Anda di halaman 1dari 13

Nama: Abraham Ethan M.S.

M
NIM: 01051180203

ACTION PLAN ADVOKASI PENOLAKAN


PERATURAN PEMERINTAH (PP) NOMOR 23 TAHUN 2020

1. Latar Belakang Permasalahan

Penururan Ekonomi di Berbagai Negara selama COVID-19


Pemerintah resmi mengeluarkan peraturan khusus mengenai pelaksanaan Program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Pelaksanaan Program PEN disahkan lewat Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2020 dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan
Negara Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Pemerintah saat ini sedang mengatur strategi pemulihan ekonomi nasional (PEN). Ini
dalam rangka merespons dampak virus corona atau Covid-19 terhadap perekonomian dalam
negeri yang terus berlanjut sampai saat ini.
Untuk itu, pemerintah akan mengimplementasikan program PEN dalam waktu dekat
lewat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program
Pemulihan Ekonomi Nasional dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara Untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem KeuanganSerta
Penyelamatan Ekonomi Nasional.
Berikut berbagai program pemulihan ekonomi nasional yang tertuang dalam PP
tersebut:
Pertama, pemerintah akan menggelontorkan penyertaan modal negara (PMN) kepada
BUMN. Pemberian PMN tersebut digunakan untuk memperbaiki struktur modal BUMN atau
anak usahanya yang terdampak virus corona.
Suntikan modal juga ditujukan untuk meningkatkan kapasitas usaha BUMN atau anak
usahanya dalam menjalankan penugasan khusus pemerintah untuk memulihkan ekonomi
nasional. Program ini tertuang dalam pasal 88 PP tersebut.
Kedua, menempatkan dana khusus di bank peserta yang nantinya ditetapkan menteri
yang kriterianya ditetapkan berdasarkan informasi Ketua Dewan Komisioner OJK.
Dalam aturan tersebut juga diatur bahwa bank peserta ditetapkan oleh Menteri
berdasarkan informasi OJK. Bank ini juga berfungsi menyedikan dana penyangga likuiditas
bagi bank yang membutuhkan setelah melakukan restrukturisasi maupun tambahan kredit.
Ketiga, pemerintah dapat melaksanakan investasi yang dilakukan sesuai dengan aturan
perundangan.
Keempat, pemerintah dapat melaksanakan penjaminan baik secara langsung maupun
melalui badan usaha yang ditunjuk.

2. Permasalahan Yang Dihadapi


a. Analisa Polemik PP 23 Tahun 2020
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2020 mengenai Program Pemulihan
Ekonomi Nasional (PEN) untuk Penanganan Pandemi Covid-19, dinilai memuat banyak
kejanggalan yang mesti diwaspadai menjadi celah terjadinya skandal keuangan. Sebab,
kewenangan KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) yang menurut UU dan Perppu 1/2020
sudah begitu jelas, namun di PP 23/2020 direduksi luar biasa
Pertama, Bank Indonesia (BI) yang di Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 Tentang
Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK), dan Perppu 1/2020 berwenang
memberi pinjaman likuiditas, direduksi menjadi hanya sekadar penyalur dana pemerintah
kepada bank peserta. Sedangkan bank peserta yang juga sebagai pelaksana, menjadi penyedia
dan penyangga likuiditas. Ditakutkan, bahwa Pemain akan disuruh merangkap menjadi wasit
dengan dalih business to business,
Kedua, OJK sebagai pengawas yang berwenang menilai dan menghitung kelayakan
sebuah bank untuk bisa diberi pinjaman atau tidak, direduksi hanya sekedar pemberi informasi.
Ketiga, LPS yang sesuai UU berwenang menyelematkan bank gagal atas rekomendasi
OJK, dan juga menjamin simpanan masyarakat yang nilainya maksimal Rp 2 milyar, direduksi
menjadi penjamin simpanan dengan prioritas simpanan pemerintah yang nilainya bisa
triliunan.
Aturan yang ada di PP ini tidak tepat dijadikan model pemulihan ekonomi nasional.
Mendikotomikan bank peserta dan bank pelaksana. Sistem tersebut tentunya akan merusak
sistem perbankan yang selama ini sudah berjalan. Oleh karena itu, katanya, sudah seharusnya
pada saat Pandemi Covid-19 ini kewaspadaan dan pengawasan harus lebih ditingkatkan.
Namun sayang, OJK yang daulat menjadi lembaga pengatur dan pengawas lembaga keuangan
dalam PP 23/2020 hanya berstatus sebagai pemberi informasi saja.
KSSK harus mencermati dengan baik terkait penunjukan bank-bank yang akan
ditetapkan sebagai bank peserta di luar bank Himbara. Apalagi menurut informasi yang
berkembang, misalnya, salah satu bank yang akan didaulat menjadi bank peserta adalah Bank
Mayapada (Bank Swasta Kelas Kakap).

b. Analisa Polemik Pasal 8


Pasal 8 menyebutkan Pemerintah dapat melakukan PMN kepada Badan Usaha Milik
Negara (BUMN)dan atau anak perusahaan BUMN terdampak COVID-19.
Sebagai suatu gejala umum mengenai BUMN di Negara-negara berkembang
dilaksanakan langsung oleh pemerintah. Hal ini menyebabkan pengelolaan BUMN, seringkali
tidak dapat terpisahkan dari kepentingan politik pemerintah seperti penempatan orang-orang
tertentu yang mungkin tidak memenuhi standar professional, memproduksi atau
mempergunakan jasa pihak tertentu yang secara ekonomis tidak menguntungkan. Kepentingan
politik dalam pengelolaan BUMN oleh pemerintah yang berkuasa akan menjadi sangat tajam
terutama pada Negara yang penduduknya sangat heterogen, karena biasanya kelompok elite
pemerintah berasal dari suatu kelompok ras atau agama tertentu.
Pemerintah sering kali membangun proyek-proyek dengan dana yang sangat besar serta
melebihi kapasitas yang dibutuhkan. Hal ini karena biasanya pertimbangan politis dalam
pembangunan proyek dimaksud lebih mendapat pertimbangan dari pada pertimbangan
ekonomisnya, sehingga tejadi alokasi sumber yang boros/ kurang tepat.
Maka dari itu, tidak boleh diaturnya PMN oleh pemerintah kepada BUMN atau anak
perusahaan BUMN, karena akan terjadi confilict of interest dan politisasi kebijakan dalam
penanaman modal.

c. Perbandingan Dengan Negara Lain


Untuk menjawab pertanyaan ini perlu dikaji lebih dulu dampak ekonomi apabila para
birokrat terlibat langsung dalam kegiatan bisnis. Misalnya pemerintah menguasai dan
mengoperasikan perusahaan yang seharusnya dapat dioperasikan sebagai suatu perusahaan
swasta. Hal ini tidak berarti kita harus menyalahkan para birokrat.
Namun sebaliknya hal ini berarti bahwa untuk melaksanakan perubahan system
manajemen pada perusahaan Negara perlu tetap diambil kebijaksanaan yang mengacu pada
factor birokrasi. Sebagai tolak ukur untuk membedakan sukses tidak suksesnya privatisasi
BUMN dapat digunakan beberapa indicator, misalnya tingkat keuntungan ( financial return),
produktivitas antara tabungan dan investasi ( saving investment defisit) dari suatu BUMN
setelah diprivatisasikan. Berdasarkan criteria tersebut, beberapa Negara dianggap berhasil
dalam privatisasi seperti Chili, Korea dan Mexiko. Sedangkan Negara-negara seperti India,
Turki dan Senegal dianggap kurang berhasil dalam melaksanakan program BUMN-nya.

d. Solusi Yang Tepat Menggantikan Pasal 8


Seharusnya, jika BUMN ingin bertahan diri dimasa pandemi ini, harus mereformasi
langkah-langkah kebijakannya, seperti:
 Mengurangi fiscal defisit;
 Melonggarkan batasan-batasan, sehingga produk BUMN dapat dikompetisikan
dengan produk impor;
 Menghilangkan hambatan bagi pendatang baru ( new entry) untuk masuk;
 Mulai melaksanakan perubahan system keuangan dengan jalan meningkatkan
pengawasan dan pengaturan, mengurangi kredit langsung dan menetapkan suku bunga rata-
rata yang riel;
 Mengurangi hambatan terhadap penciptaan lapangan kerja sector swasta, seperti
subsidi secara semu dapat menurunkan biaya modal, pajak yang meningkatkan biaya tenaga
kerja, dan aturan yang menghambat pelaksanaan perekrutan atau pemutusan hubungan kerja;
 Membuat produk BUMN lebih mudah dipasarkan;
 Memisahkan fungsi BUMN sebagi perusahaan yang bermotif bisnis dan fungsi
memberi pelayanan social;
 Meningkatkan kredibilitas pemerintah
Maka dari itu, agar solusi ini diterapkan, perlu adanya advokasi untuk mendukung dan
mendorong pemerintah segera mengganti kebijakan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23
Tahun 2020 dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara Untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
3. Rencana Kerja : Tool/Kit.
a. Survey
Survey adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh
dari pelaksanaan selama ini. Data survey ini akan membuahkan hasil pengukuran secara
kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur
penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya.
Data survey ini juga akan dipakai sebagai dasar penolakan sesuai dengan tujuan advokasi yang
dijalankan.

b. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan menggali informasi dari narasumber yang ahli di
bidangnya dengan cara tanya jawab. Dalam advokasi ini, wawancara akan dilakukan dengan 4
pihak, ahli keuangan, pejabat pemerintah terkait, ahli kebijakan publik, dan ahli hukum.
Ahli Keuangan akan diwakilkan dengan Faisal Basri selaku ekonom dan politikus.
Beliau sangat ahli di bidang keuangan, Faisal Basri pernah mengemban amanah sebagai
anggota Tim “Perkembangan Perekonomian Dunia” pada Asisten II Menteri Koordinator
Bidang EKUIN (1985-1987) dan anggota Tim Asistensi Ekuin Presiden RI (2000).
Pejabat pemerintah terkait akan diwakilkan oleh Sri Mulyani. Beliau merupakan
Menteri Keuangan.
Ahli kebijakan publik akan diwakilkan oleh Prof. Dr. Erwan Agus Purwanto selaku
Pakar Kebijakan Publik dari Universitas Gadjah Mada. Wawancara dengan ahli kebijakan
publik diperlukan untuk mengetahui tipe dan metode kebijakan publik yang tepat dalam
menghadapi situasi ini.
Ahli Hukum akan diwakilkan oleh Bivitri Susanti selaku pendiri Pusat Studi Hukum
dan Kebijakan (PSHK), Beliau belakangan ini mengkritisi produk hukum yang dikeluarkan
perihal kebijakan COVID-19, dan beliau sangat ahli pada bidangnya dan fokus pada gerakan
advokasi di Indonesia.
c. Kajian Ilmiah
Kajian Ilmiah ini dibuat untuk diberikan pada pemerintah, sebagai bentuk penelitian
akan isu yang dipermasalahkan dalam advokasi dan solusi yang kami anjurkan pada
pemerintah.
Kajian ilmiah adalah rangkaian pengamatan yang sambung menyambung,
berakumulasi 'dan melahirkan teori-teori yang mampu menjelaskan dan meramalkan isu yang
dibahas. Kajian ilmiah sering diasosiasikan dengan metode ilmiah sebagai tata cara sistematis
yang digunakan untuk melakukan penelitian.
Kajian ilmiah ini harus berdasarkan data yang akurat dan kredibel, karena akan dipakai
sebagai dasar pertimbangan pengambilan kebijakan yang dilakukan atas ajuan advokasi yang
dijalankan.

d. Produk Cetak
Produk Cetak ini digunakan sebagai media penyampai informasi yang memiliki
manfaat dan terkait dengan kepentingan rakyat banyak, yang disampaikan secara tertulis.
Produk Cetak yang dimaksud adalah poster, selebaran pamflet, serta spanduk
jalan/banner. Produk cetak ini berisi informasi terkait advokasi yang dijalankan, dalam hal ini
memuat alasan PP 23/2020 harus ditolak, dampak jika perpanjangan diteruskan, dan solusi
yang kami tawarkan. Produk cetak ini harus sesimpel dan seinformatif mungkin agar semua
kalangan dapat memahami maksud dan tujuan dari advokasi ini dan mendukung kelancaran
advokasi ini.

e. Pembuatan Akun Pergerakan Resmi Pada Media Digital


Di era modern dan dimasa pandemi ini, media digital termasuk salah satu garda
terdepan dalam perannya sebagai wadah informasi. Media Digital ini berisi format konten yang
dapat diakses oleh perangkat-perangkat digital.
Media digital ini bisa berupa website, media sosial, gambar dan video digital, audio
digital dan lain-lain. Dari pembuatan akun pergerakan resmi ini, diharapkan pengumpulan
massa akan semakin lebih mudah, terorganisir dan lebih terpusat.
f. Petisi
Petisi ini dibuat sebagai data bentuk keseriusan berapa banyak suara masyarakakat yang
terwakili dalam isi tuntutan petisi ini, sehingga advokasi ini bukan hanya hasil pemikiran
beberapa orang, namun berdasarkan aspirasi rakyat. Petisi akan memuat pernyataan yang
disampaikan kepada pemerintah untuk meminta agar pemerintah mengambil tindakan terhadap
suatu hal.

g. Lobi & Negosiasi


Lobi & Negosiasi ini dilakukan sebagai upaya jika adanya pihak yang bertentangan
dengan tujuan advokasi yang kita jalankan. Biasanya upaya tersebut dilakukan dengan pihak
penentu berhasil atau tidaknya advokasi ini. Dalam hal ini, adalah pembuat kebijakan PP
23/2020, yaitu Pemerintah Pusat.
Lobi dilakukan sebagai upaya meyakinkan kepada pihak lain agar mau mengakomodir
kepentingan kita sehingga muncul solusi dan terbinanya hubungan baik antara kedua belah
pihak dan negosiasi dilakukan sebagai upaya kedua belah pihak yang memiliki masalah untuk
sukarela mendiskusikan dan mencari solusi bersama.
4. Time Line Kerja
Dalam melaksanakan advokasi, kami membuat time line sebagai bentuk komitmen
akan kelancaran advokasi. Advokasi dimulai pada hari Selasa, 23 Mei 2020 sesuai tanggal
Action Plan ini dibuat, dan akan diakhiri pada hari Minggu, 28 Mei 2020. Dengan berakhirnya
advokasi ini, diharapkan PP 23/2020 resmi ditiadakan.

Rincian mengenai time line akan dijelaskan pada diagram jangka waktu dibawah ini:

23 Juni 2020 • Langkah Awal Persiapan Advokasi

• Pelaksanaan Wawancara, Distribusi


24 Juni2020 Tool/Kit Advokasi

• Sosialisasi Advokasi, Pengumpulan Tanda


25 Juni 2020 Tangan Petisi

• Pertemuan Penyerahan Hasil Kajian Ilmiah


26 Juni 2020 dan Petisi Pada Pemerintah

• Pertemuan Lobi & Negosiasi dengan


27 Juni 2020 Pejabat Pemerintah Terkait

28 Juni 2020 • Hasil Akhir Advokasi


5. Tujuan Yang Akan Dicapai Dalam Periode Tertentu
Pada hari Selasa, 23 Juni 2020, tujuan yang akan dicapai pada periode ini adalah
pembentukan struktur Tim Pengurus Advokasi. Struktur Tim Pengurus Advokasi adalah Ketua
Pelaksana, Tim Riset, Tim Media, dan Tim Lapangan. Tugas pada periode ini adalah membuat
dan mempublikasikan survey, membuat desain produk cetak , memulai pembuatan Kajian
Ilmiah, menghubungi pihak yang akan diwawancara, serta membuat akun resmi media digital
advokasi.
Pada hari Rabu, 24 Juni 2020, tujuan yang akan dicapai pada periode ini adalah
selesainya desain produk cetak dan dibawa kepada pihak percetakan, dan melaksanakan
wawancara. Tugas pada periode ini adalah pendistribusian produk cetak . Produk cetak ini
akan lebih diutamakan didistribusikan kepada lingkungan masyarakat dimana kurang
terjangkau untuk mengikuti kegiatan advokasi di media digital. Ketika mendistribusikan
produk cetak, dilakukan pula sosialisasi mengenai advokasi sesuai produk cetak yang
didistribusikan.
Pada hari Kamis, 25 Juni 2020, tujuan yang akan dicapai pada periode ini adalah
sosialisasi massal yang akan disertakan dengan pengumpulan tanda tangan petisi penolakan,
serta pada periode ini diharapkan Kajian Ilmiah sudah dalam proses penyelesaian untuk
diserahkan kepada pejabat pemerintah terkait.
Pada hari Jumat, 26 Juni 2020, tujuan yang akan dicapai pada periode ini adalah
selesainya Kajian Ilmiah dan terkumpulnya tanda tangan petisi penolakan sesuai target yang
diharapkan. Tugas pada periode ini adalah pertemuan dengan pejabat pemerintah terkait, di
pertemuan tersebut, dengan adanya Kajian Ilmiah dan petisi, diharapkan pemerintah dapat
terbuka, mendengarkan, dan menerima aspirasi advokasi ini.
Pada hari Sabtu, 27 Juni 2020, tujuan yang akan dicapai pada periode ini adalah
penyetujuan aspirasi advokasi ini, maka pada periode ini harus dipastikan advokasi ini sudah
menjadi perbincangan hangat dengan massa yang sangat besar. Dan tugas pada periode ini
adalah menemui pejabat pemerintah terkait yang masih belum menyetujui, dengan melakukan
lobi & negosiasi, diharapkan pejabat pemerintah terkait dapat menyetujui dan mendukung
advokasi ini sehingga bisa disahkan.
Pada hari Minggu, 28 Juni 2020, tujuan yang akan dicapai pada periode terakhir adalah
berakhirnya PP 23/2020 khususnya Pasal 8.
6. Tugas dan Tanggung Jawab Pihak yang terlibat

• Ketua Pelaksana
Tugas dan Tanggung Jawab dari Ketua Pelaksana adalah membentuk dan
mengumpulkan tim, mengorganisir gerakan advokasi ini, Mengelola keuangan advokasi,
Memimpin semua anggota agar sesuai dengan visi dan semua rencana yang telah ditentukan,
Membuat detil konsep dan melimpahkan tugas kepada yang tim yang bersangkutan. Memberi
pengarahan dan melakukan pengawasan saat pelaksanaan event. Karena waktu yang tergolong
sempit, menjadi ketua pelaksana harus bisa melakukan usaha-usaha terorganisir, efektif,
sistematis, dan strategis untuk membawa perubahan-perubahan secara cepat dan tanggap dalam
menyikapi suatu kebijakan, regulasi, atau pelaksanaannya.
Tanggung jawab dari Ketua Pelaksana adalah memastikan semuanya berjalan dengan
lancar, meminimalisir resiko, memastikan keamanan anggotanya agar bisa melaksanakan tugas
dengan baik. Menjadi Ketua juga sebagai perwakilan yang harus mengerti seluruh seluk beluk
advokasi ini. Sehingga, saat melakukan wawancara ataupun diliput oleh media, dapat
menyampaikan visi misi sesuai tujuan yang direncanakan.

• Tim Riset
Tugas Tim Riset yang utama adalah membuat Kajian Ilmiah untuk diserahkan saat
diadakannya pertemuan dengan pejabat pemerintah terkait. Tugas lain adalah mengumpulkan
materi-materi untuk dimuat dalam poster ataupun produk cetak lainnya seperti data sekunder
dan hasil survey masyarakat serta ikut melaksanakan wawancara sebagai bentuk sumber materi
primer terhadap Kajian Ilmiah yang dibuat.
Tanggung Jawab dari Tim Riset adalah memastikan data yang didapat akurat sehingga
tidak ada miskomunikasi saat bertemu atau menyampaikan materi advokasi. Riset harus
dilakukan dengan aktif, tekun, dan sistematis, yang bertujuan untuk menemukan,
menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta terkait materi advokasi. Penyelidikan intelektual
lewat riset ini harus bisa menghasilkan suatu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai
suatu peristiwa, tingkah laku, teori, dan hukum, serta membuka peluang bagi penerapan praktis
dari pengetahuan tersebut sesuai pada pelaksanaan advokasi.
• Tim Media
Tugas dari Tim Media adalah membuat survey masyarakat, membuat desain produk
cetak , membuat portal donasi online untuk kelangsungan advokasi, membuat dan mengelola
akun resmi media digital advokasi, serta menghubungi pihak terkait untuk wawancara.
Tanggung Jawab dari Tim Media adalah Membuat desain yang baik secara visual dan
informatif secara materi, Tim Media juga bertanggungjawab agar pengelolaan media digital
dapat dimaksimalkan khususnya menggaet pendukung advokasi dan pengumpulan tanda
tangan petisi., karena di era modern dan pada saat situasi pandemi ini, media yang paling
dominan dalam menyampaikan informasi adalah media digital. Bertanggungjawab atas
dokumentasi kegiatan baik berupa visual (foto, gambar dan dokumen cetak lainnya), audio
(rekaman suara,dan lain-lain).

• Tim Lapangan
Tugas dari Tim Lapangan adalah terjun langsung pada lokasi advokasi, untuk
melakukan pengumpulan massa pendukung advokasi dan pengumpulan tanda tangan. Tugas
lain adalah mengumpulkan donasi sebagai sumber pelaksanaan advokasi dan pengadaan
logistik selama turun ke lapangan, mencetak dan mendistribusikan produk cetak . Produk cetak
ini akan lebih diutamakan didistribusikan kepada lingkungan masyarakat dimana kurang
terjangkau untuk mengikuti kegiatan advokasi di media digital.
Tanggung Jawab dari Tim Lapangan adalah memastikan pendistribusian produk cetak
terbagi secara rata, agar target advokasi bisa terjangkau secara luas, Tim Lapangan juga
bertanggungjawab memastikan pelaksanaan turun ke Lapangan juga mengikuti protokol
kesehatan yang ada, sehingga Advokasi ini tidak melanggar ketentuan yang ada dan tujuan
Advokasi berjalan dengan lancar
7. Anggaran/Biaya
Dalam pelaksanaan Advokasi ini, diperlukan sejumlah biaya dalam pengadaan barang
dan biaya teknis yang rinciannya akan ditampilkan secara lengkap, data rincian ini adalah
bentuk perkiraan. Karena ini adalah bentuk advokasi yang merupakan gerakan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat, kami akan melakukan prinsip transparansi dan keterbukaan pada
seluruh keadaan finansial dari gerakan ini:
Berikut adalah tabel rincian anggaran pemasukan dan biaya pengeluaran yang
diperkirakan:

HARGA
No. URAIAN JUMLAH JUMLAH JUMLAH
SATUAN

Pemasukan Iuran Tim 10 Anggota 100.000,00 1.000.000,00


Target Pemasukan Donasi 5.000.000,00
TOTAL ANGGARAN PEMASUKAN 6.000.000,00
I KESEKRETARIATAN
1. Biaya Kertas 5 Rim 50.000,00 250.000,00
Biaya Fotocopy & Print Kajian
2. 10 Rangkap 40 Expl 125,00 50.000,00
Ilmiah
3. Biaya Alat Tulis Kantor 10 Set 50.000,00 500.000,00
800.000,00

II LOGISTIK
1. Biaya Konsumsi Tim 10 orang 6 kali 30.000,00 1.800.000,00
2. Biaya Transportasi Tim 3 Kendaraan 2 kali 200.000,00 1.200.000,00
1.200.000,00

PUBLIKASI DAN
III
DOKUMENTASI
Biaya pembuatan biaya produk
1. 500 lembar 2.500,00 1.250.000,00
cetak
2. Biaya pembuatan spanduk jalan 4 lembar 5 Meter 25.000,00 500.000,00
3. Biaya izin pemasangan spanduk 5 hari 6 spanduk 25.000,00 750.000,00
4. Iklan Berbayar 5 hari 50.000,00 250.000,00
2.750.000,00
Biaya Tidak Terduga 1.250.000,00
TOTAL BIAYA PENGELUARAN 6.000.000,00

Anda mungkin juga menyukai