Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi memiliki hubungan yang erat sekali dengan kepemimpinan, bahkan dapat
dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Apalagi syarat seorang
pemimpin selain ia harus berilmu, berwawasan kedepan, ikhlas, tekun, berani, jujur, sehat
jasmani dan rohani, ia juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi, sehingga Rogers
(1969:180) mengatakan “Leadership is Communication. Kemampuan berkomunikasi
akan menentukan berhasil tidaknya seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya.
Setiap pemimpin (leader) memiliki pengikut (flower) guna meralisir gagasannya dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Disinilah pentingnya kemampuan berkomunikasi bagi
seorang pemimpin, khususnya dalam usaha untuk mempengaruhi prilaku orang lain.
Inilah hakekatnya dari suatu manajemen dalam organisasi.
Komunikasi merupakan unsur yang terpenting dalam aktivitas manajemen
keperawatan dan sebagai bagian yang selalu ada dalam proses manajemen keperawatan.
Tergantung dari dimana posisi manajer dalam stuktur organisasi. Berdasarkan hasil
penelitian swansburg(1990), bahwa lebih dari 80% waktu yang digunakan manajer untuk
berkomunikasi 16% untuk membaca, 9% unuk menulis. Pengembangan keterampilan
dalam berkomunikasi merupakan kiat sukses bagi seorang manajer keperawatan.
Karena terlalu banyak waktu yang digunakan manajer adalah untuk berkomunikasi :
mendengar dan berbicara, jadi jelas bahwa manajer harus mempunyai keterampilan
komunikasi interpersonal yang baik. Manajer berkomunikasi dengan staff, pasien, atasan
setiap hari. Karena praktek perawatan berorientasi pad kelompok atau hubungan
interpersonal dalam mencapai suatu tujuan organisasi, maka untuk menciptakan
komitmen dan kebersamaan perlu di tunjang keterampilan manajer dalam berkomunikasi.
Komunikasi berasal dari perkataan “Communicare” yaitu yang di dalam bahasa latin
mempunyai arti “berpartisipasi atau memberitahukan”, sedangkan perkataan “Comunis”
berarti milik bersama ataupun “berlaku dimana-mana” atau juga berarti sama, sama di
sini maksudnya sama makna. Jadi jika dua orang melakukan komunikasi misalnya dalam
bentuk percakapan maka komunikasi akan berjalan atau berlangsung dengan baik selama
ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Collen McKenna
mendifinisikan komunikasi sebagai proses pengiriman pesan kepada penerima dengan
saling pengertian. Proses ini melibatkan beberapa komponen, yaitu pengirim pesan

1
(sender), pesan yang dikirimkan (message), bagaimana pesan tersebut dikirimkan
(delivery channel atau media), penerima pesan (receiver), dan unpan balik (feedback)
yang diharapkan. WHO say WHAT to WHOM in what CHANNEL, yang dapat
diilistrasikan pada bagan berikut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian komunikasi efektif ?
2. Bagaimana model komunikasi efektif ?
3. Apa saja tahapan proses komunikasi organisasi ?
4. Bagaimana prinsip komunikasi manajer keperawatan ?
5. Apa saja strategi komunikasi dalam praktik keperawatan di rumah sakit ?

6. Bagaimana aplikasi komunikasi dalam asuhan keperawatan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi efektif
2. Untuk mengetahui bagaimana model komunikasi efektif
3. Untuk mengetahui apa saja tahapan proses komunikasi organisasi
4. Untuk mengetahui bagaimana prinsip komunikasi manajer keperawatan
5. Untuk mengetahui apa saja strategi komunikasi dalam praktik keperawatan di rumah
sakit

6. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi komunikasi dalam asuhan keperawatan

1.4 Manfaat

1. Bagi Penulis
Merupakan konsep dasar management keperawatan yang dituangkan kedalam
makalah ini sehingga kami mengetahui tentang komunikasi secara efektif dalam
Management Keperawatan.
2. Bagi Institusi
Memberi nilai tambah sumber kepustakaan dan pengetahuan lebih luas dibidang
Management Keperawatan khususnya mengenai bagaimana komunikasi secara efektif
dalam Management Keperawatan, sebagai wacana serta sebagai bahan atau sumber
data penulisan makalah berikutnya.

2
3. Bagi Pembaca
Memberi nilai tambah sumber ilmu pengetahuan dibidang Management Keperawatan
mengenai komunikasi secara efektif dalam Management Keperawatan, dan sebagai
wacana untuk pembuatan makalah selanjutnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Tappen (1995) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran,


perasaan, dan pendapat dan memberikan nasehat dimana terjadi antar dua orang atau lebih
bekerja sama. Komunikasi merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan
suatu pesan dengan cara gampang sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima.

Karena komunikasi adalah sesuatu yang komplek, banyak model dipergunkan dalam
penjelasan bagaimana organisasi dan orang berkomunikasi. Dasar model yang umum
sebagaimana tersebut dalam gambar dibawah, dimana setiap komunikasi pasti adanya
pengirim pesan, dan penerima pesan. Pesan tersebut dapat berupa verbal, tertulis, maupun
nonverbal. Pada proses ini juga melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal, dimana
komunikasi dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi nilai-nilai, kepercayaan, tempramen,
dan tingkat stress pengiriman pesan dan penerima dan waktu. Kedua belah pihak (pengirim
dan penerema pesan) harus peka terhadap faktor internal dan eksternal, seperti persepsi dari
komunikasi yang di tentukan oleh lingkungan eksternal yang ada.

Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer keperawatan dan
sebagai bagian yang selalu ada di dalam proses manajemen Keperawatan. Komunikasi adalah
suatu pertukaran pikiran, perasaan, dan pendapat dan memberikan nasihat dimana terjadi
antara dua orang atau lebih bekerja bersama. Komunikasi juga dapat diartikan suatu seni
untuk menyusun dan menyampaikan suatu pesan dengan cara yang gampang sehingga orang
lain dapat mengerti dan menerima. Komunikasi adalah proses timbal balik (resiprokal)
pertukaran sinyal untuk memberi informasi, membujuk atau memberi perintah, berdasarkan
makna yang sama dan dikondisikan oleh konteks hubungan para para komunikator dan
konteks sosialnya”. (Cutlip, 2007:225)

4
2.2 Model Komunikasi

1. Komunikasi Tertulis : Komunikasi tertulis adalah bagian yan penting dalam


organisasi. Dalam mecapai setiap kebutuhan individu atau staff, setiap organisasi
telah mengembangkan metode penulisan dalam mengkomunikasikan pelaksanaan
pengelolaan, misalnya publikasi perusahaan, surat menyurat ke staff, pembayaran,
dan jurnal. Manajer harus terliabat dalam komunikasi tertulis, khususnya kepada
staffnya.
2. Komunikasi secara Langsung : Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada
atasan dan bawahan baik secara formal maupun informal. Mereka juga melakukan
komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik kepada individu dalam
kelompok dan presentasi secara formal.
a. Tujuan komunikasi verbal adalah “assertiveness”. Perilaku asertif adalah suatu
cara komunikasi yang memberikan kesempatan individu untuk
megekspresikan perasaanya secara langsung, jujur dan cara yang sesuai tanpa
menyinggung perasaan orang lain yang diajak komunikasi.
b. Hal yang harus dihindari pada komunikasi asertif adalah pasif, agresif
khususnya agresif yang tidak langsung. Komunikasi pasif terjadi jika individu
tidak tertarik terhadap topik atau enggan berkomunikasi. Komunikasi agresif
terjadi pada individu secara superior pada topic yang dibicarakan.
3. Komunikasi Non-verbal :Komunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah
pergerakan tubuh, sikap tubuh atau “body language”. Menurut “Arnold dan Bogges”
(1998) karena komunikasi non verbal meliputi komponen emosi terhadap pesan yang
diterima dan disampaikan, maka komunikasi non verbal lebih mengandung arti yang
signifikan dibandingkan komunikasi verbal. Tetapi akan menjadi sesuatu yang
membahayakan jika komunikasi non verbal diartikan salah tanpa adanya dijelaskan
secara verbal. Manajer yang efektif akan melakukan komunikasi verbal dan non
verbal supaya individu akan dapat menerima pesan secara jelas.
4. Komunikasi Via Telepon
Pada era global ini, komunikasi manajer bergantung pada telepon.Dengan kemudahan
sarana komunikasi tersebut, memungkinkan manajer untuk merespon setiap
perkembangan dan masalah dalam organisasi.Oleh karena itu, untuk menjaga citra
organisasi, manajer dan semua staf harus belajar dan sopan serta menghargai setiap

5
menjawab telepon. Jika orang lain harus menunggu untuk berbicara, maka waktu
yang diperlukan harus singkat untuk menghindari kesan yang negative.
Adapun Dalam melakukan komunikasi organisasi, Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss
dalam Human Communication menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam komunikasi:

1.  Model komunikasi linier (one-way communication), dalam model ini komunikator


memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa
mengadakan seleksi dan interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog.

2.  Model komunikasi interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada
tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung
bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda,
dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain
bertindak sebagai komunikan.

3.   Model komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami
dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini
menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak
dapat dikomunikasikan.

2.2.1 Komunikasi Berdasarkan sifat


Komunikasi dan jumlah komunikasi menurut Onong Uchyana Effendi, dalam
bukunya “Dimensi-Dimensi Komunikasi”, komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga
kategori:

1. Komunikasi antar pribadi

Komunikasi ini penerapannya antara pribadi/individu dalam usaha menyampaikan


informasi yang dimaksudkan untuk mencapai kesamaan pengertian, sehingga dengan
demikian dapat tercapai keinginan bersama.

2. Komunikasi kelompok

Pada prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang ditekankan adalah faktor
kelompok, sehingga komunikasi menjadi lebih luas. Dalam usaha menyampaikan
informasi, komunikasi dalam kelompok tidak seperti komunikasi antar pribadi.

6
3. Komunikasi massa

Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa yang meliputi

cetak dan elektronik.

2.3 Tahapan proses Komunikasi Organisasi

1. Sumber Komunikasi

Langkah-langkah antara satu sumber dan penerima yang menghasilkan pentransferan


dan pemahaman makna.

2. Pengkodean (encoding)

Mengubah satu pesan komunikasi menjadi bentuk simbolik. Empat kondisi yang
mempengaruhi pesan terkode, yaitu keterampilan, sikap, pengetahuan, dan system
social budaya.

3. Pesan (Apa yang dikomunikasikan)

Dipengaruhi oleh kode/kelompok symbol yang kita gunakan untuk mentransfer


makna, isi dari pesan itu sendiri dan keputusan yang kita ambil dalam memilih dan
menata baik kode maupun isi.

4. Saluran (channel)

Medium lewat mana suatu pesan komunikasi berjalan. Medium dipilih oleh sumber,
yang harus menentukan saluran mana yang formal dan informal.

7
5. Pendekodean

Penerjemah ulang pesan komunikasi seorang pengirim. Penerima merupakan sasaran


arah pesan itu tapi sebelum pesan dapat di terima, symbol-simbol harus di
terjemahkan kedalam suatu ragam yang dapat dipahami oleh si penerima.

6. Penerima Pesan

Suatu proses komunikasi baru dikatakan efektif apabila “pesan” diterima oleh obyek
komunikasi dalam bentuk jiwa dan yang dimaksud oleh subyek.dengan demikian
“pesan” tersebut dugunakan untuk kepentingan tertentu yang telah ditentukan, atau
paling sedikit diharapkan oleh subyek.

7. Umpan Balik

Tautan akhir dalam proses komunikasi, mengembalikan pesan kedalam system guna
memeriksa kesalah pahaman, umpan balik merupakan suatu penentu apakah pesan itu
telah dipahami. (Stephen Robbins, Perilaku Organisasi, hal. 6 – 7)

Dalam praktek, terdapat empat arus komunikasi dalam suatu organisasi. Pertama;
komunikasi vertikal ke bawah. Komunikasi demikian merupakan wahana bagi manajemen
untuk menyampaikan berbagai hal kepada para bawahannya, seperti perintah, truksi,
kebijaksanaan baru, pengarahan, pedoman kerja, nasihat dan teguran. Kedua; Komunikasi
vertikal ke atas. Para anggota organisasi selalu ingin di dengar oleh paraatasannya. Ketiga;
Komunikasi Horizontal komunikasi horizontal berlangsung antara orang-orang yang berada
pada tingkat yang sama dalam hierarki organisasi, akan tetapi melaksanakan kegiatan yang
berbeda- beda. keempat; komunikasi diagonal komunikasiini berlangsung antara dua satuan
kerja yang berada pada jenjang hierarki organisasi yang berbeda,tetapi menyelenggarakan
kegiatan yang sejenis.

2.4 Prinsip komunikasi manajer keperawatan

Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi adalah sangat kompleks, manajer dapat
melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap tersebut di bawah ini:

8
1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman tentang siapa yang
akan terkena dampak dari pengambilan keputusan yang telah di buat. Oleh karena itu
jaringan komunikasi formal dan informa perlu di bangun antara manajer dan staf.
2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai bagian proses yang
tak terpisahkan dalam kebijaksanaa organisasi. Jika bagian lainnya akan terkena
dampak akibat komunikasi, manajer harus konsultasi tentang isi komunikasi dan
minta umpan balik dari orang yang kompeten sebelum melakukan suatu perubahan
atau tindakan.
3. Komunikasi harus jelas, sederhana dan tepat.
4. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima secara
akurat. Salah satu cara untuk melakukannya pada proses ini adalah bertanya kepada
penerima pesan untuk mengulangi pesan atau interuksi yang disampaikan.
5. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang pentiing bagi manajer. Hal yang
perlu dilakukan adalah menerima semua informasi yang disampaikan orang lain dan
menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.

2.5 Strategi Komunikasi Dalam Praktik Keperawatan di Rumah Sakit


Komunikasi pada tahap ini tidak hanya secara spesifik ditujukan melalui strategi
perencanaan. Tetapi ke-3 komponen harus menjadi perhatian yang sama yaitu: striktur,
budaya dan tekhnologi.
Pada struktur bertujuan untuk mencapai status praktik komunikasi yang dapat
direncanakan dan diterapkan oleh kelompok kerja. Tetapi setiap struktur yang ada harus ada
kelompok klinik yang dirancang untuk pelaksanaan prinsip-prinsip asuhan keperawatan
kepada pasien, ketrampilan yang baik dan dapat membantu dalam penyelesaian suatu
masalah pada organisasi.
Budaya dalam suatu organisasi bukan suatu yang mudah untuk dirubah dalam waktu
sesaat, tetapi kita percaya kita akan bekerja dengan lingkungan dan individu yang
mempunyai budaya yang berbeda. Keadaan ini penting untuk diperhatikan perubahan suatu
budaya dalam manajemen adalah aspek yang penting pada proses perubahan yang efektif.
Tekhnologi merupakan komponen etika dalam praktik komunikasi yang efektif.
Komunikasi interpersonal dan secara organisasi sering diperlukan suatu perantara, yang
disebut tekhnologi elektronik dan penggunaan media tersebut akan sangat bermanfaat pada
masa yang akan datang. Setiap suatu perubahan di Rumah Sakit harus selalu didukung

9
terhadap perencanaan tentang HIS ( Health Information System) yang efektif. Komunikasi
melalui tekhnologi akan selalu dipantau dievaluasi pada setiap tahap proses perubahan.

2.6 Aplikasi Komunikasi Dalam Asuhan Keperawatan


Komunikasi dalam praktik keperawatan professional merupakan unsur utama bagi
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal.
Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi adalah sebagai berikut:
a. komunikasi saat serah terima (overran)
pada saat overran antar perawat, diperlikan suatu komunikasi yang jelas tentang
kebutuhan pasien, intervensi yang sudah dan yang belum dilaksanakan, serta
respon yang terjadi pada pasien. Perawat melakukan overran bersama dengan
perawat lainnya dengan cara berkeliling kesetiap pasien dan menyampaikan kodisi
pasien. Cara ini akan lebih efektiv daripada harus menghabiskan waktu orang lain
sekadar untuk membaca dokumentasi yang telah kita buat, selain itu juga akan
membantu perawat dalam menerima overran secara nyata.

b. Wawancara / Anamnesis
Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat adalah
1. Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat
2. Hindari gangguan yang timbul akibat dari lingkungan yang gaduh
3. Hindari respon dengan hanya “ya” dan “tidak”
4. Tidak memonopoli pemnbicaraan dengan cara menyampaikan kata-kata
“ya” dan “tidak”
5. Hindari hambatan personal jika perawat menunjukkan rasa tidak senang
kepada pasien sebelum komunikasi, maka akan berdampak pada hasil yang
didapat selama proses komunikasi.
c. Komunikasi melalui Komputer
Komputer merupakan alat komunikasi cepat dan akurat pada sistem manajemen
keperawatan saat ini. Melelui komputer, informasi informasi terbaru dapat cepat
diperoleh dengan menggunakan internet, yang akan memudahkan perawat saat
mengalami kesuliatan dalam menangani masalah pasien.
d. Komunikasi tentang kerahasiaan
Pasien yang masuk dalam sistem pelayanan kesehatan mempercayakan datanya
yang bersifat rahasia kepada institusi. Perawat sering dihadapkan dalam situasi

10
dilema dalam menyimpan rahasia pasien. Disatu sisi dia membutuhkan kebenaran
informasi yang diberikan pasien dengan cara menginformasikan ke orang lain. Di
sisi lain, dia harus memegang janji untuk tidak menyampaikan informasi tersebut
kepada siapapun.
e. Komunikasi melalui sentuhan
Komunikasi melalui sentuhan merupakan metode dalam mendekatkan hubungan
antara pasien dan perawat. Sentuhan dapat berguna sebagai terapi bagi pasien
tetapi harus diperhatikan perbedaan jenis kelamin antara perawat dengan pasien
f. Dokumentasi sebagai alat komunikasi
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi
keperawatan dalam memvalidasi asuhan keperawatan , sarana komunikasi antar
tim kesehatan lainnya, dan merupakan dokumen paten dalam pemberian asuhan
keperawatan. Manfaat komunikasi dalam pendokumentasian adalah :
1. Dapat digunakan ulang untuk keperluan yang bermanfaat
2. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya apa yang sudah dan akan
dilalukan kepada pasien
3. Manfaat dan data pasien yang akurat dan dapat dicatat
4. Komunikasi perawat dan tim kesehatan lainnya

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain


dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan
suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial
dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu
terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup
kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak
harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik,
untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-
cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut
terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan yang
terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk
memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang
berkelanjutan.

3.2 Saran

Bahwa Dalam hubungan komunikasi yang efektif, kepercayaan merupakan dasar


terciptanya teamwork. Kepercayaan ini hanya bisa muncul kalau kita mempunyai integritas,
yang mencakup hal hal yang lebih dari sekedar kejujuran. Kalau kejujuran mengatakan
kebenaran atau menyesuaikan kata kata kita dengan realitas, integritas menyesuaikan realitas
dengan kata kata kita.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta : Salemba Medika

Prijosaksono, Aribowo dan Ping Hartono. 2002. Make Yourself A Leader. PT Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Raharjo, Sekti dan Rina Susanti. 2007. F.U.N tactics. Syaamil. Jakarta.

http://www.dukonbesar.com/2009/08/membangun-komunikasi-efektif.html

http://ryrilumoet.blogspot.com/2010/03/komunikasi-dalam-manajemen-keperawatan.html

13

Anda mungkin juga menyukai