BAB 34
PENGELOLAAN SISI BAYANGAN ORGANISASI
PENDAHULUAN
Sisi bayangan suatu organisasi adalah faktor-faktor yang berdampak—positif atau
negatif—terhadap produktivitas dan kualitas kehidupan kerja organisasi secara
substantif dan sistematik, namun tidak dapat dijumpai di dalam bagan organisasi,
atau di dalam pedoman organisasi, serta tidak dibicarakan dalam forum resmi
organisasi.i
Manajer perlu menguasai sisi bayangan organisasi karena sebagian besar
waktu dan energi manajer digunakan untuk menghadapi realitas yang berkaitan
dengan sisi bayangan organisasi. Berapa lama waktu yang dicurahkan oleh
seorang manajer untuk menghadapi karyawan yang sulit? Berapa jumlah energi
yang dibutuhkan untuk menghadapi sekelompok karyawan yang melanggar
berbagai aturan organisasi, namun menghasilkan tambahan value bagi bisnis?
Buku ini diawali dengan pembahasan tentang rerangka pembentukan mindset
dan berbagai mindsets yang diperlukan untuk SPPM yang pas dengan lingkungan
bisnis yang dimasuki oleh perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan
bagaimana pentingnya mindset sebagai landasan untuk membangun berbagai
komponen struktur SPPM dan untuk mendesain berbagai sistem untuk
menjalankan proses SPPM. Dengan memahami secara eksplisit berbagai mindset
yang melandasi SPPM yang dibangun, manajer akan mampu menjalankan
berbagai sistem tersebut secara lebih bijaksana. Sebagus apa pun SPPM yang
dibangun, efektivitasnya sangat tergantung pada kesesuaian mindset personel yang
menjalankan sistem tersebut dengan mindset yang dipakai sebagai landasan
penyusunan sistem tersebut.
SPPM didesain untuk mewujudkan tujuan perusahaan—penciptaan kekayaan,
melalui pembangunan customer yang puas, pelaksanaan proses produktif dan cost
effective, pembangunan modal manusia, modal informasi, dan modal organisasi,
serta pemerolehan kinerja keuangan luar biasa berkesinambungan. SPPM terdiri
dari dua komponen: struktur sistem dan proses sistem. Struktur sistem merupakan
komponen-komponen yang berkaitan erat satu dengan lainnya, yang secara
bersama-sama digunakan untuk mewujudkan tujuan sistem. Struktur SPPM terdiri
dari tiga komponen: (1) struktur organisasi, (2) jejaring informasi, dan (3) sistem
penghargaan. Proses sistem merupakan tahap-tahap yang harus dilalui untuk
mewujudkan tujuan sistem. Proses SPPM terdiri dari enam tahap utama berikut
ini: (1) sistem perumusan strategi, (2) sistem perencanaan strategik, (3) sistem
penyusunan program, (4) sistem penyusunan anggaran, (5) sistem
pengimplementasian, dan (6) sistem pemantauan. Berbagai sistem yang
membentuk proses SPPM, yang telah dibahas secara mendalam di Bab 10 s.d. Bab
29 merupakan sistem resmi (formal system) yang digunakan oleh perusahaan
dalam mewujudkan tujuannya. Efektivitas berbagai sistem resmi tersebut sangat
ditentukan oleh modal manusia yang menjalankan sistem tersebut. Oleh karena
itu, manajemen perlu memiliki kompetensi untuk mengelola sisi bayangan
organisasi, agar dalam mengimplementasikan sistem resmi yang telah didesain,
aspek positif sisi bayangan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja
sistem dan aspek negatif sisi bayangan organisasi dapat dikurangi atau dicegah.
Bab ini membahas sisi bayangan organisasi dan cara pengelolaannya. Bab ini
digunakan untuk menutup pembahasan tentang SPPM dalam buku ini, dengan
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 952
Longgarnya ikatan. Jika dunia ini ajaib, maka semua organisasi akan secara
konsisten berjalan sebagaimana yang digambarkan dalam anggaran, program, dan
strategic plan serta dalam bagan organisasi. Berdasarkan program, sumber modal
dicari untuk mengembangkan bisnis, tingkat pinjaman yang diperlukan untuk
keperluan bisnis dipertahankan, strategi memacu inisiatif strategik, organisasi
melayani bisnis, unit-unit organisasional seperti bagian teknik, produksi, dan
pemasaran bekerja sama sangat erat. Masukan diubah, hampir tanpa usaha,
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 953
menjadi keluaran yang membawa hasil yang diharapkan: customer yang puas,
proses yang produktif dan cost effective, karyawan yang produktif dan
berkomitmen, ketersediaan modal informasi, organisasi nirbatas dan
berkapabilitas, serta kinerja keuangan luar biasa berkesinambungan. Di samping
itu, strategi, strategic plan, program, anggaran, struktur organisasi, dan sistem
sumber daya manusia dikoordinasi oleh para manajer yang berfungsi sesuai
dengan perannya, dan sebagian besar dari para manajer tersebut merupakan
leaders. Di atas kertas, hampir semua perusahaan relatif terangkai secara erat.
Namun, keadaan sebagaimana yang diharapkan di atas tidak demikian
adanya. Apa yang di atas kertas terangkai secara erat seringkali kenyataannya
merupakan ikatan yang longgar, mudah tercerai berai. Strategi yang telah
dirumuskan dan kemudian dijabarkan dengan menggunakan pendekatan Balanced
Scorecard seringkali merupakan suatu dokumen yang hanya menghuni laci meja
kerja seseorang atau merupakan suatu rencana yang telah dipublikasikan, namun
hanya sedikit memacu inisiatif strategik dan program organisasi. Organisasi lintas
fungsional yang dijalankan oleh suatu tim lintas fungsional akan tampak kohesif
di atas kertas dalam menyediakan layanan bagi customer, namun organisasi lintas
fungsional mempunyai ikatan yang longgar dalam kenyataannya Begitu juga
jejaring organisasi yang dibangun antara perusahaan dengan para pemasok, di atas
kertas akan tampak terpadu dalam suatu jejaring, namun kenyataannya jejaring
organisasi tersebut memiliki ikatan yang longgar. Ketidaksamaan kepentingan
yang dapat timbul setiap saat di antara anggota jejaring mudah menjadikan
jejaring organisasi tersebut tercerai berai.
Manajer yang bijaksana tidak terkecoh oleh apa yang tertulis di atas kertas
atau digambarkan dalam bagan. Dengan memahami sifat longgarnya ikatan
perusahaan mereka, mereka dapat mengetahui kapan bergerak ke dalam mode
pemeliharaan-perbaikan dan kapan bergerak ke mode penciptaan dan inovasi.
Kuatnya sistem tidak formal. Hampir seluruh sistem yang SPPM merupakan
sistem formal, yaitu serangkaian susunan yang secara resmi diumumkan dan
dinyatakan sah berlaku. Namun, di dalam organisasi terdapat pula sistem tidak
formal, yaitu serangkaian susunan yang kenyataannya ada dalam suatu sistem,
namun tidak secara resmi dinyatakan sah berlaku. Susunan ini seringkali
bertentangan atau lebih diutamakan daripada aturan dan kebijakan formal.
Pengelolaan terhadap sistem tidak resmi biasanya bukan merupakan tugas
manajer. Namun mungkin seharusnya pengelolaan terhadap sistem tidak resmi
termasuk dalam tugas manajer, karena susunan yang dilaksanakan melalui sistem
tidak formal dapat meningkatkan atau membatasi produktivitas organisasi.
Pengelolaan terhadap sistem tidak resmi bermula dari pemahaman tentang
apa yang dimaksud dengan susunan tidak resmi dan kemudian penentuan apakah
susunan tersebut mendorong maju bisnis atau justru membatasinya. Hal ini
biasanya tidak berkaitan dengan penghilangan semua susunan yang melanggar
aturan. Namun juga tidak berarti mencari susunan yang tidak menambah nilai dan
secara membabi buta berpaling ke susunan yang menambah nilai.
Dalam menghadapi sisi bayangan organisasi, pertama kali manajer harus
membangkitkan kesadaran tentang adanya sisi bayangan tersebut, karena dengan
cara demikian manajer menjadi siap untuk menghadapinya. Manajer yang bekerja
dengan menggunakan SPPM dalam mewujudkan tujuan perusahaan perlu
berangkat dengan sekaligus mengelola sifat longgarnya ikatan setiap organisasi
perusahaan dan susunan sistem tidak formal.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 954
Pemahaman atas motivasi orang. Oleh karena hampir semua tindakan manusia
diatur oleh hukum perilaku manusia, seperti: insentif, penghargaan, dan hukuman,
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 955
manajer perlu memahami hukum dasar mengenai hal itu agar dapat memahami
motivasi yang melatarbelakangi setiap tindakan orang. Jika orang secara konsisten
menghindari pekerjaan atau mengerjakan pekerjaan dengan kualitas yang rendah,
kemungkinan besar di dalam organisasi tersebut terdapat lebih banyak insentif
untuk tidak bekerja atau untuk mengerjakan pekerjaan yang jelek dibandingkan
dengan untuk bekerja dan untuk pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, dalam
kondisi seperti itu, masalah lebih berada di tangan manajer daripada di tangan
karyawan.
Sociotechnical System
Persahabatan, pengelompokan sosial, dan interaksi yang tidak terencana antara
anggota kelompok dan antarkelompok merupakan bagian dari organisasi tidak
resmi (informal organization). Sebagaimana dengan sisi bayangan yang lain,
pengelompokan ini tidak tampak dalam struktur organisasi resmi. Cara karyawan
memenuhi kebutuhan sosial mereka dapat menimbulkan hambatan atau
mendorong maju organisasi.
Organisasi merupakan sociotechnical system yang di dalamnya karyawan,
baik secara individual maupun secara kolektif, menggunakan dan berinteraksi
dengan teknologi bisnis—komputer, ekuipmen, prosedur, mesin dan teknologi
lain. Ahli sociotechnic membantu perusahaan dalam mencari kesesuaian antara
individu, sistem sosial, dan teknologi atau program kerja yang digunakan dalam
sistem. Tentu saja, yang ideal adalah bagaimana memuasi kebutuhan sosial
semestinya sedemikian rupa sehingga meningkatkan produktivitas organisasi.
Oleh karena kebutuhan sosial sedemikian bervariasi dan karena sebagian besar
interaksi sosial tidak dapat dilihat, pengintegrasian kebutuhan sosial dengan
tuntutan pekerjaan akan senantiasa menimbulkan tantangan.
Cliques
Clique atau subkelompok merupakan bagian dari hampir semua sistem sosial.
Cliques dapat terbentuk berdasarkan ras, agama, ideologi, atau kepentingan yang
lain. Pengelolaan atas kenyataan sosial, seperti halnya dengan clique, sampai
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 957
tingkatan tertentu yang dimungkinkan, dapat menambah nilai bagi bisnis dan
bersamaan dengan itu dapat memberikan kontribusi terhadap kualitas kehidupan
kerja dalam organisasi.
Sumber daya. Jika sumber daya tidak langka, tidak ada alasan untuk bersaing
dalam mendapatkannya. Posisi manajemen merupakan komoditas yang langka,
dan di dalam banyak perusahaan sekarang ini, dengan dilaksanakannya
restrukturisasi dan downsizing, posisi tersebut semakin langka. Di dalam beberapa
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 958
perusahaan, persaingan untuk posisi manajerial adalah kejam. Lebih lagi di dalam
perusahaan yang struktur organisasinya berbentuk piramid, semakin tinggi posisi
manajerial akan semakin langka. Oleh karena itu, perencanaan penggantian posisi
manajemen puncak seringkali lebih banyak diwarnai oleh praktik sumber daya
manusia yang dipolitisasi.
Di dalam organisasi, terdapat banyak sumber daya langka yang lain: ruang,
waktu, jabatan, dan tentu saja, uang. Di dalam proses penyusunan anggaran,
terjadi proses perebutan sumber daya langka di antara para manajer. Semakin
langka suatu sumber daya, semakin tinggi politisasi yang terjadi.
Turf. Turf berkaitan dengan perlindungan terhadap daerah dan sumber daya yang
dimiliki oleh kelompok. Perlindungan terhadap daerah dan sumber daya
merupakan bagian dari permainan politik. Pemilik ingin melindungi apa yang
dimilikinya, sehingga apa yang dimiliki tersebut menjadi daerah yang harus
dilindungi. Kerajaan di dalam organisasi memerlukan waktu lama untuk
membangunnya dan semakin lama orang menguasai kerajaan tersebut, akan
semakin menjadi resisten untuk mengubah atau menghancurkannya. Hal inilah
yang biasanya menjadi penghambat usaha untuk memberlakukan cross-functional
approach di dalam layanan kepada customer, karena masing-masing fungsi sudah
nyaman dengan wilayah yang berada di bawah kekuasan mereka. Cross-functional
team sekarang menjadi suatu kebutuhan untuk memenangkan persaingan
(competitive necessity) dan bukan lagi merupakan suatu kemudahan (fasilitas).
sangat cocok untuk pekerjaan tersebut ditinjau dari sisi perusahaan, dan manajer
tersebut berjuang untuk menjadikan calon tersebut dapat memegang posisi
tersebut, maka manajer tersebut memasuki politik peningkatan institusi.
KULTUR ORGANISASI
Kultur perusahaan atau institusi merupakan sisi bayangan kelima. Dalam beberapa
hal, kultur perusahaan lebih penting dari gabungan sisi bayangan yang lain. Kultur
institusi (”cara kami bekerja di sini”) merupakan bagian terbesar dan paling
berpengaruh terhadap sistem. Kultur ini merembes ke semua aktivitas perusahaan,
yang memberikan kekhususan dan warna bagi perusahaan. Kultur institusi ini
disebut “paling berpengaruh terhadap sistem” karena kultur ini menentukan norma
dalam mengerjakan segalanya—semua bisnis, tugas-tugas organisasional,
manajerial, dan kepemimpinan.
Kultur meletakkan dasar bagi sistem sosial. Dalam beberapa perusahaan,
orang harus bergelar insinyur untuk menuju ke jenjang organisasi teratas. Tentu
saja tidak ada aturan tertulis mengenai hal ini, namun begitulah aturan main yang
berlaku. Kultur mengatakan politik macam apa yang boleh dimainkan dalam
organisasi dan bagaimana anggota organisasi bermain politik tersebut.
Penggolongan tersebut di atas saling terkait satu dengan lainnya dan bersifat
interaktif; keyakinan, values, dan norma adalah yang memacu perilaku berpola
yang diterima secara umum (shared pattern of behavior), yang diberlakukan
melalui organizational underpinnings. Meskipun setiap kelompok penting, awal
terbaik adalah “cara institusi melakukan sesuatu.”
Dasar suatu kultur adalah cara yang sudah menjadi kebiasaan di dalam
menjalankan kegiatan dan tugas bisnis, organisasional, manajerial, supervisi, dan
leadership. Seorang manajer berkata demikian: “Meskipun tidak ada aturan kuat
tentang promosi, kami selalu mempromosikan orang atas dasar prestasi daripada
senioritas.” Manajer lain berkata demikian: “Strategi adalah raja di sini. Jika Anda
menghasilkan uang dalam unit bisnis namun Anda melanggar strategi, Anda akan
dipanggil karena hal itu. Jika Anda tidak jelas bagaimana menerjemahkan strategi
ke dalam serangkaian operasi, Anda harus dengan segera meminta penjelasan
tentang hal ini.” Para manajer dalam contoh ini berbicara tentang pola perilaku.
Kultur berhubungan dengan pola, bukan perilaku yang terisolasi.
kultur manajerial (“cara para manajer mengonsumsi waktu di sini”); suatu kultur
supervisi (“cara supervisor berhubungan dengan karyawan di sini”); suatu kultur
leadership (“cara kami melakukan perubahan untuk memajukan bisnis di sini”).
Dengan kata lain, kultur merembes ke setiap aktivitas di dalam perusahaan atau
institusi.
Kultur dapat digolongkan menjadi dua kelompok: kultur sebagai pembatas
institusi dan kultur sebagai pendorong maju institusi.
Dimensi Kultur
Kultur organisasional memiliki beberapa dimensi yang membantu manajer untuk
memahaminya dan mengelolanya, yaitu membantu manajer untuk menjadikan
kultur tersebut bermanfaat untuk bisnis dan kualitas kehidupan kerja.
Kultur terbuka dan tersembunyi. Kultur terbuka adalah keyakinan, nilai, dan
norma yang diumumkan secara terbuka oleh institusi. Kultur tersembunyi adalah
keyakinan, nilai, dan norma yang merupakan sisi bayangan suatu kultur.
Kultur kuat dan kultur lemah. Kultur disebut kuat jika keyakinan, nilai, dan
norma perusahaan secara konsisten memacu perilaku. Kultur disebut lemah jika
keyakinan, nilai, dan norma perusahaan yang tidak secara konsisten memacu
perilaku anggotanya. Di dalam organisasi, kultur yang kuat tidak selalu kultur
yang dinyatakan, namun dapat terjadi kultur yang tersembunyi secara konsisten
memacu perilaku anggota organisasi.
Pengelolaan Kultur
Salah satu tugas penting manajer adalah mengelola kultur yaitu menciptakan dan
memelihara kultur yang bermanfaat bagi bisnis. Manajer perlu berusaha untuk
menjamin kultur yang bermanfaat bagi bisnis, termasuk bermanfaat bagi strategi
dan operasi, serta memajukan kualitas kehidupan kerja. Pengelolaan kultur
mencakup tiga tugas utama: mengaudit kultur, mempromosikan kultur pilihan,
dan menantang dan mengubah kultur.
Promosi kultur pilihan. Dalam organisasi yang baru, manajer dapat membangun
kultur baru yang memberikan kontribusi dalam memajukan bisnis mulai awal
dengan cara merumuskan dan mengkomunikasikan misi, visi, core beliefs, dan
core values organisasi. Dalam organisasi yang telah lama berdiri, manajer harus
mulai dengan mengidentifikasi kultur pilihan, dan kemudian mempromosikan
kultur tersebut. Jika tidak dijumpai kultur pilihan, manajer perlu merumuskannya
dan kemudian mengkomunikasikannya kepada seluruh anggota organisasi.
RANGKUMAN
Seperti halnya dengan kematian, sisi bayangan organisasi selalu akan menyertai
kita. Sisi bayangan memperkaya, menjadikan kompleks, dan menjadikan lebih
mendalam pengetahuan kita tentang individu dan kehidupan institusional mereka.
Sementara sisi bayangan menambah SPPM, pemahaman atas sisi bayangan
membantu manajer dalam menggunakan model-model tersebut secara lebih pintar
dan efektif. Meskipun saran untuk mengidentifikasi dan mengelola sisi bayangan
organisasi telah disajikan secara singkat di dalam bab ini, pertanyaan pokok yang
tetap perlu dijawab adalah: “Dapatkah kita mengelola sisi bayangan organisasi
sebagaimana yang diuraikan di atas? Jawaban dari orang yang jujur, tidak dibuat-
buat kemungkinan seperti ini: “Tentu saja dapat, pengelolaan terhadap sisi
bayangan organisasi hanya masalah memberikan alat yang benar bagi manajer
untuk mengelolanya.” Jawaban dari orang yang benar-benar sinis adalah: “Sama
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 964
sekali tidak mungkin! Kita hanya dapat menyaksikan pertunjukan.” Jawaban dari
orang yang realistis kemungkinan akan sebagai berikut: “Ya, kita bisa, paling
tidak sampai pada tingkat tertentu ..... Seberapa banyak yang dapat kita kelola?
Tentu saja yang cukup untuk membuat perbedaan.”
PERTANYAAN
1. Jelaskan beda konsep arationality dengan irrationality. Berikan contohnya
masing-masing
2. Arationality tidak selalu dalam bentuk negatif. Setujukah Saudara dengan
pernyataan tersebut? Jelaskan jawaban Saudara.
3. Efektivitas SPPM yang telah didesain sangat ditentukan oleh kemampuan
manajer di dalam mengelola sisi bayangan organisasi. Setujukah Saudara
dengan pernyataan tersebut? Jelaskan jawaban Saudara.
4. Di dalam organisasi terdapat lima bidang sisi bayangan organisasi. Sebutkan
dan berikan penjelasan secara ringkas setiap bidang tersebut.
5. Struktur SPPM dan proses SPPM memiliki dua bentuk arational: sifat
kelonggaran ikatan dalam hampir semua organisasi dan kekuatan sistem tidak
formal yang terdapat dalam organisasi. Jelaskan pengaruh kedua bentuk
arational tersebut dalam pengimplementasian SPPM.
6. Sebut dan jelaskan secara ringkas keterampilan yang diperlukan untuk
mengelola sisi bayangan orang dalam organisasi.
7. Keterampilan komunikasi merupakan satu di antara berbagai keterampilan
penting yang diperlukan untuk mengelola sisi bayangan orang dalam
organisasi. Sebut dan jelaskan secara ringkas keterampilan komunikasi apa
saja yang diperlukan untuk mengelola sisi bayangan orang dalam organisasi?
8. Jelaskan bagaimana mengelola sistem sosial dalam organisasi.
9. Setiap organisasi selalu diwarnai dengan politik yang menimbulkan
arationality.
a. Jelaskan hakikat politik dalam organisasi.
b. Jelaskan bagaimana mengelola sistem politik dalam organisasi.
10. Salah satu bidang sisi bayangan organisasi adalah kultur. Jelaskan bagaimana
memahami dan mengelola kultur organisasi.
END NOTES
i
Gerard Egan, Adding Value: A Systematic Guide to Business-Driven Management and Leadership (San
Francisco: Jossey-Bass Publishers, 1993), p. 91.
ii
Egan, p. 94.
iii
Egan, p. 95.
iv
Egan, pp. 101-105.
v
Egan, pp. 103-105.
vi
Egan, pp, 118-119.
vii
Egan, p. 121.