Anda di halaman 1dari 20

PEMBUKTIAN TERHADAP PERBUATAN DEBITUR YANG

MERUGIKAN KREDITUR DALAM TUNTUTAN


ACTIO PAULIANA

Kajian Putusan Nomor 07/PDT.SUS-ACTIO PAULIANA/2015/PN.NIAGA.MDN

PROOF OF THE ACTIONS OF THE DEBTOR THAT ADVERSE


THE CREDITOR IN THE LAWSUIT OF ACTIO PAULIANA
An Analysis of Decision Number 07/PDT.SUS-ACTIO PAULIANA/2015/PN.NIAGA.MDN

Elisabeth Nurhaini Butarbutar


Fakultas Hukum Unika Santo Thomas Sumatera Utara
Jl. Setia Budi No. 479 F Tanjung Sari Medan 20132
Email: elisa_nurhaini@yahoo.com

Naskah diterima: 22 Mei 2018; revisi: 2 Mei 2019; disetujui 19 Agustus 2019

http://dx.doi.org/10.29123/jy.v12i2.322

ABSTRAK krediturnya. Pertimbangan hakim menyatakan bahwa


perbuatan para tergugat sebagai perbuatan melawan
Actio pauliana merupakan upaya hukum kreditur untuk
hukum didasarkan pada perbuatan jual beli tersebut
membatalkan perbuatan debitur yang merugikan kreditur
dilakukan oleh orang yang sama sehingga bertentangan
melalui pengadilan asal dapat dibuktikan bahwa ketika
dengan Pasal 1457 KUHPerdata, tidak dilakukan
perbuatan dilakukan, debitur ataupun orang dengan
orang yang berwenang berdasarkan Peraturan Batas
siapa debitur berbuat, mengetahui bahwa perbuatan itu
Kewenangan Keuangan Perusahaan (Financial Limited
dapat merugikan kreditur. Pembuktian terhadap unsur
Authority) yang berlaku di grup perusahaan. Serta
mengetahui tersebut tidaklah sederhana karena berkaitan
pembayaran oleh tergugat I kepada tergugat VII dengan
dengan perilaku. Dalam Putusan Nomor 07/PDT.
cara set off tidak sesuai dengan Pasal 1425, 1426, 1427
SUS-ACTIO PAULIANA/2015/PN.NIAGA.MDN,
KUHPerdata.
timbul masalah bagaimana hakim menilai pembuktian
gugatan actio pauliana, dan pertimbangan hukum apa Kata kunci: actio pauliana, pembuktian, unsur
yang diberikan oleh hakim untuk menyatakan bahwa mengetahui, kerugian, perbuatan melawan hukum.
perbuatan para tergugat merupakan perbuatan melawan
hukum. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
ABSTRACT
yang bersifat yuridis normatif. Penilaian hakim
terhadap pembuktian unsur mengetahui didasarkan Actio pauliana is a creditor’s legal effort to cancel the
pada pengakuan tergugat bahwa terjadi penjualan aset debtor’s actions that adverse the creditor through the
dan transfer dana dari tergugat I kepada tergugat VII court of origin, it can be proven that when the act is
untuk tujuan agar tergugat I tetap dapat beroperasi committed, the debtor or the person with whom the debtor
dan memenuhi kewajiban hutangnya kepada para is acting, knows that the act can adverse the creditor.
Proof of the element of knowing is not that simple

Pembuktian Terhadap Perbuatan Debitur yang Merugikan Kreditur (Elisabeth Nurhaini Butarbutar) | 215
because it related to behavior. In Decision Number obligations to its creditors. The judge’s consideration
07/PDT.SUS-ACTIO PAULIANA/2015/PN.NIAGA. stated that the actions of the defendants as unlawful
MDN, a problem arises on how the judge assessed the acts were based on the act of buying and selling that
evidence of the actio pauliana lawsuit, and what legal carried out by the same person so that was contrary to
considerations that given by the judge in declaring Article 1457 of the Civil Code, no authorized person was
that the actions of the defendants were unlawful. This carried out under the Financial Limited Authority Rules
research is using normative juridical research methods. that apply in the group company. Moreover, the payment
The judges’ assessment of the evidence element based by the first defendant to seventh defendant by setting off
on the defendant’s confession that there were an asset was not in accordance with Article 1425, 1426, 1427 of
selling and fund transfers from the first defendant to the the Civil Code.
seventh defendant and the purpose is to make the first
Keywords: actio pauliana, proof, knowing elements,
defendant keep continue operating and fulfill its debt
adverse, unlawful acts.

I. PENDAHULUAN pailit, kepada pengadilan dapat dimintakan


A. Latar Belakang pembatalan segala perbuatan hukum debitur
yang telah dinyatakan pailit yang merugikan
Actio pauliana merupakan upaya hukum
kepentingan kreditur, yang dilakukan sebelum
yang diberikan oleh undang-undang kepada
putusan pernyataan pailit diucapkan.
kreditur untuk membatalkan perbuatan debitur
yang merugikan kreditur. Tujuan dari actio Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang Nomor
pauliana ini adalah untuk menghindari kerugian 37 Tahun 2004, menetapkan pembatalan
dari para krediturnya, dengan cara memohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
kepada pengadilan agar membatalkan tindakan dapat dilakukan apabila dapat dibuktikan bahwa
hukum debitur yang dianggap dapat merugikan pada saat perbuatan hukum dilakukan, debitur
krediturnya. Actio pauliana terkandung dalam dan pihak dengan siapa perbuatan hukum
Pasal 1341 KUHPerdata, yang menentukan bahwa tersebut dilakukan mengetahui atau sepatutnya
setiap kreditur dapat mengajukan pembatalan mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut
segala perbuatan yang tidak diwajibkan yang akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur.
dilakukan oleh debitur dengan nama apapun, juga Selanjutnya menurut Pasal 42 Undang-Undang
yang merugikan kreditur, asal dapat dibuktikan Nomor 37 Tahun 2004, apabila perbuatan hukum
bahwa ketika perbuatan dilakukan, baik debitur yang merugikan kreditur tersebut dilakukan
ataupun orang dengan atau untuk siapa debitur dalam jangka waktu satu tahun sebelum putusan
berbuat, mengetahui bahwa perbuatan itu pernyataan pailit diucapkan, sedangkan perbuatan
membawa akibat yang merugikan kreditur. tersebut tidak wajib dilakukan debitur, kecuali
dapat dibuktikan sebaliknya, maka debitur dan
Actio pauliana kemudian diadopsi
pihak dengan siapa perbuatan tersebut dilakukan
oleh Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
dianggap mengetahui atau sepatutnya mengetahui
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
bahwa perbuatan tersebut akan mengakibatkan
Pembayaran Utang, yang dalam Pasal 41 ayat
kerugian bagi kreditur sebagaimana dimaksud
(1) menentukan bahwa untuk kepentingan harta
dalam Pasal 41 ayat (2).

216 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 215 - 234


Pengecualian yang dimaksud didasarkan peristiwa perbuatan hukum yang dilakukan oleh
pada Pasal 41 ayat (3) Undang-Undang Nomor debitur dan pihak dengan siapa perbuatan hukum
37 Tahun 2004, di mana debitur pailit dapat tersebut dilakukan, mengetahui atau sepatutnya
mengambil tindakan hukum sepanjang tindakan mengetahui akan mengakibatkan kerugian bagi
tersebut bukan untuk kepentingan pribadi, kreditur. Selain dapat dibuktikan perbuatan
melainkan untuk menyehatkan perusahaan. hukum yang merugikan kreditur, gugatan actio
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka diketahui pauliana hanya dapat diajukan apabila:
bahwa persoalan pokok dalam gugatan actio
1. Debitur sudah dinyatakan pailit dengan
pauliana adalah dapat dibuktikan bahwa pada saat
putusan hakim;
perbuatan hukum dilakukan, debitur dan pihak
dengan siapa perbuatan hukum tersebut dilakukan 2. Perbuatan tersebut dilakukan dalam jangka
mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa waktu satu tahun sebelum putusan pailit
perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan diucapkan;
kerugian bagi kreditur.
3. Perbuatan tersebut tidak wajib dilakukan
Pembuktian bertujuan untuk memberi debitur berdasarkan perjanjian maupun
keyakinan kepada hakim tentang peristiwa atau undang-undang.
dalil-dalil yang dikemukakan oleh pihak-pihak,
Berdasarkan Putusan Nomor 07/PDT.
sehingga ditemukan peristiwa yang benar-benar
SUS-PKPU/2014/PN.NIAGA.MDN, bahwa
terjadi (Butarbutar, 2016: 168). Problematik dalam
PT HEI dinyatakan pailit, sehingga lahir
hukum pembuktian adalah beban pembuktian dan
hubungan hukum antara penggugat dengan
menilai pembuktian. Ajaran beban pembuktian,
tergugat I sebagai kurator dengan debitur.
mempersoalkan siapa yang harus membuktikan.
Dalam gugatannya, kurator mendalilkan bahwa
Sesuai dengan asas actori incumbit probatio yang
penjualan aset dengan cara menjual aset (boedel
terkandung dalam Pasal 163 HIR/Pasal 283 Rbg
pailit) kepada tergugat II, dan mentransfer dana
dan Pasal 1865 KUHPerdata, maka yang wajib
hasil penjualan kepada tergugat VII dalam kurun
membuktikan adalah siapa yang mengemukakan
waktu satu tahun sebelum pernyataan pailit,
suatu peristiwa atau hak, dan apabila peristiwa
dinilai dapat menimbulkan kerugian bagi para
atau hak itu dibantah, maka pihak tersebut wajib
krediturnya, karena tindakan tersebut dianggap
membuktikan bantahannya. Dalam pembuktian,
hanya untuk menghindar dari kewajiban
yang harus dibuktikan adalah peristiwa yang
membayar dan melunasi seluruh utang-utangnya.
disengketakan, hal ini berkaitan dengan asas ius
Berdasarkan Putusan Homologasi Perdamaian
curia novit, bahwa hakim dianggap tahu semua
antara tergugat I dengan para krediturnya, tanggal
hukum, sehingga yang perlu diketahui oleh hakim
8 Juli 2014, bahwa tergugat II dan tergugat VII
melalui persidangan adalah peristiwa/faktanya
tidak terverifikasi sebagai kreditur yang berhak
untuk nantinya diterapkan hukumnya.
menerima pembayaran dari tergugat I.
Dihubungkan dengan gugatan actio
Putusan Nomor 07/PDT.SUS-ACTIO
pauliana dalam Pasal 1341 KUHPerdata jo.
PAULIANA/2015/PN.NIAGA.MDN, hakim
Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang Nomor 37
memutuskan untuk menerima dan mengabulkan
Tahun 2004, maka yang harus dibuktikan adalah

Pembuktian Terhadap Perbuatan Debitur yang Merugikan Kreditur (Elisabeth Nurhaini Butarbutar) | 217
gugatan actio pauliana untuk seluruhnya dan hakim tentang adanya unsur mengetahui atau
menyatakan perbuatan hukum tergugat I, tergugat sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum
II, tergugat III, tergugat IV, tergugat V, tergugat para tergugat akan mengakibatkan kerugian bagi
VI, tergugat VII, yang dilakukan dalam jual beli kreditur sebagai dasar mengajukan pembatalan
aset tergugat I tersebut melawan hukum karena terhadap semua perbuataan tergugat, dan
merugikan para kreditur dan tidak sah menurut pertimbangan hukum yang diberikan oleh
hukum. hakim untuk memutuskan bahwa perbuatan para
tergugat merupakan perbuatan melawan hukum.
Putusan tersebut didasarkan pada
pertimbangan/penilaian bahwa penggugat dapat
membuktikan peristiwa yang disengketakan, B. Rumusan Masalah
yaitu perbuatan tergugat I untuk mengalihkan Sebagai permasalahan dalam penelitian ini
dengan cara menjual aset kepada tergugat dirumuskan sebagai berikut:
II dan dana hasil penjualan boedel pailit
ditransfer kepada tergugat VII dengan cara set 1. Bagaimana hakim menilai pembuktian
off. Menyebabkan tergugat I tidak mempunyai adanya unsur mengetahui atau sepatutnya
dana untuk melunasi kewajibannya pada para mengetahui bahwa peristiwa perbuatan
krediturnya, dan perbuatan itu dilakukan dalam hukum yang dilakukan oleh para tergugat
kurun waktu satu tahun sebelum pernyataan pailit akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur
tergugat I diucapkan. sebagai dasar mengajukan gugatan actio
pauliana dalam Putusan Nomor 07/
Berdasarkan ketentuan Pasal 1341 PDT.SUS-ACTIO PAULIANA/2015/
KUHPerdata jo. Pasal 41 ayat (2) Undang- PN.NIAGA.MDN?
Undang Nomor 37 Tahun 2004, pembatalan
dapat dilakukan apabila dapat dibuktikan bahwa 2. Pertimbangan hukum apa yang diberikan
pada saat perbuatan hukum dilakukan, debitur oleh hakim untuk menyatakan bahwa
dan pihak dengan siapa perbuatan hukum perbuatan para tergugat merupakan
tersebut dilakukan mengetahui atau sepatutnya perbuatan melawan hukum?
mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut
akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur. C. Tujuan dan Kegunaan

Pembuktian terhadap ketiga peristiwa di Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian
atas tidak sesederhana membuktikan bahwa ini adalah untuk mengetahui penilaian hakim
ketika perbuatan dilakukan baik debitur ataupun terhadap pembuktian, bahwa perbuatan hukum
orang dengan atau untuk siapa debitur berbuat, yang dilakukan oleh para tergugat dianggap sudah
mengetahui bahwa perbuatan itu membawa diketahui atau sepatutnya diketahui para tergugat
akibat yang merugikan kreditur, karena peristiwa akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur
tersebut berkaitan dengan perilaku yang dalam gugatan actio pauliana dalam Putusan
mengakibatkan kerugian pada kreditur. Oleh Nomor 07/PDT.SUS-ACTIO PAULIANA/2015/
karena itu, timbul permasalahan yang akan dicari PN.NIAGA.MDN, dan pertimbangan hukum
jawaban dalam penelitian ini adalah penilaian yang diberikan oleh hakim untuk menyatakan

218 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 215 - 234


bahwa perbuatan para tergugat merupakan yaitu perusahaan harus menghentikan segala
perbuatan melawan hukum. aktivitasnya, dan dengan demikian dilarang
mengadakan transaksi dengan pihak lain kecuali
Kegunaan atau manfaat yang dapat
untuk likuidasi (Sidabalok, 2012: 226). Ketentuan
diperoleh dari penelitian ini adalah untuk
kepailitan ini merupakan realisasi dari Pasal 1131
memberikan kontribusi serta sumbangan
KUHPerdata yang menentukan bahwa segala
pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum,
kebendaan/kekayaan milik debitur, baik yang
khususnya hukum acara. Di samping itu secara
bergerak maupun tidak bergerak, yang sudah ada
praktis, dapat membantu pemerintah dalam
maupun yang akan ada di kemudian hari, menjadi
menciptakan kepastian hukum bagi masyarakat
tanggungan atau jaminan untuk segala perikatan
dalam menganalisis putusan yang berkaitan
seseorang. Hal ini berarti seluruh kekayaan
dengan pembuktian atas adanya perbuatan hukum
debitur ditetapkan menjadi jaminan atas seluruh
yang merugikan kreditur.
hutang-hutangnya, yang mengakibatkan debitur
tidak dapat berbuat bebas terhadap kekayaannya.
D. Tinjauan Pustaka Melalui actio pauliana ini, undang-undang
1. Asas Actio Pauliana membatasi debitur untuk bertindak atas kekayaan
Menurut Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang yang dimilikinya dengan memberikan hak
Nomor 37 Tahun 2004, untuk kepentingan harta kepada kreditur untuk meminta pembatalan
pailit, kepada pengadilan dapat dimintakan terhadap tindakan debitur, jika tindakan debitur
pembatalan segala perbuatan hukum debitur itu bermaksud merugikan kreditur.
yang telah dinyatakan pailit yang merugikan Actio pauliana ini merupakan hak kreditur
kepentingan kreditor, yang dilakukan sebelum untuk membatalkan perbuatan hukum yang
putusan pernyataan pailit diucapkan. Actio diadakan debiturnya dengan pihak ketiga. Artinya
pauliana ini terkandung dalam Pasal 1341 kreditur bukan merupakan pihak dalam perbuatan
KUHPerdata, yang kemudian diadopsi oleh hukum tersebut, namun kreditur mempunyai
Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 kepentingan dengan tindakan debiturnya jika
Tahun 2004, untuk melindungi harta pailit tindakan itu dapat merugikan kepentingannya.
dari tindakan debitur yang nakal. Pasal 1341 Untuk mengajukan pembatalan, kreditur harus
KUHPerdata memberikan hak kepada setiap dapat membuktikan bahwa ketika perbuatan
kreditur untuk mengajukan pembatalan segala dilakukan baik debitur ataupun orang dengan atau
perbuatan yang tidak diwajibkan yang dilakukan untuk siapa debitur berbuat, mengetahui bahwa
oleh debitur dengan nama apapun, juga yang perbuatan itu membawa akibat yang merugikan
merugikan kreditur, asal dapat dibuktikan bahwa bagi kreditur.
ketika perbuatan dilakukan baik debitur ataupun
orang dengan atau untuk siapa debitur berbuat, Pada dasarnya hubungan hukum perdata
mengetahui bahwa perbuatan itu membawa terjadi karena adanya dua pihak mengikatkan diri
akibat yang merugikan kreditur. yang melahirkan hak di satu pihak dan kewajiban
di pihak lain. Hak untuk menuntut prestasi
Hak kreditur dalam asas actio pauliana di satu pihak (kreditur) dan kewajiban untuk
ini berkaitan dengan akibat putusan pailit, melakukan prestasi (debitur), lahir dari adanya

Pembuktian Terhadap Perbuatan Debitur yang Merugikan Kreditur (Elisabeth Nurhaini Butarbutar) | 219
suatu hubungan hukum dalam lapangan hukum berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya.
harta kekayaan yang dikenal dengan perikataan. Pembatalan yang dapat diajukan oleh kreditur
Tuntutan prestasi dalam perikatan dapat terhadap perbuatan hukum yang dilakukan oleh
dilakukan, baik akibat kerugian yang diakibatkan debitur merupakan pembatalan relatif. Artinya
adanya ingkar janji (wanprestasi), ataupun akibat yang dapat mengajukan pembatalan hanyalah
timbulnya kerugian karena perbuatan melawan kreditur saja, dan perjanjian yang diadakan tetap
hukum (onrechtmatige daad). Oleh karena itu berlaku bagi pihak-pihak yang mengadakan
hubungan perdata dapat lahir karena disepakati perjanjian tersebut, namun tidak mempunyai
bersama, ataupun karena undang-undang. akibat hukum bagi kreditur (Siahaan, 2017: 104).

Sebagai pihak ketiga, kreditur hanya


2. Perbuatan Melawan Hukum
dapat melakukan pembatalan segala perbuatan
yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh Perbuatan melawan hukum (onrechtmatige
debiturnya, yang merugikan kreditur atas dasar daad) ditemukan dalam Pasal 1365 KUHPerdata,
perbuatan melawan hukum. Tuntutan pembatalan yang menentukan tiap-tiap perbuatan yang
tersebut dapat diajukan berdasarkan Pasal 1341 melanggar hukum dan membawa kerugian kepada
KUHPerdata, yang kemudian diadopsi oleh Pasal orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan
41 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, kerugian itu karena kesalahannya untuk
bahwa untuk kepentingan harta pailit, kepada menggantikan kerugian tersebut. Berdasarkan
pengadilan dapat dimintakan pembatalan segala ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata tersebut,
perbuatan hukum debitur yang telah dinyatakan maka dalam satu gugatan perbuatan melawan
pailit yang merugikan kepentingan kreditur, yanghukum, penggugat harus mampu membuktikan
dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit adanya unsur perbuatan melawan hukum yang
diucapkan. Atas dasar merugikan kepentingan ditentukan dalam ketentuan Pasal 1365 tersebut,
pihak ketiga yang sekaligus sebagai kreditur dari
yaitu suatu perbuatan yaitu perbuatan melanggar
debitur untuk membatalkan perbuatan hukum hukum, adanya kesalahan, adanya kerugian,
debiturnya dengan pihak lain. dan antara kerugian dan kesalahan mempunyai

Pembatalan merupakan salah satu cara hubungan sebab akibat.


untuk menghapuskan perikatan menurut Pasal Pasal 1365 KUHPerdata tidak menyebutkan
1381 KUHPerdata, harus didahului dengan pengertian keempat unsur tersebut, namun jika
tindakan hukum untuk mengakhiri kekuatan dihubungkan dengan Pasal 1337 KUHPerdata
mengikatnya perikatan. Tindakan hukum yang yang mengatur tentang kausa yang tidak halal,
harus dilakukan adalah tuntutan atau permohonan maka unsur perbuatan melanggar hukum, dapat
pembatalan oleh pihak yang merasa mempunyai diartikan sebagai perbuatan melanggar undang-
kepentingan untuk itu, baik karena adanya undang, melanggar ketertiban umum, maupun
wanprestasi maupun karena perbuatan melawan perbuatan melanggar kesusilaan.
hukum (Butarbutar, 2012: 152). Pembatalan
oleh pihak ketiga berkaitan dengan asas pribadi Dalam halnya perjanjian jual beli menurut
yang terkandung dalam ketentuan Pasal 1315 jo. Pasal 1457 KUHPerdata, maka jual beli harus
Pasal 1340 KUHPerdata, bahwa perjanjian hanya dilakukan antara dua pihak yang berada dalam

220 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 215 - 234


posisi yang berbeda, di mana pihak yang satu 3. Penilaian Pembuktian
adalah pihak yang berhak (kreditur) atas suatu
Hak pembatalan melalui actio pauliana,
prestasi, dan pihak lainnya merupakan pihak
disertai dengan beban pembuktian (bewijslast)
yang wajib melaksanakan prestasi (debitur). Di
kepada kreditur, untuk membuktikan bahwa
samping kewajiban penjual untuk menyerahkan
peristiwa pebuatan hukum yang tidak diwajibkan
barang yang diperjualbelikan kepada pembeli,
menimbulkan kerugian pada kreditur. Menurut
penjual wajib menanggung atau menjamin
Subekti (2007: 34) membuktikan berarti
penguasaan barang yang dijual secara aman
meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil-
(Miru, 2017: 133). Apabila jual beli dilakukan
dalil yang dikemukakan dalam suatu sengketa.
oleh pihak yang sama, atau dilakukan oleh
Oleh karena itu, pembuktian hanya diberikan
debitur yang merupakan badan hukum dengan
apabila timbul suatu perselisihan. Pembuktian
atau terhadap badan hukum lain dalam satu grup,
peristiwa penting untuk membenarkan adanya
di mana debitur adalah anggotanya sebagaimana
suatu hak (Samosir, 2011: 213). Dalam proses
ditentukan dalam Pasal 42 huruf f Undang-
beracara, hakim dilarang menjatuhkan putusan
Undang Kepailitan, maka perbuatan jual beli
tanpa melalui proses pembuktian terlebih
tersebut melanggar Pasal 1457 KUHPerdata.
dahulu, karena melalui pembuktian inilah hakim
Secara teoritis, unsur kesalahan dalam mengetahui kepastian atau kebenaran peristiwa
hukum perdata mempunyai arti subjektif atau yang disengketakan oleh pihak-pihak.
abstrak, dan kesalahan dalam arti objektif atau
Dalam pembuktian perdata, yang harus
konkret (Djojodirdjo, 1979: 32). Kesalahan dalam
dibuktikan adalah peristiwa atau hak yang
arti subjektif atau abstrak yaitu menyangkut hal
disengketakan. Berdasarkan asas actori incumbit
perbuatan itu dapat dipersalahkan kepadanya
probatia yang terkandung dalam Pasal 163 HIR/
apabila pelaku dapat menginsafi akibat dari
Pasal 283 Rbg dan Pasal 1865 KUHPerdata,
perbuatannya. Ini artinya perbuatan tersebut
maka yang dibuktikan adalah fakta atau peristiwa,
disadari oleh pelaku akan menyebabkan kerugian
karena membuktikan sesuatu yang tidak ada
pada orang lain. Sedangkan kesalahan dalam arti
atau sesuatu hal yang negatif pada umumnya
objektif (konkret) diartikan sebagai perbuatan
tidak mungkin (negativa non sunt probanda).
yang dapat dipertanggungjawabkan kepada
Tentang pembuktian negatif, Paton (1975: 483)
pelaku apabila perbuatan itu tidak dilakukan
berpendapat: “should not be forced on a person
dalam keadaan terpaksa (overmacht) atau tidak
without very strong reason.” Tugas hakim
karena keadaan darurat (noodtoestand).
dalam pembuktian adalah membebani pihak-
Menurut Satrio (1993: 239), perilaku dan pihak untuk membuktikan, atau memerintahkan
kerugian menjadi unsur dapat dipersalahkan, dan para pihak untuk membuktikan dalil-dalil yang
oleh karenanya dapat dipertanggungjawabkan dikemukakannya, dan untuk menilai pembuktian
kepadanya. Jadi unsur mengetahui atau yang diajukan oleh pihak-pihak tersebut.
patut mengetahui dapat dibuktikan dengan
Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Nomor
membuktikan adanya kesalahan dan dapat
37 Tahun 2004 menetapkan bahwa permohonan
dipertanggungjawabkan.
pernyataan pailit harus dikabulkan apabila

Pembuktian Terhadap Perbuatan Debitur yang Merugikan Kreditur (Elisabeth Nurhaini Butarbutar) | 221
terdapat fakta atau keadaan yang terbukti yang ”nakal,” untuk memohonkan ke pengadilan
secara sederhana. Penjelasan Pasal 4 tersebut niaga agar dirinya dinyatakan pailit. Padahal
menjelaskan bahwa fakta atau keadaan yang kenyataan yang sebenarnya adalah debitur
terbukti secara sederhana, adalah adanya fakta merekayasa dirinya sendiri sedemikian rupa,
dua atau lebih kreditur, dan fakta utang yang dengan meminjam dalam jumlah yang cukup
telah jatuh waktu dan tidak dibayar. Perbedaan banyak dari lebih seorang kreditur, dan kemudian
besarnya jumlah utang yang didalilkan oleh seketika berhenti membayar, dengan demikian
pemohon pailit dan termohon pailit, tidak memenuhi syarat untuk mengajukan permohonan
menghalangi dijatuhkannya putusan pernyataan pailit (Butarbutar, 2001: 130).
pailit. Penerapan pembuktian sederhana ini
Sekalipun peristiwa yang disengketakan
menjadi kekhususan dari proses beracara perkara
telah diajukan pembuktian, namun pembuktian
kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran
itu harus dinilai oleh hakim. Apabila alat bukti
utang.
yang diajukan dinilai hakim cukup memberikan
Berbeda dengan pembuktian dalam perkara kepastian tentang peristiwa yang disengketakan,
perdata pada umumnya yang diatur dalam HIR/ maka peristiwa itu dianggap sudah pasti, dan alat
Rbg, pembuktian sederhana ini tidak memerlukan bukti tersebut dinilai sudah lengkap dan sempurna,
pembuktian dari pihak lawan. Sedangkan kecuali ada pembuktian lawan yang melumpuhkan
pengertian pembuktian dalam hukum acara, alat bukti tersebut. Pada dasarnya, sepanjang
pembuktian selalu dapat dilumpuhkan oleh bukti undang-undang tidak mengatur sebaliknya,
lawan walaupun sudah diajukan dengan bukti hakim bebas untuk menilai pembuktian. Menilai
lengkap, kecuali bukti yang bersifat menentukan pembuktian menjadi dasar bagi hakim untuk
atau memutuskan, seperti alat bukti sumpah dan menjatuhkan putusan. Alasan atau pertimbangan
alat bukti pengakuan. menjadi dasar pertanggungjawaban hakim pada
putusannya (Mertokusumo, 2013: 15).
Pada dasarnya, sepanjang undang-undang
tidak mengatur sebaliknya, hakim bebas untuk
II. METODE
menilai pembuktian. Apabila alat bukti dinilai
oleh hakim cukup memberi kepastian tentang Secara umum tujuan penelitian adalah
peristiwa yang disengketakan untuk menjatuhkan untuk memperoleh jawaban atas permasalahan
putusan, maka peristiwa itu harus dianggap sudah yang diajukan (Butarbutar, 2018: 122). Berkaitan
pasti atau benar, dan alat bukti itu dinilai lengkap dengan permasalahan yang diajukan dalam
atau sempurna, kecuali kalau ada pembuktian penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah
lawan yang melumpuhkan alat bukti tersebut. untuk menganalisis proses pembuktian adanya
Hakim dapat menjatuhkan putusan secara apriori unsur mengetahui, atau sepatutnya mengetahui
terhadap permohonan pailit dan penundaan bahwa perbuatan debitur akan mengakibatkan
pembayaran utang, tanpa membuktikan terlebih kerugian kreditur, dan menganalisis pertimbangan
dahulu kebenaran dan fakta yang diajukan debitur. hukum hakim untuk menetapkan tindakan
Dalam praktik, adanya pembuktian sederhana ini debitur tersebut sebagai perbuatan melawan
ternyata berpotensi untuk disalahgunakan oleh hukum melalui analisis terhadap bahan hukum,
debitur, baik perorangan maupun badan hukum

222 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 215 - 234


yaitu Putusan Nomor 07/PDT.SUS-ACTIO Dimaksudkan untuk memberikan argumentasi
PAULIANA/2015/PN.NIAGA.MDN. atas hasil penelitian yang telah dilakukan, dengan
tujuan memberikan mengenai benar atau salah
Penelitian ini menggunakan metode
atau apa yang seyogianya menurut hukum atas
penelitian yang bersifat yuridis normatif.
fakta atau peristiwa hukum dari hasil penelitian
Penelitian yuridis normatif adalah penelitian
yang dilakukan (Fajar & Achmad, 2015: 183).
yang mengkaji berbagai peraturan perundang-
Analisis deskriptif merupakan analisis dengan
undangan yang berlaku atau diterapkan terhadap
cara menggambarkan atau memaparkan subjek
suatu permasalahan hukum tertentu. Penelitian
dan objek penelitian yang telah dilakukan.
hukum normatif seringkali disebut juga dengan
penelitian hukum doktrinal, yaitu penelitian
yang objek kajiannya adalah dokumen peraturan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
perundang-undangan dan bahan pustaka (Soejono A. Penilaian Pembuktian Unsur
& Abdurahman, 2003: 56). “Mengetahui” atau “Patut Mengetahui”

Data sekunder yang terdapat dalam bahan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 37 Tahun
hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, 2004 tidak menjelaskan apa yang dimaksud
yaitu bahan hukum yang mengikat atau bahan dengan merugikan kepentingan kreditur, selain
hukum autoritatif, yang artinya mempunyai hanya menyebutkan dalam Pasal 41 ayat (2)
otoritas (Marzuki, 2014: 181). Bahan hukum bahwa pembatalan sebagaimana dimaksud pada
sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan ayat (1) dapat dilakukan apabila dapat dibuktikan
penjelasan pada bahan hukum primer, yaitu bahwa pada saat perbuatan hukum dilakukan,
berupa literatur dan jurnal atau karya ilmiah debitur dan pihak dengan siapa perbuatan
lainnya yang berkaitan dengan pembuktian dalam hukum itu dilakukan mengetahui atau sepatutnya
gugatan actio pauliana, dan bahan hukum tersier mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut
yang memberikan penjelasan pada bahan hukum akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur.
primer maupun bahan hukum sekunder yang Pasal 42 Undang-Undang Nomor 37
terdapat dalam Kamus Hukum, Kamus Besar Tahun 2004 menyatakan perbuatan hukum yang
Bahasa Indonesia, serta ensiklopedia. merugikan kreditur dilakukan dalam jangka waktu
Teknik pengumpulan data dilakukan satu tahun sebelum putusan pernyataan pailit
dengan studi dokumen. Data yang diperoleh diucapkan, sedangkan perbuatan tersebut tidak
kemudian diolah dan dianalisis secara preskriptif wajib dilakukan debitur, kecuali dapat dibuktikan
dan deskriptif. Dalam penelitian hukum sebaliknya, debitur dan pihak dengan siapa
normatif, pengolahan data diartikan sebagai perbuatan tersebut dilakukan dianggap mengetahui
kegiatan sistematisasi terhadap bahan-bahan atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan
hukum dengan membuat klasifikasi data untuk tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi
memudahkan analisis dan konstruksi (Soekanto, kreditur. Ini artinya, terdapat unsur “mengetahui
2012: 251). Oleh karena sifat hukum itu atau sepatutnya mengetahui” akibat perbuatan
sendiri adalah preskriptif atau mengharuskan, debitur menjadi persoalan pokok yang harus
maka analisis dilakukan secara preskriptif. dibuktikan untuk menentukan adanya kerugian.

Pembuktian Terhadap Perbuatan Debitur yang Merugikan Kreditur (Elisabeth Nurhaini Butarbutar) | 223
Untuk membuktikan unsur mengetahui atau 1. Ada perbuatan yang membawa kerugian
patut mengetahui dalam hukum tidak sesederhana pada kreditur;
membuktikan peristiwa/fakta yang didalilkan oleh
2. Perbuatan itu dilakukan sebelum putusan
pihak-pihak. Sesuai asas actori incumbit probatia,
pailit;
maka yang dibuktikan adalah fakta atau peristiwa.
Sesuatu bukan fakta sulit dibuktikan, sebagaimana 3. Perbuatan itu tidak diwajibkan oleh
dikenal dengan asas negativa non sunt probanda. perjanjian atau undang-undang.
Unsur mengetahui atau patut mengetahui berkaitan
Putusan Nomor 07/PDT.SUS-ACTIO
dengan perilaku dan akibat perilaku yaitu kerugian.
PAULIANA/2015/PN.NIAGA.MDN, hakim
Jadi unsur mengetahui atau patut mengetahui
menilai bahwa peristiwa mengalihkan aset
dapat dibuktikan dengan membuktikan adanya
pailit kepada tergugat II dan mentransfer dana
kesalahan dan dapat dipertanggungjawabkan.
hasil penjualannya kepada tergugat VII, dapat
Unsur kesalahan dalam hukum perdata, dibuktikan oleh penggugat. Sehingga tindakan
mempunyai arti subjektif atau abstrak, dan para tergugat dan turut tergugat harus dibatalkan,
kesalahan dalam arti objektif atau konkret. karena dapat mengakibatkan kerugian kepada
Kesalahan dalam arti subjektif atau abstrak, yaitu krediturnya.
menyangkut hal perbuatan itu dapat dipersalahkan
Dasar penilaian hakim untuk membatalkan
kepadanya apabila pelaku dapat menginsafi akibat
perbuatan hukum dianggap merugikan kreditur
dari perbuatannya, dalam arti perbuatan tersebut
dalam Putusan Nomor 07/PDT.SUS-ACTIO
disadari oleh pelaku akan menyebabkan kerugian
PAULIANA/2015/PN.NIAGA.MDN, tentu
pada orang lain. Sedangkan kesalahan dalam arti
harus didasarkan pada penilaian telah terbuktinya
objektif (konkret), diartikan sebagai perbuatan
peristiwa/fakta yang disengketakan. Setiap
yang dapat dipertanggungjawabkan kepada pelaku
unsur-unsur yang menjadi syarat mengajukan
dalam arti perbuatan itu tidak dilakukan dalam
tuntutan actio pauliana merupakan fakta sebagai
keadaan terpaksa (overmacht), atau tidak karena
kebenaran terjadinya peristiwa itu, yaitu:
keadaan darurat (noodtoestand).
1) Ada Perbuatan yang Membawa Kerugian
Unsur kesalahan dalam menentukan adanya
pada kreditur
perbuatan melawan hukum merupakan komponen
utama untuk menentukan apakah pelaku dapat Berdasarkan Putusan Nomor 07/PDT.SUS-
dipertanggungjawabkan. Dalam perkara pidana PKPU/2014/PN.NIAGA.MDN, tanggal 9 Juli
unsur kesalahan ini berkaitan dengan unsur 2015 PT HEI dinyatakan pailit, sehingga hubungan
sengaja (dolus) dan culva, yang merupakan salah hukum antara penggugat dengan tergugat I
satu unsur untuk menentukan adanya tindak adalah hubungan antara kurator dengan debitur.
pidana. Untuk dapat membuktikan adanya unsur Dalam gugatannya, penggugat mendasarkan
mengetahui atau patut mengetahui sebagai unsur gugatan actio pauliana pada peristiwa tindakan
mengajukan pembatalan menurut Pasal 41 ayat debitur (PT HEI) yang mengalihkan/menjual
(2) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, maka seluruh asetnya (boedel pailit) kepada tergugat II
terlebih dahulu dibuktikan hal-hal sebagai berikut: (PT KPEI) pada November 2014 dengan harga

224 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 215 - 234


total senilai USD1.405.358,13 dan aset berupa yang disebut bertujuan agar tergugat I tetap dapat
lima unit mobil senilai USD901,68. Kemudian beroperasi dan memenuhi kewajiban hutangnya
tanggal 17 April 2015, tergugat I mentransfer danakepada para krediturnya, dinilai hakim sebagai
sebesar USD562.452 kepada tergugat VII (KNM peristiwa yang sengaja dilakukan tergugat untuk
Pty Ltd), yang dilakukan dan ditandatangani oleh menghindar dari kewajiban membayar kepada
Finance Manager dan General Manager. para kreditur. Sehingga unsur mengetahui atau
patut mengetahui bahwa akibat peristiwa tersebut
Penggugat mendalilkan, bahwa penjualan
dapat merugikan kreditur.
aset dilakukan para tergugat dengan iktikad buruk
untuk menghindar dari kewajiban membayar Terhadap alat bukti pengakuan mempunyai
dan melunasi seluruh utang-utangnya. Karena kekuatan alat bukti yang sempurna, sehingga
berdasarkan Putusan Homologasi Perdamaian hakim mau tidak mau harus menerima bahwa
antara tergugat I dengan para krediturnya, pengakuan tersebut sebagai suatu peristiwa yang
tanggal 8 Juli 2014, tergugat I dinyatakan pailit benar-benar terjadi. Penilaian hakim terhadap
karena tidak membayar lunas utang kepada para adanya pengakuan telah terjadi penjualan aset
krediturnya, yaitu FI Ltd; PT ESS; PT TAF; PT yang dilakukan dan transfer dana dari tergugat I
QS; dan PT MKB. kepada tergugat VII, menjadi dasar hakim untuk
menyatakan telah terbukti unsur mengetahui
Perbuatan mengalihkan dengan cara
atau patut mengetahui. Penjualan aset dan
menjual aset (boedel pailit) kepada tergugat
transfer dana oleh tergugat I kepada tergugat VII,
II, dan mentransfer dana hasil penjualan
merupakan iktikad tidak baik dari tergugat yang
kepada tergugat VII dalam kurun waktu satu
dapat merugikan kreditur.
tahun sebelum pernyataan pailit, dinilai dapat
menimbulkan kerugian bagi para krediturnya. Perjanjian penjualan seluruh aset tergugat I
Meskipun terhadap dalil tersebut para tergugat (bukti P–6) hanya menyebutkan harga penjualan
mengajukan jawaban yang pada pokoknya tanpa adanya pembayaran harga dari tergugat
membantah, dengan alasan bahwa penjualan aset II kepada tergugat I, karena dinyatakan bahwa
yang dilakukan dan transfer dana dari tergugat I tergugat I mempunyai utang kepada perusahaan
kepada tergugat VII, bertujuan supaya tergugat I induk, dan hasil penjualan aset tergugat I tersebut
tetap dapat beroperasi dan memenuhi kewajiban langsung di-set off untuk membayar utang kepada
hutangnya kepada para krediturnya. Namun justru Perusahaan Induk KNM Capital SDN BHD
pengakuan para tergugat atau setidak-tidaknya (tergugat VII). Dalam pertimbangannya, hakim
tidak disangkal oleh para tergugat dan turut menilai bahwa penjualan aset debitur kepada
tergugat, dinilai hakim sebagai suatu peristiwa tergugat II dan pembayaran utang dilakukan
yang menurut hukum sudah terbukti. kepada tergugat VII jelas sangat merugikan para
kreditur tergugat I.
Penilaian hakim tersebut sangat tepat karena
dilakukan secara a contrario, bahwa pengakuan Hal ini didasarkan kepada Putusan
tergugat atas terjadinya peristiwa jual beli senilai Homologasi Perdamaian antara tergugat I
USD1.405.358,13 dan transfer dana sebesar dengan para krediturnya, bahwa tergugat VII
USD562.452 dari tergugat I kepada tergugat VII, tidak terverifikasi sebagai kreditur yang berhak

Pembuktian Terhadap Perbuatan Debitur yang Merugikan Kreditur (Elisabeth Nurhaini Butarbutar) | 225
menerima pembayaran dari tergugat I, di samping tanggal 3 Desember 2014, bersesuaian dengan
melanggar prinsip dalam ketentuan Pasal 1132 bukti P-6a dan bukti P-6b, dan dihubungkan
KUHPerdata, bahwa kewajiban hutang tersebut dengan keterangan saksi NMW di bawah sumpah,
harus dilakukan berdasarkan prinsip pari passu yang pada pokoknya menerangkan bahwa saksi
pro rata parte, yakni bahwa harta kekayaan tidak mempunyai kewenangan mentransfer aset.
debitur menjadi jaminan bersama untuk para Namun saksi mengetahui telah terjadi penjualan
kreditur dan hasilnya harus dibagikan secara aset PT HEI kepada PT KPEI, karena perintah
proporsional di antara mereka. dan instruksi dari CFS (direktur tergugat I) dan
LSE (komisaris tergugat I), saksi menandatangani
2) Perbuatan Itu Dilakukan Sebelum Putusan purchase order yang diterbitkan oleh PT KPEI
Pailit untuk melakukan pembelian terhadap aset PT HEI,
dan saksi lakukan atas perintah dari CFS dan LSE.
Pembuktian terhadap pengalihan berupa
penjualan aset tergugat I (boedel pailit) kepada Berdasarkan surat kuasa yang diberikan
tergugat II dan tindakan transfer dana tergugat oleh direktur tergugat I kepada saksi, bahwa
I kepada tergugat VII dilakukan dalam jangka aset tergugat I yang dialihkan kepada tergugat
waktu satu tahun sebelum putusan pernyataan II adalah berupa aset operasional, plant and
pailit diucapkan, terhadap tergugat I didasarkan equipment, motor vehicle, furniture, fitting, dan
pada bukti P-1 (Putusan Nomor 03/PDT. computer, dan lain sebagainya, tindakan tersebut
SUS/PEMBATALAN/2015/PN.NIAGA jo. terjadi bulan November 2014. Saksi mengetahui
Nomor 07/PKPU/2014/PN.NIAGA.MDN kalau nilai aset tersebut sebesar lebih kurang 1,4
tanggal 9 Juli 2015), bukti P-4 (Penetapan juta Dolar Amerika.
Hakim Pengawas Nomor 02/HP/03/PDT.SUS/
Berdasarkan alat bukti surat (bukti P-7)
PEMBATALAN/2015/PN.NIAGA jo. Nomor
dihubungkan dengan jawaban para tergugat
07/PKPU/2014/ PN.NIAGA.MDN tanggal 30
yang pada pokoknya menyatakan, bahwa alasan
Juli 2015) dan bukti P-5 (Putusan Homologasi
penjualan aset dan transfer dana (bukti P-9a)
Perdamaian Nomor 07/PKPU/2014/PN.NIAGA.
supaya tergugat I tetap dapat beroperasi dan
MDN, tanggal 8 Juli 2014).
memenuhi kewajiban hutangnya kepada para
Berdasarkan alat bukti tersebut, hakim kreditur, dinilai hakim sebagai fakta bahwa benar
menilai penggugat dapat membuktikan bahwa telah terjadi perjanjian jual beli aset tergugat I
benar PT HEI telah dinyatakan pailit, dan putusan berupa lima unit mobil, tanggal 3 Desember 2014
tersebut telah diumumkan pada media dan Berita dan transfer dana (bukti P-9a) yang dilakukan
Negara. Melalui bukti P-1, penggugat diangkat oleh tergugat I kepada tergugat VII pada tanggal
sebagai kurator atas PT HEI (tergugat I), sehingga 17 April 2015 senilai USD562.452 bersesuaian
segala tindakan hukum yang berkenaan dengan dengan keterangan saksi NMW di bawah sumpah
pengurusan dan pemberesan harta pailit tergugat yang pada pokoknya menerangkan, bahwa
I harus diwakili oleh penggugat sebagai kurator. aset PT HEI yang dialihkan kepada PT KPEI
adalah berupa aset operasional, yaitu plant and
Berdasarkan perjanjian jual beli aset equipment, motor vehicle, furniture, fitting, dan
tergugat I (bukti P-7) berupa lima unit mobil, computer, terjadi bulan November 2014.

226 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 215 - 234


Dari bukti P-6a, bukti-P-6b, bukti P-7, para tergugat dan turut tergugat, maka menurut
bukti P-9a, bukti P-9b, bukti P-13, bukti P-14, hukum, peristiwa yang didalilkan oleh penggugat
bukti P-15, dan bukti P-16 dapat disimpulkan harus dianggap terbukti.
fakta bahwa benar tergugat I mengalihkan
Sesuai dengan ketentuan Pasal 41 ayat (1)
aset berupa boedel pailit dengan cara menjual
dan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 37 Tahun
kepada tergugat II, sekitar bulan November 2014
2004, kreditur dapat memintakan pembatalan
sampai bulan Januari 2015. Berdasarkan bukti
kepada pengadilan segala perbuatan hukum
P-1, bukti P-4, bukti P-5, dan bukti tersebut di
debitur yang telah dinyatakan pailit yang
atas, terungkap fakta bahwa benar pada tanggal
merugikan kepentingan kreditur, yang dilakukan
9 Juli 2015, tergugat I dinyatakan pailit, namun
dalam jangka waktu satu tahun sebelum putusan
pada bulan November 2014 atau sekitar sembilan
pernyataan pailit diucapkan, sedangkan perbuatan
bulan sebelum putusan pailit, tergugat I telah
tersebut tidak wajib dilakukan debitur. Jelas,
mengalihkan seluruh asetnya kepada tergugat
bahwa perbuatan debitur yang dapat dimintakan
II, dan pada bulan April 2015 tergugat I telah
untuk pembatalan kepada pengadilan adalah
melakukan transfer dana kepada tergugat VII.
perbuatan hukum yang tidak diwajibkan, baik
Berdasarkan hal tersebut, hakim menilai bahwa
oleh perjanjian maupun oleh undang-undang.
terbukti tindakan penjualan aset debitur pailit dan
transfer dana dilakukan masih dalam tenggang Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
waktu satu tahun sebelum putusan pernyataan tidak menjelaskan lebih lanjut pengertian dari
pailit diucapkan pada tanggal 9 Juli 2015. perbuatan hukum debitur yang diwajibkan
berdasarkan perjanjian maupun oleh undang-
3) Perbuatan Itu Tidak Diwajibkan Oleh undang, yang dikecualikan dari perbuatan debitur
Perjanjian atau Undang-Undang yang tidak dapat dimintakan pembatalan, selain
hanya menyebutkan dalam Penjelasan Pasal 41
Gugatan penggugat pada pokoknya
ayat (3), perbuatan yang wajib dilakukan karena
mempersoalkan adanya perbuatan tergugat I
undang-undang adalah pembayaran pajak, dan
(debitur pailit) yang melakukan jual beli atas aset
Penjelasan Pasal 39 ayat (2) menentukan bahwa
pailit kepada tergugat II, diikuti dengan transfer
pembayaran upah yang merupakan hak pekerja
dana milik tergugat I kepada tergugat VII, di
yang diterima dalam bentuk uang termasuk
mana dapat dibuktikan bahwa para tergugat
tunjangan bagi pekerja dan keluarga, merupakan
merupakan badan hukum yang berada dalam
kewajiban menurut suatu perjanjian atau
satu grup. Dalam jawabannya para tergugat
peraturan perundang-undangan.
mendalilkan bahwa alasan penjualan aset yang
dilakukan oleh tergugat I kepada tergugat II, Sebagaimana diketahui bahwa hak
dan transfer dana dari tergugat I kepada tergugat kreditur dalam asas actio pauliana ini berkaitan
VII, dilakukan agar tergugat I tetap dapat dengan ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata,
beroperasi dan memenuhi kewajiban hutangnya yang menentukan bahwa semua harta kekayaan
kepada para krediturnya. Hal ini memberikan debitur menjadi jaminan atas hutang pada para
keyakinan pada hakim bahwa oleh karena telah krediturnya. Selanjutnya menurut Pasal 1132
diakui atau setidak-tidaknya tidak disangkal oleh KUHPerdata, semua harta kekayaan debitur

Pembuktian Terhadap Perbuatan Debitur yang Merugikan Kreditur (Elisabeth Nurhaini Butarbutar) | 227
menjadi jaminan bersama-sama bagi krediturnya, pembatalan hanya dapat dilakukan apabila dapat
dan kewajiban membayar dilakukan menurut dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum
prinsip kesamaan dan keseimbangan, kecuali ada dilakukan, debitur dan pihak dengan siapa
alasan yang sah untuk didahulukan. Piutang yang perbuatan hukum tersebut dilakukan, mengetahui
didahulukan pembayarannya dapat terjadi karena atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan
perjanjian maupun karena undang-undang. hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian
bagi kreditur.
Menurut Pasal 1133 KUHPerdata, hak-
hak yang didahulukan terbit dari perjanjian Pasal 42 huruf f Undang-Undang Nomor
gadai dan hipotek, serta hak istimewa yang 37 Tahun 2004 menentukan bahwa apabila
ditentukan dalam Pasal 1139 KUHPerdata. Jika perbuatan hukum yang merugikan kreditur
dilihat dari tujuan perbuatan tergugat I (debitur dilakukan dalam jangka waktu satu tahun sebelum
pailit) yang melakukan jual beli atas aset pailit putusan pernyataan pailit diucapkan, sedangkan
kepada tergugat II, diikuti dengan transfer dana perbuatan tersebut tidak wajib dilakukan, maka
milik tergugat I kepada tergugat VII, bukanlah debitur dan pihak dengan siapa perbuatan
merupakan perbuatan yang diwajibkan untuk tersebut dilakukan dianggap mengetahui atau
dilakukan oleh debitur pailit. Bahkan berdasarkan sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan tersebut
bukti P-5 (Putusan Homologasi Perdamaian) akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur.
tergugat I dengan para krediturnya dalam Putusan
Debitur atau pihak dengan siapa perbuatan
Nomor 07/PKPU/2014/PN.NIAGA.MDN),
tersebut dilakukan adalah anggota direksi atau
serta keterangan saksi NMW di persidangan
pengurus atau apabila pihak tersebut, baik sendiri-
terbukti PT KPEI (tergugat II), dan KNM Pty
sendiri maupun bersama-sama, ikut serta secara
Ltd (tergugat VII) bukanlah merupakan bagian
langsung atau tidak langsung dalam kepemilikan
dari kreditur tergugat I yang sudah diverifikasi.
badan hukum tersebut lebih dari 50% dari modal
Sehingga menurut majelis hakim penggugat dapat
disetor atau dalam pengendalian badan hukum
membuktikan dalilnya, bahwa jual beli yang
atau dilakukan oleh debitur yang merupakan
dilakukan antara tergugat I dengan tergugat II dan
badan hukum, dengan atau untuk kepentingan
transfer dana kepada tergugat VII, berakibat aset
anggota direksi atau pengurus dari debitur yang
tergugat I menjadi tidak tersisa, yang akibatnya
ikut serta secara langsung atau tidak langsung
menimbulkan kerugian bagi krediturnya.
dalam kepemilikan pada debitur lebih dari 50%
Telah terbuktinya perbuatan tergugat I dari modal disetor atau dalam pengendalian
(debitur pailit) yang membawa kerugian pada para badan hukum tersebut atau dilakukan oleh debitur
krediturnya, dan perbuatan itu dilakukan dalam yang merupakan badan hukum dengan atau
kurun waktu satu tahun sebelum putusan pailit untuk kepentingan badan hukum lainnya, apabila
diucapkan, serta perbuatan itu tidak diwajibkan anggota direksi atau pengurus pada kedua badan
oleh perjanjian atau undang-undang, maka harus usaha tersebut adalah orang yang sama, direksi
dapat dibuktikan apakah perbuatan tersebut atau pengurus debitur yang juga merupakan
diketahui atau patut diketahui bahwa perbuatan anggota direksi atau pengurus pada badan hukum
hukum debitur dapat merugikan krediturnya. lainnya.
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 41 ayat (2),

228 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 215 - 234


Dalam Penjelasan Pasal 42 huruf f bekerja sekaligus di dua perusahaan yang sama,
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tersebut yakni PT HEI dan PT KPEI sebagai General
dijelaskan bahwa dimaksud dengan “anggota Manager. Saat terjadinya pengalihan aset PT
direksi” adalah anggota badan pengawas, atau HEI kepada PT KPEI dilakukan oleh kedudukan
orang yang ikut serta dalam kepemilikan, kedua orang tersebut di kedua perusahaan yang
termasuk setiap orang yang pernah menduduki sama. Selanjutnya saksi NMW menerangkan
posisi tersebut dalam jangka waktu kurang dari uang hasil penjualan aset tergugat I tidak masuk
satu tahun sebelum dilakukannya perbuatan ke dalam kas perusahaan PT HEI, melainkan
tersebut, dan kepemilikan adalah kepemilikan ditransfer ke KNM CAPITAL SDN BHD (turut
modal atau modal saham. tergugat II). Sehingga disimpulkan bahwa benar
jual beli aset dilakukan antara tergugat I dengan
Pertimbangan hakim menilai bahwa
tergugat II, dan transfer dana dari tergugat I ke
bukti P-2a dan P-2b, berupa fotocopy Struktur
tergugat VII yang merupakan badan hukum yang
Perusahaan KNM Grup Berhad yang berpusat
berada dalam satu grup.
di Malaysia, membuktikan bahwa para tergugat
dan para turut tergugat merupakan bagian dari Gugatan penggugat mengenai adanya
Perusahaan KNM (tergugat VII), dan bukti P-6a, jual beli dan transfer dana yang dilakukan
P-6b, P-12a, P-12b, P-15a, P-15b, P-16a, P-16b, oleh badan hukum yang merupakan satu
membuktikan bahwa transaksi penjualan aset grup, jika didasarkan pada Pasal 42 huruf (f)
tergugat I kepada tergugat II masing-masing Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, yang
ditandatangani oleh orang yang sama, yakni menentukan bahwa apabila perbuatan hukum
CFS Direktur PT HEI (tergugat III) dan sebagai yang merugikan kreditur dilakukan dalam jangka
Direktur PT KPEI (tergugat V), LSE sebagai waktu satu tahun sebelum putusan pernyataan
Komisaris PT HEI (tergugat IV) dan juga sebagai pailit diucapkan, sedangkan perbuatan tersebut
Komisaris PT KPEI (tergugat VI). Bukti P-23a tidak wajib dilakukan debitur, kecuali dapat
dan b berupa Laporan Aset Tetap tergugat I dibuktikan sebaliknya, maka terbukti bahwa
per tanggal 30 November 2014, menunjukkan debitur dan pihak dengan perbuatan tersebut
bahwa dalam Tanda Daftar Perusahaan dan dilakukan dianggap mengetahui atau sepatutnya
Surat Keterangan Domisili PT HEI dan PT KPEI mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan
adalah atas nama orang yang sama, yakni CFS mengakibatkan kerugian bagi kreditur.
sebagai direktur.
Dengan demikian, terbuktinya para
Alat bukti surat tersebut juga bersesuaian tergugat dan turut tergugat merupakan satu
dengan keterangan saksi NMW di bawah sumpah, grup, dan perbuatan hukum tergugat I yang
yang pada pokoknya menerangkan bahwa menjual aset kepada tergugat II dan transfer dana
Perusahaan KPE adalah grup dari Australia yang kepada tergugat VII dilakukan dalam jangka
terdiri dari Exchanger Indonesia. KPE adalah waktu satu tahun sebelum putusan pernyataan
anak dari perusahaan dan memiliki mesin-mesin pailit diucapkan, maka hakim menilai bahwa
serta alat-alat produksi lainnya serta peralatan penggugat dapat membuktikan bahwa pada saat
kantor yang sama dan nomor telepon yang sama, perbuatan hukum dilakukan, debitur (tergugat I)
dan saksi menerangkan bahwa ia diangkat dan dan pihak dengan siapa perbuatan hukum tersebut

Pembuktian Terhadap Perbuatan Debitur yang Merugikan Kreditur (Elisabeth Nurhaini Butarbutar) | 229
dilakukan (tergugat II dan tergugat VII) sudah kepentingan dalam masyarakat. Oleh karena
mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa norma hukum yang terdapat di dalamnya
perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan (blanket norm) selalu berkembang seiring dengan
kerugian bagi kreditur. Oleh karena itu, hakim perkembangan masyarakat, maka hakim dipaksa
menilai bahwa tuntutan pembatalan tersebut untuk selalu melakukan penemuan hukum
harus dikabulkan. melalui putusannya.

Pertimbangan hakim menyatakan bahwa


B. Pertimbangan Hukum
untuk mengkualifikasi perbuatan hukum debitur
Salah satu amar Putusan Nomor 07/PDT. sebagai perbuatan melawan hukum, maka harus
SUS-ACTIO PAULIANA/2015/PN.NIAGA. dibuktikan apakah penjualan aset tergugat I
MDN menyatakan bahwa perbuatan hukum (boedel pailit) kepada tergugat II, dan transfer
tergugat I dalam jual beli aset kepada tergugat dana dari tergugat I kepada tergugat VII dilakukan
II, dan pengalihan dana oleh tergugat I kepada oleh badan hukum yang satu grup, sehingga
tergugat VII merupakan perbuatan melawan mengakibatkan kerugian bagi kreditur tergugat
hukum. Putusan hakim tersebut tentu saja sudah I. Pertimbangan hakim tersebut sesuai dengan
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan ketentuan Pasal 42 Huruf (f ) Undang-Undang
berdasarkan alat-alat bukti yang diajukan oleh Nomor 37 Tahun 2004, bahwa perbuatan hukum
para pihak. yang dilakukan oleh debitur yang merupakan
badan hukum dengan atau terhadap badan hukum
Hal ini sesuai dengan asas umum beracara lain dalam satu grup di mana debitur adalah
di pengadilan, yaitu putusan harus disertai alasan anggotanya, merupakan perbuatan melawan
sebagai dasar untuk mengadili yang terkandung hukum karena mengakibatkan kerugian pada
dalam Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang kreditur.
Kekuasaan Kehakiman jo. Pasal 184 ayat (1)
HIR/195 ayat (1) Rbg. Alasan atau pertimbangan Untuk lebih mendalami dasar penilaian
menjadi dasar pertanggungjawaban hakim pada hakim dalam mengkualifikasi perbuatan hukum
putusannya (Mertokusumo, 2013: 15). Untuk debitur sebagai perbuatan melawan hukum, perlu
menentukan adanya perbuatan melawan hukum diuraikan dua macam bentuk perbuatan hukum
berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata tersebut, yang dilakukan oleh debitur, yaitu perbuatan
diharuskan penggugat membuktikan semua jual beli antara tergugat I dengan tergugat II dan
unsur-unsur perbuatan melawan hukum, yaitu perbuatan mentransfer dana hasil penjualan aset
adanya perbuatan melanggar hukum, adanya kepada tergugat VII. Pertimbangan hakim yang
kesalahan, adanya kerugian, dan antara kerugian didasarkan pada pengertian perbuatan melanggar
dan kesalahan mempunyai hubungan sebab undang-undang, selain yang sudah diatur dalam
akibat. Pasal 42 Huruf (f ) Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2004, maka perbuatan hukum debitur
Pengertian keempat unsur tersebut tidak juga bertentangan dengan ketentuan hukum
dijelaskan selanjutnya, tetapi diserahkan kepada sebagaimana diuraikan selanjutnya.
hakim untuk selalu menyesuaikan kaidah yang
terdapat di dalamnya, dengan perkembangan

230 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 215 - 234


1) Perjanjian Penjualan Aset Berlaku juga untuk tergugat I, bahwa
untuk transaksi di atas USD100.000 adalah
Penilaian hakim memberikan kualifikasi
kewenangan CEO perusahaan ke atas dan telah
terhadap perbuatan penjualan aset tergugat I
dilengkapi dengan dokumen pendukungnya,
(boedel pailit) kepada tergugat II, dan transfer
berupa purchase order, invoice, delivery order,
dana dari tergugat I kepada tergugat VII sebagai
MRR (material resitting report), dan dokumen-
perbuatan melawan hukum, karena jual beli
dokumen pendukung lainnya. Namun transfer
aset tergugat dilakukan oleh orang (pihak) yang
yang dilakukan oleh tergugat I kepada tergugat
sama. Hal ini bertentangan dengan Pasal 1457
VII (bukti P-9) dilakukan tanpa dokumen
KUHPerdata yang menentukan jual beli adalah
pendukung dan dilakukan oleh orang yang
suatu persetujuan yang mengikat pihak penjual
jabatannya di perusahaan berada di bawah
berjanji menyerahkan sesuatu barang/benda,
CEO. Hal ini membuktikan bahwa transfer dana
dan pihak lain yang bertindak sebagai pembeli
tersebut tanpa tujuan yang jelas dan melanggar
mengikat diri berjanji untuk membayar harga. Jika
aturan dan ketentuan dalam perusahaan.
disimak pengertian perjanjian jual beli tersebut
sebagai suatu perikatan, maka perjanjian jual beli
2) Perbuatan Set Off
harus terjadi antara dua pihak yang berada dalam
posisi yang berbeda, di mana pihak yang satu Putusan hakim juga menilai bahwa
adalah pihak yang berhak (kreditur) atas suatu mengalihkan melalui penjualan aset debitur
prestasi, dan pihak lainnya merupakan pihak kepada tergugat II dengan cara set off, yaitu
yang wajib melaksanakan prestasi (debitur). pembayaran tidak dilakukan kepada tergugat
I, namun hasil penjualan tersebut langsung
Berdasarkan Laporan Aset Tetap tergugat
di-set off kepada perusahaan induk (tergugat
I per tanggal 30 November 2014, menunjukkan
VII), yang mengakibatkan tergugat I tidak
bahwa dalam Tanda Daftar Perusahaan dan Surat
dapat lagi melunasi utang kepada krediturnya,
Keterangan Domisili PT HEI dan PT KPEI adalah
karena pembayaran hasil penjualan seluruh aset
atas nama orang yang sama, yakni CFS sebagai
tergugat I tidak dilakukan kepada tergugat I.
direktur. Di samping itu, majelis hakim menilai
Dalam bantahannya, pihak tergugat mengatakan
bantahan para tergugat yang pada dasarnya
bahwa tindakan pembayaran kepada tergugat VII
menyatakan bahwa penjualan aset tergugat I
dengan cara set off sesuai dengan kompensasi
kepada tergugat II, dan transfer dana tergugat
atau perjumpaan hutang yang merupakan salah
I sebesar USD562.452 kepada tergugat VII
satu syarat untuk mengakhiri perikatan.
(KNM Pty Ltd), dilakukan dan ditandatangani
oleh Finance Manager dan General Manager Menurut Pasal 1425 KUHPerdata,
sesuai dengan kewenangannya, guna memenuhi perjumpaan hutang merupakan perjumpaan dua
kewajiban pembayaran cicilan hutang tergugat I hutang piutang antara orang yang sama secara
kepada para kreditur agar dapat tetap beroperasi, bertimbal balik dengan cara saling diperhitungkan,
tidak terbukti oleh karena berdasarkan aturan sehingga salah satu atau keduanya menjadi
Batas Kewenangan Keuangan Perusahaan dihapus. Kompensasi atau perjumpaan hutang
(Financial Limited Authority) yang berlaku di sehubungan dengan dihapusnya perikatan
grup para tergugat.

Pembuktian Terhadap Perbuatan Debitur yang Merugikan Kreditur (Elisabeth Nurhaini Butarbutar) | 231
diartikan sebagai perjumpaan dua utang piutang Menurut Pasal 1457 KUHPerdata, jual
antara orang yang sama, di mana para pihak beli merupakan persetujuan antara dua pihak
berkedudukan sebagai kreditur dan debitur satu yang berbeda, di mana pihak penjual berjanji
sama lain. menyerahkan sesuatu barang/benda, dan pihak
pembeli wajib membayar harga. Kemudian
Berdasarkan Pasal 1426 KUHPerdata,
perbuatan tergugat I yang melakukan transfer dana
perjumpaan terjadi demi hukum bahkan dengan
hasil pembayaran kepada tergugat VII dengan set
tidak setahunya orang-orang yang berutang.
off tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 1425,
Ketentuan tersebut menurut pertimbangan hakim,
1426, 1427 KUHPerdata, karena menurut hakim
yang didasarkan pada pendapat Subekti, bahwa
perjumpaan hutang atau kompensasi itu tidak
perjumpaan hutang atau kompensasi itu tidak
terjadi secara otomatis, tetapi harus diajukan
terjadi secara otomatis, tetapi harus diajukan atau
atau diminta oleh pihak yang berkepentingan.
diminta oleh pihak yang berkepentingan. Atas
Sebagaimana juga disebutkan oleh Mariam
dasar tersebut, hakim menilai bahwa pengalihan
Darus dalam bukunya Sidabalok (2017: 229),
aset dan transfer dana hasil pembayaran kepada
kompensasi yang terjadi secara otomatis dapat
tergugat VII dengan set off tidak sesuai dengan
mengakibatkan terjadinya ketegangan di antara
ketentuan Pasal 1425, 1426, 1427 KUHPerdata,
para pihak. Oleh karenanya dalih tergugat untuk
sehingga pengalihan aset tersebut diartikan
mengurangi hutang tergugat I kepada krediturnya,
sebagai suatu perbuatan jual beli bukan
seharusnya diajukan terlebih dahulu sebagai
merupakan set off.
kreditur yang berhak mendapatkan pembayaran,
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, kecuali kreditur yang mempunyai hak preferensi
diketahui bahwa pertimbangan hukum yang berdasarkan undang-undang ataupun perjanjian.
diberikan oleh hakim untuk menyatakan perbuatan Namun bukti P-5 berupa Putusan Homologasi
para tergugat merupakan perbuatan melawan Perdamaian ]tergugat I dengan para krediturnya
hukum didasarkan pada dua macam perbuatan serta keterangan saksi NMW di persidangan,
hukum tergugat I (debitur pailit), yaitu perbuatan terbukti bahwa tergugat VII bukanlah merupakan
tergugat I dengan tergugat II yang melakukan jual bagian dari kreditur tergugat I yang berhak
beli aset tergugat I. Sedangkan berdasarkan bukti memperoleh pembayaran/pelunasan hutang dari
P-23a dan P-23b, berupa Laporan Aset Tetap hasil penjualan aset tergugat I.
tergugat I per tanggal 30 November 2014 dalam
Tanda Daftar Perusahaan dan Surat Keterangan IV. KESIMPULAN
Domisili, bersesuaian dengan keterangan saksi
Sesudah dilakukan analisis terhadap
NMW di bawah sumpah yang pada pokoknya
permasalahan yang diajukan, maka dapat ditarik
menerangkan, bahwa Perusahaan KPE adalah
kesimpulan, bahwa:
grup dari Australia, antara tergugat I dan tergugat
II adalah atas nama orang yang sama, yakni CFS 1. Penilaian hakim terhadap pembuktian
sebagai direktur dan saksi, diangkat dan bekerja adanya unsur mengetahui atau sepatutnya
sekaligus di dua perusahaan yang sama, yakni mengetahui sebagai dasar tuntutan actio
PT HEI (tergugat I) dan PT KPEI (tergugat II) pauliana, didasarkan pada pengakuan
sebagai General Manager.

232 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 215 - 234


tergugat bahwa terjadi penjualan aset dan hukum dalam proses pembuktian. Edisi
transfer dana dari tergugat I kepada tergugat Pertama. Bandung: CV Nuansa Aulia.
VII, untuk tujuan agar tergugat I tetap
_____________. (2018). Metode peneltian hukum,
dapat beroperasi dan memenuhi kewajiban
langkah-langkah untuk menemukan kebenaran
hutangnya kepada para krediturnya. dalam ilmu hukum. Cetakan Kesatu. Bandung:
Namun melalui penafsiran a contrario, PT Refika.
hakim menilai bahwa perbuatan tersebut
diketahui oleh debitur dan dapat merugikan Djojodirdjo, M.A.M. (1979). Perbuatan melawan
hukum. Jakarta: Pradnya Paramita.
krediturnya.
Fajar, M., & Achmad, Y. (2015). Dualisme penelitian
2. Pertimbangan hakim untuk menyatakan
hukum normatif & empiris. Yogyakarta:
bahwa perbuatan para tergugat merupakan
Pustaka Pelajar.
perbuatan melawan hukum didasarkan pada
perbuatan jual beli tersebut dilakukan oleh Marzuki, P.M. (2014). Penelitian hukum. Jakarta:
orang yang sama, sehingga bertentangan Prenamedia Group.
dengan Pasal 1457 KUHPerdata. Tidak
Mertokusumo, S. (2013). Hukum acara perdata
dilakukan orang yang berwenang
Indonesia. Edisi Revisi. Yogyakarta: Cahaya
sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Atma Pustaka.
Batas Kewenangan Keuangan Perusahaan
(Financial Limited Authority) yang berlaku Miru. A. (2017). Hukum kontrak & perancangan
di grup perusahaan, serta pembayaran oleh kontrak. Cetakan Ketujuh. Jakarta: Rajawali

tergugat I kepada tergugat VII dengan cara Perss.

set off tidak sesuai dengan Pasal 1425, Paton, G.W. (1975). A text book of jurisprudence.
1426, 1427 KUHPerdata. Oxford: Clarendon Press.

Samosir, D. (2011). Hukum acara perdata, tahap-


tahap penyelesaian perkara perdata. Edisi
Pertama. Bandung: CV Nuansa Aulia.
DAFTAR ACUAN
Satrio, J. (1993). Hukum perikatan, perikatan pada
Butarbutar, E.N. (2001). Relevansi pengadilan
umumnya. Bandung: Citra Aditya Bakti.
negeri/niaga dalam menyelesaikan perkara
utang piutang. Thesis. Yogyakarta: Program Siahaan, R.H. (2017). Hukum perikatan Indonesia,
Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas teori & perkembangannya. Cetakan I. Malang:
Gadjah Mada. Inteligensia Media.

_____________. (2012). Hukum harta kekayaan, Sidabalok, J. (2012). Hukum perusahaan, analisis
menurut sistematika KUHPerdata & terhadap pengaturan peran perusahaan dalam
perkembangannya. Cetakan Kesatu. Bandung: pembangunan ekonomi nasional di Indonesia.
PT Refika. Bandung: Nuansa Aulia.

_____________. (2016). Hukum pembuktian, analisis __________. (2017). Hukum perdata menurut
terhadap kemandirian hakim sebagai penegak KUHPerdata & perkembangannya di dalam

Pembuktian Terhadap Perbuatan Debitur yang Merugikan Kreditur (Elisabeth Nurhaini Butarbutar) | 233
perundang-undangan Indonesia. Medan: USU
Press.

Soejono & Abdurahman, H. (2003). Metode penelitian


hukum. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekanto, S. (2012). Pengantar penelitian hukum.


Jakarta: UI Press.

Subekti, R. (2007). Hukum pembuktian. Cetakan


Keenambelas. Jakarta: Pradnya Paramita.

234 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 215 - 234

Anda mungkin juga menyukai