan-lahan. ( Wim dejong: 2002)
3. Manifestasi Klinis
Gejala awal muncul ketika prostat yang mengalami pembesaran mulai
menyumbat saluran kencing(uretra). Penderita mulai sulit untuk mulai
berkemih dimalam hari (nokturia) dan harus mengedan lebih kuat ketika
berkemih.
Gejala BPH berganti-ganti dari waktu- kewaktu dan mungkin terjadi
semakin parah, menjadi stabil, atau semakin baruk secara spontan.
Manifestasi BPH menurut Rumahorbo (2000)
1) Keluhan saluran kemih bagian atas. (gejala iritatis dan obstruktif)
Gejala iritatif
a) Frekuensi
b) Nocturia
c) Urgensi
d) disuria
Gejala obstruktif
a) Rasa tidak lampias setelah miksi
b) Hesitanty
c) Staining
d) Intermitten
2) Pada saluran kemih atas
berupa obstruksi : nyeri pinggang, benjolan pinggang (tanda
hidronefrosis) selnjutnya menjadi gagal ginjal. Dapat ditemukan
uremia, peningkatan TD, perikarditis, foerouremik dan neuropati
ferifer.
3) Luar saluran kemih
Pasien datang diawali dengan penyakit hernia ingiunalis/ hemoroid,
timbul penyakit ini di karenakan sering mengejan pada saat miksi
sehingga menyebabakan tekanan intra abdomen
4. Patofisiologi
Pada benigna prostat hyperplasia proses terjadinya terkadang dari penyebab
yang tidak diketahui dan kemungkinan terjdi adanya perubahan kadar
hormone yang terjadi karena proses penuaan.
Posisi dari kelenjar prostat yaitu mengelilingi uretha (saluran yang membawa
air kemih keluar dari tubuh)sehingga pertumbuhan pada kelenjar secara
bertahap akan menyempit uretra. Dan pada akhirnya aliran air kemih
mengalami penyumbatan. Jika seorang penderita BPH berkemih, kandung
kemih nya tidak sepenuhnya kosong. Sebagian air kemih masih tertahan
didalam kandung kemih. Sehingga penderita mudah mengalami infeksi atau
terbentuknya batu. Dan penyumbatan saluran kemih untuk jangka panjang
bias menyebabkan kerusakan pada ginjal.
6. Pemeriksaan diagnostic
a. Dilakukan pemeriksaan colok dubur (rektaltuse) untuk merasakan / meraba
kelenjar prostat. Dengan pemeriksaan inni bias diketahui adanya
pembesaran prostat. Benjolan keras (menunjukkan kanker) dan nyeri tekan
(menunjukan adanya infeksi).
b. Biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui fungsi ginjal dan
untuk penyaringan kanker prostat. (mengukur kadar antigen spesifik
prostat / PSA). Pada penderita BPH, kadar PSA meningkat 30-50%. Jika
peningkatan terus terjadi perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan
apakah penderita juga menderita kanker prostat.
c. Pengukuran jumlah air kemih yang tersisa di bladder setelah pernderita
berkemih, dilakukan pemeriksaan kateter / penderita diminta berkemih ke
dalam sebuah uroflowmeter (alat yang digunakan untuk mengukur laju
aliran air kemih).
d. Dengan USG, bias menentukan ukuran kelenjar dan pennyebab BPH.
e. Endoskopi yang dimasukkan oleh uretra untuk mengetahui penyebab
lainnya dari penyumbatan saluran kemih.
f. Rontgen untuk mengetahui adana penyumbatan saluran kemih.
g. Analisa air kemih dilakukan untuk melihat adanya darah ayau infeksi.
7. Penatalaksanaan
a. Sebelum operasi
1) Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbul keluhan, tanda dan gejala mungkin tampak
dengan bantuan pemeriksaan diagnostic. Pasien diminta melakukan tirah
baring dan dipuasakan. Dan observasi tanda-tanda vital dan lakukann
pemasangan infuse (tarapi intravena) untuk pemenuhan keseimbangan
cairan dan elektrolit pasien. Serta lakukan pemasangan kateter untuk
membantu pengeluaran unrine.
2) Pemberian antibiotic bila perlu disesuaikan dengan intruksi medis
3) Penkes (pendidikan kesehatan)
Perlu diberikan untuk meningkatkan pengetahuan pasien. Seperti
menjelaskan tujuan dan prosedur. Dengan tujuan untuk meningkatkan
koping pasien dan mencegah ansietas.
b. Setelah oprasai
Pantau selalu TTV pasien, kaji kondisi luka post operasi pasien
Pengkajian serta observasi ketat pasien post prostatektomi sangat penting
dikarenakan untuk mencegah komplikasi serta perdarahan post
protatektomi.
Selain itu kondisi kondisi psikologis pasien juga perlu dikaji dikarenakan
seringnya terjadi gangguan emosional post prostatektomi seperti adannya
gangguan citra tubuh, dan juga gangguan nyeri protatektomi.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian pengobatab sesuai instruksi dan
berkolabotasi juga dengan ahli gizi untuk pemenuhan mutrisi pasien post
prostatektomi.
B. KONSEP ASKEP PRE OPERATIF
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat
tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan
menjadi landasan untuk kesuksesan pada tahapan-tahapan berikutnya.
1. Pengkajian pada fase para operatif
Kaji pemahaman pasien tentang
a. Penyakitnya
b. Pengalaman operasi sebelumnya
c. Tujuan dan operasi tindakan operasi
d. Persiapan operasi baik fisik maupaun penunjang
e. Situasi dan kondisi kamar operasi dan petugas
f. Latihan yang harus dlakukan sebelum operasi dan yang harus dijalankan
setelahnya, seperti latihan napas dalam, batuk efektif, ROM, dll
Kaji gejala yang dialami pasien
a. Kaji pola tidur pasien
b. Pemeriksaan fisik
1) TTV sebelum masuk kamar operasi
2) Kaji jalan napas : daerah kepala dan leher untuk melihat adanya tismus,
keadaan gigi geligi, adanya gig palsu, gangguan fleksi dan ekstensi
leher, devisiasi trachea, adanya massa.
3) Jantung untuk mengevolusi kondisi jantung
4) Paru-paru untuk menilai adanya, dispnea, ronci dan mengi
5) Abdomen untuk menilai adany distensi, massa, achites, hernia, tanda
regurtitasi, faeses dicolon.
6) Punggung untuk melihat deformitas, memar atau infeksi
7) Neurologis : status mental, fungsi saraf cranial, kesadaran, fungsi
sensorimotorik
8) Ekstrimitas,untuk melihat perfusi distal, jari tubuh, sianosis, kulit dan
vena serta fungsi vena.
c. Mengkaji daerah pembedahan
d. Menelaah identitas pasien (rekam medik)
e. Pemerisaan diagnostic
f. Pemeriksaan laboratorium rutin
1) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis leukosit, golongan darah, massa
pembedahan, dan pembekuan
2) Urine : protein, reduksi, sedimen
g. Pemeriksaan laboratorium khusus
1) Fungsi hati
2) Fungsi ginjal
h. X-ray
1) Thorak foto (untuk bedah mayor)
2) Foto lain sesuai indikasi
i. Diangnosa keperawatan pada fase pre operatif
1. Nyeri akut b/d agen-agen penyebab cedera (biologis, kimia, fisik,
psikologis)
2. Ansietas b/d (terpajan toksin, hubungan keluarga/ herediter, stress,
krisis situasi atau maturasi, penyalahgunaan zat, ancaman kematian,
ancaman konsep diri, konflik yang tidk disadari)
3. Gangguan Eliminasi b/d obstruksi pintu keluar kandung kemih, efek
samping obat dekongestik
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST
OPERASI
Keperawatan pada fase post operasi merupakan suatu bentuk perawatan yang
merupakan fase akhir dari perioperatif yang dimulai sejak pasien masuk
perawatan PACU (Post Aneshesi Care Unit) sampai pada pasien sembuh total
dari perawatan. sebelum melakukan tindakan keperawatanpadafase post
operasi ada beberapa hal yang perlu di ketahui yaitu berupa komplikasi yang
sangat mungkin terjadi.
1. Komplikasi Post Operasi
a. Hematoma (Hemorraghe)
Perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien. sehingga balutan dapat
di inspeksi terhadap perdarahan dalam interval 24 jam pertama setelah
pembedahan
b. Infeksi ( Wound Sepsis)
Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial
dirumah sakit, proses peradangan biasanya meningkat, sel darah putih
meningkat, luka biasanya menjadi bengkak, hangat dan nyeri.
c. Jenis infeksi yang dapat timbul antara lain :
Cellulitis merupakan infeksi pada jaringan abses merupakan infeksi bakteri
terlokalisasi yang ditandai oleh : terkumpulnya pus (bakteri, jaringan
nekrotik, sel darah putih) lymphangitis yaitu infeksi lanjutan dari cellulitis
atau abses yang menuju ke sistem limfatik. dapat diatasi dengan istirahat
dan antibiotik. dehiscence : bila luka gagal sembuh maka lapisan kulit dan
jaringan akan terpisah. komplikasi ini dapat terjadi 3-11 hari setelah cedera
, terpisahnya jaringan bisa total atau sebagian.
d. Aviscerasi : bila separasi total maka organ dalam dapat keluar dari dalam
tubuh
e. Fistula merupakan lintasan abdominal antara dua organ atau antara organ
dalam dengan bagian luar tubuh. fistula kadang memang sengaja dibuat
oleh ahli bedah untuk meksud tertentu, tapi daapat terjadi akibat
penutupan luka yang tidak sempurna atau komplikasi suatu penyakit.
f. Keloid merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan, koleid ini
biasanya muncul tidak terduga dan tidak pada setiap orang.
2. Pengkajian Post Operasi
a. kaji ttv selama 24 jam pasca operasi
b. kaji kondisi area operasi
1. kondisi balutan
2. adanya perdarahan
3. insisi atau jahitan
4. kaji tanda-tanda inflamasi
5. pertahankan kondisi luka tetap kering
6. hindari menyentuh luka dengan tangan atau benda yang tidak steril
7. berikan kondisi tinggi protein, vitamin dan mineral
c. kaji kemampuan pasien dalam bernapas dan adanya gangguan napas
d. kaji intake dan output nutrisi dan cairan
e. kaji tanda dan gejala infeksi
f. kaji respon pasien terhadap pembedahan
g. evaluasi efektifitas dari askep diruang operasi
h. menentukan status psikologi pasien adakah disorientasi
C. Diagnosa Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab cidera fisik
(pembedahan)
2. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia, kelembaban,
hipertermia, hipotermia, faktor mekanik ( terpotong, terkena tekanan,
dan akibat restrain) , obat, mobilitas fisik, radiasi.
WOC Benigna Prostat Hiperplasia
Idiopatik, penuaan
Pembesaran prostat
Post operasi
Penyempitan uretra pars prostat
Urine terhambat
BPH prostalektomi
Pre operasi
Kurangnya informasi pasca bedah
Trauma bekas
insisi
Tekanan intravesika Kurangnya Kurangnya
pengetahuan perawatan
Nyeri perdarahan
retensi VU
BAK Bakteri mudah
masuk
Gangguan pola
Upaya berkemih eliminasi urine
RENCANA KEPERAWATAN
TGL DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TTD
KEPERAWATAN STANDAR
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan asuhan Obesrvasi:
keperawatan selama 1x24 jam - Observasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
diharapkan nyeri yang dirasakan kualitas, intensitas nyeri.
menurun. Dengan kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
keluhan nyeri menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
meringis menurun - Identifikasi factor yang memperberat dan
sikap protektif menurun memperingan
gelisah menurun Terapeutik
kesulitan tidur menurun - Berikan tekhnik non farmakologis untuk
frekuensi nadi membaik mengurangi rasa nyeri
- kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
pola napas membaik
- Fasilitasi istirahat dan tidur
tekanan darah membaik
Edukasi
fungsi berkemih membaik - Jelaskan penyebab periode, dan pemicu nyeri
pola tidur membaik - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajrkan tekhnik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
RENCANA KEPERAWATAN
TGL DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TTD
KEPERAWATAN STANDAR
Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan asuhan Obesrvasi:
urine keperawatan selama 1x24 jam - Identifikasi tanda dan gejala retensi atau
diharapkan eliminasi urine inkontinensia urine
membaik. Dengan kriteria hasil : - Identifikasi factor yang menyebabkan retensi
Desakan berkemih membaik - Monitor eliminasi urine (mis frekuensi,
Distensi kandung kemih konsistensi, aroma, volume)
membaik Terapeutik
Urin menetes membaik - Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
Berkemih tidak tuntas - Batasi asupan cairan, jika perlu
membaik - Ambil sampel urine atau kultur
Frekuensi BAK meningkat Edukasi
- Ajarkan mengukur cairan dan haluaran urine
- Ajarkan mengenali tanda berkemih
- Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
- Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat suposutoria, jika
perlu
RENCANA KEPERAWATAN
TGL DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TTD
KEPERAWATAN STANDAR
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Obesrvasi:
asuhan keperawatan selama 1. Monitor tingkat kemandirian
2x24 jam diharapkan 2. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
toleransi aktivitas pasien sesuai usia
meningkat. Dengan kriteria Terapeutik
hasil: 3. Siapkan keperluan pribadi
Saturasi oksigen 4. Damping dalam melakukan perawatan diri
meningkat sampai mandiri
Kemudahan dalam 5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
melakukan aktivitas melakukan perawatan diri
sehari-hari meningkat Edukasi
Kecepatan berjalan 6. Anjurkan melakukan perawatan diri secara
meningkat mandiri sesuai kemampuan
Jarak berjalan meningkat
Kekuatan tubuh bagian
atas meningkat
Keluhan lelah menurun
Tekanan darah membaik
Frekuensi nafas membaik
RENCANA KEPERAWATAN
TGL DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TTD
KEPERAWATAN STANDAR
Ansietas Setelah dilakukan tindakan Observasi
1x24 jam, diharapkan tingkat - Identifikasi tingkat ansietas
ansietas dengan ekspetasi - Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
menurun dengan kriteria hasil - Monitor tanda-tanda ansietas
: Terapeutik
Verbalisasi kebingungan - Ciptakan suasana terapeutik
menurun - Temani pasien untuk mengurangi ansietas
Verbalisasi khawatir - Pahami situasi dan kondisi pasien
akibat kondisi yang - Dengarkan dengan penuh perhatian
dihadapi menurun - Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Perilaku gelisah Edukasi
menurun - Anjurkan melalukan kegiatan sesuai kebutuhan
Perilaku tegang menurun - Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Konsemtrasi membaik - Anjurkan mengungkapkan kemampuan dan
Pola tidur membaik persepsi
- Latih tehnik relaksasi
Kolaboasi
7. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika
perlu
RENCANA KEPERAWATAN
TGL DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TTD
KEPERAWATAN STANDAR
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Observasi
1x24 jam, diharapkan tingkat - Identifikasi kemampuan dan kesiapan menerima
pengetahuan dengan informasi
ekspetasi meningkat dengan - Identifikasi faktor-faktor yang dapat
kriteria hasil : meningkatkan dan menurunkan motivasi
Perilaku sesuai anjuranTerapeutik
meningkat - Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Verbalisasi minat dalam - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
belajar meningkat kesepakatan
Kemampuan - Berikan kesempatan untuk bertanya
menggambarkan Edukasi
pengalaman sebelumnya - Jelaskan faktor resiko yang dapat membahayakan
yang sesuai dengam kesehatan
topik meningkat - Ajarkan perlaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Perilaku sesuai dengan - Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
pengetahuan meningkat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
Persepsi yang keliru
terhadap masalah
menurun
RENCANA KEPERAWATAN
TGL DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TTD
KEPERAWATAN STANDAR
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Obesrvasi:
asuhan keperawatan selama 2 - Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
x 24 jam diharapkan tanda sistematik
dan gejala infeksi menurun. Terapeutik
Dengan kriteria hasil: - Batasi jumlah pengunjung
Kebersihan tangan - Berikan perawatan kulit pada area oedem
meningkat - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
Kebersihan badan pasien dan lingkungan pasien
meningkat Edukasi
Nafsu makan meningkat - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Demam menurun - Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
Nyeri menurun - Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
Bengkak menurun - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Kolaborasi
Kultur urin membaik
- Kolaborasi pemberian imunitas, jika perlu.
Kultur area luka membaik
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Data Demografi
Nama : Tn M
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 66 Tahun
Status Kawin : Menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Wlingi
No. Register : 1907xxx
Tanggal Mrs : 08 April 2020
Tanggal Pengkajian : 08 April 2020
Diagnosa Medis : BPH
Sumber Informasi : Klien Dan Keluarga
B. POLA ELIMINASI :
1. BAB : SMRS : Klien mengatakan BAB teratur 1X sehari.
MRS : Klien mengatakan selama di RS pasien sudah BAB
tadi pagi .
2. BAK : SMRS : Klien mengatakan BAK 3-4 kali dalam sehari tetapi
sedikit sedikit
MRS : Klien mengatakan BAK nya menggunakan kateter
dan selama 24 jam klien BAK 1200cc
3. Kesulitan BAB/BAK : tidak ada kesulitan saat BAK karena klien
menggunakan kateter
4. Upaya/Cara mengatasi masalah tersebut : Terpasang polly kateter, Jumlah urine
1200 cc/24 jam, warna urine kuning pekat, kateter tidak terawat, Kateter belum
diganti sejak 14 hari yang lalu, Hasil BOF :Tak tampak batu radiopague
sepanjang tractus urinarius
- Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk Abdomen : distensi abdomen
- Benjolan/massa : Tidak terdapat benjolan atau massa.
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : BU 15 kali/menit.
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : Tidak Terdapat nyeri tekan
- Benjolan /massa : Tidak terdapat benjolan atau massa.
- Tanda-tanda Ascites : Terdapat Ascites pada perut pasien.
- Hepar : Tidak terdapat pembesaran dan nyeri tekan.
- Lien : Tidak terdapat pembesaran dan nyeri tekan .
- Titik Mc. Burne : Tidak terdapat nyeri tekan.
d. Pekusi
- Suara Abdomen : Dullnes
- Pemeriksaan Ascites : tidak ada
5 5
c) Kekuatan otot :
- Pemeriksaan Neorologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kwantitatif ) / GCS :
Tingkat kesadaran compos mentis dengan GCS 15= E4V5M6.
2. Tanda-tanda rangsangan Otak (Meningeal Sign) :
Kaku kuduk negatif, kernig sign negatif, brudzinki negatif.
3. Fungsi Motorik :
Klien dapat menggerakkan ekstremitas atas dan bawah,
4. Fungsi Sensorik :
Klien dapat merasakan nyeri.
5. Refleks :
a) Refleks Fisiologis : Refleks patella positif ekstremitas bawah kanan dan
kiri.
a) Refleks Patologis : Babinzki negatif.
- Pemeriksaan Status Mental
- Kondisi emosi/perasaan :
Kondisi emosional/ perasaan klien stabil klien berpasrah tapi tetap berusaha
untuk sembuh dari penyakitnya.
- Orientasi
Klien dapat berorientasi terhadap waktu, klien mengetahui klien dirawat dirumah
sakit diruang dahlia dan klien mampu mengenal orang-orang disekitar klien.
- Proses berfikir (ingatan, atensi, keputusan, perhitungan)
Klien mampu mengingat, klien mampu mengambil keputusan dank lien dapat
menghitung dengan benar.
- Motifikasi (kemampuan)
Klien mampu mengambil keputusan secara mandiri.
- Persepsi
Keluarga optimis atas kesembuhan klien.
- Bahasa
Bahasa Jawa dan Indonesia.
PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN DEWASA
(SKALA MORSE)
Tingkat Risiko :
Skor 0-24 : Tidak Berisiko, Perawatan yang baik
Skor 25-50 : Risiko Rendah, Lakukan intervensi jatuh standar
Skor ≥ 51 : Resiko Tinggi, Lakukan intervensi jatuh resiko tinggi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : BPH
B. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Medis :
1. Laboratorium 20 April 2020
- Rontgen
Tidak ada
- USG
Tidak ada
- Mikrobiologi Klinik
Tidak ada
PENATALAKSANAAN TERAPI
ANALISA DATA
Nama : Tn M
Umur : 66 tahun
No Rm : 1907xxxx
Hari/
Tgl/ DATA ETIOLOGI MASALAH
Jam
PRE OPERASI
08 April
DS :
2020 Penurunan kapasitas Gangguan eliminasi
- Klien mengatakan tidak kandung kemih urin
dapat buang air kecil
- Klien mengatakan urin
keluar sedikit-sedikit
- Klien mengatakan sering
merasakan desakan dalam
berkemih
- Klien mengatakan sering
merasa buang air kecil
DO :
- Distensi kandung kemih
- Berkemih tidak tuntas
- Volume residu urin
meningkat
ANALISA DATA
Nama : Tn M
Umur : 66 tahun
No Rm : 1907xxxx
Hari/
Tgl/ DATA ETIOLOGI MASALAH
Jam
PRE OPERASI
08 April Krisis Situasional Ansietas
DS :
2020
- Klien mengatakan merasa
bingung
- Klien merasa khawatir
dengan kondisinya
- Klien mengatakan sulit
berkonsentrasi
- Klien mengatakan merasa
tidak berdaya
- Klien mengatakan pusing
dengan kondisinya
DO:
- Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Sulit tidur
- Frekuensi napas meningkat
21x/m
- Wajah tampak pucat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
POST OP