Famelya Syafrilina (Proses Menjaga Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan)
Famelya Syafrilina (Proses Menjaga Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan)
OLEH :
FAMELYA SYAFRILINA
183310806
Dosen Pembimbing:
2021
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Proses Menjaga Mutu
Asuhan Keperawatan Diruang Rawat”. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya
di akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk Makalah ini, supaya Makalah ini nantinya dapat
menjadi Makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
` Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………...……………………………………2
Daftar isi…………………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………4
B. RumusanMasalah……………………………………………………………………4
C. Tujuan……………………………………………………………………………….4
A. Penjaminan Mutu…………………………………………………………………….5
B. Total Quality Management (TQM) …………………………………………………6
C. Program Menjaga Mutu Prospektif…………….……………………………………10
D. Program Menjaga Mutu Konkuren……..……………………………………………11
E. Program Menjaga Mutu Retrospektif…..……………………………………………12
F. Program Menjaga Mutu Internal………….…………………………………………13
G. Program Menjaga Mutu Eksternal……………..……………………………………13
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….15
B. Saran…………………………………………………………………………………15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penjaminan mutu pelayanan kesehatan adalah upaya yang sistematis dan
berkesinambungan dalam memantau dan mengukur mutu serta melakukan
peningkatan mutu yang diperlukan agar mutu layanan kesehatan senantiasa sesuai
dengan standar layanan kesehatan yang disepakati.
Istilah jaminan mutu layanan kesehatan ini mencangkup semua kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu. Contoh istilah tersebut meliputi Total Quality
Management (TQM) atau manajemen mutu terpadu, continuous quality improvement
atau peningkatan mutu berkesinambungan, quality management atau manajemen
mutu.
Total Quality Management (TQM) adalah suatu cara pendekatan dalam upaya
meningkatkan efektivitas, efisiensi dan responsive intansi pelayanan kesehatan
dengan melibatkan seluruh staf/karyawan dalam segala proses aktivitas meningkatkan
mutu dalam rangka memenuhi kebutuhan/tuntutan konsumen pengguna jasa instansi
pelayanan kesehatan-instansi pelayan kesehatan tersebut. Ini merupakan suatu tingkat
tertinggi dalam upaya instansi pelayanan kesehatan tersebut untuk mencapai tingkat
dunia.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses menjaga jaminan mutu asuhan keperawatan di ruang rawat ?
C. Tujuan
1. Mengetahui penjaminan Mutu
2. Mengetahui total quality management (TQM)
3. Mengetahui program menjaga mutu prospektif
4. Mengetahui program menjaga mutu konkuren
5. Mengetahui program menjaga mutu retrospektif
6. Mengetahui program menjaga mutu internal
7. Mengetahui program menjaga mutu eksternal
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Penjaminan Mutu
Penjaminan mutu pelayanan kesehatan adalah upaya yang sistematis dan
berkesinambungan dalam memantau dan mengukur mutu serta melakukan
peningkatan mutu yang diperlukan agar mutu layanan kesehatan senantiasa sesuai
dengan standar layanan kesehatan yang disepakati.
Istilah jaminan mutu layanan kesehatan ini mencangkup semua kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu. Contoh istilah tersebut meliputi Total Quality
Management (TQM) atau manajemen mutu terpadu, continuous quality improvement
atau peningkatan mutu berkesinambungan, quality management atau manajemen
mutu. Jaminan mutu layanan kesehatan mencangkup kegiatan :
1. Mengetahui kebutuhan dan harapan pasien/masyarakat yang menjadi
pelanggan eksternal layanan kesehatan
2. Menggunakan semua kemampuan dan bakat orang yang terdapat dalam
instansi pelayanan kesehatan
3. Membuat keputusan berdasarkan fakta atau data, bukan perkiraan atau dugaan
4. Bekerja dalam kelompok yang terdiri dari setiap orang yang terlibat dengan
pengakuan bahwa semua tenaga kesehatan merupakan sumber daya mutu dan
produktivitas sehingga setiap tenaga kesehatan akan merasa bahwa
konstribusinya kepada instansi pelayanan kesehatan layanan kesehatan
dihargai
5. Menghindarkan pemborosan setiap bagian instansi pelayanan kesehatan
layanan kesehatan, termasuk waktu, karena waktu adalah uang
6. Mengelola semua proses untuk menghasilkan apa yang dianggap penting,
tetapi pada saat yang sama harus mendorong orang menjadi inovatif dan
kreatif
7. Semua kegiatan itu harus selalu dikerjakan, karena mutu adalah doing the right
things all the time.
5
Pada dasarnya tahapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan dilaksanakan
melalui :
1. Sadar mutu
2. Penyusunan standar
3. Mengukur apa yang dicapai
4. Membuat rencana peningkatan mutu layanan kesehatan yang diperlukan
6
2. Pilar dasar dalam TQM
Menurut Lewis dan Smith (1994) dalam buku Ruri (2020) terdapat 4 pillar
dasar dalam penerapan konsumen yaitu :
a. Kepuasan konsumen
Untuk dapat memberikan kepuasan kepada konsumen, langkah awal
yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi siapa pelanggan instansi
pelayanan kesehatan, apa kebutuhan dan keinginan mereka
b. Perbaikan terus menerus
Konsumen akan selalu mengalami dinamika seiring lingkungan bisnis
yang terus mengalami perubahan. Oleh karena itu, instanasi pelayanan
kesehatan harus mampu mengikuti perubahan kebutuhan dan
keinginan konsumen
c. Hormat/respek terhadap setiap orang
Setiap orang dalam instansi pelayan kesehatan merupakan individu
yang memiliki kontribusi pada pencapaian kualitas yang diharapkan.
Oleh karena itu setiap orang dalam instansi pelayan kesehatan harus
diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi
aktif dalam pengambilan keputusan
d. Manajemen berdasarkan fakta
Setiap keputusan yang diambil akan memberikan hasil yang
memuaskan jika didasarkan pada data dan informasi yang objektif,
lengkap dan akurat.
3. Elemen-elemen pendukung TQM
a. Fokus pada pelanggan
Dalam instansi pelayan TQM, pelanggan internal dan eksternal
merupakan kekuatan pendorong aktivitas instansi pelayan kesehatan.
b. Obsesi terhadap kualitas
Dalam instansi pelayan TQM, pelanggan internal dan eksternal sebagai
penentu kualitas. Instansi pelayanan kesehatan harus memiliki obsesi
untuk memenuhi atau melebihi kualitas yang telah ditentukan
pelanggan, dengan melibatkan aktif semua karyawan pada berbagai
level
c. Pendekatan ilmiah
7
Segala aktivitas instansi pelayanan kesehatan TQM terutama
menyangkut desain karyawan, proses pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah harus didasarkan pada kaidah ilmiah yang bias
dipertanggungjawabkan dan diterima semua pihak yang terlibat.
d. Komitmen jangka panjang
Komitmen jangka panjang dari seluruh elemen instansi pelayanan
kesehatan sangat diperlukan untuk mengadakan perubahan budaya
agar penerapan TQM bias berjalan baik.
e. Kerja sama tim
Dalam instansi pelayanan kesehatan TQM keberhasilan hanya akan
dicapai jika ada kerja sama dari seluruh elemen yang terkait, baik kerja
sama antar elemen internal instansi pelayanan kesehatan maupun
dengan pihak eksternal instansi pelayanan kesehatan.
f. Perbaikan sistem secara berkesinambungan
Setiap produk yang dihasilkan instansi pelayanan kesehatan selalu
melalui tahapan/proses tertentu di dalam suatu system/lingkungan
4. Pedoman dalam penerapan TQM
a. Commitment (komitmen)
Komitmen untuk menyediakan produk atau layanan yang efisien dan
menguntungkan harus ditunjukkan oleh manajemen dan instansi
pelayanan kesehatan
b. Consistency (konsisten)
Instansi pelayanan kesehatan harus menyediakan produk dengan kerja
yang konsisten
c. Competence (kompetensi)
Instasi pelayan kesehatan harus menyediakan karyawan dengan
kemampuan atau kompetensi yang unggul untuk melaksanakan tugas-
tugas atau karyawan sehingga mendukung pencapaian sasaran instansi
pelayanan kesehatan
d. Contact (hubungan)
Instansi pelayanan kesehatan harus mampu menjalin hubungan baik
dengan konsumen, karena tujuan instansi pelayanan kesehatan adalah
menyediakan produk yang sesuai dengan harapan dan keinginan
konsumen
8
e. Communication (komunikasi)
Instansi pelayanan kesehatan harus mampu menjalin komunikasi yang
baik dengan konsumen agar spesifikasi produk yang diinginkan
konsumen bisa diterjemahkan dengan baik oleh instansi pelayanan
kesehatan
f. Credibility (kredibilitas)
Instansi pelayanan kesehatan harus memperoleh kepercayaan dari
konsumen dan juga harus mempercayai konsumen.
g. Courtesy (kesopanan)
Instansi pelayanan kesehatan melalui para karyawan harus
menunjukkan sikap sopan kepada konsumen terutama karyawan yang
langsung berhubungan dengan konsumen
h. Compassion (perasaan)
Instansi pelayanan kesehatan harus memiliki rasa simpati terhadap
konsumen eksternal terutama menyangkut kebutuhan dan harapan
mereka, konsumen internal (pengawai) menyangkut haknya
i. Capability (kemampuan)
Instansi pelayanan kesehatan harus memiliki kemampuan untuk
melakukan pengambilan keputusan dan melakukan tindakan yang
berkaitan dengan pelayanan
j. Cooperation (kerja sama)
Instansi pelayanan kesehatan harus bisa menciptakan iklim kerja yang
baik antar karyawan maupun antara instansi pelayanan kesehatan
dengan konsumen
k. Confidence (kepercayaan)
Instansi pelayanan kesehatan harus memiliki rasa percaya diri bahwa
instansi pelayanan kesehatan mampu menyediakan produk atau
layanan sesuai kebutuhan dan harapan konsumen
l. Criticism (kritik)
Instansi pelayanan kesehatan harus bersedia menerima kritikan dari
siapapun, baik dari karyawan maupun dari eksternal terutama kritik
dari konsumen
9
5. Hambatan dalam penerapan TQM
Hasil studi menemukan 8 hal sebagai penyebab kegagalan atau hambatn dalam
penerapan TQM :
a. Pembentukan tim yang keliru
b. Tujuan pembentukan yang tidak jelas
c. Seringnya terjadi pergantian tim padahal penggantinya tidak pernah
mengikuti pelatihan TQM
d. Kurangnya pemahaman tentang TQM
e. Komunikasi antar anggota tim yang tidak lancer
f. Identifikasi masalah tidak dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip TQM
g. Prinsip-prinsip TQM tidak dilaksanakan secara menyeluruh pada
semua lapisan manajemen
h. Pimpinan puncak menghendaki pemecahan masalah secara cepat,
tanpa proses yang bertele-tele
10
lain, harus mempunyai izin kerja sesuai dengan profesinya. Rumah sakit,
rumah bersalin/bidan praktik mandiri maupun fasilitas layanan kesehatan lain
akan mendapat izin operasional setelah memenuhi persyaratan tertentu dan
izin itu harus diperbaharui dalam kurun waktu tertentu. Mekanisme perizinan
belum menjamin sepenuhnya kompetensi profesi layanan kesehatan yang ada
atau mutu layanan kesehatan fasilitas layanan kesehatan tersebut.
3. Sertifikasi
Sertifikasi adalah langkah selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai bidan
adalah contoh sertifikasi. Di Indonesia perizinan itu dilakukan oleh
Departemen Kesehatan dan/atau Dinas Kesehatan, sedangkan sertifikasi oleh
Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI).
4. Akreditasi
Akreditasi adalah pengakuan bahwa suatu institusi layanan kesehatan seperti
rumah sakit telah memenuhi beberapa standar layanan kesehatan tertentu.
Indonesia telah melakukan akreditasi rumah sakit umum melalui departemen
kesehatan.
11
d. Harus dapat bersifat objektif.
2. Penentuan sampel
Semua teknik pengukuran memerlukan sampel pengamatan. Penentuan berapa
besar sampel dapat dibaca dalam ukur statistik khususnya kesehatan, tetapi
hal-hal berikut perlu diperhatikan:
a. Pertama, sampel yang dipilih harus bebas dan bisa sehingga sampel
sama atau hampir sama dengan populasinya.
b. Kedua, sampel harus menghasilkan ukuran dalam jumlah yang dapat
dikerjakan secara reslistis atau mudah oleh kelompok
12
3. Survei Klien
Survei dapat dilaksanakan melalui kuesioner atau interview secara langsung
maupun melalui telepon, terstruktur atau tidak terstruktur.
Dari kedua bentuk organisasi ini yang dinilai paling baik adalah yang kedua karena
sesungguhnya yang bertanggungjawab menyelenggarakan Program Menjaga Mutu
seyogyanya bukan orang lain, tetapi mereka yang menjalankan pendidikan kesehatan
itu sendiri (Saifuddin dkk, 2001). Berdasarkan kenyataan tersebut maka Program
Menjaga Mutu Internal adalah suatu kewajiban bagi kelompok organisasi itu sendiri
dalam menjaga kualitas/mutu pendidikan. Berhasil atau gagalnya suatu program
menjaga mutu sangat tergantung organisasi pendidikan kesehatan beserta para
pelaksananya. Hal ini disebabkan merekalah yang tahu standar yang telah ditetapkan
maupun visi dan misi dari organisasi yang telah mereka harapkan.
13
tertentu, dibentuklah suatu organisasi di luar institusi yang menyelenggarakan layanan
kesehatan, yang diserahkan tanggungjawab menyelenggarakan Program Menjaga
Mutu. Misalnya suatu Badan Penyelenggara Akreditasi layanan kesehatan, yang
untuk kepentingan programnya membentuk suatu unit Program Menjaga Mutu, guna
memantau, menilai serta mengajukan saran-saran perbaikan mutu pendidikan
kesehatan yang tergabung ke dalam program yang dikembangkannya (Saifuddin dkk,
2001).
Program menjaga mutu eksternal ini merupakan sesuatu yang mungkin bisa
menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan kepentingan pihak ketiga dimasukkan ke
dalam saran-saran yang diberikan. Saran-saran yang diberikan bisa saja tidak sesuai
dengan visi dan misi dari institusi layanan kesehatan yang menjadi mitra kerja Badan
Penyelenggara diluar institusi tersebut.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Apabila dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan mohon dikmaafkan, penulis sangat mengharapkan kritikan dan sarannya
yang sifatnya membangun dari pembaca demi perbaikan makalah selanjutnya dan
penulis mengucapkan terimakasih.
15
Daftar Pustaka
Ruly & Nurul. 2020. Konsep dasar mutu pelayanan kesehatan. Jawa Barat : Adab
Ruri, Yuni Astari. 2020. Mutu pelayanan kebidanan dan kebijakan kesehatan.
Yogyakarta : Deepublish
16