Anda di halaman 1dari 16

TUGAS RUTIN

PEMBELAJARAN KREATIF

DOSEN PEMBIMBING:

Dra. Rahmulyani,M.Pd.Kons

DISUSUN OLEH:

15. Indah Putri Dwiyanti (1203351038)

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

2021
BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kreatifitas itu sikap dan pola pikir yang dapat menciptakan sesuatu yang baru, baik baru
menurut dirinya maupun baru menurut orang lain. Kreativitas itu berhubungan penciptaan
sesuatu yang baru dan orisinal. Kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa (unusual) dan
menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan” (Semiawan, 1999:
89).kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan berfikir, bersikap, dan bertindak tentang
sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa (unusual) guna memecahkan berbagai
persoalan, sehingga dapat menghasilkan penyelesaian yang orisinal dan bermanfaat. Proses
kreativitas merupakan konseptualisasi dinamis yang merujuk pada potensi perubahan
tindakan atau produk orisinal yang berguna bagi individu maupun masyarakat. Seperti
halnya pribadi dan pendorong, proses kreativitas juga terdapat pada setiap individu. Proses
kreativitas dipengaruhi oleh kognitif, motivasi, kepribadian, sejarah/ekologi, dan kesempatan
(Dacey & Lennon, 1998).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kreatifitas?

2. Apa teori kreativitas?

3. Bagaimana proses kreatifitas?

4. Apa asumsi-asumsi kretifitas ?

5. Apa ciri- ciri kepribadian kreatif ?

6. Apa Kreativitas sebagai Multi Kecerdasan?

7. Apa Faktor-Faktor Yang Menunjang Kreatifitas?

8. Apa Teknik-Teknik Kreatifitas?

C. Tujuan
Dapat mengetahui pengertian kreatifitas, teori kreativitas, proses kreatifitas, asumsi-asumsi
kretifitas, ciri - ciri kepribadian kreatif, Kreativitas sebagai Multi Kecerdasan, Faktor-Faktor
Yang Menunjang Kreatifitas,Teknik-Teknik Kreatifitas.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kreativitas
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu
dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa (unusual) dan menghasilkan penyelesaian yang unik
terhadap berbagai persoalan” (Semiawan, 1999: 89)

Selain dari apa yang telah disebutkan diatas, maka untuk memahami pengertian kreativitas,
maka Rhodes (Munandar, 1977) mengemukakan bahwa ada beberapa tinjauan yang harus dikaji.
Adapun definisi kreativitas itu dapat dikaji melalui the Four P’s of Creativity (Person, Product,
Process, and Press).

Kreativitas sebagai pribadi (person), kreativitas itu mencerminkan keunikan individu dalam
pikiran-pikiran dan ungkapan-ungkapan. Halini dipertegas oleh Paul Swartz (1963) bahwa
kreativitas merupakan ekspresi tertinggi individualitas manusia. Kretivitas sebagai produk
(product), suatu karya dapat dikatakan kreatif, jika karya itu merupakan suatu ciptaan yang baru
atau orisinil dan bermakna bagi individu dan lingkungan. Lebih jauh diungkapkan oleh Jhon A.
Glover (1980) bahwa ada tempat pemberangkatan yang terbaik, yaitu kriteria yang dianggap
cukup representatif oleh sebagian besar para ahli psikologi dalam mendefinisikan kreativitas.

Kriteria yang dimaksudkan adalah sipat kebaruan (novelty) dan kegunaan (utility).
Kreativitas sebagai proses (process) yaitu bersibuk diri secara kreatif yang menunjukan
kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas dalam berfikir. Para ahli yang merumuskan definisi
kreativitas berdasarkan proses, yaitu Spearman (1930) dan Torrance (1974). Spearman
(Munandar, 1977) berpendapat bahwa berfikir kreatif pada dasarnya merupakan proses melihat
atau menciptakan hubungan antara proses sadar dan dibawah sadar.

Kreativitas sebagai press, menurut bahasa MacKinnon (Roslnaksky, 1970) The creative
situation, yaitu kondisi dari dalam atau luar, lebih konkritnya situasi kehidupan atau lingkungan
sosial, kultural, dan kerja yang memberikan kemudahan dan mendorong penampilan fikiran dan
tindakan kreatif.

2. Teori-Teori Kreativitas
a. Teori Psikoanalisa

Psikoanalisa memandang kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah, yang biasanya
dimulai sejak di masa anak-anak.Priadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang pernah
mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan memungkinkan gagasan-gagasan yang
disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma.

Adapun tokoh-tokohnya adalah:

- Sigmund Freud. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang


merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak
menyenangkan atau yang tidak dapat diterima. Sehingga biasanya mekanisme pertahanan
merintangi produktivitas kreatif.Meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan
menghambat tindakan kreatif, namun justru mekanisme sublimasi justru merupakan
penyebab utama dari kreativitas.
- Ernest Kris. Ia menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi (beralih ke perilaku
sebelumnya yang akan memberi kepuasaan, jika perilaku sekarang tidak berhasil atau
tidak memberi kepuasaan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif.
- Carl Jung. Ia juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting
dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu
pribadi. Dengan adanya ketidaksadaran kolektif, akan timbul penemuan, teori, seni, dan
karya-karya baru lainnya. Prose inilah yang menyebabkan kelanjutan dari eksistensi
manusia.

b. Teori Humanistik

Humanistik lebih menekankan kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat
tinggi. Dan kreativitas dapat berkembang selama hidup dan tidak terbatas pada usia lima tahun
pertama.

- Abraham Maslow. Ia menekankan bahwa manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang


menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan itu, diwujudkan Maslow sebagai
hirarki kebutuhan manusia, dari yang terendah hingga yang tertinggi.
- Carl Rogers. Ia menjelaskan ada 3 kondisi dari pribadi yang kreatif, adalah keterbukaan
terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan Patokan pribadi
seseorang, kemampuan untuk bereksperiman atau untuk ‘bermain’ dengan konsep-
konsep.

c. Teori Cziksentmihalyi
Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah Predisposisi genetis (genetic
predispotition).Contoh seorang yang system sensorisnya peka terhadap warna lebih mudah
menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik.

 Minat pada usia dini pada ranah tertentu:

Minat menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga
mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.

 Akses terhadap suatu bidang:

Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina/mentor dalam bidang yang diminati
sangat membantu pengembangan bakat.

 Access to a field:

Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat + tokoh-tokoh penting


dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang terakhir, mendapatkan kesempatan
bekerja sama dengan pakar-pakar dalam bidang yang diminati sangat penting untuk
mendapatkan pengakuan.

3. Tahap-Tahap Kreativitas
Wallas (1926) dan Haefele (1962) mengemukakan ada empat tahapan dalam proses
kreativitas yang harus dijalani yaitu:

a. Tahap Persiapan

Otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi sebagai dasar atau riset untuk
karya kreatif yang sedang terjadi. Caranya dengan wawancara, mencatat data, membaca yang
diperlukan atau kegiatan lain yang berfungsi mengumpulkan fakta, ide, opini. Setelah informasi
dikumpulkan dilakukan pengaturan atau pengolahan terhadap konsep-konsep (dua buah
sekurang-kurangnya) yang merupakan bahan-bahan pemikiran untuk menimbulan konsep baru.

b. Tahap Inkubasi

Tahap istirahat (pengendapan) merupakan masa penyimpanan informasi dan


merenungkannya. Alam bawah sadar mengolah dan mengambil alih informasi, menyemainya
dengan mengaitkan berbagai ide, termasuk menjajarkan, memadukan/menggabungkan,
menyortir atau memilah, membayangkan dan mengitari /mempersempit atau mencari intisari ide.

Dalam proses inkubasi kreatif dikenal tiga metode ampuh untuk meningkatkan hasil
upaya kreatif, yaitu kemujuran (serendipity) adalah menemukan hal-hal yang tidak dicari secara
kebetulan dan cerdik. Keserentakan (synchronicity), berarti sedang dalam mencari ide dan secara
tidak sengaja mengalami suatu kejadian atau rangkaina kejadianyang tepat untuk memecahkan
masalah yang sedang dihadapi. Kekacaubalauan (chaos), yaitu suatu tipuan semesta atau
keserentakan yang tidak terjelaskan, ide muncul pada saat-saat ganjil.

c. Tahap Pencerahan

Tahap pencerahan ialah saat inspirasi sebuah gagasan baru muncul dalam piiran seakan-
akan dari ketiadaan muncul jawaban baru yang jitu. Sangat dipentingkan sikap santai untuk
mendorong tahap inkubasi dan pencerahan.

d. Tahap Pelaksanaan/Pembuktian

Tahap menghimpun dana, merencanakan suatu kegiatan hingga menguji gagasan


tersebut. Ada yang berhasil cepat, ada yang sangat lambat bahkan memakan waktu bertahun-
tahun bahkan ada yang tidak berhasil. Pada tahap ini, terjadi penyempurnaan ataupun pengujian
terhadap ide yang baru sehingga dapat dilaksanakan.

4. Ciri-Ciri Kreativitas
Menurut Guilford (1963), ciri-ciri pada orang-orang kreatif adalah:

1) Fluency: kesiapan, kelncaran, kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.

2) Fleksibilitas: kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam


mengatasi persoalan.

3) Originalitas: kemampuan untuk mencetuskan gagasan-gagasan asli.

4) Elaborasi: kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail terperinci.

5) Redefenition: kemampuan untuk merumuskan batsan-batasan dengan melihat dari sudut


lain daripada cara-cara yang lain.

Campbell (dalam Manguhardjana, 1986) mengemukakan ciri-ciri kreatif secara umum dapat
dikelompokan menjadi 3 kategori, yaitu:

a. Ciri-ciri pokok: kunci untuk melahirkan ide, gagasan, ilham, pemecahan, cara baru,
penemuan. Ciri-ciri pokok ini meliputi:
1. Kelincahan mental, adalah kemampuan untuk bermain-main dengan ide-ide, gagasan,
konsep, lambang-lambang, kata-kata, angka-angka, dan khususnya melihat hubungan yang tidak
biasa dari ide-ide.

2. Berpikir ke segala arah, adalah kemampuan untuk berpikir dari satu ide, gagasan lalu
menyebar ke sagala arah tidak hanya terfokus pada satu jawaban saja.

3. Fleksibilitas konseptual, adalah kemampuan untuk secara spontan mengganti cara


memandang, pendekatan, kerja yang tak jalan.

4. Orisinalitas, adalah kemampuan untuk mengeluarkan ide, gagasan, pemecahan, cara kerja
yang tidak lazim, yang jarang, bahkan mengejutkan.

5. Lebih menyukai kompleiksitas daripada simplisitas, dari penyelidikan diketemukan bahwa


pada umumnya, orang-orang kreatif lebih menyukai kerumitan daripada kemudahan, memilih
tantangan dari keamanan, cenderung pada yang lebih kompleks dari yang sederhana. Akibatnya
mereka dapat bertemu dengan gagasan-gagasan aneh dan hal-hal baru daripada orang-orang yang
puas dengan yang mudah, aman dan sederhana.

6. Latar belakang yang merangsang, orang-orang kreatif biasanya sudah lama hidup dalam
lingkungan orang-orang dapat menjadi contoh dan dalam suasana ingin belajar, ingin bertambah
tahu, ingin maju dalam bidang-bidang yang ditekuninya.

7. Kecakapan dalam banyak hal, para manusia kreatif pada umumnya mempunyia banyak
minat dan kecakapan dalam berbagai bidang.

b. Ciri-ciri yang memungkinkan: yang membuat mampu mempertahankan ide-ide kreatif


sekali sudah ditemukan tetap hidup. Ciri-ciri ini meliputi,

1. Kemampuan untuk bekerja keras.

2. Berpikir mandiri, orang-orang kreatif memiliki ras individualitas yang kuat. Mereka
membuat keputusan sendiri, mereka percaya kepada daya pikir mereka, dan mereka mempunyai
pendapat sendiri.

3. Pantang menyerah, orang-orang kreatif tidak mudah menyerah bila gagal. Mereka tetap
berisaha dan selalu mencoba lagi.

4. Mampu berkomunikasi dengan baik, orang-orang kreatif pada umumnya juga


komunikator-komunikator yang baik, mendalam, jelas, dan bagus. Karena untuk mewujudkan
impian, mereka harus menjelaskan perkara dan menyakinkan orang.

5. Lebih tertarik pada konsep daripada segi-segi yang kecil

6. Keingintahuan.
7. Kaya humor dan fantasi. Mereka mampu mendapatkan dunia yang lebih luas dan penuh
dengan berbagai unsur menarik. Hal ini mendorong mereka makin terjun dalam kegiatan-
kegiatan kreatif dan ada saja yang dicipta.

8. Tidak segra menolak ide atau gagasan baru.

9. Arah hidup yang mantap. Orang-orang kreatif kebanyakan menampkan diri dalam diri
mereka sikap terlibat dalam sesuatu, yakin akan tujuan dan arti hidup mereka. Motivasi batin
semacam itu dapat menjadi daya hebat untuk untuk membuat kemajuan.

c. Ciri-ciri sampingan: tidak langsung berhubungan dengan dengan penciptaan atau menjaga
agar ide-ide yang sudah ditemukan tetap hidup, tetapi kerap mempengaruhi perilaku orang-orang
kreatif. Ciri-ciri ini tidak berhubungan dengan ciri-ciri orang kreatif tetapi ciri-ciri ini merupakan
akibat dari kekuatan kepribadian orang-orang kreatif dan situasi batin yang diakibatkan oleh
kreativitas. Ciri-ciri ini meliputi,

1. Tidak mengambil pusing apa yang dipikirkan orang lain. orang-orang kratif berpikir
sendiri dan mereka tidak mengambil pusing mengenai apa yang dipikirakan orang lain. akibatnya
mereka tidak peka terhadap perasaan orang-orang sekitar.

2. Kekacauan psikologis. Karena selalu berpikir yang tidak lazim dapat membawa mereka
ketengah kekacauan psikolgis dan dapat mengakibatkan keberantakan hidup.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Setiap orang memiliki potensi kreatif dalam derajat yang berbeda-beda. Potensi ini perlu
dipupuk sejak dini agar dapat diwujudkan. Untuk itu perlu kekuatan-kekuatan pendorong, baik
dari luar (lingkungan) maupun dari dalam individu sendiri. Perlu diciptakan kondisi lingkungan
yang dapat memupuk daya kreatif individu, dalam hal ini mencakup baik lingkungan dalam arti
sempit (keluarga, sekolah) maupun dalam arti kata luas (masyarakat, kebudayaan).

Timbul dan tumbuhnya kreatifitas dan selanjutnya berkembangnya suatu kreasi yang
diciptakan oleh seseorang individu tidak dapat luput dari pengaruh kebudayaan serta pengaruh
masyarakat tempat individu itu hidup dan bekerja (Selo Soemardjan 1983). Tetapi ini tidak
cukup , masyarakat dapat menyediakan berbagai kemudahan, sarana, dan prasarana untuk
menumbuhkan daya cipta anggotanya, tetapi akhirnya semua kembali pada bagaimana individu
itu sendiri, sejauh mana ia merasakan kebutuhan dan dorongan untuk bersibuk diri secara kreatif,
suatu pengikatan yang melibatkan diri dalam suatu pengikatan untuk melibatkan diri dalam suatu
kegiatan interaktif, yang mungkin memerlukan waktu lama. Hal ini menyangkut motivasi
internal.

Faktor yang mempengaruhi kreatifitas yaitu :


1. Faktor Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga yang harmonis dan demokratis mendorong anak untuk


mengekspresikan diri tanpa tekanan dan hambatan.

2. Faktor Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga. Suasana, kondisi sekolah sangat
menentukan kreatifitas berkembang.

3. Faktor Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat bersifat heterogen dan kultur yang berbeda, lingkungan yang tidak
kondusif mengakibatkan anak tidak berkembang kreatifitasnya.

Faktor lain yang mendorong kreatifitas adalah:

1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin akan berpengaruh terhadap kreatifitas. Anak laki-laki cenderung lebih besar
kreatifitasnya daripada anak perempuan, terutama setelah masa kanak-kanak. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki dituntut untuk
lebih mandiri, sehingga anak laki-laki biasanya lebih berani mengambil resiko disbanding anak
perempuan.

2. Urutan kelahiran

Anak sulung, anak tengah dan anak bungsu akan berbeda tingkat kreatifitasnya. anak yang
lahir ditengah, belakang, dan anak tunggal cenderung lebih kreatif daripada anak yang lahir
pertama. Hal ini terjadi karena biasanya anak sulung lebih ditekan untuk lebih menyesuaikan diri
oleh orangtua sehingga anak lebih penurut dan kreatifitasnya mati.

3. Intelegensi

Anak yang intelegensinya tinggi pada setiap tahapan perkembangan cenderung menunjukan
tingkah kreatifitas yang tinggi dibandingkan anak yang intelegensinya rendah. Anak yang pandai
lebih banyak mempunyai gagasan baru untuk menyelesaikan konflik social dan mampu
merumuskan penyelesaian konflik tersebut.

4. Tingkat pendidikan orangtua

Anak yang orangtuanya berpendidikan tinggi cenderung lebih kreatif dibandingkan


pendidikannya rendah. Hal ini disebabkan karena banyaknya prasarana serta tingginya dorongan
dari orangtua sehingga memupuk anak-anak untuk menampilkan daya inisiatif dan kreatifitas
dan kreatifitasnya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kreatifitas tumbuh dan
berkembang karena faktor internal dan faktor eksternal.
Clark (1983) mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi kreatifitas ke dalam dua
kelompok yaitu :

1. Faktor yang mendukung perkembangan kreatifitas adalah sebagai berikut :

a. Situasi yang menghadirkan ketidaklengkapan serta keterbukaan

b. Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak pertanyaan

c. Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu.

d. Situasi yang mendorong tanggungjawab dan kemandirian

e. Situasi yang menekankan inisiatif diri untuk menggali, mengamati, bertanya, merasa,
mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan, memperkirakan, menguji hasil perkiraan dan
mengomunikasikan.

f. kedwibahasaan yang memungkinkan untuk pengembangan potensi kreatifitas secara


lebih luas karena akan memberikan pandangan dunia secara lebih bervariasi, lebih fleksibel
dalam menghadapi masalah, dan mampu mengekspresikan dirinya dengan cara yang berbeda
dari umumnya yang dapat muncul dari pengalaman yang dimilikinya.

g. Posisi kelahiran (berdasarkan tes kreatifitas, anak sulung laki-laki lebih kreatif daripada
anak laki-laki yang lahir kemudian)

h. Perhatian dari orangtua terhadap minat anaknya, stimulasi dari lingkungan, sekolah, dan
motivasi diri.

2. Faktor Penghambat Berkembangnya Kreatifitas adalah sebagai berikut:

a. Adanya kebutuhan akan keberhasilan, ketidakberanian dalam menanggung resiko, dan


upaya mengejar sesuatu yang belum diketahui

b. Konformitas terhadap teman-teman kelompoknya dan tekanan sosial

c. Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan penyelidikan

d. Stereotip peran seks

e. Diferensiasi antara bekerja dan bermain.

f. Otoritarianisme

g. Tidak menghargai terhadap fantasi dan khayalan


6. Teknik-Teknik Kreativitas
Tugas perkembangan anak yang mendukung kreatifitas adalah bahwa anak harus mampu
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru, anak diharapkan jika berlatih dan
mengembangkan ketrampilan baru sesuai dengan tuntutan hidup. Sebaliknya anak yang tidak
mampu mengembangkan kreatifitas atau ketrampilan akan menunjukan sikap mudah putus asa,
merasa tidak aman sehingga menarik diri dari kegiatan dan takut memperlihatkan usaha-
usahanya.

Seorang anak yang mampu memperhatikan kreatifitasnya akan mencapai masa produktif dan
mempunyai peluang yang baik untuk mengembangkan diri lebih jauh yang disertai keterlibatan
yang terus-menerus dalam kegiatan kreatif disegala bidang. Dari pendapat diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kreatifitas mempunyai peran penting dalam menentukan perkembangan
manusia. Karena anak yang dapat menyalurkan kreatifitasnya akan mempunyai makna pada
tahap perkembangannya.

Teknik-teknik menumbuhkan kreatifitas yaitu:

A. Teknik kreatif tingkat I

1. Memberikan pemanasan (warming up)

Pemanasan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terbuka yang menimbulkan


minat dan rasa ingin tahu siswa.

2. Sumbang saran

Osborn pendiri dari Creative Education Foundation, dalam bukunya Applied


Imagination menentukan empat aturan dasar untuk sidang sumbang saran yaitu :

a. Kritik tidak dibenarkan atau ditangguhkan

b. Kebebasan dalam memberikan gagasan

c. Gagasan sebanyak mungkin

d. Kombinasi dan peningkatan gagasan

3. Pertanyaan yang memicu gagasan

Teknik ini juga disebut daftar periksa atau checklist dikembangkan oleh Alex Osborn dengan
tujuan meningkatkan gagasan. Pertanyaan-pertanyaan Osborn yang berupa “kata kerja
manipulatif” membantu seseorang dalam mengembangkan gagasan kreatif dengan melihat
hubungan-hubungan baru.

B. Teknik Kreatif Tingkat II


1. Synectics

Teknik synectics dikembangkan oleh William J.J Gordon dan merupakan teknik berpikir
kreatif yang menggunakan analogi dan metafor untuk membantu pemikir menganalisis masalah
dan mengembangkan berbagai sudut tinjau (Feldhusen & Treffinger,1980).

2. Futuristic

Yaitu mengajar dengan pandangan masa depan amat penting agar siswa kelak dapat
menggunakan kemampuan mereka untuk membantu menciptakan masa depan. Siswa perlu
dibantu dalam mengaitkan perubahan yang akan terjadi di dunia dengan perubahan mereka
sendiri.

7. Kendala dalam pengembangan kreativitas


Dalam mengembangkan dan mewujudkan potensi kreatifnya, seseorang dapat
mengalami berbagai hambatan, kendala, atau rintangan.
a. Sumber Kendala

Shallcross (1985) mengolongkan kendala atau rintangan dalam menggunakan potensi kreatif
ke dalam:

1. Kendala historis

Ditinjau secara historis ada kurun waktu tertentu yang merupakan puncak kejayaan
kreativitas dan sebaliknya pula ada kurun waktu tertentu yang tidak menunjang bahkan
menghambat pengembangan kreativitas perorang maupun kelompok.

2. Kendala biologis

Beberapa pakar menekankan bahwa kemampuan kreatif merupakan ciri herediter, sementara
pakar lainnya percaya bahwa lingkungan menjadi faktor penentu utama.

3. Kendala fisiologis

Seseorang yang mengalami kendala faali karena terjadi kerusakan otak yang disebabkan oleh
penyakit atau kecelakaan maupun mereka yang memiliki keterbatasan fisik dapat menghambat
untuk mengungkapkan kreativitasnya.

4. Kendala sosiologis

Lingkungan sosial merupakan faktor utama yang menentukan kemampuan kita dalam
pengembangan kreatif. Bila tidak diarahkan dan didukung maka hasilnya tidak akan baik.

5. Kendala psikologis
Hal ini dikarenakan hampir semua orang telah membentuk persepsi diri bahwa diri mereka
tidaklah kreatif. Keyakinan sepert ini yang membuat mereka susah dan tidak berkembang dari
segi kreativitas.

b. Kendala dalam mengembangkan kreativitas anak, meliputi empat “pembunuh kreativitas


anak” yaitu:

1. Evaluasi

Rogers (dalam Vernon, 1982) menekankan salah satu syarat untuk memupuk kreativitas
konstruktif adalah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi, atau paling tidak menunda
pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi. Bahkan menduga akan dievaluasi
dapat mengurangi kreativitas anak.

2. Hadiah

Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau meningkatkan
perilaku tersebut. Ternyata tidak demikian. Pemberian hadiah dapat merusak motivasi intrinsik
dan mematikan kreativitas.

3. Persaingan (kompetisi)

Kompetisi lebih komplek daripada pemberian evaluasi atau hadiah secara tersendiri, karena
kompetisi meliputi keduanya. Biasanya persaingan terjadi apabila siswa merasa bahwa
pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa lain dan bahwa yang terbaik akan menerima
hadiah. Hal ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sayangnya dapat mematikan kreatvitas.

4. Lingkungan yang membatasi

Albert Einstein yakin bahwa belajar dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan.
Sebagai anak ia mempunyai pengalaman mengikuti sekolah yang sangat menekankan pada
disiplin dna hafalan semata-mata. Ia selalu diberitahu apa yang harus dipelajari, bagaimana
mempelajarina, dan pada ujian harus dapat mengulanginya dengan tepat. Pengalaman yang
baginya amat menyakitkan dan menghilngkan minatnya terhadap ilmu, meskipun hanya untuk
sementara. Padahal sewaktu baru berumur lima tahun ia amat tertarik untuk belajar ketika
ayahnya menunjukkan kompas kepadanya. Contoh ini menunjukkan bahwa jika berpikir dan
belajar dipaksakan dalam lingkungan yang amat membatasi, minat dan motivasi intrinsik dapat
dirusak.

c. Kendala dari lingkungan, meliputi lingkungan yang tidak sehat dalam pergaulan dan
lingkungan yang tidak mendukung anak untuk berkreasi dalam kesehariannya.

d. Kendala dari rumah, meliputi

1. Orang tua yang tidak mendukung kemampuan anak.


2. Keinginan orang tua untuk melihat anaknya berprestasi sehingga mereka mendorong anak
dalam bidang-bidang yang tidak diminatinya.

3. Keluarga tidak menggunakan secara tepat empat “pembunuh kreativitas anak” yaitu
evaluasi, hadiah, kompetensi, dan pilihan atau lingkungan yang terbatas (Amabile, 1989).

e. Kendala dari sekolah, meliputi

1. Sikap guru

Dalam suatu studi, tingkat motivasi diri siswa rendah, jika guru terlalu banyak mengontrol,
dan lebih tinggi jika guru memberikan lebih banyak otonomi.

2. Belajar dengan hafalan mekanis menghambat kreativitas.

3. Kegagalan

Semua siswa pasti pernah mengalami kegagalan dalam pendidikan mereka, tetapi frekuensi
kegagalan dan cara bagaimana hal itu ditafsirkan mempunyai dampak yang nyata terhadapa
motivasi diri dan kreativitas.

4. Tekanan akan konformitas dari guru

5. Sistem sekolah yang membatasi anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru
yang berbeda dari yang sebelumnya. Kreativitas dapat ditinjau dari berbagai macam teori yaitu
teori psikoanalisa, teori humanistik dan teori Cziksentmihalyi. Dalam kreativitas ada empat
macam tahapan yang harus dijalani yaitu tahapan persiapan, tahapan inkubasi, tahapan
pencerahan, dan tahapan pelaksanaan atau pembuktian. Orang-orang yang memiliki kreativitas
tentu memiliki ciri-ciri khusus seperti kemampuan bekerja keras, berpikir mandiri, pantang
menyerah dan masih banyak lagi. Ada banyak faktor yang mempengaruhi daya kreativitas
seseorang baik dari dalam maupun dari luar. Untuk mengembangkan kreativitas aa teknik-teknik
tertentu yang harus dilakukan. Dalam mengembangkan kreativitas tentu saja ada kendala-
kendala yang dapat membuat kreativitas seseorang dapat terhambat. Untuk itu kita perlu
mengenali hal-hal tersebut sehingga kita dapat mengantisipasi agar kreativitas kita tidak
terhambat.
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Tuhana Tufiq. 2013. Cara Cerdas Melejitkan IQ Kreatif Anak. Jogjakarta:
Kata Hati

Campbell, David. Tanpa Tahun. Mengembangkan Kreativitas. Disadur oleh A. M.


Mangunhardjana, 1986. Kanisius: Yogyakarta.

Campbell, David.1986. Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius. Munandar,


Utami. (1999).

Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia


Widiasarana Indonesia.

Munandar, Utami. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya.

Anda mungkin juga menyukai