Anda di halaman 1dari 9

STRATEGI KONSERVASI EKOSISTEM MANGROVE DESA

MANGEGA DAN DESA BAJO SEBAGAI DESTINASI


EKOWISATA DI KABUPATEN KEPULAUAN SULA
Henriyani Lumbessy, J. Rengkung, Pierre H. Gosal
Email korespondensi: henriyani_nani@ymail.com
Prodi Perencanaan Wilayah & Kota Jurusan Arsitektur-FT, UNSRAT, Manado-95115

ABSTRAK

Keberadan hutan mangrove sangat menentukan dan menunjang tingkat perkembangan sosial dan
perekonomian masyarakat pantai. Penyebab utama terjadinya kerusakan hutan mangrove adalah
perkembangan kota Sanana yang lebih condong kearah utara, yang merupakan pusat perkantoran di
Kabupaten Kepulauan Sula. Perkembangan kota inilah yang membuat hutan mangrove mendapat tekanan
yang tinggi akibat dari perkembangan infrastruktur, permukiman, pertanian, perikanan dan industry. Tujuan
penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis kerusakan ekosistem hutan mangrove dan penyebabnya di Desa
Mangega dan Desa Bajo, dan untuk mengetahui strategi pengelolaan ekosistem mangrove untuk dijadikan
sebagai destinasi ekowisata. Pengumpuan data dapat di peroleh dari survey dan wawancara diperoleh dari
data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dan analisis SWOT.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu
pengambilan sampel biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan. Lokasi penelitian berada pada 2 desa yaitu
Desa Mangega dan Desa Bajo Kecamatan Sanana Utara dengan jumlah sampel 100 orang dimana untuk Desa
Mangega dengan jumlah sampel 35 orang dan Desa Bajo 65 orang. Hasil penelitian Strategi pengelolaan
wisata mangrove untuk Desa Mangega dan Desa Bajo dapat di lakukan melalui Langkah-langkah perioritas
utama yaitu, pertama menetapkan kawasan hutan mangrove sebagai kawasan hutan konservasi seluas 50 Ha
di mana status kawasan hutan mangrove dapat diperjelas sehingga memperbaiki sumberdaya alam dan
menunjang pariwisata secara berkelanjutan. Kedua untuk Desa Bajo yaitu: meningkatkan upaya rehabilitasi
pada ekosistem mangrove yang telah rusak seluas 15 Ha dimana dapat dilakukan dengan melibatkan peran
serta masyarakat guna memperhatikan daya dukung kawasan.

Kata Kunci: Konservasi mangrove, ekowisata dan strategi pengelolaan wisata mangrove

PENDAHULUAN merupakan sumber berbagai produksi hasil


hutan yang bernilai ekonomi, seperti kayu,
Hutan mangrove jika ditinjau dari tata
sumber pangan, bahan kosmetika, bahan
bahasa terdiri dari dua kata, yaitu “hutan”
pewarna dan penyamak kulit serta sumber
dan “mangrove”. Menurut Undang-Undang
pakan ternak dan lebah. Di samping itu juga
No. 41/1999 dan Undang-Undang No.
mendukung peningkatan hasil tangkapan
19/2004 yang mengatur tentang Kehutanan,
ikan dan budidaya tambak yang diusahakan
hutan adalah suatu kesatuan ekosistem
para nelayan dan petani tambak.
berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan Sayangnya, keberadaan hutan
dalam persekutuan alam lingkungannya, mangrove yang banyak memberikan
yang satu dengan yang lainnya tidak dapat manfaat itu telah banyak dibabat habis oleh
dipisahkan. Sedangkan mangrove adalah masyarakat sekitar, baik untuk permukiman,
vegetasi hutan yang tumbuh pada tanah pertambakan (budi daya tambak),
alluvial di daerah pantai dan sekitar muara pengambilan kayu dan lainnya. Untuk itu
sungai yang dipengaruhi oleh arus pasang kerusakan hutan mangrove di kabupaten
surut air laut. Mangrove juga tumbuh pada Kepulauan Sula di perkirakan 400 Ha telah
pantai karang atau daratan terumbuh karang mengalami kerusakan dari total luas hutan
yang berpasir tipis atau pada pantai mangrove di kabupaten Kepulauan Sula
berlumpur. Purnobasuki dalam (K. Kordi, yaitu ± 865 Ha. (Dinas Kehutanan dan
2012). Perkebunan Kabupaten Kepulauan Sula,
2012).
Keberadan hutan mangrove sangat
menentukan dan menunjang tingkat Masalah utama yang mendasari
perkembangan sosial dan perekonomian penelitian ini adalah keberadaan ekosistem
masyarakat pantai. Hutan mangrove mangrove yang terus- menerus mengalami

192
tekanan pembangunan, hal ini dapat dilihat keduan untuk mengetahui strategi
dari perkembangan Kota Sanana yang lebih pengelolaan ekosistem mangrove di Desa
condong kearah utara dan di Kecamatan Mangega dan Desa Bajo.
Sanana Utara merupakan pusat perkantoran
sehingga kebutuhan akan lahanpun semakin TINJAUAN PUSTAKA
meningkat. Selain itu keberadaan ekosistem
Menurut Undang-Undang No. 23
mangrove yang berpotensi untuk dapat di
Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan
kembangkan sebagai salah satu destinasi
wisata di Kecamatan Sanana Utara, belum hidup, konservasi sumberdaya alam adalah
sepenuhnya dikembangkan. Untuk itu salah pengelolaan sumberdaya alam tidak
terbaharui untuk menjamin pemanfaatannya
satu cara untuk mencegah terjadinya
secara bijaksana dan sumberdaya alam
kerusakan yang berkepanjangan maka,
terbaharui seperti halnya hutan untuk
kawasan hutan mangrove ini perlu di
kembangkan sebagai salah satu tempat untuk menjamin kesinambungan ketersediaanya
berwisata di Kota Sanana. dengan tetap memilihara dan meningkatkan
kualitasnya. Pegertian konservasi banyak
Penelitian ini di lakukan di Desa dikaitkan dengan sumberdaya alam yang
Mangega dan Desa Bajo Kecamatan Sanana terdapat dalam lingkungan hidup. Padahal
Utara Kabupten Kepulauan Sula. Kondisi konservasi pada dasarnya tidak dapat
ekosistem mangrove di kedua desa ini dipisahkan antara sumberdaya alam dan
berbeda-beda, untuk Desa Mangega lingkungannya.
keberdaan ekosistem mangrove masih
Jadi dapat disimpulkan bahwa
terjaga sedangkan untuk Desa Bajo
konservasi adalah suatu tindakan untuk
keberdaan ekosistem mangrove sudah sangat
mencegah pengurasan sumberdaya alam
kritis. Sebab, di Desa Bajo merupakan
dengan cara pengambilan yang tidak
jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan
Sanana Utara dan pola permukimannya yang berlebihan sehingga dalam jangka panjang
menyebar kearah laut. Selain itu aktivitas sumberdaya alam tetap tersedia. Konservasi
dapat juga diartikan menjaga kelestarian
masyarakat yang berhubungan langsung
terhadap alam demi kelangsungan hidup
dengan ekosistem mangrove membuat
manusia. Tindakan-tindakan konservasi
keberadaannya semakin rusak.
dapat berupa beberapa cara antara lain:
Melihat dari permasalahan dan potensi
yang ada, maka hutan mangrove Desa 1. Melakukan perencaan terhadap
Mangega dan Desa Bajo Kecamatan Sanana pengambilan sumberdaya alam,
Utara memerlukan perhatian yang sangat dengan pengambilan secara terbatas
serius dari berbagai pihak baik dari dan tindakan yang mengarah pada
pemerintah, swasta maupun masyarakat pengurasan perlu dicegah.
setempat, sehingga potensi yang ada dapat 2. Mengusahakan eksploitasi
dikembangkan melalui pengelolaan yang sumberdaya alam secara efisien
berkelanjutan yaitu melalui pemanfaatan yakni dengan sesedikit mungkin.
jasa lingkungan pembentukan ekowisata 3. Mengembangkan sumberdaya
hutan mangrove yang terdapat di Desa alternative atau mencari
Mangega dan Desa Bajo. sumberdaya pengganti sehingga
sumberdaya alam yang terbatas
Rumusan Masalah
jumlahnya dapat disubtitusikan
dengan sumberdaya alam agar
Berdasarkan latar belakang diatas maka
dapat menghemat penggunaan
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
sumberdaya tersebut dan tidak
1. Apa yang menyebabkan degradasi
merusak lingkungan.
ekositem mangrove di Desa Mangega
4. Mengurangi, membatasi dan
dan Desa Bajo
mengatasi pencemaran ligkungan
2. Bagaimana strategi pengelolaan
karena pencemaran akan
ekositem mangrove Desa Mangega dan
mengakibatkan cadangan
Desa Bajo
sumberdaya alam semakin cepat
Tujuan dalam penelitian ini adalah
habis karena kepunahan, seperti
pertmana Mengidentifikasi kerusakan
ikan, tanah dan sebagainya.
ekositem hutan mangrove dan penyebabnya
di Desa Mangega dan Desa Bajo. Dan yang
Ekosistem Mangrove

193
Secara ringkas ekosistem mangrove akan berbagai fungsi hutan
dapat didefinisikan sebagai suatu sistem mangrove.
yang terdiri dari organisme (tumbuhan dan 4.Adanya kesenjangan sosial antara
hewan) yang berinteraksi dengan faktor petani tambak tradisional dengan
lingkungannya di dalam suatu habitat pengusaha tambak modern,
mangrove. sehingga terjadi proses jual beli
Mangrove mempunyai berbagai fungsi. lahan yang sudah tidak rasional.
Fungsi fisiknya yaitu untuk menjaga kondisi
Tekanan pada ekosistem mangrove
pantai agar tetap stabil, melindungi tebing
yang berasal dari dalam, disebabkan karena
pantai dan tebing sungai, mencegah
pertumbuhan penduduk dan yang dari luar
terjadinya abrasi dan intrusi air laut, serta
sistem karena reklamasi lahan dan
sebagai perangkap zat pencemar. Fungsi
eksploitasi mangrove yang makin meningkat
biologis mangrove adalah sebagai habitat
telah menyebabkan perusakan menyeluruh
benih ikan, udang, dan kepiting untuk hidup
atau sampai tingkat-tingkat kerusakan yang
dan mencari makan, sebagai sumber
berbeda-beda. Dibeberapa tempat ekosistem
keanekaragaman biota akuatik dan
mangrove telah diubah sama sekali menjadi
nonakuatik seperti burung, ular, kera,
ekosistem lain. Terdapat ancaman yang
kelelawar, dan tanaman anggrek, serta
semakin besar terhadap daerah mangrove
sumber plasma nutfah. Fungsi ekonomis
yang belum diganggu dan terjadi degradasi
mangrove yaitu sebagai sumber bahan bakar
lebih lanjut dari daerah yang mengalami
(kayu, arang), bahan bangunan (balok,
tekanan baik oleh sebab alami maupun oleh
papan), serta bahan tekstil, makanan, dan
perbuatan manusia (UNDP/UNESCO 1984
obat-obatan. (Gunarto dalam Saparinto
dalam http://dominique 122.blogspot. com
,2007).
/2015/05/penyebab-rusaknya-ekosistem-
Secara garis besar ada dua faktor
mangrove.html)
penyebab kerusakan hutan mangrove, yaitu :
1. Faktor manusia
yang merupakan faktor dominan Menurut Sugandhy dalam ( http://
penyebab kerusakan hutan dominique122. blogspot. Com /2015/05/
mangrove dalam hal pemanfaatan penyebab-rusaknya-ekosistem-
lahan yang berlebihan. mangrove.html). beberapa permasalahan
2. Faktor alam yang terdapat di kawasan hutan mangrove
seperti : banjir, kekeringan dan yang berkaitan dengan upaya kelestarian
hama penyakit, yang merupakan fungsinya adalah :
faktor penyebab yang relatif kecil
(Tirtakusumah dalam http:// 1. Pemanfaatan Ganda Yang Tidak
dominique122. Blogspot.com /2015 Terkendali
/05/penyebab-rusaknya-ekosistem- 2. Permasalahan Tanah Timbul Akibat
mangrove. html.). Sedimentasi Yang Berkelanjutan
3. Konversi Hutan Mangrove,
Faktor-faktor yang mendorong 4. Permasalahan Sosial Ekonomi
aktivitas manusia untuk memanfaatkan 5. Permasalahan Kelembagaan dan
hutan mangrove dalam rangka mencukupi Pengaturan Hukum Kawasan Pesisir
kebutuhannya sehingga berakibat rusaknya dan Lautan
hutan (Perum Perhutani 1994 dalam http:// 6. Permasalahan Informasi Kawasan
dominique122. blogspot. com /2015/05/ Pesisir
penyebab-rusaknya-ekosistem-mangrove.
html ), antara lain : Pengelolaan Ekosistem Mangrove
1. Keinginan untuk membuat
pertambakan dengan lahan yang Pengelolaan ekosistem mangrove perlu
terbuka dengan harapan ekonomis dilakukan agar ekosistem mangrove dapat
dan menguntungkan, karena mudah terjaga keberadaannya. Pengelolaan
dan murah. ekosistem mangrove tidak dapat terlepas dan
2. Kebutuhan kayu bakar yang sangat saling berkaitan dengan pembangunan dan
mendesak untuk rumah tangga, perkembangan di wilayah pesisir. Ekosistem
karena tidak ada pohon lain di mangrove merupakan bagian dari ekosistem
sekitarnya yang bisa ditebang. wilayah pesisir, sehingga dalam perencanaan
3.Rendahnya pengetahuan masyarakat dan pengelolaan harus berkoordinasi,

194
berintegrasi dan bersinergi dengan sector dengan sebaran jumlah laki-laki sebanyak
lainnya. Pada dasarnya terdapat tiga langkah 869 jiwa dan perempuan sebanyak 680 jiwa.
utama dalam pembangunan terpadu di Sedangkan jumlah penduduk yang paling
wilayah pesisir, yaitu: (1) perencanaan, (2) sedikit terdapat di Desa Fokalik yaitu 376
implementasi, dan (3) pemantauan dan jiwa dengan sebaran jumlah laki-laki
evaluasi. sebanyak 198 jiwa dan perempuan sebanyak
178 jiwa.
Ekowisata Mangrove
Mata pencaharian di tiap desa pada
Berbagai macam produk dan jasa Kecamatan Sanana Utara berbeda-beda,
lingkungan yang dapat dihasilkan dari akan tetapi masih di dominan oleh mata
ekosistem hutan mangrove. Salah satu jasa pencaharian di bagian pertanian, baru
lingkungan yang berpeluang dikembangkan disusul dengan nelayan.tabel (4).
dan tidak merusak ekosistem hutan
mangrove adalah ekowisata. Kegiatan Analisis Penyebab kerusakan Ekosistem
ekowisata bisa termanfaatkan bila telah Mangrove
dilakukan pembenahan oleh manusia. Hutan mangrove terdapat disepanjang
pesisir Desa Mangega dan Desa Bajo
Ekowisata merupakan paket perjalanan
Kecamatan Sanana Utara. Keberadaan hutan
menikmati keindahan lingkungan
mangrove yang terdapat pada kedua desa
tanpa merusak eksosistem hutan yang ada.
tersebut dengan kondisi yang berbeda-beda
Vegetasi hutan yang terletak melintang dari
pula, dimana kondisi hutan mangrove yang
arah arus laut merupakan keindahan dan
terdapat pada Desa Mangega masih alami
keanekaragaman vegetasi yang berbeda dari
dan terjaga sedangkan Desa Bajo kondisi
formasi hutan lainnya. Terlihat dari
hutan mangrove sangat kritis dan sangat
keunikan penampakan vegetasi mangrove
memprihatinkan. Kondisi hutan mangrove
berupa perakaran yang mencuat keluar dari
yang terdapat pada Desa Mangega dengan
tempat tumbuhnya. Kustanti, dalam Alfira,
kepadatan vegetasi 50 Ha. Kondisi vegetasi
(2014). Disamping keindahan vegetasi
mangrove di Desa Bajo tipis dan tidak
penyusunnya, terdapat pula satwa liar dari
merata 0-75m, sehingga diperkirakan 40%
kelas Aves, Mamalia, dan Reptilia. Satwa
telah mengalami kerusakan. Tabel (13).
liar yang dijumpai mempunyai keunikan
Masyarakat Kabupaten Kepulauan Sula
dengan penyesuaian kondisi habitatnya.
90% umumnya bermukim di daerah pantai.
METODE PENELITIAN Begitupun masyarakat Desa Mangega dan
Desa Bajo yang masyarakatnya bermukim
Metode yang dipakai dalam penelitian dikawasan pesisir yang disitu merupakan
ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data kawasan hutan mangrove. Prilaku
primer diperoleh dari hasil wawancara,
masyarakat Desa Mangega umumnya sudah
dokumentasi dan observasi, dan data baik dimana masyarakat sama-sama saling
sekunder diperoleh dari instansi-instansi menjaga dan melindungi, namun jumlah
terkait, media internet, dan buku-buku penduduk yang dari tahun ke tahun yang
pendukung. Data dianalisis secara deskriptif semakin meningkat ditambah dengan
untuk mengidentifikasi jenis kerusakan yang
ketersediaan sarana dan prasarana yang
terjadi pada hutan mangrove, selanjutnya
kurang memadai membuat masyarakat
analisa SWOT digunakan untuk membuang sampah disembarang tempat,
menganalisis strategi pengelolaan dalam alhasil hutan mangrove yang menjadi tempat
mengembangkan kawasan wisata mangrove. sasaran pembuangan sampah oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat sekitar.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Keberadaan hutan mangrove yang
Mangega dan Desa Bajo Kecamatan Sanana berada langsung pada permukiman warga
Utara dengan luas wilayah 898,78 Km2. Desa Bajo membuat masyarakat sangat
Jumlah penduduk di Kecamatan Sanana ketergantungan. Hal ini dilihat dari sebagian
Utara yaitu 6.087 jiwa, yang terdiri laki-laki besar masyarakat Desa Bajo yang
3.112 jiwa dan perempuan 2.975 jiwa menggunakan kayu mangrove sebagai bahan
dengan jumlah kepala keluarga (KK) 1.423 bangunan. Ketergantungan ini membuat
KK yang tersebar di 7 desa wilayah masyarakat menebang pohon samakin
administrasi. Tabel (2). tinggi. Tingginya jumlah penduduk maka
Jumlah penduduk yang terbanyak semakin meningkat pula penebangan pohon
terdapat pada Desa Bajo yaitu 1.549 jiwa mangrove yang dilakukan. Rata-rata

195
masyarakat menebang pohon mangrove Penyebab lainnya adalah masalah
untuk dijadikan sebagai bahan untuk kayu kepentingan lahan antar kesukuan yang
bakar, tongkat-tongkat bagan atau tempat mengklaim bahwa sebagaian lahan
untuk memasang jaring ikan. mangrove merupakan hak milik mereka
Salah satu penyebab yang
menyebabkan terjadinya kerusakan pada
hutan mangrove adalah status hutan
mangrove, dimana ketidak jelasan status ini
membuat masyarakat dengan secara leluasa
melakukan aktivitas di kawasan ini.
Berdasarkan hasil koesioner rata-rata
masyarakat Desa mangega mengemukakan
bahwa status hutan mangrove yang terdapat
pada wilayah mereka merupakan kawasan
hutan lindung dengan persentase 10,15%
sedangkan untuk masyarakat Desa Bajo
masyarakat beranggapan bahwa kawasan
hutan mangrove yang terdapat pada wilayah
Gambar 1. Peta tingkat kerusakan hutan
merupakan kawasan hutan masyarakat karena dengan mengatasnamakan suku dan
mangrove Desa Mangega dan Desa Bajo
dengan persentase 16,9%. berdasarkan satu kepentingan kekuasaan
suatu hak milik maka menyangkut dengan
Analisis strategi pengembangan kawasan
hal ini pemerintah tidak dapat berbuat apa-
Hutan Mangrove
apa. Atas nama kesukuan masyarakat dapat
mendirikan permukiman di lokasi kawasan
Tabel I. Analisis Faktor-Faktor Internal
hutan(IFAS)
mangrove yang berstatus sebagai
kawasan hutan lindung.

N Faktor-faktor strategi Internal


o Kekuatan (Strength)
Bobot Nilai Skor Komentar
1 Ekosistem mangrove dan terumbu 0.20 3 0.8 Perlu pengembangan secara
karang yang berpotensi untuk di berkelanjutan
jadikan sebagai objek wisata
2 Akses mudah di jangkau 0.15 3 0.4 Perlunya adanya perbaikan
infrastruktur jalan dan
Sarana angkutan perlu
ditambahkan
3 Kawasan wisata mangrove 0.15 3 0.4 Promosi wisata perlu di
berdekatan dengan objek wisata tingkatkan
pantai Fukuweu
4 Lokasi kawasan hutan mangrove 0.10 3 0.3 Perlu adanya sosialisasi
berstatus sebagai kawasan hutan kepada warga masyarakat
lindung
5 Keamanan lokasi dari kriminalitas 0.15 3 0.45 Perlu ditingkat keamana di
sekitar kawasan mangrove

196
Kelemahan (Weakness)

1 Belum adanya sarana penunjang 0.20 1 0.2 Perlu adanya


ketersediaan
infrastruktur
pendukung

2 Masyarakat menggunakan kayu 0.25 2 0.4 Perlu di tingkatkan


mangrove sebagai kayu bakar, pengawasan oleh
kontruksi rumah, dll. aparat keamanan dan
masyarakat setempat
3 Masih rendahnya kesaran dan peran 0.10 2 0.2 Perlu tingkatkan
serta masyrakat sosialisasi kepada
masyarakat setempat
4 Penebangan pohon mangrove secara 0.11 2 0.2 Perlu adanya kegiatan
liar oleh masyarakat setempat. sosialisasi kepada
masyarakat terkait
dengan fungsi dan
manfaat hutan
mangrove
5 Peraturan perundangan-undangan 0.15 2 0.3 Sosialisasikan
yang sudah ada belum dijalankan peraturan perundang-
dengan baik. undangan kepada
masyarakat setempat
dan perlu adanya kerja
sama antara pemerintah
dan pihak keamanan
setempat
6 Kurangnya informasi/promosi 0.14 2 0.28 Perlu adanya promosi
tentang adanya wisata mangrove baik dilakukan melalui
media on line, media
cetak dan lain
sebagainya
7 Adanya pembukaan lahann untuk 0.10 2 0.2 Memanfaatkan area
kegiatan pertambakan di sekitar hutan pertambakan sebagai
mangrove Desa Mangega salah satu objek wisata
dengan menerapkan
system silvofishery

8 Belum adanya pengelolaan kawasan 0.15 2 0.3 Pengelolaan kawasan


wisata mangrove wisata mangrove
dengan melibatkan
semua lapisan
masyarakat

9 Masyarakat tidak dilibatkan dalam 0.10 2 0.2 Perlu melibatkan


menyusun masterpland masyarakat dalam
membuat suatu
kebijakan

Sumber: Hasil survey & Analisis, 2015

197
mangrove sebagai kawasan konservasi seluas
50 Ha dimana status kawasan hutan
Tabel 2. Analisis Faktor-Faktor Ekternal (EFAS)
N Faktor - faktor strategi Eksternal
o
Peluang ( Opportunities )
Bobot Nilai Skor Komentar
1 Lokasi tempat wisata yang strategis 0.20 4 0.8 Tempat wisata
berdekatan dengan
pusat kota Sanana

2 Tersedianya sumberdaya manusia 0.17 3 0.5 Perlu adanya


yang berpotensi menjadi tenaga kegiatan pelatihan
kerja ketrampilan
masyarakat

3 Peran lembaga masyarakat masih 0.15 3 0.45 Optimalkan peran


berkurang lembaga masyarakat
setempat

Ancaman (Thereats)

1 Kurangnya pemahaman masyarakat 0.15 2 0.3 Perlu di tingkatkan


terkait dengan fungsi dan manfaat kegiatan sosialisasi
ekosistem mangrove kepada masyarakat

2 Belum adanya sosialisasi PERDA 0.11 2 0.22 Diharapkan dengan


No.1 Tahun 2014 tentang adanya PERDA ini
pengelolaan hutan mangrove keberadaan
ekosistem mangrove
semakin terjaga

3 Jumlah penduduk semakin 0.20 2 0.4 Kawasan hutan


meningkat mangrove perlu di
lindungi

4 Konflik kepentingan lahan 0.10 2 0.20 Melibatkan semua


elemen masyarakat
dalam pengambilan
kebijakan &
keputusan
5 Tingkat pendidikan masyarakat 0.15 2 0.3 Perlunya adanya
masih rendah pemerataan
pendidikan

Sumber: Hasil survey dan analisis, 2015


Mangrove dapat diperjelas sehingga
Langkah-langkah strategis Pengembangan
memperbaiki sumberdaya dan menunjang
Kawasan Wisata Mangrove
pariwisata secara berkelanjutan. Kedua
Beberapa alternative strategi di atas
untuk Desa Bajo yaitu: meningkatkan upaya
diperoleh beberapa prioritas utama dalam
rehabilitasi pada ekosistem mangrove yang
mengembangkan kawasan wisata mangrove
telah rusak seluas 15 Ha dimana dapat
dalam skala perencanaan wilayah Desa
dilakukan dengan melibatkan peran serta
Mangega dan Desa Bajo adalah sebagai
masyarakat setempat guna memperhatikan
berikut: pertama, menetapkan kawasan hutan
daya dukung kawasan.

198
Strategi pengelolaan wisata mangrove
untuk Desa Mangega dan Desa Bajo dapat di
Langkah-langkah perioritas utama lakukan melalui Langkah-langkah perioritas
dalam mengembangkan pembangan kawasan utama dalam mengembangkan pembangunan
wisata mangrove untuk Desa Mangega yaitu: kawasan wisata mangrove untuk Desa
pertama meningkatkan kegiatan peremajaan Mangega yaitu: pertama meningkatkan
dikawasan hutan mangrove seluas 4 Km2 peremajaan dikawasan hutan mangrove
dengan sentuhan dari pemerintah setempat seluas 4 Km2. Kedua untuk Desa Bajo yaitu:
dan untuk mengaplikasikannya dilakukan menanam kembali hutan mangrove yang
kerja sama antara pemerintah dan masyarakat telah rusak seluas 4 Ha
sekitar guna sama –sama saling menjaga dan
melestarikan lingkungan yang ada. SARAN
Kedua untuk Desa Bajo yaitu: menanam Diharapkan pemerintah setempat
kembali hutan mangrove yang telah rusak secepatnya mengambil tindakan agar dapat
seluas 4 Ha dengan melibatkan masyarakat menanggulangi terjadinya masalah kerusakan
sekitar dengan meningkatkan kesadaran habitat mangrove dan pentingnya sosialisasi
masyarakat dan pengunjung guna sama-sama langsung kepada masyarakat bahwa
merehabilitasi ekosistem mangrove yang pentingnya melestarikan ekosistem
telah rusak. Membangun komitmen dan mangrove.
kesadaran semua pihak dalam pengendalian
pencemaran lingkungan. Pencemaran DAFTAR PUSTAKA
lingkungan akan terus terjadi bila tidak ada Anonim, 1990, Keppres No. 32 Tahun 1990 Tentang
komitmen dan kesadaran. Komitmen dapat Pengelolaan Kawasan Lindung.
berupa peraturan tertulis dan kesadaran dapat Anonim, 2012, Undang-Undang Republik Indonesia
ditingkatkan dengan pendidikan lingkungan. No.73 Tahun 2012 Tentang Strategi
Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
Anonim, 2012. http:// bappeda. Serdang
KESIMPULAN bedagaikab.go.id/document/2012-12-26 1-33-
Hutan mangrove di Pulau Sulabesi 422.pdf. douwnload. Tanggal 22-08-2015.
tersebar merata di Kecamatan Sanana Utara jam 09;14.
Anonim, 2015.
dengan luas 95 Ha. Penyebab utama http://dominique122.blogspot.com/2015/05/pen
terjadinya kerusakan hutan mangrove adalah yebab-rusaknya- ekosistem-mangrove.html.
perkembangan kota Sanana yang lebih Tanggal download: 2 september 2015. Jam
condong kearah utara, yang merupakan pusat 10:44.
Anonim, 2015, Pengertian dan Konsep Dasar Ekowisata,
perkantoran di Kabupaten Kepulauan Sula. URL: http://www.scribd.com//Konsep-
Perkembangan kota inilah yang membuat Ekowisata, 3 Oktober 2015
hutan mangrove mendapat tekanan yang Alfira, R.. 2014. Identifikasi Potensi dan Strategi
tinggi akibat dari perkembangan Pengembangan Ekowisata Mangrove Pada
Kawasan Suaka Margasatwa Mampie di
infrastruktur, permukiman, pertanian, Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali
perikanan dan industry. Kemudian penyebab Mandar. Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan
kerusakan lainnya adalah penebangan pohon Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin.
mangrove secara liar oleh masyarakat Makasar.
BAPEDA Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi
setempat, Tingginya tingkat pencemaran Maluku Utara, 2011. Laporan Antara
yang berasal dari buangan limbah industi, Rencana Tata Ruang Wilayah. 2011-2031.
reklamasi hutan mangrove menjadi BPS. 2014. Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi Maluku
permukiman dan pertambakan, dan Utara.
Bengen, D.G. 2000. Pedoman Teknis Pengenalan dan
terjadinya konflik kepentingan yang Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat
mengatas namakan suku. Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut
Strategi pengelolaan wisata mangrove Pertanian Bogor. Bogor.
untuk Desa Mangega dan Desa Bajo dapat di Damanik R, Djamaludin R.2012. Atlas Mangrove Teluk
Tomini.Gorontalo. Program SUSCLAM
lakukan melalui Langkah-langkah perioritas Edi, M., Okik, H., Nur, F. Konservasi Hutan Mangrove
utama dalam perencanaan wilaya. Untuk Sebagai Ekowisata. Jurnal Ilmia Teknik
Desa Mangega yaitu: pertama menetapkan Lingkungan Vol 1.
kawasan hutan mangrove sebagai kawasan Fandeli, C. 2004. Pidato Pengukuhan Guru Besar “Peran
dan Kedudukan Konservasi Hutan
hutan konservasi seluas 50 Ha. Kedua untuk dalam Pengembangan Ekowisata.Fakultas
Desa Bajo yaitu: meningkatkan upaya Kehutanan. Universitas Gadja Mada.
rehabilitasi pada ekosistem mangrove yang Harahab, N.2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan
telah rusak seluas 15 Ha Mangrove dan Aplikasinya dalam Perencanaan
Wilayah Pesisir. Yogyakart. Graha Ilmu. Edisi
1.

199
Hardianty., 2013. Pengelolaan Ekosistem Mangrove
untuk Pengembangan Kawasan Ekowisata di
Pantai Boe Kecamatan Galesong, Takalar.
Tugas Akhir Mahasiswa Ilmu kelautan
Universitas Hasanuddin. Makassar.
K. Kordi.,H, Ghufran .2012. Ekosistem Mangrove,
Potensi Fungsi dan Pengelolaan. Jakarta.
Rineka Cipta. Edisi 1.
Laporan. 2012 Kegiatan Survey dan Sosialisasi Rencana
Kawasan Ekowisata Desa Mangega dan
Desa Bajo Kecamatan Sanana Utara. Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Kepulauan Sula.
Muri, M. 2008. Kajian Sumberdaya Ekosistem
Mangrove untuk Pengelolaan Ekowisat di
Estuari Perancak, Jembrana, Bali. Tugas akhir
Mahasiswa Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor.
Nur, F., Machmud. 2010. Konservasi Hutan Mangrove
sebagai Ekowisata. Tugas akhir mahasiwa
Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas
Pembangunan Nasional” Veteran”. Jawa
Timur. Surabaya.
Nugroho, I., 2011. Ekowisata dan Pembangunan
Berkelanjutan. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar. Edisi I.
Profil Destinasi Wisata Kabupaten Kepulauan Sula.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Kepulauan Sula
Rangkuti, F. 2014. SWOT BALANCE SCORECARD.
Jakarta. Kompas Gramedia. Edisi 6.
Saparinto, C. 2007. Pendayagunaan Ekosistem
Mangrove. Semarang. Dahara Prize. Edisi 1.
Siagian, M, Basyuni M, dan Leidonald R, 2014.
Kajian Strategi Pengembangan Ekowisata
Mangrove di Pesisir Sei Nagalawan Kecamatan
Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Suwantoro, G,.1997. Dasar-Dasar Pariwisata.
Yogyakarta. Penerbit Andi. Edisi II.
Temmy, F., 2008. Pengembangan Kawasan Hutan
Wisata Penggaron Kabupaten Semarang
sebagai Kawasan Ekowisata. Tugas akhir
mahasiswa Fakultas Teknik Perencanaan
Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro
Semarang.
Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut.
Surabaya. Brilian Internasional. Edisi 1.
Tri, W., 2007. Konservasi Hutan Mangrove Sebagai
Wisata Pendidikan. Tugas Akhir
Mahasiswa Teknik Lingkungan
Universitas Pembangunan Nasional”
Veteran”. Jawa Timur. Surabaya.
Umasugi, S dan Suning,. 2013. Studi Pengembangan
Potensi Objek Wisata Anyar Mangrove
(WAM) di Kelurahan Gunung Anyar Tambak
Surabaya. Jurnal Teknik Volume 11 Nomor
01 – Januari 2013 – ISSN : 1412 – 1867.
Wijayanti, T., 2007. Konservasi Hutan Mangrove
Sebagai Wisata Pendidikan, Tugas Akhir
Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas
Pembangunan Nasional” Veteran”. Jawa
Timur. Surabaya.

200

Anda mungkin juga menyukai