Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN DASAR

LAPORAN PENDAHULUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

Disusun oleh:
Viky Ripto Gunawan
1B Merpati
NIM : 11409719073
Email : cakripto@gmail.com

PEMBIMBING :
M. HUSNI, S.Kep. Ns.M.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/ TANJUNGPURA


BANJARMASIN
2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

A. Pengertian

1.1 Definisi iistirahat tidur

Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang
bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah keadaan
gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan minimnya
aktifitas ( k e p e r a w a t a n d a s a r , 2 0 1 1 : 2 0 3 ) . T i d u r a d a l a h s u a t u k e a d a a n
r e l a t i v e t a n p a s a d a r y a n g  penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan
siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah
yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau
mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar,
2011:203). Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat
badan menjadi lebih segar (Tarwoto,2006).

Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan
rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya (Lynda Juall,
2012:522).Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat
faktor eksternal (NANDA NIC-NOC,2013:603).

1.2. Fisiologi Tidur

Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga umumnya
mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga,
tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur.
Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM-Non
Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan
tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan
suhu, denyut, tekanan darah,  pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi
tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5
disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM
dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM.
Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi.

a. Non Rapid Eye Movement (NREM)


Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur.Terbagi menjadi empat
tahapan yaitu:

1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung
beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai
dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.  
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerakkekiri dan kekanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.

2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung 10-
20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih lambat.
Tahap II ini ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.  
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut
gelombang tidur.

3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit.Tahap
III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.  
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.

4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai
dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.  
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2
siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol).
 
b. Rapid Eye Movement  (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 % dari
tidurnya.
1) Tahap REM ditandai dengan :
a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap
sebelumnya.  
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang
berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit

2) Karakteristik tidur REM


a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
h) Gelombang otak : EEG aktif.
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur

a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat
tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma,  bronkhitis,
penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.  

b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduhmaka akan menghambat
tidurnya.

c. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk
tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

d. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.

e. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga
mengganggu tidurnya.

f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.

g. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik
(menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein (Meningkatkan saraf
simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan Narkotika (Mensupresi REM).
1.4. Gangguan Tidur

Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya menyebabkan tidur
terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah insomnia yaitu : gerakan abnormal
atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang  berlebihan di
siang hari ( Maslow, 2005).

a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami kesulitan
tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur non retoratif
(Edinger dan Sarana, 2005). Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa
karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti  perasaan gundah dan gelisah.
Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur,
Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga,
terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.

b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur,
dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya tidur  berjalan,
mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol),  badan goyang,
dan bruksisme (gigi bergemeretak).

c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang
hari.

d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada
siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyatayang
terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari kenyataan.
Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara sesaat sebelum
bagun atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminaultt dan Fromberz, 2005).

e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur


Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui hidung
dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis tidur apnea
yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling umum adalah apnea
obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA mempengaruhi 10-15% dari dewasa
menengah (Groth, 2005), Namun sering terjadi juga pada wanita menopause, serta
wanita muda dan anak-anak (Mendez, dan Olson, 2006). OSA terjadi ketika otot atau
struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur. Saluran
napas tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung (hiponea)
atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik (Guilleminault dan Bassiri, 2005).
Seseorang masih mencoba untuk bernapas karena dada dan perut terus bergerak,
sehingga sering menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau
mendengkur. Ketika  pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya berkurang, setiap
gerakan diafragma  berturut-turut menjadi kuat sampai penyumbatan terbuka.
Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai apnea maka
bisa menjadi masalah.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

B. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan format
nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat, pendidikan,
diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta
bantuan pelayanan seperti:
1) Apa yang dirasakan klien
2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau
perlahan dan sejak kapan dirasakan
3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Mengkaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung
lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun
karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya
hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien. Meliputi pengkajian
apakah pasien mengalami alergi atau penyakit keturunan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau
sudah sering mengalami gangguan pola tidur.
3. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual
a. Bernapas
b. Nutrisi
c. Eliminasi
d. Aktivitas
e. Istirahat tidur
f. Berpakaian
g. Pengaturan suhu tubuh
h. Personal Hygiene
i. Rasa Aman Nyaman
j. Komunikasi
k. Spiritual
l. Rekreasi
m. Bekerja
n. Pengetahuan atau belajar
4. Data Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum Pasien
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna kulit.
b. Gejala Kardial
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
c. Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata. hidung. mulut. telinga,
leher, thoraks, abdonmen, dan ekstermitas. Secara umum, teknik pemeriksaan
fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh herbagai penyimpangan fungsi
adalah : Inspeksi, Palpasi. Auskultasi dan Perkusi.
5. Data Pemeriksaan Penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan pasien baik
selama perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.
6. Pengkajian psikososial
Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman serta bagaimana
keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

C. Tanda dan Gejala


1. Dewasa
a) Perubahan mood
b) Agitasi
c) Mengantuk sepanjang hari
d) Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
e) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari

2. Anak
a) Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan, enuresis, atau
respons tidak konsisten dari orang tua terhadap permintaan anak untuk
mengubah peraturan dalam tidur seperti permintaan untuk tidur larut malam.
b) Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang tua.
c) Sering bangun saat malam hari.

D. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau
tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap:
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang.
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik.
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram (EMG),
dan elektro-pkulogram (EOG) sekaligus. Klien dapat memekai Actigraph pada pergelangan
tangan untuk mengukur pola tidur selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy
memberika informasi waktu tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat
aktivitas dan istirahat (Buysse, 2005).
E. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Famakologi
Merupakan terapi dengan tidak menggunakan obat. Ada pun cara yang dapat
dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik
pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian
emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana
kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Pasien harus disiplin menjalankan waktu- waktu tidur normalnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri.
e. CBT (Cogntive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi koganitif si penderita dalam
memandang dirinya,lingkungannya, masa depanya dan untuk meningkatkan rasa
percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya
masih berharga.
f. Sleep Restrietion Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si penderita
gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si
penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan melarang
si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si
penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang tidak
menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di
bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Tarapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu
dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam, Iriazolam. Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat
tersebut mengakibatkan Inkoordinst motorik. gangguan fungsi mental dan psikomotor.
gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb.

Anda mungkin juga menyukai