SKRIPSI
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
DEPOK
JULI 2008
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
DEPOK
JULI 2008
ii Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 10 Juli 2008
iv Universitas Indonesia
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, karena atas berkat dan
rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Teknik Jurusan Teknik Industri pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak (Alm), Ibu, Mbak Wiwit, dan Mbak Ruruh, Keluarga yang selalu
mendoakan dan memberikan dukungan moral dan materiil kepada penulis;
2. Bapak Dr. Ir. Teuku Yuri M. Zagloel, MengSc selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan moral kepada
penulis;
5. Okta Rizka dan Anwar sesama warga kukelers yang telah memberikan
motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi;
6. Aqquinaldo, Arie, Eko, Heri, dan Rian atas bantuan dam kebersamaan selama
skripsi;
Akhir kata, penulis berharap Allah Swt berkenan membalas segala kebaikan
saudara-saudara semua. Dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
v Universitas Indonesia
beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
Ekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-
kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database),
mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta
dalam karya ilmiah ini menjadi tanggungjawab saya pribadi.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 10 Juli 2008
Yang menyatakan
vi Universitas Indonesia
Perhitungan dan analisis biaya kualitas merupakan langkah awal pada total
quality management. Perhitungan biaya kualitas mencakup akumulasi dari biaya
conformance dan biaya non-conformance, dimana biaya conformance merupakan
biaya yang keluar untuk mencegah terjadinya kualitas yang buruk dan biaya non-
conformance merupakan biaya dari kualitas yang buruk yang disebabkan karena
kegagalan produk. Analisis biaya kualitas dapat digunakan sebagai informasi awal
diperlukan atau tidaknya improvement. Metode ABC digunakan untuk membantu
penghitungan biaya kualitas yang lebih efektif. Perhitungan biaya kualitas pada
PT. X melibatkan biaya-biaya yang terjadi pada rentang Bulan April 2007 hingga
Februari 2008, yang mencakup biaya pencegahan, biaya penilaian, dan biaya
kegagalan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa lebih dari 50% dari biaya
kualitas merupakan biaya kegagalan, dengan kondisi biaya kualitas terhadap
penjualan rata-rata sebesar 14%.
Kata kunci:
Biaya Kualitas, Biaya Pencegahan-Penilaian-Kegagalan, Activity Based Costing
Measuring and analyzing the cost of quality is the first step in total quality
management. Measuring the cost of quality is consist a sum of conformance plus
non-conformance costs, where cost of conformance is the price paid for
prevention of poor and cost of non-conformance is the cost of poor quality caused
by product. Cost of quality analysis can be used as a initial information to knows
whether improvement is necessary to do or not. The ABC methode is use to helps
defining quality costs more effectively. The cost of quality calculation in PT. X
incurred cost in April 2007 until Februari 2008, consist of prevention cost,
appraisal cost, and failure cost. The result of the cost of quality showed that more
than 50% cost of quality are failure cost, with the average condition of the cost of
quality toward selling is about 14%.
Keywords:
Cost of Quality, Prevention-Appraisal-Failure Cost, Activity Based Costing
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
maupun tekanan bagi perusahaan yang seringkali dihadapkan pada pelanggan yang
membayar lebih untuk mendapatkan kualitas sempurna bagi produk yang mereka
inginkan (untuk menghindari resiko ataupun kerusakan). Kemungkinan dari
kecenderungan peningkatan kesempurnaan ini akan membawa perusahaan pada
tingkat kompleksitas yang semakin tinggi.
Dan untuk mendekati level kesempurnaan tersebut, maka perusahaan harus
melakukan evaluasi pada level manakah peningkatan kualitas yang telah dicapai.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan perusahaan untuk dapat melihat level
kesempurnaan ini adalah dengan memperhatikan dan mengukur faktor-faktor biaya
yang terlibat dalam penciptaan kualitas suatu produk. Dan hal ini juga mencakup
pelaporan biaya kualitas tersebut, karena pengukuran dan pelaporan biaya kualitas ini
merupakan sebuah landasan awal pada suatu sistem manajemen kualitas.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
dan mengalokasikan biaya kualitas, adalah Activity Based Costing (ABC), dimana
metode ABC ini dapat digunakan untuk mempermudah pengkategorian biaya-biaya
pada saat melakukan penelusuran terhadap biaya-biaya yang terdapat pada kategori-
kategori biaya kualitas.
Penelitian ini dimaksudkan untuk membahas biaya kualitas ini dengan
memberikan analisis kondisi biaya kualitas dengan menggunakan metode Activity
Based Costing pada PT. X yang merupakan salah satu perusahaan manufaktur
terbesar di Indonesia. Penghitungan biaya kualitas ini diharapkan dapat menjadi
informasi awal diperlukan atau tidaknya peningkatan suatu produk atau proses.
Universitas Indonesia
Pihak manajemen
Tuntutan bagi Analisis Biaya
mengalami kesulitan
perusahaan akan Kualitas dengan
dalam menentukan
Good Quality dan metode P-A-F dan
elemen kualitas dan
Safety Product ABC
biayanya
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sumber yang digunakan diperoleh dari internet, buku, laporan penelitian, serta
artikel-artikel yang dimuat dalam jurnal.
4. Pengidentifikasian biaya kualitas.
Dilakukan dengan memberikan daftar elemen biaya kualitas kepada PT. X.
Identifikasi ini dilakukan melalui diskusi dengan pihak PT. X. Dimana studi
literatur dijadikan sebagai acuan dari proses identifikasi.
5. Mengumpulkan Data.
Pengumpulan data dilakukan berdasarkan hasil diskusi mengenai elemen
biaya kualitas yang terjadi pada PT. X. Pengumpulan data meliputi
wawancara dan pengamatan data terdokumentasi secara langsung.
6. Pengolahan data.
Pada tahap ini, dilakukan penghitungan besaran nilai tiap-tiap elemen biaya
kualitas dengan menggunakan struktur perhitungan activity based costing.
7. Analisis hasil perhitungan.
Melakukan analisis hasil perhitungan biaya kualitas. Analisis perhitungan
mencakup trend biaya kualitas, kondisi biaya kualitas terhadap penjualan, dan
peluang improvement yang layak.
8. Penyusunan kesimpulan.
Penyusunan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil analisis.
Universitas Indonesia
Menentukan Pokok
Diskusi
Permasalahan
Menentukan Tujuan
Saran
Penelitian
Dasar Teori
Studi Literatur
CoQ Konsep
Mempelajari Landasan
Penghitungan
Teori
Biaya Kualitas
Dasar Teori
ABC
Identifikasi CoQ
Tidak Data
Memadai?
Ya
Pengolahan Data
Hasil Penelitian
Merangkum Hasil Penelitian
Kesimpulan dan Saran
Membuat Kesimpulan
Saran
dan Saran
Selesai
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1
Feignbaum, Armand V., Total Quality Control, Third Edition. New York : McGraw-Hill Book
Company, 1983, hal 37.
2
Gaspersz, Vincent., TQM : Total Quality Management, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,
2001, hal 14.
8 Universitas Indonesia
3
Ibid., hal 39.
4
Ibid., hal 59.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Biaya kualitas
Biaya
Biaya
Kegagalan
Pengendalian
Pengendalian
Biaya Biaya
Biaya Biaya
Kegagalan Kegagalan
Pencegahan Penilaian
Internal Eksternal
5
Feignbaum, Armand V.,1983, Op.Cit.,hal 110.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Penarikan (Recall)
Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan adanya
penarikan produk dari tangan pelanggan kembali ke produsen.
f. Kehilangan penjualan (Loss of sales and goodwill)
Kehilangan penjualan yang disebabkan oleh penurunan atau penghentian
pesanan dari segmen pasar utama karena kualitas produk yang buruk.
6
Ibid., hal.142.
Universitas Indonesia
6. Data biaya standar, misalnya biaya yang dikeluarkan karena adanya scrap
atau rework produk.
7. Wawancara langsung dengan personil yang bersangkutan.
Setelah biaya-biaya yang berkaitan dengan kualitas produk diidentifikasi,
langakh selanjutnya adalah mengumpulkan data biaya. Pengelompokan data
tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1. Berdasarkan produk, proses komponen jenis cacat atau pola cacat lainnya.
Data tersebut mempermudah menyiapkan analisis pareto untuk
mengidentifikasikan contributor biaya kualitas yang dominan.
2. Berdasarkan unit organisasi seperti departemen, divisi atau unit organisasi
lainnya. Cara ini sering digunakan untuk mengindentifikasikan performa
unit organisasi dan juga untuk mendorong supplier agar melakukan upaya
produk pasokannya.
3. Berdasarkan kategori biaya kualitas. Cara ini berguna untuk menentukan
estimasi perbaikan melalui alokasi biaya pencegahan dan biaya
pemeriksaan dalam berhubungan dengan usaha menurunkan biaya kualitas
4. Berdasarkan waktu, menyediakan informasi terhadap kecenderungan dan
kemajuan upaya perbaikan dari waktu ke waktu.
Universitas Indonesia
Untuk industri jasa, rata-rata biaya kualitas pertahun adalah sekitar 30% dari total
biaya operasi, bervariasi antara 25-40%, tergantung pads kompleksitas layanan
jasa yang dihasilkan7.
Terdapat beberapa kondisi biaya kualitas yang umum terjadi, yaitu, total
biaya kualitas akan tinggi pada industri yang kompleks, biaya kegagalan
memegang persentase terbesar dan biaya pencegahan memberikan persentase
terkecil dari total biaya kualitas. Kondisi diatas akan diperoleh jika perhitungan
dan analisis biaya kualitas mencakup keseluruhan unit bisnis perusahaan. Akan
tetapi perhitungan dan analisis biaya kualitas yang dibatasi pada satu proses bisnis
atau satu unit produksi bisa saja memberikan persentase yang berbeda untuk
masing-masing elemen biaya kualitas. Kurva berikut menunjukkan model
optimum dari biaya kualitas.
7
Frank M. Gryna,200l, Quality Planning and Analysis 4 th edition,McGraw Hill, Singapura,hal.28
Universitas Indonesia
8
Ibid., hal. 146.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Overhead pabrik.
Overhead pabrik dapat didefinisikan sebagai biaya dari bahan tidak
9
Usry, Milton E., Lawrence H. Hammer, and William K. Carter, Terjemahan Alfonsus Sirait dan
Herman Wibowo, Cost Accounting: Planning and Control, Edisi ke-10, Jilid Pertama, Jakarta,
1997, hal. 37.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pada akhirnya belanja barang modal yang dianggap sebagai aktiva tadi
akan masuk dalam arus biaya bila digunakan atau bila habis masa
manfaatnya.
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expanditure).
Pengeluaran pendapatan memberikan manfaat dalam periode berjalan
dan dicatat sebagai beban.
5. Biaya dalam hubungannya dengan keputusan yang diusulkan , pelaksanaan
dan evaluasi.
Konsep biaya yang digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan oleh
manajemen adalah biaya relevan. Pengambilan keputusan ini dalm
perusahaan berarti memilih alternatif yang ada. Biaya relevan adalah biaya
yang ditaksir di masa yang akan datang yang berbeda pada masing-masing
alternatif yang berlainan. Yang termasuk biaya relevan adalah :
a. Opportunity cost.
Adalah keuntungan yang terpaksa dilepaskan dengan diambilnya suatu
alternatif tertentu dan dilepaskannya alternatif lain.
b. Imputed cost.
Adalah suatu biaya yang walaupun tidak menyebabkan suatu pengeluaran
uang, namun merupakan pengorbanan bagi seseorang.
c. Differential cost.
Adalah tambahan atau selisih pada total cost yang disebabkan karena
berubahnya volume produksi maupun volume penjualan.
d. Sunk cost.
Adalah biaya historic yang pada suatu keadaan tertentu tidak mungkin
diterima kembali (incoverable), sehingga pada persoalan yang
bersangkutan harus dianggap sebagai biaya yang tidak relevan.
e. Replacement cost.
Adalah biaya yang diperlukan untuk mengganti suatu produk atau aktiva
tertentusesuai dengan harga pasar yang berlaku.
f. Future cost.
Adalah biaya yang menurut taksiran akan dibayar di waktu yang akan
datang.
Universitas Indonesia
10
Hansen, Don R. and Maryanne Mowen, Cost Management: Accounting and Control,
Cincinati_Ohio: South Western Publishing, 1995, hal. 293.
11
Usry, Milton E., Lawrence H. hammer, and William K. Carter, Cost Accounting : Planning
and Control, 11 th edition, Cincinati Ohio : South Western Publishing, 1993 hal. 362.
12
Tunggal, Amin Widjaja, Activity-Based Costing : Untuk Manufaktur dan Pemasaran, Edisi
Pertama, Jakarta: Harvarindo, 1995, hal. 11.
Universitas Indonesia
13
Cooper, Robin and Robert S. Kaplan, The Design of Cost Management System: Text, Cases
and Reading, New Jersey: Prentice Hall Inc., 1991, hal. 269.
Universitas Indonesia
14
Tunggal, Amin Widjaja,1995, Op.Cit.,hal. 20.
15
Cooper, Robin and Robert S. Kaplan,1991, Op.Cit .,hal. 209.
Universitas Indonesia
mengalokasikan biaya overhead pabrik dari pusat biaya ke produk atau jasa.
2. Pusat biaya terlalu besar dan berisi mesin yang memiliki struktur biaya
overhead yang sangat berbeda.
3. Hanya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan untuk
mengalokasikan biaya overhead pabrik dari pusat biaya ke produk dan jasa.
Sistem biaya konvensional membebankan biaya overhead pabrik ke produk
atas dasar kuantitas produk yang diproduksi, yang disebut unit-based system.
Metode in menganggap bahwa biaya overhead pabrik proporsional dengan
unit yang diproduksi. Hal ini menghasilkan informasi biaya yang mengandung
distorsi kuantitas, karena biaya dialokasikan secara tidak langsung ke produk
dengan menggunakan suatu dasar yang tidak proporsional.
4. Biaya pemasaran dan penyerahan produk atau jasa sangat berbeda diantara
saluran distribusi, namun sistem akuntansi biaya tradisional tidak
memperdulikan pemasaran. Akutansi biaya konvensional dirancang dan
dikembangkan pada kondisi dimana fungsi dominan dalam perusahaan yang
hanya sedikit memperdulikan biaya pemasaran, sehingga manajer tidak
memperoleh informasi biaya yang memungkinkan mereka menganalisa
profitabilitas saluran distribusi, metode pemasaran dan sebagainya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem biaya tradisional
menyebabkan distorsi biaya produksi sehingga tidak tepat digunakan dalam
lingkungan manufaktur yang maju.
Universitas Indonesia
16
Usry, Milton E., Lawrence H. hammer, and William K. Carter, Cost Accounting : Planning and
Control, 11th edition, Cincinati Ohio : South Western Publishing, 1993 hal. 365.
17
Rayburn, L. Gayle, Cost Accounting: Using A Cost Management Approach, New Jersey,:
Prentice Hall Inc., 1995, hal. 120.
18
Horngren, Charles T., George Foster, and Srikant Datar, Cost Accounting: A Managerial
Emphasize, 10th Edition , New Jersey: Prentice Hall Inc., 2000, hal. 140.
Universitas Indonesia
pelanggan menciptakan adanya permintaan atas aktivitas. Jadi tahap kedua dalam
sistem ABC adalah mengalokasikan biaya aktivitas ke produk atas konsumsi dari
tiap produk individual atau atas permintaan setiap aktivitas.
19
Rayburn, L. Gayle,1995, Op.Cit.,hal. 122.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
22
Rayburn, L. Gayle,1995, Op.Cit., hal. 132.
Universitas Indonesia
23
Cooper, Robin and Robert S. Kaplan,1991, Op.Cit.,hal. 276.
24
Usry, Milton E., Lawrence H. hammer, and William K. Carter, Terjemahan Alfonsus Sirait dan
Herman Wibowo, Cost Accounting : Planning and Control, Edisi ke-10, Jilid Pertama, Jakarta,
1997, hal. 370.
Universitas Indonesia
25
Horngren, Charles T., George Foster, and Srikant Datar,2000, Op.Cit.,hal. 152.
Universitas Indonesia
2.7. Aktivitas.
Disini dilakukan perbedaan definisi antara aktivitas pada perusahaan besar
dangan aktivitas pada perusahaan menengah dan kecil. Untuk perusahaan besar,
aktivitas didefinisikan sebagai proses-proses atau prosedur-prosedur yang
menyebabkan kerja (processes or procedures that cause work). Sebagai contoh,
dalam departemen account payable aktivitasnya dapat diperinci antara lain
pengisian laporan penerimaan, order pembelian, dan invoice, menbandingkan
laporan penerimaan, order pembelian, dan invoice tersebut, lalu memasukan data
komputer dan seterusnya.
Sedangkan untuk perusahaan menengah dan kecil aktivitas didefinisikan
sebagai : "groups of related processes or procedures that together meet a
particular work need of the organization"26.
Berdasarkan definisi tersebut maka aktivitas departemen account payable
adalah account payable dan aktivitas departemen purchasing adalah purchasing.
Pembedaan ini didasarkan pada materiality. Pada perusahaan besar, setiap proses
atau prosedur, mengkonsumsi sejumlah waktu dan biaya yang signifikan.
Sedangkan pada perusahaan menengah dan kecil, setiap proses atau prosedur
mengkonsumsi sejumlah waktu dan biaya yang relatif kecil. Sehingga
perhitungan akan lebih mudah jika beberapa proses atau prosedur tersebut
disatukan.
Kunci dalam menentukan setiap aktivitas-aktivitas sebuah perusahaan
adalah dengan membagi proses-proses perusahaan menjadi kelompok-kelompok
tertentu berdasarkan relevansi antar proses. Meskipun sistem ABC lebih
kompleks dibandingkan dengan sistem akuntansi biaya tradisional, tetapi sistem
ini mampu menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat.
Aktivitas juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut27:
1. Aktivitas repetitif dan non repetitif.
Aktivitas repetitif yaitu aktivitas yang dilakukan secara berulang dan
kontinu. Sedangkan aktivitas non repetitif yaitu aktivitas yang dilakukan
26
Usry, Milton E., Lawrence H. hammer, and William K. Carter, Terjemahan Alfonsus Sirait
dan Herman Wibowo, Cost Accounting : Planning and Control, Edisi ke-10, Jilid Pertama,
Jakarta, 1997, hal. 157.
27
Ibid., hal. 160.
Universitas Indonesia
28
Ibid., hal. 170.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pengumpulan dan pengolahan
data yang berhasil diperoleh dari PT. X. Proses pengumpulan data ini dilakukan
melalui dua cara, yakni dengan metode wawancara dan pengambilan data secara
langsung.
President
Vice President
Management
Control
Personal Factory
Production Product PCB SPC Head Parts
Administration Facility CSQA
Control Engineering Production Production Production Production
Department Support
40 Universitas Indonesia
Dari hasil pengisian check list diatas diketahui bahwa elemen-elemen yang
terjadi pada PT. X adalah sebagai berikut:
I. Biaya Pencegahan (Prevention Cost)
Perencanaan Kualitas (Quality Planning)
Pemeriksaan Produk Baru (New-Product Review)
Perencanaan Proses (Process Planning)
Pengawasan Proses (Process Control)
Evaluasi Kualitas Supplier (Supplier Quality Evaluation)
Perawatan Peralatan (Maintaining Equipment)
Pelatihan (Training)
Universitas Indonesia
Gaji/Bulan
Biaya Man
Hour
Universitas Indonesia
Keterangan gambar:
Sama dengan
Perkalian
Pembagian
Sehingga dari data gaji/bulan yang diperoleh dari pihak Keuangan, akan
diperoleh nilai man hour tiap jabatan karyawan, hal ini dapat dilihat pada
Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2. Data gaji karyawan tiap bulan.
Jabatan Gaji / bulan Gaji / jam
General Manager Rp6.560.000 Rp39.048
Manager Rp5.360.000 Rp31.905
Supervisor Rp4.070.000 Rp24.226
Staff Rp2.830.000 Rp16.845
Leader Rp1.760.000 Rp10.476
Operator Rp1.200.000 Rp7.143
(Sumber: Departemen Keuangan PT. X)
Universitas Indonesia
Harga Beli
Mesin
Biaya Mechine
Hour
Estimasi Waktu
Penggunaan
Mesin atau Alat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Jumlah
Jumlah Man
Rancangan
Power
Kerja/Bulan
Biaya
Man Hour
Hari Kerja/Bulan Perencanaan
(Jam)/Tahun
Kualitas
Universitas Indonesia
Bulan April, Mei, Juni, dan Juli untuk lima jenis produk baru. Terdapat empat
bentuk pengujian teknis, yaitu:
High and Low Temperature, yakni pengujian produk dengan cara
memasukkan produk dalam suatu chamber yang telah dikondisikan pada
suhu rendah (10oC) dan suhu tinggi (35oC). Pertama-tama produk
dibiarkan dalam chamber selama dua jam sebelum kemudian dilakukan
pengujian printing selama enam jam (pengujian printing tetap dilakukan di
dalam chamber). Sehingga dalam satu cycle time dibutuhkan total waktu
selama delapan jam. Pengujian dilakukan sebanyak satu kali cycle time.
Pengujian ini menggunakan mesin temperature & humadity chamber.
Thermal Shock, yakni pengujian produk dengan cara memasukkan produk
dalam chamber yang telah dikondisikan pada suhu ekstrim rendah (-20oC)
selama satu jam, kemudian dalam waktu cepat chamber dikondisikan
bersuhu ekstrim tinggi (62oC) selama satu jam. Sehingga total waktu
dalam satu cycle time adalah dua jam. Pengujian dilakukan sebanyak lima
kali cycle time. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan mesin
thermal shock chamber.
Impact Test, pengujian ini dilakukan dengan cara memposisikan printer
pada enam ketinggian (30mm, 25mm, 20mm, 15mm, 10mm, dan 5mm),
masing-masing ketinggian memakan waktu selama 10 menit, sehingga
dalam satu cycle time dibutuhkan waktu total selama satu jam dan cycle
time dilakukan sebanyak lima kali. Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan mesin gang impact 1892.
Vibration Test, pengujian dilakukan dengan cara menggoyang-goyangkan
printer pada mesin vibrasi dengan tiga arah sumbu, sumbu X, Y, dan Z.
masing-masing arah dilakukan selama 20 menit, sehingga dalam satu cycle
time dibutuhkan waktu total selama satu jam, dan cycle time dilakukan
sebanyak tiga kali. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan mesin
digital vibration unit.
Untuk mengetahui biaya kualitas pada elemen pemeriksaan produk baru
dibutuhkan data jumlah pengujian yang merupakan activity driver dari biaya
Universitas Indonesia
kualitas yang tejadi tersebut, Tabel 3.6 menunjukkan jumlah pengujian yang
dilakukan pada fiscal year 2007/2008.
Tabel 3.6. Data Jumlah Pemeriksaan Produk Baru
Jumlah Pengujian
Bulan
High & Low Temp Thermal Shock Impact Test Vibration Test
April'07 9 6 9 6
Mei'07 12 8 12 8
Juni'07 6 4 6 4
Juli'07 3 2 3 2
(Sumber: Departemen CSQA PT.X)
Universitas Indonesia
dibutuhkan mesin. Tabel 3.8 berikut menunjukkan data man power dan man hour
yang terjadi.
Tabel 3.8. Data Man Power Dan Man Hour Keg. Pemeriksaan Produk Baru
Man Power Total Man Hour
Bulan
Spv Staff Spv Staff
April'07 2 4 12 36
Mei'07 2 4 16 48
Juni'07 2 4 8 24
Juli'07 2 4 4 12
(Sumber: Departemen CSQA PT. X)
Universitas Indonesia
Jumlah Cycle/
Biaya Man Hour
Pengujian
Biaya
Jumlah Man &
Pemeriksaan
Pengujian Mechine Hour
Produk Baru
Estimasi Masa
Harga Beli
Pakai (5 Tahun)
Mesin
= 10.080 Jam
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Jumlah
Jumlah Man
Rancangan
Power
Kerja/Bulan
Biaya
Man Hour
Hari Kerja/Bulan Perencanaan
(Jam)/Tahun
Proses
Berikut ini adalah pengolahan data dari kegiatan perencanaan proses pada
PT. X.
Biaya Perencanaan Proses = (biaya total man hour general manager) + (biaya
total man hour manager)
= (24 jam x Rp39.048) + (224 jam x Rp31.905)
= Rp937.152 + Rp7.146.720
= Rp8.083.872 (berlaku untuk Bulan April’07 dan
Oktober’07)
Karena pada Bulan Juli’07 dan Januari’08 kegiatan perencanaan proses
hanya melibatkan manager, maka yang terlibat dalam biaya kegiatan perencanaan
proses pada bulan-bulan tersebut hanyalah biaya man hour manager, yakni
sebesar Rp7.146.720.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Jumlah
Jumlah Man
Pengawasan
Power
Proses/Bulan
Biaya
Man Hour
Hari Kerja/Bulan Pengawasan
(Jam)/Tahun
Proses
Berikut ini adalah pengolahan data dari kegiatan pengawasan proses pada
PT. X.
Biaya Pengawasan Proses = (biaya total man hour manager) + (biaya total man
hour supervisor) + (biaya total man hour staff) +
(biaya total man hour leader area)
= (12 jam x Rp31.905) + (12 jam x Rp24.226) + (12
jam x Rp16.845) + (336 jam x Rp10.476)
= Rp382.860 + Rp290.712 + Rp202.140 +
Rp3.519.936
= Rp4.395.648/bulan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Berikut ini adalah pengolahan data dari kegiatan evaluasi supplier yang
terjadi pada PT. X.
Biaya Evaluasi Supplier:
1. Evaluasi Komponen = (biaya total man hour manager pembelian) + (biaya
total man hour supervisor pembelian) + (biaya total
man hour manager CSQA)
= 4 jam (Rp31.905 + Rp24.226 + Rp31.905)
= Rp352.144/bulan
2. Evaluasi Manajemen = (biaya total man hour supervisor HR) + (biaya total
man hour supervisor training center) + (biaya total
man hour manager CSQA)
= 4 jam (Rp24.226 + Rp24.226 + Rp31.905)
= Rp321.428/tiga bulan
Sehingga untuk bulan yang bersamaan, total biaya evaluasi supplier menjadi
sebesar = Rp352.144 + Rp321.428
= Rp673.572
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dengan mengalikan total man hour tersebut dengan biaya man hournya,
akan diperoleh biaya dari kegiatan kalibrasi, tabel 3.13 menunjukkan hasil
pengolahan datanya.
Tabel 3.13. Hasil Perhitungan Biaya Man Hour Kegiatan Kalibrasi
Biaya Man Hour
Tahun Bulan Total
Spv Staff
2007 Juni Rp2.180.340 Rp2.274.075 Rp4.454.415
Juli Rp2.156.114 Rp2.257.230 Rp4.413.344
Agustus Rp678.328 Rp724.335 Rp1.402.663
September Rp678.328 Rp690.645 Rp1.368.973
Oktober Rp629.876 Rp656.955 Rp1.286.831
November Rp823.684 Rp859.095 Rp1.682.779
Desember Rp969.040 Rp1.027.545 Rp1.996.585
2008 Januari Rp920.588 Rp960.165 Rp1.880.753
Februari Rp872.136 Rp926.475 Rp1.798.611
Universitas Indonesia
Tabel 3.14. Data Man Power Dan Man Hour Keg. Preventive Maintenance
ManPower Total ManHour
Tahun Bulan
Leader Operator Leader Operator
2007 Juni 10 32 210 2.016
Juli 10 32 210 2.016
Agustus 10 32 210 2.016
September 10 32 210 2.016
Oktober 10 32 210 2.205
November 10 32 210 2.205
Desember 10 32 210 2.205
2008 Januari 10 32 210 2.016
Februari 10 32 210 2.016
(Sumber: Departemen CSQA Dan Produksi PT. X)
Universitas Indonesia
jam tiap hari selama delapan hari, dan alat binocular membutuhkan waktu
satu jam tiap hari selama dua hari
Dari detail data tersebut diketahui total man hour yang terjadi, dan Tabel
3.15 menunjukkan data man power dan man hour yang terjadi untuk kegiatan
corrective maintenance ini.
Tabel 3.15. Data Man Power Dan Man Hour Keg. Corrective Maintenance
Man Power Total Man Hour
Tahun Bulan
Leader Operator Leader Operator
2007 September 1 4 12 48
Oktober 1 3 8 24
2008 Januari 2 6 20 60
(Sumber: Departemen Produksi Dan CSQA PT. X)
Dengan mengalikan total man hour tersebut dengan biaya man hournya,
akan diperoleh biaya dari kegiatan corrective maintenance, tabel 3.16
menunjukkan hasil penrhitungan datanya.
Tabel 3.16. Hasil Perhitungan Biaya Man Hour Keg. Corrective Maintenance
Biaya Man Hour
Tahun Bulan Total
Leader Operator
2007 September Rp125.712 Rp342.864 Rp468.576
Oktober Rp83.808 Rp171.432 Rp255.240
2008 Januari Rp209.520 Rp428.580 Rp638.100
Universitas Indonesia
Biaya
Preventive
Maintenance
Biaya
Biaya Corrective
Biaya Kalibrasi Perawatan
Maintenance
Peralatan
Biaya
Preventive
Maintenance
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 3.19. Data Man power dan Man hour Kegiatan Pelatihan
Trainer
Tahun Month
ManPower ManHour
2007 Maret 5 330
April 5 315
Mei 5 320
Juni 5 140
Juli 5 135
Agustus 5 22
September 5 53
Oktober 5 30
November 5 20
Desember 5 23
2008 Januari 5 33
Februari 5 20
(Sumber: Divisi Training Center)
Dengan mengalikan total cost driver berupa man hour tersebut dengan
biaya man hournya, akan diperoleh biaya dari kegiatan pelatihan. Penghitungan
ini digambarkan pada model perhitungan biaya kegiatan pelatihan pada Gambar
3.10 berikut.
Universitas Indonesia
Jumlah Man
Power
Universitas Indonesia
Biaya kualitas diperoleh dengan mengakumulasikan data-data tiap elemen biaya kualitas yang terjadi. Tabel 3.21 berikut
menunjukkan rekapitulasi besaran biaya kualitas untuk kategori biaya pencegahan (prevention cost) yang terjadi pada PT. X pada fiscal
year 2007/2008.
Tabel 3.21. Hasil Perhitungan Total Biaya Pencegahan (Prevention Cost)
Perancangan Pemeriksaan Perencanaan Pengawasan Evaluasi Perawatan Total Biaya
Bulan Kualitas Pelatihan
Kualitas Prod. Baru Proses Proses Peralatan Pencegahan
Supplier
April'07 Rp2.216.685 Rp7.068.214 Rp8.083.872 Rp0 Rp0 Rp0 Rp26.530.875 Rp43.899.646
Mei'07 Rp0 Rp9.424.285 Rp0 Rp0 Rp673.572 Rp0 Rp26.952.000 Rp37.049.857
Juni'07 Rp0 Rp4.712.143 Rp0 Rp4.395.648 Rp352.144 Rp21.054.663 Rp11.791.500 Rp42.306.098
Juli'07 Rp1.435.725 Rp2.356.071 Rp7.146.720 Rp4.395.648 Rp352.144 Rp21.013.592 Rp11.370.375 Rp48.070.275
Agustus'07 Rp0 Rp0 Rp0 Rp4.395.648 Rp673.572 Rp18.002.911 Rp1.852.950 Rp24.925.081
September'07 Rp0 Rp0 Rp0 Rp4.395.648 Rp352.144 Rp18.532.997 Rp4.463.925 Rp27.744.714
Oktober'07 Rp2.216.685 Rp0 Rp8.083.872 Rp4.395.648 Rp352.144 Rp20.712.319 Rp2.526.750 Rp38.287.418
November'07 Rp0 Rp0 Rp0 Rp4.395.648 Rp673.572 Rp18.283.027 Rp1.684.500 Rp25.036.747
Desember'07 Rp0 Rp0 Rp0 Rp4.395.648 Rp352.144 Rp18.596.833 Rp1.937.175 Rp25.281.800
Januari'08 Rp1.435.725 Rp0 Rp7.146.720 Rp4.395.648 Rp352.144 Rp19.222.601 Rp2.779.425 Rp35.332.263
Februari'08 Rp0 Rp0 Rp0 Rp4.395.648 Rp673.572 Rp18.398.859 Rp1.684.500 Rp25.152.579
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
inspeksi kedatangan ini, termasuk juga alokasi waktu mechine hour terhadap tiap-
tiap mesin yang digunakan.
Tabel 3.22. Data Jumlah Inspeksi, Man-Mechine Hour, Dan Alokasi Waktu
Mesin Kegiatan Inspeksi Kedatangan
Jumlah Alokasi Waktu (Jam)
Inspeksi Man Hour & Mechine / Tools
Month Mechine Labor
Level Level Level 1 Level 2
Hour
1 2
Operator MM DC CM LS
Juni'07 435 135 375 375 73 226 49 27
Juli'07 540 189 470 470 104 281 48 38
Agustus'07 654 181 559 559 131 340 52 36
September'07 642 179 549 549 134 313 67 36
Oktober'07 646 180 553 553 124 326 67 36
November'07 628 175 537 537 121 322 60 35
Desember'07 578 168 496 496 116 296 51 34
Januari'08 596 172 511 511 110 315 52 34
Februari'08 559 160 479 479 112 286 49 32
(Sumber: Departemen CSQA Bagian Incoming PT. X)
Keterangan:
MM = Measuring Microscope
DC = Digital Caliper
CM = Cordinate Measuring
LS = Limit Sample
Universitas Indonesia
Kemudian cost-cost driver (man hour dan mechine hour) pada kegiatan
inspeksi kedatangan ini dikonversi menjadi biaya aktivitas (activity cost) dengan
cara mengalikannya dengan biaya tiap jam dari masing-masing cost-cost driver
ini, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.11 berikut.
Jumlah Inspeksi
Kedatangan
Jumlah Jam/
Inspeksi
Biaya Mechine
Hour
Estimasi Masa
Harga Beli
Pakai (4 Tahun)
Mesin
= 8.064 Jam
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Untuk mengetahui man hour dan mechine hour perlu diketahui waktu
yang dibutuhkan untuk tiap satu kali inspeksi pada tiap produk. Departemen
produksi sendiri telah melakukan time study terhadap tiap kegiatan yang terjadi
pada line assembly, termasuk kegiatan inspeksi yang dilakukan, sehingga telah
diketahui waktu yang dibutuhkan untuk tiap satu kali inspeksi pada tiap
produknya. Tabel 3.26 menunjukkan jenis inspeksi dalam proses beserta waktu
yang dibutuhkan tiap inspeksi.
Tabel 3.26. Data Jenis Inspeksi Dan Waktu Inspeksi
Jenis Inspeksi Waktu Inspeksi (Jam)
Internal Inspection 0,0172
Printing 0,3628
Scanner Test 0,0681
Safety Test 0,0353
Telp & Fax Inspection 0,0125
ADF Printing Test 0,0617
(Sumber: Departemen Produksi PT. X)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keterangan:
ET = Earth Tester
T&FT = Telp & Fax Tester
Universitas Indonesia
Setelah seluruh cost driver diperoleh, maka biaya dari elemen biaya
kualitas untuk kegiatan inspeksi dalam proses dapat diketahui, yakni dengan
mengalikan cost-cost driver dengan biaya tiap jamnya, dan kemudian
mengakumulasikannya dengan biaya direct material yang ada. Gambar 3.12
menunjukkan model perhitungan biaya untuk kegiatan inspeksi dalam proses ini.
Jumlah Inspeksi
Dalam Proses
Jumlah Jam/
Inspeksi
Biaya Direct
Biaya Mechine Jumlah Inspeksi
Material/
Hour Dalam Proses
Inspeksi
Estimasi Masa
Harga Beli
Pakai (4 Tahun)
Mesin
= 8.064 Jam
Universitas Indonesia
Januari'08 Rp67.875.191 Rp658.931.662 Rp658.931.662 Rp271.822.141 Rp234.187.045 Rp2.466.564 Rp19.703.378 Rp802.925 Rp19.703.378 Rp802.925 Rp8.128.027 Rp331.222 Rp6.166.411 Rp251.285
Februari'08 Rp596.006 Rp544.134.742 Rp620.919.373 Rp202.322.955 Rp194.818.982 Rp21.659 Rp16.270.720 Rp663.042 Rp18.566.735 Rp756.606 Rp6.049.862 Rp246.536 Rp5.129.805 Rp209.043
Activity Cost
A B C D E
Universitas Indonesia
Untuk mengetahui man hour dan mechine hour perlu diketahui waktu
yang dibutuhkan untuk tiap satu kali inspeksi pada tiap produk. Departemen
CSQA sendiri telah melakukan time study terhadap tiap kegiatan yang terjadi pada
proses inpeksi, sehingga telah diketahui waktu yang dibutuhkan untuk tiap satu
kali inspeksi pada tiap produknya. Tabel 3.33 menunjukkan jenis inspeksi dalam
proses beserta waktu yang dibutuhkan tiap inspeksi.
Universitas Indonesia
Dengan Produk A tanpa melakukan inspeksi untuk jenis scanner test, adf
printing test, dan telp & fax inspection sehingga total waktu yang dibutuhkan
untuk satu kali inspeksi adalah selama 2219 detik atau setara dengan 0,61 jam.
Produk B, C, dan D tanpa melakukan inspeksi untuk jenis adf printing test,
Universitas Indonesia
sehingga total waktu yang dibutuhkan untuk satu kali inspeksi adalah selama 2509
detik atau setara dengan 0,7 jam. Sedangkan Produk E menjalani semua jenis
inspeksi sehingga membutuhkan waktu selama 2731 detik atau setara dengan 0,76
jam untuk satu kali inspeksi. Khusus untuk inspeksi jenis safety test dan telp & fax
inspection digunakan alat yang penggunaannya tiap jamnya (biaya alat/jam)
dihitung ke dalam salah satu activity cost yakni biaya mechine hours. Alat
inspeksi yang digunakan memiliki jenis yang sama seperti yang digunakan pada
inspeksi dalam proses, data harga dan biaya penggunaan/jam dapat dilihat pada
Tabel 3.26.
Biaya dari penggunaan material (direct material) saat inspeksi menjadi
salah satu biaya yang yang juga ikut dimasukkan kedalam penghitungan biaya
kualitas untuk kegiatan inspeksi akhir ini. Seperti halnya juga dengan inspeksi
dalam proses, biaya penggunaan material ini meliputi penggunaan kertas dan tinta
untuk satu kali pengujian printing, ADF printing, dan scanning. Biaya
penggunaan material ini dapat dilihat pada Tabel 3.27.
Dengan melakukan perkalian antara jumlah inspeksi dengan total waktu
yang dibutuhkan untuk tiap satu kali inspeksi produk, maka diperoleh man hour
kegiatan inspeksi akhir seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.34.
Tabel 3.34. Hasil Perhitungan Man Hour Kegiatan Inspeksi Akhir
Man Hour
Tahun Bulan
A B C D E
2007 Juni 18.801,50 38.046,15 19.771,32 - -
Juli 32.950,61 55.371,98 2.625,11 44.788,77 -
Agustus 44.516,11 125.796,17 110.872,19 50.412,32 25.948,03
September 46.893,56 117.064,60 92.774,25 59.565,43 32.188,07
Oktober 46.686,27 133.958,44 85.196,76 54.846,32 39.328,69
November 35.850,78 76.899,44 83.206,44 59.028,86 41.609,07
Desember 22.861,96 85.721,96 69.578,41 50.881,60 28.053,34
2008 Januari 9.502,34 92.248,59 92.248,59 38.054,34 32.785,53
Februari 83,44 76.177,34 86.926,97 28.324,65 27.274,11
Universitas Indonesia
Tahun Bulan A B C D E
Desember 2.155,51 6.650,39 2.356,44 5.397,96 1.912,66 3.947,44 1.398,70 1.916,50 679,08
2008 Januari 895,91 7.156,73 2.535,85 7.156,73 2.535,85 2.952,29 1.046,09 2.239,79 793,63
Februari 7,87 5.909,91 2.094,06 6.743,88 2.389,56 2.197,45 778,63 1.863,27 660,21
Keterangan:
ET = Earth Tester
T&FT = Telp & Fax Tester
Setelah seluruh cost drivers diperoleh, maka biaya dari elemen biaya
kualitas untuk kegiatan inspeksi akhir dapat diketahui, yakni dengan mengalikan
cost-cost driver dengan biaya tiap jamnya, dan kemudian mengakumulasikannya
dengan biaya direct material yang ada. Gambar 3.13 menunjukkan model
perhitungan biaya untuk kegiatan inspeksi akhir ini.
Universitas Indonesia
Jumlah Inspeksi
Akhir
Jumlah Jam/
Inspeksi
Biaya Direct
Biaya Mechine Jumlah Inspeksi
Material/
Hour Akhir
Inspeksi
Estimasi Masa
Harga Beli
Pakai (4 Tahun)
Mesin
= 8.064 Jam
Universitas Indonesia
Januari'08 Rp67.875.191 Rp658.931.662 Rp658.931.662 Rp271.822.141 Rp234.187.045 Rp2.466.564 Rp19.703.378 Rp802.925 Rp19.703.378 Rp802.925 Rp8.128.027 Rp331.222 Rp6.166.411 Rp251.285
Februari'08 Rp596.006 Rp544.134.742 Rp620.919.373 Rp202.322.955 Rp194.818.982 Rp21.659 Rp16.270.720 Rp663.042 Rp18.566.735 Rp756.606 Rp6.049.862 Rp246.536 Rp5.129.805 Rp209.043
Activity Cost
A B C D E
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Jumlah Scrap
Total Biaya
Scrap
Biaya Scrap/
Unit
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Durasi Rework
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Rekapitulasi untuk total biaya kualitas diperoleh dengan mengakumulasikan keseluruhan kategori biaya kualitas, yakni biaya
pencegahan, biaya penilaian, dan biaya kegagalan. Tabel 3.43 menunjukkan hasil rekapitulasi total biaya kualitas yang terjadi pada PT. X.
Tabel 3.43. Total Biaya Kualitas PT. X Pada Fiscal Year 2007/2008
Kategori Kualitas
Tahun Bulan Total Biaya Kualitas
Biaya Pencegahan Biaya Penilaian Biaya Kegagalan
2007 April Rp43.899.646 Rp0 Rp0 Rp43.899.646
Mei Rp37.049.857 Rp0 Rp0 Rp37.049.857
Juni Rp42.306.098 Rp12.353.912.412 Rp66.344.201.818 Rp78.740.420.328
Juli Rp48.070.275 Rp22.015.508.502 Rp53.278.369.277 Rp75.341.948.054
Agustus Rp24.925.081 Rp56.269.458.509 Rp86.569.334.434 Rp142.863.718.024
September Rp27.744.714 Rp54.834.462.894 Rp92.928.725.645 Rp147.790.933.253
Oktober Rp38.287.418 Rp56.525.738.022 Rp106.549.380.586 Rp163.113.406.026
November Rp25.036.747 Rp46.383.996.686 Rp87.038.113.675 Rp133.447.147.108
Desember Rp25.281.800 Rp40.121.129.125 Rp46.113.894.176 Rp86.260.305.101
2008 Januari Rp35.332.263 Rp40.946.192.216 Rp32.309.658.878 Rp73.291.183.357
Februari Rp25.152.579 Rp33.641.275.752 Rp40.905.180.124 Rp74.571.608.455
Universitas Indonesia
90 Universitas Indonesia
Biaya Pencegahan
Rp60.000.000
Rp50.000.000
Rp40.000.000
Rp30.000.000
Rp20.000.000
Rp10.000.000
Rp0
Biaya Pencegahan
Gambar 4.1. Diagram Batang Biaya Pencegahan Pada PT. X Selama Fiscal
Year 2007/2008
Dari diagram batang Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa besarnya biaya
pencegahan di PT. X periode April 2007 - Februari 2008 bervariasi dari nilai
tertinggi di bulain Juli 2007 sebesar Rp48.070.275 hingga yang terendah pada
bulan Agustus 2007 sebesar Rp24.925.081.
Biaya pencegahan yang terjadi di PT. X periode April 2007 - Februari
2008 hingga Juli 2007 memiliki kecenderungan meningkat, hal ini dikarenakan
terjadinya initial production untuk produk baru, yakni pengawasan proses dan
perawatan peralatan yang mulai terjadi pada Bulan Juni. Lalu mengalami
penurunan secara eksponensial dimulai dari Bulan Agustus 2007 hingga Bulan
Februari 2008, hal ini disebabkan karena biaya pelatihan mengalami penurunan
yang signifikan. Penurunan biaya pelatihan sendiri diakibatkan tidak adanya lagi
aktivitas pelatihan operator baru dengan skala yang cukup besar seperti yang
terjadi sepanjang Bulan April hingga Bulan Juli. Selama rentang Agustus 2007
hingga Februari 2008 sendiri terjadi dua kali peningkatan biaya, hal ini
disebabkan terjadinya aktivitas perencanaan proses yang memang terjadwal
dilakukan pada bulan-bulan tersebut. Penyebab-penyebab terjadinya kenaikan dan
penurunan ini dapat juga diketahui dengan mengamati alokasi tiap-tiap elemen
Universitas Indonesia
kategori biaya pencegahan tiap bulan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2
berikut.
7% 7% 7% 8% 8% 7%
16%
28% 24%
60%
73% 54% 54%
44% 72% 73% 74% 73%
50% 67%
0% 1% 1%
18% 1% 11% 12%
0%
2%
0% 9%
1% 3% 3% 3%
10% 15% 1% 21% 1%
16% 25% 0% 20%
11% 18% 16% 0% 18% 17% 17%
5% 5% 6% 0%
0% 0% 3% 0% 0% 0% 0% 4% 0%
Gambar 4.2. Alokasi Elemen Biaya Pencegahan Pada PT. X Selama Fiscal
Year 2007/2008
Universitas Indonesia
Biaya Penilaian
Rp60.000.000.000
Rp50.000.000.000
Rp40.000.000.000
Rp30.000.000.000
Rp20.000.000.000
Rp10.000.000.000
Rp0
Biaya Penilaian
.
Gambar 4.3. Diagram Batang Biaya Penilaian Pada PT. X Selama Fiscal
Year 2007/2008
Universitas Indonesia
Dari diagram batang diatas dapat dilihat bahwa besamya biaya penilaian di
PT X periode April 2007 - Februari 2008 bervariasi dari nilai tertinggi terjadi pada
Bulan Oktober 2007 sebesar Rp56.525.738.022 hingga yang terendah terjadi di
Bulan Juni 2007 sebesar Rp12.353.912.412. Aktivitas penilaian sendiri
sebenarnya dimulai pada Bulan Juni, hal ini dikarenakan awal produksi dilakukan
pada bulan tersebut, sedangkan kegiatan penilaian ini hanya akan terjadi apabila
produk telah masuk dalam line produksi.
Dari diagram batang pada Gambar 4.3, terlihat bahwa memasuki periode
Agustus 2007 biaya penilaian mengalami peningkatan drastis. Hal ini dapat
disebabkan oleh dua hal:
Pertama, munculnya produk baru yang kelima (Produk E) pada bulan
Agustus, sehingga menyebabkan peningkatan jumlah total produksi, yang
juga turut meningkatkan jumlah inspeksi.
Kedua, terjadinya peningkatan acceptance quality level akibat banyaknya
terjadi kegagalan seperti scrap komponen pada Bulan Juni dan Juli.
Peningkatan acceptance quality level mengakibatkan jumlah sampling
bertambah, termasuk waktu tambahan untuk tiap jenis inspeksi.
peningkatan acceptance quality level ini dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya produk NG ditangan customer.
Dari Bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008 biaya penilaian ini
cenderung mengalami penurunan, hal ini disebabkan dua hal yang berkebalikan
dengan penyebab peningkatan pada Bulan Agustus, yakni penurunan jumlah
produksi, dan penurunan acceptance quality level. Penurunan acceptance quality
level ini dikarenakan kegagalan seperti scrap komponen juga telah mengalami
penurunan.
Dalam kondisi penurunan kegagalan seperti ini, memang sudah
sewajarnya bagi perusahaan untuk menurunkan acceptance quality levelnya,
namun jangan sampai prosedur penginspeksian tidak dijalankan dengan komitmen
yang tinggi, karena hal ini dapat mengakibatkan inspeksi yang tidak tepat,
sehingga tidak ada jaminan kualitas hasil inspeksi akan baik.
Universitas Indonesia
Biaya Kegagalan
Rp120.000.000.000
Rp100.000.000.000
Rp80.000.000.000
Rp60.000.000.000
Rp40.000.000.000
Rp20.000.000.000
Rp0
Biaya Kegagalan
Gambar 4.4. Diagram Batang Biaya Kegagalan Pada PT. X Selama Fiscal
Year 2007/2008
Universitas Indonesia
Dari Gambar diagram batang 4.4, dapat dilihat bahwa besarnya biaya
kegagalan cenderung mengalami peningkatan pada Bulan Agustus 2007 hingga
Oktober 2008, kemudian mangalami penurunan hingga Bulan Januari 2008.
Penyebab-penyebab terjadinya kenaikan dan penurunan ini dapat diketahui
dengan mengamati alokasi tiap-tiap elemen kategori biaya pencegahan tiap bulan
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.5 berikut.
Gambar 4.5. Alokasi Elemen Biaya Pencegahan Pada PT. X Selama Fiscal
Year 2007/2008
Dari gambar 4.5 tersebut diketahui bahwa kegiatan rework selalu memiliki
porsi yang lebih besar bagi biaya kegagalan, dimana besaran biaya rework rata-
rata per bulan adalah sebesar 95,17%, sehingga untuk kenaikan dan penurunan
biaya kegagalan dipengaruhi oleh kegiatan rework.
Aktivitas rework yang sering terjadi dapat disebabkan karena karyawan
yang sering melakukan kesalahan atau karena terdapat part atau komponen yang
menyebabkan produk bermasalah sehingga membutuhkan dilakukannya rework.
Dalam hal ini, perusahaan sebaiknya melakukan evaluasi terhadap kegiatan
training yang dilakukan, apakah penyebab rework dikarenakan training yang tidak
dapat memfasilitasi pemahaman karyawan terhadap proses assembly, atau lebih
dikarenakan karyawan yang tidak disiplin dalam menjalankan tugasnya. Walau
bagaimanapun, perusahaan harus tetap memberikan kontrol yang kuat terhadap
karyawan dalam menjalankan tugasnya, serta membangun budaya disiplin bagi
karyawan. Rework dapat juga disebabkan karena komponen dari supplier yang
Universitas Indonesia
mengalami masalah di saat proses produksi, hal ini biasanya terjadi untuk produk-
produk baru.
Pada saat peningkatan biaya terjadi, ada baiknya perusahaan juga
melakukan evaluasi kualitas komponen supplier dan melakukan evaluasi bersama
dengan supplier, sehingga permasalahan yang disebabkan part NG tidak akan
terulang kembali.
Apabila dikaitkan dengan jumlah produksi (jumlah produksi dapat dilihat
kembali pada Tabel 3.4), maka kecenderungan penurunan biaya kegagalan yang
terjadi sejak Bulan November 2007 hingga Januari 2008 dapat disebabkan karena
volume produksi yang menurun. Selain itu, kinerja karyawan yang sudah mulai
membaik pun dapat menjadi penyebab penurunan biaya ini.
Februari'08
Juli'07
April'07
Mei'07
Juni'07
Oktober'07
Agustus'07
September'07
Desember'07
Gambar 4.6. Diagram Batang Total Biaya Kualitas Pada PT. X Selama
Fiscal Year 2007/2008
Dari diagram batang diatas dapat dilihat bahwa perubahan trend yang
Universitas Indonesia
terjadi serupa dengan trend yang terjadi pada biaya kegagalan (lihat Gambar 4.4).
Apabila dicermati dengan menggunakan diagram batang alokasi total biaya
kualitas pada Gambar 4.7, maka diketahui bahwa biaya kegagalan memiliki
kontribusi terbesar untuk tiap bulan dari total biaya kualitas.
80,00%
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
Sept Nov Des
Agu Okt Janu Febr
Juni' Juli' emb emb emb
stus' ober ari'0 uari'
07 07 er'0 er'0 er'0
07 '07 8 08
7 7 7
Biaya Kegagalan 84,2 70,7 60,6 62,8 65,3 65,2 53,4 44,0 54,8
Biaya Penilaian 15,6 29,2 39,3 37,1 34,6 34,7 46,5 55,8 45,1
Biaya Pencegahan 0,05 0,06 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03 0,05 0,03
Gambar 4.7. Diagram Batang Alokasi Total Biaya Kualitas PT. X Selama
Fiscal Year 2007/2008
Universitas Indonesia
Biaya
Penilaian;
37,22%
Biaya
Kegagalan;
62,74%
Gambar 4.8. Pie Chart Total Biaya Kualitas PT. X Selama Fiscal Year
2007/2008
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dari data persentase kondisi biaya kualitas pada Tabel 4, diketahui bahwa
rata-rata kondisi biaya kualitas PT. X adalah sebesar 14%. Dari data tersebut
maka dapat dikatakan bahwa PT. X telah memiliki kondisi biaya kualitas yang
baik, walaupun beberapa kali terjadi penyimpangan dari batas optimum, yakni
pada Bulan Juni dan Oktober, namun penyimpangan yang terjadi tidak terlalu
signifikan karena besar persentase maksimal yang dicapai hanya mencapai 18%.
Pergerakan persentase tiap bulan dari hasil perbandingan ini secara visual
ditunjukkan oleh diagram garis pada Gambar 4.9 berikut.
10%
8%
6%
4%
2%
0%
Agus Sept Okto Nove Dese Janu Febr
Juni' Juli'0
tus'0 emb ber'0 mbe mbe ari'0 uari'
07 7
7 er'07 7 r'07 r'07 8 08
Kondisi Biaya Kualitas 18% 12% 14% 15% 18% 16% 11% 13% 12%
Universitas Indonesia
pada Bulan September hingga Oktober 2008 peningkatan biaya kualitas justru
diikuti dengan volume penjualan yang mengalami penurunan, sehingga persentase
peningkatan terjadi lebih signifikan. Kecenderungan penurunan yang terjadi
semenjak Bulan November 2007 hingga Desember 2007 disebabkan karena
kelipatan penurunan biaya kualitas lebih besar dibandingkan kelipatan penurunan
penjualan. Sedangkan pada Bulan Januari 2008, kelipatan penurunan biaya
kualitas lebih kecil dibandingkan kelipatan penurunan penjualan. Penurunan
persentase biaya kualitas pada Bulan Februari 2008 disebabkan hal yang sama
pada kondisi di Bulan Juli 2007 dimana penurunan biaya kualitas diikuti dengan
peningkatan penjualan.
Peningkatan persentase biaya kualitas dari Bulan Agustus 2007 hingga
Oktober 2007 harus menjadi perhatian bagi pihak manajemen perusahaan untuk
dapat melakukan pembenahan pada sektor-sektor yang layak, hal ini disebabkan
pada Bulan Oktober 2008 persentase biaya kualitas memasuki zone of
improvement dimana telah melampaui batas optimum dari persentase biaya
kualitas terhadap penjualan yakni mencapai titik 18%. Pembenahan baik dari segi
produksi, maupun dari segi managerial yang diharapkan mampu untuk
menciptakan terjadinya komunikasi yang baik antara semua elemen yang
berkaitan. Termasuk juga di dalamnya adalah budaya kerja tiap karyawan.
Universitas Indonesia
3. Rata-rata biaya kualitas yang terjadi pada PT. X tiap bulan adalah
sebesar Rp88.681.965.383. dengan terdiri atas tiga macam biaya,
yaitu:
a. Biaya pencegahan (prevention cost), dengan elemen biaya berupa
perencanaan kualitas (quality planning), pemeriksaan produk baru
(new-product review), perencanaan proses (process planning),
pengawasan proses (process control), evaluasi kualitas supplier
(supplier quality evaluation), perawatan peralatan (maintaining
equipment), pelatihan (training). Memiliki presentase rata-rata tiap
bulan sebesar 0,03% dari total biaya kualitas atau senilai dengan
Rp33.916.953.
b. Biaya penilaian (appraisal cost), dengan elemen biaya berupa
inspeksi kedatangan (incoming inspection), inspeksi dalam proses
(in-process inspection), inspeksi akhir (final inspection), material
inspeksi (material for inspection). Memiliki persentase rata-rata
tiap bulan sebesar 37,59% dari total biaya kualitas atau senilai
dengan Rp33.008.334.011.
c. Biaya kegagalan (failure cost), dengan elemen biaya berupa scrap,
rework & repair, dan penyesuaian pengaduan keluhan (complaint
adjustment). Memiliki persentase rata-rata tiap bulan sebesar
62,38% dari total biaya kualitas atau senilai dengan
Rp53.639.714.419.
Universitas Indonesia
1
Feignbaum, Armand V., Total Quality Control, Third Edition. New York :
McGraw-Hill Book Company, 1983, hal 37.
2
Gaspersz, Vincent., TQM : Total Quality Management, Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001, hal 14.
3
Ibid., hal 39.
4
Ibid., hal 59.
5
Feignbaum, Armand V.,1983, Op.Cit.,hal 110.
6
Ibid., hal.142.
7
Frank M. Gryna,200l, Quality Planning and Analysis 4th edition,McGraw Hill,
Singapura,hal.28
8
Ibid., hal. 146.
9
Usry, Milton E., Lawrence H. Hammer, and William K. Carter, Terjemahan
Alfonsus Sirait dan Herman Wibowo, Cost Accounting: Planning and
Control, Edisi ke-10, Jilid Pertama, Jakarta, 1997, hal. 37.
10
Hansen, Don R. and Maryanne Mowen, Cost Management: Accounting and
Control, Cincinati_Ohio: South Western Publishing, 1995, hal. 293.
11
Usry, Milton E., Lawrence H. hammer, and William K. Carter, Cost
Accounting : Planning and Control, 11th edition, Cincinati Ohio : South
Western Publishing, 1993 hal. 362.
12
Tunggal, Amin Widjaja, Activity-Based Costing : Untuk Manufaktur dan
Pemasaran, Edisi Pertama, Jakarta: Harvarindo, 1995, hal. 11.
13
Cooper, Robin and Robert S. Kaplan, The Design of Cost Management System:
Text, Cases and Reading, New Jersey: Prentice Hall Inc., 1991, hal. 269.
14
Tunggal, Amin Widjaja,1995, Op.Cit.,hal. 20.
15
Cooper, Robin and Robert S. Kaplan,1991, Op.Cit.,hal. 209.
16
Usry, Milton E., Lawrence H. hammer, and William K. Carter, Cost
Accounting : Planning and Control, 11th edition, Cincinati Ohio : South
Western Publishing, 1993 hal. 365.
17
Rayburn, L. Gayle, Cost Accounting: Using A Cost Management Approach,
New Jersey,: Prentice Hall Inc., 1995, hal. 120.
18
Horngren, Charles T., George Foster, and Srikant Datar, Cost Accounting: A
Managerial Emphasize, 10th Edition , New Jersey: Prentice Hall Inc.,
2000, hal. 140.
19
Rayburn, L. Gayle,1995, Op.Cit.,hal. 122.
20
Cooper, Robin and Robert S. Kaplan,1991, Op.Cit.,hal. 372.
21
Ibid., hal. 358.
22
Rayburn, L. Gayle,1995, Op.Cit., hal. 132.
23
Cooper, Robin and Robert S. Kaplan,1991, Op.Cit.,hal. 276.
24
Usry, Milton E., Lawrence H. hammer, and William K. Carter, Terjemahan
Alfonsus Sirait dan Herman Wibowo, Cost Accounting : Planning and
Control, Edisi ke-10, Jilid Pertama, Jakarta, 1997, hal. 370.
25
Horngren, Charles T., George Foster, and Srikant Datar,2000, Op.Cit.,hal. 152.
26
Usry, Milton E., Lawrence H. hammer, and William K. Carter, Terjemahan
Alfonsus Sirait dan Herman Wibowo, Cost Accounting : Planning and
Control, Edisi ke-10, Jilid Pertama, Jakarta, 1997, hal. 157.
27
Ibid., hal. 160.
28
Ibid., hal. 170.
Universitas Indonesia
Cooper, Robin and Robert S. Kaplan, 1991, The Design of Cost Management
System: Text, Cases and Reading, Prentice Hall Inc., New Jersey.
Feignbaum, Armand V., 1983, Total Quality Control 3rd Edition, McGraw-Hill,
New York.
Frank M. Gryna, 200l, Quality Planning and Analysis 4th edition, McGraw Hill,
Singapura.
Hansen, Don R. and Maryanne Mowen, 1995, Cost Management: Accounting and
Control, South Western Publishing, Ohio.
Horngren, Charles T., George Foster, and Srikant Datar, 2000, Cost Accounting:
A Managerial Emphasize, 10th Edition , Prentice Hall Inc., New Jersey.