Oleh
Suci Alifia
Ikbal Syahbana
Reza Setiawan
Ricky Maulatif
KEMENTRIAN AGAMA
JL. Ki Hajar Dewantara No. 110 Kampus 15A Telp. (0725) 42796
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantia kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul Sholat Wajib.
1. Allah S.W.T sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya.
2. Bapak Zahdi Taher sebagai dosen yang memberikan pengarahannya
kepada penulis.
3. Ayah dan Ibu yang memberikan dorongan dan semangat baik secara moral
maupun spiritual.
Penulis
BAB I
PEDAHULUAN
Shalat merupakan rukun islam yang kedua. Jadi, bagi siapapun yang hidup di
dunia ini yang mau dirinya di sebut dengan sebutan orang islam dan mukmin
sejati maka harus melakukan shalat yang telah di tetapkan oleh syari`at
Apakah shalat kita semua sudah benar sesuai dengan syarat- suart dan rukunnya?
Apakah kita semua sudah mengetahui shalat yang sesuai dengan syari`at? Yaitu
shalat yang sesuai dengan apa yang pernah di lakukan oleh nabi besar Muhammad
saw.
Sehingga pada kesempatan kali Ini untuk membahas sifat- sifat shalat yang telah
dilakukan oleh rasululah saw. Sehingga kita semua dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari kita. Dan tidak cuma sembarang sholat.
Sehingga diharapkan bagi semua untuk dapat memahami, secara jelas dan rinci
tata shalat sesuai tuntunan rasulullah saw. Marilah kita ikuti tata cara shalat
sesuai tuntunan rasululah saw dan kita tinggalkan tata shalat yang menyimpang
dari tuntutannya.
1.3 Tujuan
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
2.1 ................................................................................................... 2
2.2 ................................................................................................... 2
2.3 ................................................................................................... 2
BAB III KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan dan Saran............................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Sholat
Secara etimologi shalat berarti do’a dan secara terminology atau istilah,
para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti
beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat yang
telah ditentukan.1
Adapun secara hakikinya ialah “berhadapan hati (jiwa) kepada Allah,
secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa
rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya” atau “mendahirkan hajat
dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan
pekerjaan atau dengan kedua – duanya”.
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara
hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan
amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun
yang telah ditentukan syara’.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah
merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan denga perbuatan yang
diawalidengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang
telah ditentukan syara”. Juga shalat merupakan penyerahan diri (lahir dan bathin)
kepada Allah dalam rangka ibadahdan memohon ridho-Nya.
b. Al-Baqarah: 110
1
Hasby Ash- Shidiqy, Pedoman Shalat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 59
Artinya : “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa– apa
yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat
pahalanya pada sisi Allah sesungguhnya Allah maha melihat apa – apa
yang kamu kerjakan”
Dari semua dalil Al-Qur’an di atas ada kata-kata perintah shalat dengan
perkataan “laksanakanlah” tetapi semuanya dengan perkataan “dirikanlah”. Dari
unsure kata-kata melaksanakan itu tidak mengandung unsure batiniah sehingga
banyak mereka yang Islam dan melaksanakan shalat, tetapi mereka masih berbuat
keji dan mungkar. Sementara kata mendirikan selain mengandung unsur lahir juga
mengandung unsur bathiniah sehingga apabila shalat telah mereka dirikan, maka
mereka tidak akan berbuat jahat.
9. Ada empat cara yang dapat ditempuh untuk mencapai kekhusyu’an sholat,
yaitu :
a.Melupakan segala urusan di luar sholat mulai takbiratul Ihram hingga
salam
b.Memilih tempat sholat yang jauh dari keramaian
c.Menguasai bacaan sholat
d.Memahami makna yang terkandung dalam setiap bacaan sholat.
4.1 Kesimpulan
a. Sholat fardhu tidak hanya subuh, dzuhur, asar, maghrib, dan is’ya tetapi
sholat fardhu juga seperti sholat jenazah dan sholat jum’at.
b. Sholat fardhu juga sholat yang wajib dilakukan umat islam
c. Kita sebagai umat islam harus mengetahui dan melaksanakan ibadah
shalat, karena shalat adalah tiang agama, barang siapa yang tidak mau tahu
dan tidak mau melaksanakanya, maka dia telah merobohkan tiang agama
dan akan diancam masuk neraka jahanan.
d. Dan sebagai saran kita dalam melaksanakan shalat fardhu harus dengan
ikhlas dan setulus hati, tidak ada unsur paksaan dariorang lain, karena
shalat fardhu hukumnya adalah wajib.
4.2 Saran
a. Kita harus dapat menjaga sholat wajib yang sangat tinggi nilainya karena
sholat wajib adalah tiang agama.
b. Kita harus mempelajari serta mengambil hikmah yang ada dalam sholat
wajib.
c. Kita sebagai umat isalam harus dapat sholat dengan baik dan benar.