Anda di halaman 1dari 26

Makalah Fisiologi Reproduksi

Anatomi Fungsi Alat Kelamin Betina, Anatomi Fungsi Alat Kelamin


Jantan dan Spermatogenesis

Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiolofi Reproduksi

Dosen Mata Kuliah:

Dr. drh. Cut Nila Thasmi, M.Si

Di susun oleh:

Indah Purnama Putri

1802101010175

Universitas Syiah Kuala


Fakultas Kedokteran Hewan
2020
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah fisiologi reproduksi yang berjudul
anatomi fungsi alat kelamin betina, anatomi fungsi alat kelamin jantan dan spermatogenesis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi bentuk maupun isinya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan dari
semua pihak yang sifatnya membangun.

Pada kesempatan ini,  Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Cut
selaku  dosen mata kuliah fisiologi reproduksi yang selalu membantu penulis dalam
melakukan kegiatan perkuliahan di kampus. Akhirnya, tiada kata yang paling berkesan selain
mengharapkan agar kiranya makalah fisiologi reproduksi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Banda Aceh, 31 Maret 2020

Penulis

2
Daftar isi

Kata Pengantar.................................................................................................. 1

Daftar Isi........................................................................................................... 2

Bab I Pendahuluan............................................................................................ 3

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 3

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 3

1.3 Tujuan......................................................................................................... 3

Bab II Pembahasan........................................................................................... 4

2.1 Anatomi Fungsi Alat Kelamin Betina........................................................ 4

2.2 Anatomi Fungsi Alat Kelamin Jantan........................................................ 13

2.3 Spermatogenesis......................................................................................... 19

Bab III Penutup................................................................................................ 24

3.1 Kesimpulan................................................................................................. 24

3.2 Saran........................................................................................................... 24

Daftar Pustaka.................................................................................................. 25

3
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai


upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Reproduksi merupakan aspek biologis
yang terkait mulai dari diferensiasi seksual hingga dihasilkan individu baru. Pengetahuan
tentang ciri reproduksi yaitu mengetahui tentang perubahan atau tahapan-tahapan
kematangan gonad untuk mengetahui perbandingan hewan yang akan atau tidak melakukan
reproduksi. Pengetahuan tentang ciri reproduksi tidak akan sempurna apabila tidak diiringi
dengan pengetahuan anatomi reproduksi baik jantan maupun betina.

Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup,


perkembangan anatomi, dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan pada
proses fertilisasi. Misalnya hewan akuatik pada umumnya melakukan fertilisasi di luar tubuh
(fertilisasi eksternal), sedangkan hewan darat melakukan fertilisasi di dalam tubuh (fertilisasi
internal).Bagi hewan yang melakukan fertilisasi internal dilengkapi dengan adanya organ
kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme jantan ke
betina.

Spermatogenesis adalah proses dimana spermatogonia berkembang menjadi spermatosit,


tahap masak dari spermatosit yang akan menghasilkan spermatid dengan jumlah kromosom
berkurang (haploid), spermiogenesis merupakan proses transformasi dari spermatid menjadi
spermatozoa. Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium menjadi sel-sel
yang lebih besar disebut sebagai spermatosir primer. Spermatid yaitu sel bundar dengan
sejumlah besar protoplasma, yang merupakan gamet dewasa dengan jumlah kromosom
haploid.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja anatomi dan fungsi alat kelamin pada betina?
2. Apa saja anatomi dan fungsi alat kelamin pada jantan?
3. Apa yang dimaksud dengan spermatogenesis, tahapan, faktor serta hormon yang
mempengaruhinya?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fungsi alat kelamin pada betina
2. Untuk mengetahui anatomi dan fungsi alat kelamin pada jantan
3. Untuk mengetahui pengertian spermatogenesis, tahapan, faktor serta hormon yang
mempengaruhinya

4
BAB II

Pembahasan

2.1 Anatomi Fungsi Alat Kelamin Betina

Hewan betina tidak saja menghasilkan sel-sel kelamin betina yang penting untuk
membentuk suatu individu baru, tetapi juga menyediakan lingkungan di mana individu
tersebut terbentuk, diberi makan, dan berkembang selama masa-masa permulaan hidupnya.
Fungsi-fungsi ini dijalankan oleh organ-organ reproduksi primer dan sekunder. Organ
reproduksi primer, ovarium, menghasilkan ova (sel telur) dan horrnon-hormon kelamin
betina.Organ-organ reproduksi sekunder atau saluran reproduksi terdiri dari tuba Fallopii,
uterus, cervix, vagina, dan vulva.
Fungsi organ-organ reproduksi sekunder adalah menerima dan menyalurkan sel-sel
kelamin jantan dan betina, memberi makan dan melahirkan individu baru. Kelenjar air susu
dapat dianggap sebagai suatu organ kelamin pelengkap, karena sangat erat berhubungan
dengan proses-proses reproduksi dan esensial untuk pemberian makanan bagi individu yang
baru lahir. Alat kelamin dalam digantung oleh ligamentum lata. Ligamen ini terdiri dari
mesovarium, mesosalpinx, dan mesometrium yang masing-masing menggantung ovarium,
tuba Fallopii, dan uterus.
Organ reproduksi betina terdiri atas ovarium dan saluran reproduksi yang terdiri atas
oviduk, uterus (kornua, korpus dan serviks), vagina dan vulva. Tuba fallopii atau oviduk
merupakan saluran kecil yang berkelok-kelok, menghubungkan ovarium dengna kornua uteri.
Mukosa oviduk ditutupi oleh epitel silindris, memiliki kinosilia dan mikrovili, yang berfungsi
membantu pergerakan sel telur dan spermatozoa serta sekresi oviduk berperan dalam proses
kapasitasi sprematozoa (Melia et al., 2016).
Ovarium
Berbeda dengan testis, ovarium tertinggal di dalam cavum abdominalis. Ia
mempunyai dwifungsi, sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel telur atau ovum dan
sebagai organ endokrin yang mensekresikan hormon-hormon kelamin betina, estrogen dan
progesteron. Bentuk dan ukuran ovarium berbeda-beda menurut spesies dan fase siklus
berahi. Pada sapi dan domba ovarium berbentuk oval, sedangkan pada kuda berbentuk seperti
ginjal karena ada fossa ovulatoris, suatu legokan pada pinggir ovarium. Pada babi, ovarium

5
berupa gumpalan anggur, folikel-folikel dan corpora lutea menutupi jaringan-jaringan ovarial
di bawahnya.
Tuba Fallopii
Tuba Fallopii atau oviduct merupakan saluran paling anterior, kecil, berlikuliku dan
terasa keras seperti kawat terutama pada pangkalnya. Panjang dan derajat liku-liku berbeda-
beda menurut spesies. Pada sapi dan kuda panjang oviduct mencapai 20 sampai 30 cm, dan
diameter 1,5 sampai 3 mm. Panjangnya pada babi dan domba mencapai 15 sampai 30 cm.
Antara ovarium dan tuba Fallopii terdapat suatu hubungan anatomik yang intim, walaupun
tidak bersambung dalam arti kata yang sebenarnya.
Pada ternak mamalia, ovarium terletak di dalam bursa ovarii yang terbuka, berbeda
dengan pada tikus dimana ia berada dalam kantong tertutup. Pada sapi dan domba bursa
ovarii cukup lebar dan terbuka. Pada babi ia agak menutupi ovarium. Pada kuda ia sempit
dan hanya menyelubungi fossa ovulatoris. Tuba Fallopii tergantung di dalam mesosalpinx. Ia
dapat dibagi atas infundibulum dan fimriae, ampula dan isthmus.
Ujung oviduct dekat ovarium membentang ternganga membentuk suatu struktur
berupa corong, infundibulum. Luas permukaan infundibulum mencapai 6 sampai 10 cm2
pada domba, dan 20 sampai 30 cm2 pada sapi. Muara infundibulum, ostium abdominale,
dikelilingi oleh penonjolan-penonjolan ireguler pada tepi ujung oviduct, fimriae. Fimriae
tidak bertaut dengan ovarium kecuali pada kutub atas organ tersebut terakhir.
Hai ini menjamin pendekatan fimriae ke permukaan ovarium. Ampula tuba Fallopii
merupakan setengab dari panjang tuba dan bersambung dengan daerah tuba yang sempit,
isthmus. Isthmus dihubungkan secara langsung ke cornua uteri (pada kuda ia memasuki
cornua dalam bentuk suatu papila kecil). Tidak ada otot sphincter dalam arti kata yang
sebenarnya pada daerah pertemuan uterotubal.
Namun pada babi, pertemuan ini dilengkapi dengan penonjolan-penonjolan mucosa
panjang berbentuk jari yang berasal dari oviduct memasuki lumen uterus sebagai lipatan-
lipatan yang cukup baik pemberian darahnya. Sapi dan domba, terdapat suatu pembengkakan
yang nyata pada pertemuan utero-tubal, terutama selama estrus.
Pada saat ovulasi, ovum disapu ke dalam ujung oviduct yang berfimriae. Kapasitasi
sperma, fertilisasi dan pembelahan embrio terjadi di dalam tuba Fallopii. Pengangkutan
sperma ke tempat fertilisasi dan pengangkutan ovum ke uterus untuk perkembangan
selanjutnya diatur oleh kerja cilier (silia) dan kontraksi-kontraksi muskuler yang dikoordinir
oleh hormon-hormon ovarial yaitu estrogen dan progesteron.
Uterus

6
Uterus adalah suatu struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk penerimaan
ovum yang telah dibuahi, nutrisi dan perlindungan fetus dan stadium permulaan ekspulsi
pada waktu kelahiran. Uterus terdiri dari cornua, corpus dan cervix. Uterus babi tergolong
uterus bicornis dengan cornua yang sangat panjang tetapi corpus yang sangat pendek. Hal ini
merupakan suatu penyesuaian anatomik untuk keberhasilan produksi anak dalam jumlah yang
banyak. Pada sapi, domba, dan kuda, dengan uterus yang tergolong uterus bipartitus, terdapat
suatu dinding penyekat (septum) yang memisahkan kedua cornua dan corpus uteri yang
cukup panjang (paling besar pada kuda). Pada sapi dara setiap cornua membentuk satu
putaran spiral lengkap, sedangkan pada sapi-sapi pluripara (sudah sering beranak) spiral
tersebut sering hanya mencapai setengah putaran.
Cervix atau leher uterus
Merupakan suatu otot sphincter tubular yang sangat kuat dan terdapat antara vagina
dan uterus. Dindingnya lebih keras, lebib tebal dan lebih kaku daripada dinding-dinding
uterus atau vagina. Corpus uteri mempunyai ukuran panjang 2 sampai 4 cm. Cornua uteri sapi
berukuran panjang 20 sampai 40 cm dan diameter 1,25 sampai 5 cm pada keadaan tidak
bunting. Cervix uteri berukuran panjang 5 sampai 10 cm, diameter 1,5 sampai 7 cm (rata-rata
3 sampai 4 cm) dengan diameter terbesar pada hewan yang sudah sering beranak (pluripara).
Cervix terletak caudal dari corpus uteri di dalam rongga pelvis, pada tepi pelvis atau didalam
rongga perut. Selama kebuntingan cervix tertarik ke dalam cavum abdominalis.
Struktur Uterus
Sebagaimana organ-organ internal berongga pada umumnya, dinding uterus terdiri
dari selaput mucosa di bagian dalam, selapis otot licin di bagian tengah, dan selapis serosa di
bagian luar, ialah peritonium. Dari segi fisiologik, hanya dua lapisan uterus yang dikenal
yaitu endometrium dan myometrium. Endometrium. Endometrium adalah suatu struktur
glandular yang terdiri dari lapisan epithel yang membatasi rongga uterus, lapisan glandular
dan jaringan ikat.
Tebal dan vaskularisasi endometrium bervariasi sesuai dengan perubahan-perubahan
hormonal ovarial dan kebuntingan. Myometrium. Myometrium adalah bagian muskular
dinding uterus yang terdiri dari dua lapis otot licin, selapis dalam otot sirkuler yang tebal dan
selapis luar otot longitudinal yang tipis. Di antaranya terletak lapisan vaskuler yang terdiri
dari buluhbuluh darah dan lymphe, syaraf dan jaringan ikat. Selama kebuntingan, jumlah
jaringan otot pada dinding uterus sangat bertambah karena pembesaran sel dan penambahan
jumlah sel.
Cervix.

7
Cervix adalah suatu struktur berupa sphincter yang menonjol ke caudal ke dalam
vagina, la dikenal dari dindingnya yang tebal dan lumen yang merapat. Walaupun struktur
cervix berbeda-beda antara ternak ternak ruminansia, dindingnya ditandai oleh berbagai
penonjolan-penonjolan. Pada ruminansia penonjolan ini terdapat dalam bentuk lereng-lereng
transversal dan saling menyilang, disebut cincin-cincin anuler yang berkembang sampai
derajat yang berbeda pada berbagai spesies.
Cincin-cincin ini sangat nyata pada sapi (biasanya 4 buah) dan pada domba, yang
dapat menutup rapat cervix secara sempurna. Pada babi, cincin tersebut tersusun dalam
bentuk sekrup pembuka botol yang disesuaikan dengan perputaran spiralis ujung penis babi
jantan. Pada cervix kuda terdapat lipatan-lipatan mucosa yang nyata dengan penonjolannya
yang memanjang ke dalam vagina. Dinding cervix tediri dari mucosa, muskularis, dan serosa.
Mucosa cervix tersusun dalam lipatan-lipatan utama yang sebaliknya mengandung
lipatan-lipatan sekunder yang kecil. Sel-sel yang menghasilkan mucus pada mucosa
mempunyai permukaan sekretoris yang luas. Aktivitas sekretorisnya yang tertinggi
ditemukan pada waktu berahi. Pada waktu berahi mucus cervix terdapat dalam keadaan yang
paling tidak kental. Cervix berfungsi untuk mencegah benda-benda asing atau
mikroorganisme memasuki lumen uterus.
Cervix tertutup rapat kecuali selama estrus, pada waktu mana terjadi relaksasi dan
sperma dimungkinkan memasuki uterus. Mucus dilepaskan dari cervix dan dikeluarkan
melalui vulva. Selama kebuntingan sejumlah besar mucus tebal disekresikan oleh sel-sel
goblet cervix yang menutup atau menyumbat mati canalis cervicalis sehingga menghambat
pemasukan materi infectious. Waktu lain dimana cervix terbuka adalah sesaat sebelum
partus. Pada waktu ini penyumbat cervix mencair dan cervix mengembang (dilatasi) untuk
memungkinkan pengeluaran fetus dan selaput-selaputnya.
Vagina
Vagina adalah organ kelamin betina dengan struktur selubung muskuler yang terletak
di dalam rongga pelvis dorsal dari vesica urinaria dan berfungsi sebagai alat kopulatoris dan
sebagai tempat berlalu bagi fetus sewaktu partus. Legokan yang dibentuk oleh penonjolan
cervix ke dalam vagina disebut fornix, la dapat membentuk suatu lingkaran penuh di
sekeliling cervix seperti pada kuda atau tidak ada sama sekali seperti pada babi. Suatu fornix
dorsal dapat ditemukan pada sapi dan domba.

8
Gambar 1. Organ reproduksi ternak betina
Alat Kelamin Luar
Alat kelamin luar terbagi atas vestibulum dan vulva. Vulva terdiri dari labia majora,
labia minora, commisura dorsalis dan ventralis serta clitoris. Pertemuan antara vagina dan
vestibulum ditandai oleh muara urethra externa, orificium urethra externa, dan sering pula
oleh lereng hymen. Posterior dari muara urethra pada lantai vestibulum terdapat suatu
kantong buntu, diverticulum suburethralis, yang ditemukan pada sapi, domba, dan babi.
Kelenjar Bartholini yang menghasilkan cairan kental sangat aktif sewaktu estrus,
mempunyai struktur tuboalveoler serupa dengan kelenjar-kelenjar bulbo-urethralis pada
hewan jantan. Pada kebanyakan ternak clitoris berukuran panjang kira-kira 5 sampai 10 cm,
tetapi seluruhnya praktis tersembunyi di dalam jaringan antara vulva dan arcus ischiadieus.
Clitoris terdiri dari jaringan erektil yang diselubungi oleh epithel squamous bersusun dan

9
mengandung cukup banyak ujung-ujung syaraf sensoris. Pada sapi, sebagian besar clitoris
terkubur di dalam mucosa vestibulum. Pada kuda ia berkembang baik, sedangkan pada babi
berbentuk panjang dan berkelok berakhir pada suatu titik atau puncak kecil.

  
Vulva
Vulva merupakan alat kelamin luar yang terdiri dari labia mayora, labia minora,
commisura dorsalis dan ventral dan clitoris. Pertemuan antara vagina dan vestibulum ditandai
oleh muara uretra externa, orificium uretra externa, dan sering pula oleh lereng hymen .
Posterior dari muara uretra pada lantai vestibulum terdapat suatu kantong buntu,
diverticulum sub uretralis, yang ditemukan pada sapi, domba dan babi.
Pada vulva ada kita temui :
1. labia mayor
Bibir luar vagina yang tebal, berlapisan lemak, serabut elastis dan sedikit otot polos.
Labia mayor homolog dengan skrotum pada hewan jantan.
2. labia minor
yaitu sepasang lipatan  kecil berupa kulit yang halus dan tipis yang tidak dilapisi
lemak. Labia minor homolog dengan preputium pada hewan jantan.

2.      Klitoris
Merupakan organ yang sangat sensitif, berupa tonjolan kecil didepan bagian vulva.
Klitoris homolog dengan gland penis pada hewan jantan yang terletak pada sisi ventral
sekitar 1cm dalam labia. Klitoris terdiri atas dua krura / akar badan dan kepala,fungsi klitoris
berperan dalam perkawinan. Clitoris mengandung erectile tissue sehingga dapat berereksi.
Juga banyak mengandung ujung syaraf perasa, syaraf ini memegang peranan penting pada
waktu kopulasi. Clitoris bereaksi pada hewan yang sedang estrus, tetapi hal ini tidak cukup
untuk dijadikan sebagai pendeteksi estrus pada kebanyakan spesies.
3.Monsveneris
Pertemuan antara kedua bibir vagina dengan bagian atas yang tampak membukit.
4.Orificium Urethrae
Merupakan (muara saluran kencing), tepat dibawah klitoris.
5.Himen
Merupakan(selaput dara), berlokasi dibawah saluran kencing yang mengelilingi
lubang vagina.

10
6.Cervix
Cervix merupakan suatu struktur yang menyerupai sfinger yang memisahkan rongga
uterin dengan rongga vagina. Fungsi pokok Cervix adalah untuk menutup uterus guna
melindungi masuknya invasi bakteri maupun masuknya bahan-bahan asing. Sfinger itu tetap
dalam keadaan tertutup kecuali pada saat kelahiran saja.
7.Vagina
Vagina adalah dalah organ reproduksi hewan betina yang terletak didalam pelvis
diantara uterus dan  vulva. Vagina berbentuk pipa, berdinding tipis dan elastis. Lapisan luar
berupa tunika serosa yang diikuti oleh lapisan otot polos yang mengandung serabut otot
longitudinal dan sirkularis.
Umunya lapisan mukosa terbentuk dari stratified squamousnepithelial cells. Sel epitel
iniberubah menjadi sel epitel yang tanpa nucleus karana pengaruh estrogen.Vagina memiliki
membran mukosa disebut epitel squamosa berstrata namun tidak berkelenjar, tapi pada sapi
berkelenjar.
Vagina ada dua :
1.Vestibulum yang letaknya dekat dengan vulva yang merupakan saluran reproduksi dan
tempat saluran keluarnya urin.
2.Portio vaginalis cevixis yang letaknya dari batas keduanya hingga cervix.
Antara keduanya dibatasi oleh himen.
            Fungsi vagina adalah :
1. Sebagai alat kopulasi dan alat – alat tempat sperma dideposisikan.
2. Saluran keluarnya sekresi cervix, uterus dan oviduct.
3. Sebagai jalan peranakan pada saat beranak.
8. Ovarium (indung telur)
Ovarium merupakan organ betina yang homolog dengan testis pada hewan jantan,
berada di rongga tubuh dekat ginjal dan tidak mengalami pergeseran atau perubahan tempat
seperti pada testis. Ova (telur), yang bisa dibuahi oleh spermatozoa pejantan akan menjadi
embrio. Meski jumlah ova diperkirakan sebanyak 75.000 pada 2 ova, hanya sedikit saja yaitu
sekitar 20 sampai 30 yang dilepaskan selama hidup seekor sapi, dalam kondisi alamiah
normal.
 Terbagi atas dua bagian :
1.Cortex (bagian luar)

11
Dijumpai berbagai tingkat perkembangan sel telur (ovum) mulai dari folikel
primordial, folikel primer, folikel sekunder, folikel tertier ( de graaf), dan berbagai korpus
luteum dan korpus albikan.

2. Medula (bagian dalam)

Pembuluh darah limfe dan saraf. Folikel berfungsi : melindungi sel – sel telur saat
perkembangan dan menyediakan makanan.
3. Ovarium berjumlah sepasang, besarnya tidak sama.
Pada sapi yang kanan lebih besar dari pada yang kiri, dan pada unggas yang kiri lebih
besar karena yang kanan itu mengalami rudimenter, yaitu mengecil sejak masa embrional.
9.Tuba falopii / oviduct / tuba uterina
Yaitu saluran yang menghubungkan ovarium dan uterus. Oviduct terdapat sepasang di
kanan dan kiri, digantung oleh ligamentum mesosalpink, merupakan saluran kecil berkelok-
kelok membentang dari depan ovarium berlanjut ke tanduk uterus. Merupakan saluran yang
menghantarkan sel telur (ovum) dari ovarium ke uterus.
10.  Uterus ( rahim )
Merupakan pertemuan antara tuba falopii kiri dan kanan. Uterus adalah suatu saluran
muskuler yang diperlukan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi, nutrisi dan
perlindungan fetus dan stadium permulaan ekspulasi pada waktu kelahiran. Uterus terdiri dari
cornua, corpus dan cervix.
Uterus terdiri dari struktur yang menyerupai dua tanduk yang melengkung menyerupai
tanduk domba, dengan satu badan yang sama. Uterus pada sapi membentuk suatu puntiran
spiral yang lengkap sebelum kemudian bersambung dengan tuba fallopi. Tanduk-tanduk
uterus biasanya berkembang dengan baik, salah satunya akan merupakan tempat
perkembangan fetus.
Uterus terdiri dari tiga bagian :
-Kornua (tanduk)
-Korpus (badan)
-Cervix (leher)
Berdasarkan bentuk nya uterus dibagi :
-Uterus simpleks
1 uterus, 1 cervix tidak ada kornua.
Contoh : primata
-Uterus duplek

12
2 uterus terpisah, dan masing – masing memiliki cervix, tidak ada kornua.
Contoh : rodentia
-Uterus bipartitus
2 kornua yang panjang.
Contoh : karnivora dan babi.
-Uterus bikornus
2 kornua bersatu dengan cervix.
Contoh : ruminansia, kuda, dan tapir.
Dindingnya terdiri dari 3 lapisan :
-Endometrium
Lapis epitel silindris berlapis, jaringan ikat longgar serta kelenjar.
Ruminantia : endometriumnya memiliki tonjolan – tonjolan (karunkula) yang mana
jumlahnya : 70 – 120 buah.
-Miometrium
Lapisan otot polos yang tersusun secara serkuler dan longitudinal. Diantara serabut – serabut
otot banyak terdapat pembuluh darah.
-Perimetrium
Lapisan jaringan ikat serosa.
Fungsi uterus :
-Sebagai tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio pada masa prenatal.
-Cervix uteri terletak diantara uterus dan vagina, berfungsi sebagai penutup dan pengunci
pintu pada waktu kebuntingan, tetapi dapat terbuka pada waktu kelahiran dan ekstrus.
Fungsinya sebagai pengunci karena mengandung otot sprinter yang terletak antara korpus
uteri dengan vagina serta adanya lendir penutup (mucous plug) yang mengental yang
dihasilkan oleh kelenjar uterus.
Korpus uteri berfungsi sebagai :
-Tranport spermatozoa ke oviduct
-Memberi makanan blastosis
-Membentuk plasenta
-Kelahiran anak

13
2.2 Anatomi Fungsi Alat Kelamin Jantan

Organ reproduksi ternak jantan terdiri dari testes, scrotum, corda spermaticus,
kelenjar tambahan (glandula accessories), penis, preputium, dan sistem saluran reproduksi
jantan. Sistem saluran ini terdiri dari vasa, efferentia yang berlokasi di dalam testis,
epididymis, vas deferens, dan urethra external yang bersambung ke penis.
Pada masa embrio, testis berasal dari corda genitalia primer, sedangkan sistem
saluran reproduksi berasal dari ductus wolffii. Alat reproduksi ternak jantan di bagi menjadi
tiga yaitu; alat kelamin primer berupa testis, alat kelamin sekunder yaitu vas deverent,
epididimis, penis, dan uretra, sedangkan kelenjar aksesoris yaitu kelenjar vesikula seminalis,
kelenjar prostata, dan kelenjar cowper.
Sistem reproduksi jantan terdiri dari sepasang testis, saluran reproduksi, dan kelenjar
aksesori. Testis ditutupi oleh tunica vaginalis, selapis jaringan serosa yang merupakan
perluasan dari peritoneum. Testis dilapisi oleh tunica albuginea, tunica fibrosa, dan lapisan
membran serosa bernama mesorchium (tunica vasculosa). Vaskularisasi testis melalui tunika
testis. Testis berfungsi memproduksi sel sperma dan sekresi hormon. Selama musim kawin,
sel germinal primordial dalam testis (Mahfud et al.,2016).

Alat kelamin primer


Testis adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, karena berfungsi
menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) dan hormon kelamin jantan (androgens). Testis
berlokasi di dekat ginjal turun melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Turunnya
testis terjadi akibat memendeknya gubernaculum, sebuah ligamentum yang memanjang dari
daerah inguinalis kemudian bertaut pada cauda epididymis.
Testis merupakan kelenjar utama dalam sistem reproduksi jantan yang bertanggung
jawab terhadap produksi gamet jantan atau spermatozoa (spermatogenesis) dan sintesis
hormon jantan atau androgen (steroidogenesis). Testis berjumlah sepasang, terletak di

14
inguinal, tersimpan dalam kantung skrotum. Pada mammal, testis turun dan keluar dari
rongga abdomen (peritoneal) menuju posisi ekstrakorporeal dan akhirnya masuk ke dalam
skrotum (inguinoskrotal). Proses ini dikenal sebagai descensus testiculorum yang
dikendalikan oleh androgen (Fitria et al.,2015).
Pemendekan gubernaculum terjadi karena pertumbuhan gubernaculum tidak secepat
pertumbuhan tubuh. Testis terletak dekat dengan daerah inguinalis dan tekanan intra-
abdominal membantu 7 testis melalui canalis inguinalis masuk scrotum. Hormon yang
terlibat dalam pengaturan turunnya testes adalah gonadotropins dan androgen. Testis pada
sapi mempunyai panjang berkisar 10-13 cm, lebar berkisar 5- 6,5 cm dan beratnya 300-400
gr. Testis ditutupi oleh tunica vaginalis, sebuah jaringan serous yang merupakan perluasan
dari peritoneum. Lapisan ini diperoleh ketika testis turun masuk ke dalam scrotum dari
tempat asalnya dalam ruang abdominal yang melekat sepanjang garis epididymis.
Lapisan luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membran jaringan
ikat elastis berwarna putih. Pembuluh darah dalam jumlah besar dijumpai tepat di bawah
permukaan lapisan ini. Lapisan fungsional dari testis, yaitu parenchyma terletak di bawah
lapisan tunica albuginea. Parenchyma ini berwarna kekuningan, terbagi-bagi oleh setiap
yang tidak sempurna menjadi segmen-segmen. Parenchyma mempunyai pipa-pipa kecil
didalamnya yang disebut tubulusseminiferous (tunggal), tubuli seminiferi (jamak). Tubuli
seminiferi berasal dari primary sex cord yang berisi selsel benih (germ cells), spermatogonia,
dan sel-sel pemberi makan, yaitu sel sertoli. Sel sertoli berukuran lebih besar dengan jumlah
lebih sedikit dari pada spermatogonia.

15
Testosterone juga berfungsi untuk mengontrol aktivitas kelenjar-kelenjar tambahan
(accessory glands), produksi spermatozoa, dan pemeliharaan system saluran reproduksi
jantan. Sedangkan perannya dalam diri ternak sendiri adalah membantu mempertahankan
kondisi optimum pada spermatogenesis, transportasi spermatozoa dan deposisi spermatozoa
ke dalam saluran reproduksi betina.
Berbagai penelitian membuktikan, bahwa ukuran organ reproduksi jantan terutama
testes dan kelenjar aksesorius dapat bervariasi sepanjang tahun, membesar pada musim kawin
dan mengecil pada waktu lainnya. Pada mamalia, musim kawin sangat dipengaruhi oleh tiga
faktor, antara lain fisik, diet dan lingkungan. Vesikula seminalis merupakan sepasang
kelenjar yang umumnya terletak dibalik prostat dan dibagian dorsal vesika urinaria. Prostat
merupakan kelenjar tunggal yang umumnya terletak diantara pertemuan antara vesika
urinaria dan muskulus urethralis. Kelenjar Cowper (bulbourethralis) merupakan sepasang
kelenjar berbentuk ovoid dan berukuran kecil. Penis merupakan organ kopulatori yang
berfungsi untuk mendepositkan semen ke dalam saluran reproduksi betina melalui proses
kopulasi (Phadmacanty et al.,2013).
Alat kelamin sekunder
(1). Vas deverent
Vas deferens. Merupakan sebuah saluran dengan satu ujung berawal dari bagian ujung
distal dari cauda epididymis. Kemudian dengan melekat pada peritoneum, membentang
sepanjang corda spermaticus, melalui daerah inguinalis masuk ruang pelvis, dimana vas

16
deferens bergabung dengan urethra di suatu tempat dekat dengan lubang saluran kencing dari
vesica urinaria.
Bagian vas deferens yang membesar dekar dengan urethra, di sebut ampulla.Vas
deferens mempunyai otot daging licin yang tebal pada dindingnya dan mempunyai fungsi
tunggal yaitu sebagai sarana transportasi spermatozoa. Spermatozoa dikumpulkan dalam
ampulla selama ejakulasi, sebelum dikeluarkan ke dalam urethra.
(2). Urethra.
Merupakan sebuah saluran tunggal yang membentang dari persambungan dengan
ampulla sampai ke pangkal penis. Fungsi urethra adalah sebagai saluran kencing dan semen.
Pada sapi dan domba selama ejakulasi terjadi percampuran yang kompleks antara
spermatozoa yang padat asal vas deferens dan epididymis dengan cairan sekresi dari kelenjar-
kelenjar tambahan dalam urethra yang berada di daerah pelvis menjadi semen.
(3). Penis
Merupakan organ kopulasi pada ternak jantan, membentang dari titik urethra keluar
dari ruang pelvis di bagian dorsal sampai dengan pada orificium urethra eksternal pada ujung
bebas dari penis. Pada sapi penis mempunyai bagian yang berbentuk seperti huruf “S”
(sigmoid flexure) sehingga penis dapat ditarik dan berada total dalam tubuh. Mempunyai
musculus retractor penis, yaitu sepasang otot daging licin, jika releks memberikan
kesempatan penis untuk memanjang dan jika kontraksi dapat menarik penis ke dalam tubuh
kembali.
Pada sapi terdapat Jaringan erectile adalah jaringan cavernous (sponge) terletak dalam
dua daerah penis, yaitu pada corpus spongiosum penis yang merupakan jaringan cavernouse
yang terletak di sekitar urethra, ditutupi oleh musculus bulbospongiosum pada pangkal penis.
Kemudian pada corpus cavernosum. Penis merupakan sebuah daerah jaringan cavernouse
yang lebih besar, terletak di bagian dorsal dari corpus spongiosum penis.
Pada mulanya kedua cavernouse tersebut berasal dari musculus ischlocavernouse.
Kedua musculus bulbospongiosum dan musculus ischlocavernous adalah otot daging seran
lintang yang merupakan musculus skeletal bukan otot daging licin sebagaimana halnya
dengan otot-otot daging licin yang pada umumnya ada pada saluran reproduksi ternak jantan
maupun betina. Pada saat ereksi penis dari type fibroelastic, diameternya tidak banyak
berbeda dengan pada saat releks, tetapi pada penis type vascular, diameternya menjadi lebih
besar dibandingkan ketika tidak ereksi.

Menurut tipenya penis dibagi menjadi dua macam yaitu:

17
1.Tipe muskulokavernosus yang terdapat pada golongan anjing, kuda, primata dan
sebagainya.
2.Tipe fibroelastis terdapat pada sapi , domba, kambing, babi, rusa, dan kerbau.

Penis mempunyai fungsi sebagai alat kopulasi dan jalan keluar air mani pada waktu
ejakulasi dan mendeposisikan air mani pada alat kelamin betina. Permukaan penis terutama
kepala penis (glans penis ) sangat kaya dengan syaraf. Oleh karena itu, bagian ini sangat peka
terhadap segala rangsangan, seperti panas, dingin atau sakit. Hal ini penting untuk
diperhatikan terutama pada waktu pengambilan air mani seekor pejantan dengan memakai
vagina buatan.
Perlakuan yang kasar dan suhu yang panas atau dingin, demikian pula permukaan
yang terlalu kasar dari vagina buatan dapat mengakibatkan terganggunya proses ejakulasi,
sehingga air mani yang dihasilkan sangat berkurang. Oleh karena itu, suhu yang tepat dan
permukaan vagina yang licin harus diperhatikan dari pengambilan air mani dengan memakai
vagina buatan. Penis mempunyai persediaan darah yang besar dan permukaan yang lunak
karena itu penis mudah sekali terluka dan pendarahan bisa cepat terjadi.
Preputium mempunyai arti sama dengan sarung adalah ivaginato dari kulit yang
membungkus secara sempurna pada ujung bebas dari penis. Perkembangan embrionik dari
organ ini sama dengan perkembangan dari organ labiaminira pada ternak betina. Prepuce
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian prepenile, lipatan luar dan bagian penile,
lipatan 10 dalam. Sekitar lubang prepuse ditumbuhi oleh rambut panjang dan kasar. Pada saat
penampungan semen dalam program inseminasi buatan, perlu diadakan pencukuran terhadap
rambut ini, untuk menjaga agar semen tidak tercemar oleh kotoran yang kemungkinan besar
menempel pada rambut tersebut.
(4). Epididimis
Epididimis berbentuk bulat panjang dan melekat pada testis. Epididimis ini terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu caput ( kepala) corpus (badan) dan kauda (ekor). Caputepididimis
menelungkupi testis. Epididimis berisi duktus mulai caput berkelok kelok rapat sekali.
Panjang duktus epididimis bila direntangkan adalah 36 m pada sapi dewasa dan 54 m pada
babi dewasa. Fungsi penting dari epididimis adalah tempat penyimpanan spermatozoa secara
fisiologis.
(5). Kelenjar aksesoris
Kelenjar aksesoris terdiri dari
a.Vesica seminalis

18
Berfungsi untuk menyimpan spermatozoa dan juga sekretanya ditumpahkan pada
semen ketika terjadi ejakulasi, sekretnya mengandung protein, enzim, dan flavin.
b.Prostat
Hanya ada satu dan terdapat pada pangkal uretra. Kelenjar ini terdiri dari bagian
corpusprostata dan pars diseminata. Kelenjar ini mempunyai banyak saluran (ductuli
prostatici). Kelenjar ini berfungsi untuk memberi bau khas pada sperma. Fungsi dari kelenjar
prostat, diantaranya: membersihkan uretra sebelum ejakulasi, memberikan sekreta pada
semen sebagai pelicin pada spermatozoa, memengaruhi motilitas spermatozoa an
menghasilkan sekreta bersifat alkalis. Sekreta ini berperan sebagai buffer saat berada di
saluran reproduksi betina yang bersifat asam dan memberikan bau yang spesifik pada cairan
semen (Novelina et al.,2014).

c. Kelenjar Bulbouretralis
Disebut juga dengan kelenjar cowper, yang berjumlah sepasang dan terletak didekat
apertura pelvis caudalis. Kelenjar ini berfungsi untuk membersihkan saluran uretrase
sebelum spema melewatinya.
(6). Tubulus seminiferus
Didalam testis terdapat saluran halus yang merupakan tempat pembentukan sperma,
di sebut tubulus seminiferus. Dinding Tubulus seminiferus tersusun dari jaringan epitelium
dan jaringan ikat. Didalam jaringan epitelium terdapat sel induk spermatozoa (spermatogen)
dan sel sertoli. Sel sertoli berfungsi memberi nutrisi pada sperma. Di antara tubulus
seminiferus terdapat sel – sel interstissial yang menghasilkan hormon testosteron dan hormon
kelamin jantan lainya.

19
2.3 Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa.


Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif
membelah ke sperma yang masak serta mengalami berbagai macam perubahan struktur yang
berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan
diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone.Spermatogenesis terjadi di testis,
didalam testis terdapat tubulus seminiferus.
Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada
jaringan epithelium terdapat sel–sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi memberi
nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig yang
mensekresikan hormone testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan
diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional.
Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.
Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal
(jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan
tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya
mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel
epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia. Spermatogonia terletak di
antara   dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari
spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk
sperma. Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium,
sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel
Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.

Epididimis merupakan komponen traktus reproduksi jantan dengan tingkat


spesialisasi yang tinggi dan berfungsi sebagai tempat transportasi, pematangan, dan
penyimpanan spermatozoa. Dalam fungsinya sebagai tempat sekresi dan absorbsi, epithelium

20
epididimis menyediakan suatu lingkungan yang potensial untuk pematangan spermatozoa.
Ketika spermatozoa yang sedang mengalami pematangan meninggalkan testis, mereka masih
bersifat non-motil dan belum mampu melakukan fertilisasi sel telur secara in vivo.
Spermatozoa baru akan mengalami pematangan yang sempurna ketika mereka mengalami
perjalanan di dalam epididimis. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pematangan
spermatozoa disebabkan oleh adanya perubahan konsentrasi ion luminal dan protein-protein
yang disekresikan ke dalam lumen oleh epithelium epididimis (Akmal et al.,2015).

Tahap – Tahapan Spermatogenesis

Pada testis, spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus.


1.  Tahapan spermatogenesis:
-Pada dinding tubulus seminiferus telah ada calon sperma (spermatogonium / spermatogonia)
yang berjumlah ribuan.
-Setiap spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian mengakhiri sel somatisnya
membentuk spermatosit primer yang siap miosis.
-Spermatosit primer (2n) melakukan pembelahan meiosis pertama membentuk 2 spermatosit
sekunder (n).
-Tiap spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2 spermatid
yang bersifat haploid (n).
-Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid yang
semua fungsional.
-Sperma yang matang akan menuju epididimis , kemudian ke vas deferens- vesicula
seminalis – uretra dan berakhir dengan ejakulasi.

Gambar 1. Spermatogenesis

21
2.Sperma

-Deoxyribonucleoprotein, terdapat pada nucleus yang merupakan kepala dari sperma.


Terbentuk oleh RNA yang terikat oeh protein.
-Muco-polysakarida, senyawa ini terikat pada molekul-molekul protein yang terdapat di
acrosome. Polysakarida yang terdapat pada acrosome ini mengandung 4 macam gula, yaitu
fucose, galactose, mannose, hexosaminase. Keempat gula terikat dalam protein sehingga
memberi reaksi pada zat warna asam yaitu Periodic Acid Schiff (PAS).
-Plasmalogen, nama lainnya adalah lemak aldehydrogen yang terdapat pada bagian leher,
badan, dan ekor sperma. Merupakan bahan yang dipakai sperma untuk respirasi endogen, jadi
plasmalogen merupakn sumber energy endogen, yang akan dipergunakan apabila semua zat
lain habis terpakai.
-Protein yang menyerupai kreatine, merupakan selubung tipis yang meliputi seluruh badan,
kepala, dan ekor sperma. Protein ini banyak mempunyai ikatan dengan unsur zat tanduk yaitu
S (Sulfur). Protein ini banyak terdapat di membran sel dan fibril-fibrilnya serta bertanggung
jawab terhadap sifat elastisitas permukaan sel sperma itu.
-Enzim dan Co-Enzim, yang berguna untuk proses oksidasi, misalnya glikoisis. Sel sperma
juga mengandung Hyluronidase yang letaknya dekat sekali dengan permukaan sel, sehingga
setiap saat dapat dilepaskan ke medium sekitarnya.

Gambar 2. Bentuk-Bentuk Sperma Pada Hewan

3.Struktur sperma matang terdiri dari:

-Kepala
Pada bagian ini sperma mengandung suatu lapisan tipis sitoplasma dan sebuah inti
berbentuk lonjong dan hampir mengisi seluruh bagian dari kepala sperma. Bagian depan
disebut acrosom ( memiliki enzim hydrolytic yang terdiri dari acrosin dan hyaluronidase
yang dibutuhkan saat fertilisasi ) dan bagian belakang dinamakan sentriol. Serta bagian ini
juga mempunyai inti sel yang mempunyai arti penting dalam masalah reproduksi
-Leher
Daerah ini merupakan bagian  penting yang  mengandung sentriol depan dan bagian
depan filament poros. Leher yaitu untuk menghubungkan kepala dengan badan.
22
-Badan
Bagian badan dari sperma mengandung filament poros mitokondria dan sentriol belakang
berbentuk cincin, sehingga sering disebut bagian badan ini sebagai tenaga pusat sperma
karena mitokondria memiliki enzim yang menggerakkan asam trikakboksilat dan transport
elektron serta fosfolirasi oksidatif, yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP.
- Ekor
Ekor sperma memeiliki 2 bagian : bagian utama dan bagian ujung. Ekor ini
mengandung banyak sekali filament poros/flagellum tetapi sedikit mengandung sitoplasma.
Terdapat 2 sentriol terletak di bagian tengah dari fibril-fibril yang seperti silia tersebar dalam
ekor dan dikelilingi oleh cincin yang terdiri dari 9 pasangan fibril perifer. Fibril ini berfungsi
menimbulkan gerakan ekor sperma. Ekor berfungsi untuk mendorong spermatozoa masuk ke
dalam vas deferen dan ductus ejakulotoris.

Gambar.3 Struktur Sperma

4.Jalur Sperma
Berikut adalah penjelasan mengenai jalur sperma yang telah matang. Dari testis kiri
dan kanan, sperma bergerak ke dalam epididimis (suatu saluran berbentuk gulungan yang
terletak di puncak testis menuju ke testis belakang bagian bawah) dan disimpan di dalam
epididimis sampai saat terjadinya ejakulasi. Jadi epididimis ini agar sperma menjadi matang /
mature sehingga siap bergerak ke vas deferens. Dari epididimis, sperma bergerak ke vas
deferens dan duktus ejakulatorius. Di dalam duktus ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh
vesikula seminalis , kelenjar prostata dan bulbo uretra ditambahkan pada sperma sehinngga
sperma dinamai dengan semen ( benih), yang kemudian mengalir menuju ke uretra dan
dikeluarkan ketika ejakulasi.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Spermatogenesis

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi spermatogenesis yaitu:


1. Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas yang
berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya pergerakan
sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di dalam semen. Pembentukan
sperma yang paling efisien adalah pada suhu 33,5° (lebih rendah dari suhu tubuh). Testis bisa
tetap berada pada suhu tersebut karena terletak di dalam skrotum (kantung zakar) yang
berada diluar rongga tubuh.

23
2. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian marijuana atau obat-
obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin).
3. Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens (kiri dan
kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama sekali.
4. Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada kemandulan
pria.Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.Varikokel bisa menghalangi
pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan sperma.
5. Temperature, pada suhu panas metobolisme sperma naik, daya hidup sperma turun, jika
suhu dingin kebalikannya.
6.  Ph
7. Hormone, testosterone tinggi akan menurunkan metabolism.
8. Umur
9. Berat badan
10. Kesehatan
11. Makanan
12. Iklim
13. Genetik

Hormon yang berperan dalam proses pembentukan Spermatozoa

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang


dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:
-LH (Luteinizing Hormone)
LH (Luteinizing Hormone) merupakan hormon yang merangsang sel Leydig untuk
menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen / testosteron memacu
tumbuhnya sifat kelamin sekunder. LH mempengaruhi pematangan oosit sapi dengan cara
mengubah distribusi kalsium dalam ooplasma dan bahwa gonadotropin menimbulkan
peningkatan glikolisis, dikombinasikan dengan peningkatan oksidasi glukosa mitokondrial
pada sel kumulus tertutup di oosit sapi. Pemaparan LH juga terbukti menghasilkan
peningkatan metabolisme glutamin pada oosit. Adanya Folicle Stimulating Hormone (FSH)
dalam media pematangan akan merangsang sel-sel kumulus oosit untuk mensekresikan faktor
pemicu terjadinya pembelahan meiosis (Widyastuti dan Rasad, 2015).
-FSH (Folicle Stimulating Hormone)
FSH (Folicle Stimulating Hormone) merupakan hormon merangsang sel Sertoli untuk
menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk
memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa
disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu
selama 2 hari.
-Hormon Testosteron
Hormon testosteron (androgen)  merupakan hormon yang dihasilkan oleh testis
Hormon ini berfungsi merangsang perkembangan organ Seks primer  pada saat embrio dan
mendorong spermatogenesis. Selain itu, mempengaruhi perkembangan alat reproduksi dan
ciri kelamin sekunder, seperti tumbuh bulu dan kumis, dan dada menjadi bidang.
Penurunan hormon testosteron menyebabkan terlepasnya spermatid dari sel sertoli ke lumen
tubulus, sehingga spermatid terhambat untuk berdiferensiasi menjadi spermatozoa.
Testosteron adalah hormon utama yang diproduksi oleh sel leydig sebagai hasil rangsangan
Luteinizing Hormon (LH) dari hipofisis anterior, yang sangat dibutuhkan dalam
24
spermatogenesis. Hormon testosteron berfungsi mengontrol spermatogenesis pada
pembelahan meiosis dan juga spermiogenesis, penurunan kadar testosteron tentunya akan
mengakibatkan spermatogenesis yang terjadi di dalam tubulus seminiferus testis berjalan
tidak normal (Ernawati dan Nurliani, 2012 )

BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan
Dapat diambil kesimpulan bahwa anatomi alat kelamin betina terdiri atas ovarium
sebagai penghasil sel telur dan hormon estrogen serta progeteron, oviduk sebagai tempat
terjadinya fertilisasi dan pembelahan embrio, uterus sebagai tempat pertumbuhan dan
perkembangan embrio yang terdiri atas cornua uteri, corpus uteri dan cervix uteri, vagina
sebagai alat kopulasi dan vulva sebagai alat kelamin luar yang terdiri atas labia mayor dan
minor.
Pada anatomi alat kelamin jantan terdiri atas testis alat kopulasi serta menghasilkan
hormon testosteron, tubulus seminiferus sebagai mengahsilkan sel sperma, epididimis sebagai
penyerapan air, transport, penyimpanan dan pendewasaan spermatozoa, vas defferen
menyalurkan sperma dari epididimis ke uretra saat ejakulasi , uretra saluran eksresi, vesikula
seminalis memeberi nutrisi bagi sperma, prostat pemberi warna serta bau dan cowper
membersihkan saluran sebelum terjadinya ejakulasi.
Spermatogenesis adalah Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa.
Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus yang mencakup pematangan sel epitel
germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel yang bertujuan untuk membentuk
sperma fungsional. Struktur sperma matang terdiri dari : kepala, leher, badan, dan ekor.
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan
kelenjar hipofisis yaitu LH (Luteinizing Hormone), FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan
hormon Testosteron.

3.2 Saran
Semoga lebih banyak lagi referensi dan bahan bacaan yang dapat dipelajari.

25
Daftar Pustaka

Akmal, Y., Nisa, C. Dan Novelina, S. (2014). Anatomi organ reproduksi jantan trenggiling
(Manis javanica). Acta Veteriner Indonesia, 2(2):74-78.

Ernawati. Dan Nurliani. (2012). Efek antioksidan ekstrak etanol bulbus bawang dayak
(Eleutherine Americana merr.) terhadap struktur mikroanatomi tubulus seminiferus
testis tikus yang dipaparkan asap rokok. Sains dan Terapan Kimia, 6(2): 1-3.

Fitri, L. Mulyati. Tiraya, C., M. Dan Budi, A., S. (2015). Profil reproduksi jantan tikus
(Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) galur wistar stadia muda, pradewasa dan
dewasa. Jurnal Biologi Papua, 7(1):29-36.

Mahfud. Winarto, A. dan Nisa, C. (2016). Mikromorfologi alat kelamin primer biawak air
(Varanus salvator bivittus) jantan. Jurnal Kedokteran Hewan, 10(1):72-76.

Melia, J., Agil, M., Supriatno, I. Dan Amrozi. (2016). Anatomi dan gambaran ultrasound
organ reproduksi selama siklus estrus pada kuda gayo betina. Jurnal Kedokteran
Hewan, 10(2):103-106.

Phadmacanty, N., L., P., R. Nugraha, R., T., P. Dan Wirdateti. (2013). Organ reproduksi
jantan Sulawesi giant rat (Paruromys deminator). Jurnal Sain Veteriner, 31(1):100-
104.

Widyastuti, R. Dan Rasad, S., D. (2015). Tingkat kematangan inti oosit sapi setelah 24 jam
presevasi ovarium. Agripet, 15(2):72-78.

Witarna, M., F. Gurnadi, E. dan Mudikdjo, K. (2012). Produktivitas sapi peranakan ongole
pada peternakan rakyat di kabupaten Sumedang. Jurnal Ilmu Ternak, 12(2):22-26.

Novelina, S., Putra, S., M. Nisa, C. Dan Setijanto, H. (2014). Tinjauan makroskopik organ
reproduksi jantan musang luak (Paradoxurus hermaproditus). ACTA Veterinariana
Indonesiana, 2(1): 26-30.

26

Anda mungkin juga menyukai