Anda di halaman 1dari 19

Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel

Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Seiring perkembangan teknologi dalam perindustrian di tanah air, setiap
individu yang ingin terjun langsung dalam ranah industri dituntut wajib mampu
memiliki kompetensi yang baik agar tidak kalah bersaing dengan tenaga kerja lain
baik lokal maupun asing. Salah satu kompetensi diluar skill yang wajib dimiliki
setiap calon tenaga kerja adalah pengetahuan dalam bidang kesehatan dalam
lingkup kerja.
Slamet (2012) menyatakan bahwa keselamatan kerja merupakan faktor
penting yang bertujuan menjauhkan atau menghindarkan setiap pekerja pada saat
sedang bekerja. Menurut Purnama (2010) secara filosofi, keselamatan kerja
diartikan sebagai bentuk usaha untuk menyelamatkan diri baik secara lahir
maupun batin tenaga kerja khususnya manusia dan hasil karyanya. Secara
keilmuan diartikan sebagai penerapan pencegahan terjadinya kecelakaan akibat
kerja, dari beberapa definisi keselamatan kerja diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa tujuan dari keselamata kerja adalah untuk menghindari resiko atau bahaya
pada saat proses kerja berlangsung, dengan kata lain bahwa keselamatan kerja
adalah faktor dan pengetahuan dasar yang harus dimiliki dan dilakukan pada saat
bekerja.
Diluar dari faktor keselamatan kerja, faktor atau bentuk gelaja lain yang
masih sering di anggap remeh oleh pekerja dalam pembahasan ini adalah
ditunjukan untuk pekerja pengelasan adalah kesehatan. Menurut peneliti, seorang
manusia yang bekerja tidak hanya harus terbebas dari penyakit, akan tetapi
cakupan dar arti sehat tersebut antara lain sehat secara fisik, mental, rohani,
maupun sehat secara sosial.
Dengan kata lain pengertian sehat secara utuh akan menghasilkan
kesejahteraan secara lahir dan batin. Menurut Mathis & Jackson (dalam Putri,

9
Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit
2016) kesehatan kerja adalah sebuah kondisi dimana pelaku kerja khususnya
dibidang konstruksi dapat terhindar dari berbagai penyakit baik secara fisik dan

10
Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin
11
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit

gangguan secara psikologis (emosional) yang disebabkan oleh pekerjaan,


kesehatan kerja merujuk pada kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi
pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pekerja yang unggul baik secara
pengetahuan, mental, fisik, rohani dan jasmani akan mempermudah jalanya proses
produksi disebuah perusahaan. Individu yang memiliki ke unggulan dalam
pekerjaan tentunya harus diimbangi dengan kesehatan yang baik, dalam arti
kesehatan mental fisik maupun rohani. Dari definisi tersebut kesimpulan yang
bisa diambil bahwa kualitas hidup sangat dipengaruhi dengan kesehatan yang
baik, dan itu juga berlaku di lingkungan pekerjaan.
Peran K3 sebagai alat pendukung bagi pekerja, industri, lingkungan, dan
seluruh manusia disekitar dari bahaya yang ditimbulkan akibat kerja. Setiap
perusahaan harus mampu memberikan perlindungan yang layak bagi pekerja
karena merupakan bagian dari hak asasi yang harus dipenuhi. Tujuan utama dari
terciptanya tatana K3 yang baik yaitu untuk menghindarkan, meminimalisir,
bahkan mencapai ketiadaan kecelakaan kerja. K3 adalah tameng yang menjadi
pelindung dari datangnya segala macam bahaya dan resiko yang terjadi akibat
kerja, kemudian apabila hal tersebut sudah tercapai dengan baik akan berdampak
pada timbulnya tingkat rasa aman dan nyaman yang secara tidak langsung juga
mempengaruhi peningkatan mental pekerja itu sendiri.
Dari beberapa pendapat dan kesimpulan diatas memberikan jawaban
bahwa K3 merupakan sebuah usaha dalam mencegah, mengatasi lahirnya
kecelakaan atau malapetaka yang diakibatkan oleh kelalaian manusia. Tujuannya
tidak lain adalah untuk mejauhkan setiap pekerja dari hal buruk yang busa datang
kapan saja ketika pekerjaan sedang berlagsung. Dan hal ini juga sangat rawan
terjadi dipekerjaan bidang pengelasan yang bersentuhan langsung dengan panas
dan debu yang dihasilkan oleh terak-terak hasil pengelasan.

2.1.2 Prinsip dan Unsur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Keberlangsungan proses pekerjaan sangat dianjurkan adanya kondisi aman
dan sehat, maka dari itu diperlukan adanya unsur-unsur dan prinsip-prinsip K3.
Menurut Sutrisno & Ruswandi (2007) unsur-unsur K3 adalah:

Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin


12
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit

1. Disediakannya alat pencegahan anggota tubuh (APD)


2. Disediakannya modul atau poster berisi arahan penggunaan alat keamanan
3. Disediakannya penjadwalan pembagian tanggung jawab dan tugas
4. Disediaknnya tempat kerja dengan standar yang harus terhindar dari debu,
asap, kotoran. Uap gas dna asap rokok.
5. Disediakannya pendukung kesehatan rohani dan jasmani pada tempat
kerja.
6. Disediakannya fasilitas berkaitan dengan sarana dan prasarana yang
lengkap
7. Disediakannya kesadaran dalam menjaga K3
Dari pendapat dan uraian beberapa butir penguat, dapat ditarik kesimpulan
bahwa keselamatan kerja meliputi beberapa keilmuan antara satu dengan yang
lain harus dimiliki pedoman ilmu K3, keadaan sarana prasarana dan adanya
tindakan nyata yang mendorong untuk menjaga diri dari bahaya negatif
diakibatkan pekerjaan.

2.1.3 Tujuan dan Syarat Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)


Tujuan dari berlangsungnya sstem kesehatan kerja mempunyai tujuan agar
menghindarkan pelaku kerja dari kecelakaan yang disebabkan pekerjaan. Menurut
Soedarmayanti (2011) ada 3 (tiga) tujuan dari K3, diantarannya:
1. Menjadi alat pendukung dalam tercapainnya derajat kesehatan tenaga kerja
yang setinggi-tingginya kepada semua pelaku kerja
2. Menjadi alat pencegahan dan menghilangkan penyakit dan efek negatif
yang timbul akibat pekerjaan.
3. Menjadi alat pelindung kepada pekerja agar dijauhkan dari setiap bahaya
pengotoran oleh bahan dari proses industrialisasi.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, menuju pada kesimpulan
berlangsungnya keselamatan kerja (K3) pada praktik disekolah adalah untuk
memberikan rasa aman, nyaman yang menjadi jaminan dalam kelangsungan
proses praktik serta kesehatan kerja peserta didik akibat bahaya yang muncul dari
terjadinya kecelakaan dan efek negatif yang di akibatkan selama praktik kerja

Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin


13
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit

berlangsung. Kemudian yang mejadi catatan lain adalah bagaimana siswa dalam
menggunakan, menjaga, merawat dan memeliha hasil produksi secara baik.
Menurut Peraturan Perundang-undangan No. 1 tahun 1970 pasal 3 syarat-
syarat keselamatan kerja terdiri dari:
1. Menghindarkan dan menurunkan tingkat kecelakaan
2. Menghindarkan, menurunkan dan memadamkan unsur api
3. Menghindarkan dan menurunkan bahaya percikan ledakan
4. Menambahkan fasilitas jalan untuk kemudahan evakuasi
5. Melakukan pertolongan pertama terjadinya kecelakaan
6. Membagikan peralatan pelindung kepada setiap pekerja
7. Menjauhkan dan memberikan penegendalian agar tidak meluasnya suhu,
gas dan faktor-faktor lain yang dapat menggaggu biologis tubuh manusia
8. Menjauhkan dan memberikan pengendalikan timbulnya penyakit yang
ditimbulkan pekerjaan baik secara fisik ataupun psikologi.
9. Mendapatkan penerangan yang baik
10. Menjaga tigkatan temepratur ruangan dan kelembaban udara
11. Menjaga kesegaran udara
12. Menjaga kondusifitas, kesehatan, dan kebersihan
13. Menberi rasa aman dan memperlancar pengangkatan kerja orang, binatang,
tanaman atau barang.
Dari paparan ahli mengenai butir-butir syarat yang ada di diatas dapat
disimpulkan bahwa pencegahan yang dapat dilakukan pada saat pembelajaran
praktik adalah dengan menerapkan K3 yang sesuai dan menghilangkan segala
bentuk efek negatif akibat kerja sehingga menghadirkan suasana kerja yang aman
dan kondusif bagi siswa serta dapat tercapai kecelakaan kerja nol (zero accident).

2.1.4 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Menurut peneliti penerapan merupakan bentuk kepedulian untuk mencapai
tujuan tertentu dengan berlandaskan keilmuan atau pembekalan teori dengan
maksud terjadi keseimbangan antara teori dan tidankan nyata. Menurut Cahyonim
(dalam J.S Badudu & Zain 2010) penerapan merupakan cara atau hasil dengan

Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin


14
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit

artian penerapan merupakan tindakan menggunakan cara tertentu sesuai dengan


yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang diingikan
Untuk memperkuat tujuan dari penerapan keselamatan kerja akan
dirumuskan dari beberapa butir poin yang didapatkan dari informasi berkaitan
dengan penerapan dalam bidang kesehatan kerja. Adapun bunyi butir tersebut
diantaranynya adalah seperti dibawah ini.
Tujuan utama penerapan K3 menurut Undang-undang No. 1 tahun 1970
(dalam Tim K3 UNY, 2014:12) berkaitan dengan pembahasan keselamatan:
1. Menjauhkan diri dan memberi jaminan keselamatan setiap tenaga kerja
dan siapapun yang berada didalam lingkungan kerja.
2. Memberi jaminan setiap hasil produksi dapat digunakan dengan aman.
3. Memberi dampak positif bagi kesejahteraan dan peningkatan produktivitas
nasional.
Dari pendapat yang dijadikan rujukan dalam memperkuat peranan
penerapan dalam bidang K3 tersebut memberikan sebuah kesimpulan bahwa
penerapan adalah perilaku nyata oleh suatu seseorang atau golongan untuk
melaksanakan suatu teori yang bertujuan untuk mencapai suatu yang diinginkan.
Penerapan merupakan upaya pencegahan yang didasari oleh sebuah teori
kemudian dituangkan pada bentuk tindakan nyata sehingga setiap harapan untuk
menghindarkan dari kemungkinan buruk dapat terwujud.

2.2 Pengetahuan K3
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan sebuah kesatuan infromasi dimana setiap
manusai akan memilikinya dengan tingkatan berbeda-beda, pengetahuan
datangnya juga dioengaruhi oleh faktor budaya dan lingkungan yang akan
membentuk mental, karakter dan kepribadian seseorang atau kelompok.
Dalam setiap mata pelajaran baik teori maupun produktif tentunya harus
didukung dengan adanya buku, model pembelajaran, fasilitas yang baik serta
peran aktif guru dalam membina peserta didik. Hal tersebut memiliki tujuan yang
tidak lain untuk memaksimalkan pengetahuan siswa agar setiap mata pelajaran

Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin


15
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit

yang di ikuti memberikan serapan ilmu yang tepat. Mata pelajaran produktif
dalam hal ini yang ditunjukan dengan praktikum pengelasan tentunya tidak hanya
pengetahuan teori saja yang harus baik namun hardskill atau penerapan keahlian
pegelasan juga harus baik.
Pada penelitian ini pengetahuan tentang penerapan K3 dalam praktik
ditinjau dari ranah Pengetahuan. Dalam artian sebuah reaksi dapat masuk dengan
mudah apabila terjadi sebuah interaksi yang berasal dari luar. Setiap individu
tentunya akan merasakan respon yang berbeda-beda, pengaruhi banyaknya faktor
yang salah satunya yaitu minat yang tumbuh dari setiap pribadi masing-masing.
Hal ini bertujuan agar saat siswa melaksanakan praktik kerja dibengkel, siswa
paham mengenai penerapan K3 yang sesuai hal tersebut dengan tujuan agar saat
melaksanakan praktik siswa berada pada kondisi safety (aman), terhindar dari
bahaya kerja dan penyakit kerja serta aspek lain yang mengangkat kinerja.
2.2.2 Aspek-Aspek Pengetahuan
Menurut Sobur (2003), aspek-aspek tentang penelitian dibagi menjadi 3,
yaitu sebagai berikut
1. Pengetahuan (knowledge)
2. Penelitian (research)
3. Sistematis (systematic)
Sedangkan menurut Bloom, (dalam Indahyani, 2015) aspek pengetahuan
adalah sebagai berikut
1. Mengetahui (know)
Tahu diartikan sebagai cara untuk mengenali materi baik baru maupun
lama. Mengingat kembali (re-call) terhadap rangsangan yang diperoleh
2. Memahami (comprehension)
Memahami memiliki arti sebagai kesanggupan untuk memeperagakan
secara benar tentang objek yang pahami dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara baik
3. Aplikasi (application)
Kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari sesuai dengan
kenyataannya.

Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin


16
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bawa pengetahuan mengenai


Keselamatan dan kesehatan kerja bermula dari informasi dan tahu tentang materi
K3 yang sudah dipelajari sebelumnya yang kemudian dapat mengaplikasikan
pengetahuan tentang penerapan K3 tersebut kedalam pembelajaran saat praktik.

2.3 Program K3
Program yang berkaitan dan berhubungan erat dengan manajemen
keselamatan kerja menurut peneliti antara lain : (1) tersediaanya alata pendukung
keselamatan kerja, (2) pelayanan berkaitan dengan kesehatan kerja, (3) upaya
untuk menumbuhkan kesadaran bahwa keselamatan pada saat berkerja sangatlah
penting. Dengan kata lain bahwa program K3 sebagai kunci penerapan hukum
kesehatan kerja bagi pekerja. Program K3 sangat berguna mendukung penerapan
K3 karena memuat rencana-rencana yang akan dijalankan untuk mendukung
terciptanya K3
Menurut ISO 45001, program K3 dapat dikelompokan berdasarkan siklus
Plan-Do-Check and Act (PDCA)
1. Plan, memastikan tujuan K3 dan setiap tahapan yang dibutuhkan.
2. Do, mempraktikan tahapan yang sudah direncanakan
3. Check, mengamatai dan mengukur setiap kegiatan sesuai dengan prinsip
K3 serta memberikan laporan/
4. Act, memberikan tindakan untuk secara konsisten untuk meningkatkan
performa K3 dalam mencapai tujuannya
Program K3 dapat diartikan sebagai rencana terciptanya kondisi K3 yang
sesuai standar dimulai dari pengadaan alat pelindung diri, sosialisasi K3 sebagai
rangsangan penerapan K3 secara benar dan promosi umum tentang K3 yang
memuat pentingnya penerapan K3. Di SMK Bina Bangsa Dampit program K3
tidak dimasukkan dalam program sekolah tersendiri namun menyatu dalam
pembelajaran. Dalam setiap mata pelajaran produktif, program K3 selalu
diberikan setiap awal semester. Guru menjelaskan tentang pentingnya penerapan
K3 pada saat melaksakan praktik, ini sebagai wujud sosialisasai tentang

Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin


17
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit

pentingnya penerapan K3. Dibawah ini merupakan contoh KI & KD tentang


program K3 yang ada di mata pelajaran kejuruan.
Tabel. 2.1 KI & KD program K3 pada mata pelajaran kejuruan

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


1. Memahami, mempraktikan, 3.1 Menggunakan prosedur keselamatan
menganalisa dan memberikan kerja dan kesehatan kerja
evaluasi berkaitan dengan lingkungan hidup dalam
pengetahuan faktual, konseptual, pelaksanaan pekerjaan pengelasan.
operasional dasar, dan lingkup 4.1 Menggunakan keselamatan dan
kerja praktikum pengelasan pada kesehatan kerja lingkungan hidup
tingkat teknis, spesifik, detail dan dalam pelaksanaan pekerjaan
kompeks. pengelasan.

Mekanisme program pengadaaan sarana prasarana K3 di SMK Bina


Bangsa Dampit dimulai dari usulan pengadaan oleh usulan tenaga pendidik
kepada kepala jurusan masing-masing lalu kepala jurusan menindaklanjuti
kepada waka kurikulum. Selanjutnya pengadaan dilakukan menggunakan dana
BOS. Pengadaan sarana prasarana K3 ini dilakukan setiap semester.

2.3.1 Sarana dan Prasarana K3


Menurut peneliti, sarana dan prasarana tidak hanya berkaitan hanya
sebatas pada alat pelindung diri pada saat bekerja saja akan tetapi memiliki
cakupan yang luas diantaranya kondisi bangunan kemudian keadaan tempat
sekitar kerja. Tentunya jika setiap pendukung jalannya proses pekerjaan
tersebut dapat dikondisikan dengan baik tentunya akan berdampak pada
meningkatnya rasa aman sekaligus nyaman bagi pekerja, menjauhkan dari rasa
gelisahyang timbul akibat rasa cemas. Otomatis diharapkan juga akan
berdampak baik atau positif terhadap kinerja sekaligus hasil akhir pekerjaan
seorang pelaku kerja (siswa). Disisi lain ada beberapa tindakan negatif yang

Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin


18
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit

akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja, menurut pendapat


peneliti beberapa poin tersebut meliputi:
1. Tetap memaksa menggunakan perlatan yang tidak layak pakai.
2. Mengabaikan penggunaan alat pelindung diri yang sudah diwajibkan.
3. Meremehkan prosedur keselamatan kerja yang sudah disepakati
bersama
4. Kondisi lingkungan sekitar tempat kerja yang tidak ramah terhadap
kesehatan baik secara fisik maupun mental.
Dari pendapat diatas, peran sarana dan prasarana K3 di bengkel sangat
penting untuk menunjang penerapan K3 pada saat praktik, hal tersebut bertujuan
agar tercapainya tujuan K3 dan memudahkan siswa dalam melaksanakan praktik.
Pada variable penelitian ini yang dimaksud peran sarana prasarana yaitu
kelengkapan peralatan K3 yang mendukung dan digunakan oleh siswa saat praktik
yang meliputi body protector dan peralatan yang bisa mencegah accident yang
ditimbulkan pada saat praktik kerja.

2.3.2 Alat Pelindung Diri (APD)


Sarana pelindung diri (APD) memiliki kegunaan memberikan rasa aman
terhadap manusia pada saat sedang bekerja dengan fungsi menjaga tubuh dari luka
luar maupun dalam yang muncul pada saat pekerjaan berlangsung. Tingkat
keamanan lingkungan kerja, peralatan yang kondisinya baik kemudian terawat
dan memadai sangat diperlukan oleh seorang pekerja hal ini bertujuan menjamin
pekerja dapat melaksanakan pekerjaan secara aman dan nyaman sehingga
terhindar dari bahaya ataupun bencana yang tidak diinginkan.
Menurut Tarwaka, (dalam Ramadhan, 2016) syarat-syarat alat pelindung
diri (APD) agar dapat dipakai secara efektif adalah sebagai berikut:
1. Sarana pelindung diri sebagai peindung yang efektif
2. Sarana pelindung diri harus nyaman ketika digunakan
3. Bentuk yang menarik agar pekerja bersemangat dalam menggunakan
4. Tidak menciptakan gangguan pada pengguna
5. Flexibel dalam penggunaan baik saat dilepas atau digunakan

Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin


19
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit

6. Tidak mengurangi presepsi sensori dalam menerima tanda-tanda


peringatan
7. Suku cadang dapat dengan mudah dijumpai dipasaran
8. Penyimpanan dan peeliharaan sangat mudah
9. Setiap sarana pelindung diri harus memiliki stdandar sesuai ketetapan
Butir-butir pemaparan diatas menuju pada kesimpulan bahwa alat
pelindung diri (APD) merupakan alat yang berguna melindungi atau
menghindarkan dari keselakaan, APD yang digunakan harus disesuaikan dengan
jenis pekerjaan yang dilakukan.
2.4 Capaian Hasil Belajar Siswa (Nilai)
Setiap mata pelajaran tentunya memiliki nilai atau hasil capaian belajar untuk
menjadi acuan perubahan peserta didik pada saat mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Dalam penelitian ini nilai di anggap sangat peting untuk diangkat dalam
variabel penelitian yang bertujuan untuk mengetahui peran nilai dalam berperilaku
terutama pada saat penerapan K3. Menurut peneliti dalam hal ini capaian nilai
atau hasil belajar yang baik belum tentu berpengaruh baik terhadap penerapan K3
yang baik, sebaliknya capaian nilai yang masih jauh dari harapan atau standar
kelulusan dalam setiap mata pelajaran juga belum tentu berpengaruh buruk
terhadap penrapan K3. Tetapi jika nilai hasil capaian belajar sudah baik menurut
peneliti juga akan diikuti karakter yang baik pula dalam penerapan K3 yang
cenderung bersentuhan dengan sikap. Namun hal tersebut hanya menjadi asumsi
atau jawaban yang masih belum diketahui kebenarannya, maka dari itu peneliti
berinisiatif untuk memasukan nilai praktik dalam varaibel peneilitan ini.
2.5 Ergonomi
Secara keilmuan dan tata bahasa makna ergonomi berasal dari gabungan
kata bahasa Yunani dimana pertama kali pendapat ini disampaikan oleh Wojciech
Jastrzebowski ilmuan Polandia pada pertengahan abad 19, dilandaskan pada kata
Ergos yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi tidak lain
adalah bentuk interaksi anatara manusia dengan objek atau benda yang ada atau
digunakan dalam lingkup temapt kerja.

Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin


20
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit

Dalam perihal ergonomi peneliti memiliki bebrapa pendapat yang bisa


dijadikan pedoman dalam pelaksanaan penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Posisi tubuh yang mencakup kaki, tangan dan kepala sebagai tiga alat gerak
utama manusia harus disesuaikan dengan keberadaan peralatan kerja ditempat
bekerja dalam arti ketika sedang memegang peralatan seperti mesin sikap
tubuh juga harus senantiasa diperhatikan hal tersebut karena sebuah mesin
terkadang memiliki gerak bermacam-macam variasi.
2. Dalam setiap menentukan sarana pendukung pekerjaan seperti contoh tempat
duduk, manajemen pekerjaan yang dilaksanakan yaitu harus memilih ukuran
peralatan kerja yang ukuran paling besar atau bobot paling berat hal tersebut
dimaksudkan untuk mengantisipasi bahaya apabila terjadi human error pada
saat pekerjaan berlangsung.
3. Meminimalisir resiko bahaya kecelakaan tangan, semisal pada saat pekerjaan
pengelasan posisi tangan harus dalam posisiminimal 5 cm dari elektroda aktif.
4. Mengutamakan prinsip kemanusiaan dalam bekerja yang berarti, seorang
pekerja maksimal bekerja dalam waktu 8-10 jam hal tersebut bertujuan untuk
memelihari mental psikologi seorang manusia agar tidak jenuh dalam
lingkungan kerja.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ergonomi adalah ilmu yang
harus tersusun dengan baik dengan pemanfaatan infromasi berkaitan dengan sifat,
keahlian, keterbatasan dan pribadi manusia untuk menggambar peralatan sesuai
prosedur sehingga manusia dapat bekerja dengan aman dan juga harus tetap
memperhatikan keadaan lingkungan kerja tersebut untuk mendukung suasana
harmonis sehingga meningkatkan produktivitas kerja.

2.6 Kebersihan dan Kesehatan Kerja


Kebersihan area tempat kerja merupakan tanggung jawab bersama semua
pihak yang ada dalam area tempat kerja. Pekerja yang baik tidak hanya di ukur
dari bagaimana cara bekerjanya tetapi juga kemampuan dalam memperhatikan
lingkungan sekitarnya pada saat sedang bekerja. Tempat kerja yang kebershinya
terjaga akan memberikan rasa nyaman sehingga pekerja tidak mudah mencapai

Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin


21
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit

titik bosan atau jenuh pada saat sedang bekerja. Adapun langkah-langkah yang
dapat mewujudkan lingkungan kerja yang bersih dan nyaman antara lain :
1. Menjaga kebersihan
Kebersihan keadaan bengkel atau laboratorium adalah tanggung
jawab bersama dalam hal ini guru harus berperan aktif untuk mengatur
jadwal piket yang dilakukan oleh siswa. Kemudian guru harus
memberikan ketegasan kepada siswa apabila dalam proses pekerjaan
masih ditemui siswa yang tidak memiliki rasa peduli terhadap lingkungan
kerjanya. Hal tersebut dilakukan untuk membentuk mental disiplin siswa
agar ketika mereka memasuki dunia kerja telah memiliki ilmu kepedulian
terhadap ingkungan kerja.
2. Disiplin Kerja
Pekerja yang handal tentuya adalah pekerja yang dalam
melaksanakan kerja mampu mencapai target dan waktu sesuai permintaan.
Namun pekerja yang handal juga harus tetap bekerja dengan membiasakan
diri dengan keadaan bersih, tentunya hal ini akan berdampak positif
apabila kelak siswa memasuki dunia kerja maka mereka akan
mendapatkan penilain positif dari lingkungan mereka.
3. Memanfaatkan sumber daya dengan bijak :
Aspek kebersihan tidak hanya dinilai dari penglihatan mata terbuka
saja namun juga harus didasari rasa ikhlas dari dalam diri siswa. Setiap
aktivitas yang dilakukan di bengkel atau laboratorium tentunya harus
memliki izin terlebih dahulu baik ketika menyalakan mesin, menggunakan
peralatan, menggunakan perlengkapan keselamatan dan pengambilan
bahan kerja. Izin ini diperoleh oleh siswa dengan persetujuan dari Guru
maupun laboran. Dengan membiasakan budaya “permisi” tentunya akan
meningkatkan rasa empati dari dalam diri siswa dan hal ini juga
merupakan faktor penting mengenai kebersihan rohani siswa.
Dari pemaparan diatas, disimpulkan bahwa kebersihan tempat kerja
merupakan faktor pendukung yang tidak bisa diabaikan karena dapat
meningkatkan rasa nyaman namun juga aman. Kebersihan lingkunngan kerja

Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin


22
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit

tidak hanya dari sudut pandang mata normal biasa saja namun juga bersih secara
rohani yang berdampak pada rasa bahagia seorang pekerja. Keberadaan
lingkungan kerja yang tidak terawat tentunya menimbulkan rasa tidak nyaman
namun sebaliknya jika kondisi tempat kerja bersih kemudian sehat akan
memberikan rasa senang dan jauh dari bosan.

2.7 Pendidikan Menengah Kejuruan


Sekolah Menengah Kejuruan merupakan hierarki pengajaran sejajar
menengah yang dalam pelaksanaannya mengutamakan perkembangan basic skill
siswa berkaitan dengan praktik pekerjaan pada jurusan tertentu. Dalam penelitian
ini pendidikan menengah kejuruan berperan penting untuk mengembangkan
pengetahuan, hardskill siswa untuk dipersiapkan memasuki dunia kerja.
Sedangkan definisi lain mengenai Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang
ditunagkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
yang menerangkan perihal Strata Pendidikan Negara dengan bunyi sebagai berikut
“Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu”. Diperkuat lagi dengan adanya Permen
(Peraturan Pemerintah) No. 19 Tahun 2005 tentang acauan standar pendidikan
menjelaskan bahwa “Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada
jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan
siswa untuk jenis pekerjaan tertentu”.
Beberapa pendapat dan juga peraturan pendukung mengenai peran instansi
kependidikan SMK dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pendidikan
menengah kejuruan sebagai penyelenggara pendidikan yang memiliki tujan
menciptakan lulusan yang unggul baik dari segi ilmu maupun keterampilan guna
mempersiapkan diri untuk bersaing dalam raah pekerjaan.

2.8 Kompetensi Pengelasan Busur Manual (SMAW)


Secara umum pengelasan shielded metal arc welding (SMAW) atau sering
disebut pengelasan busur manual adalah proses penyambungan material. Tentunys
dalam proses tersebut tidak hanya hasil akhir saja yang dijadikan penilaian oleh

Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin


23
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit

guru tergadap siswa akan tetapi dari segi pengetahuan juga dinilai antara lain
pengetahuan tentang pengelasan dan juga keselamatan kerja yang menjadi bagian
tidak terpisahkan dari pengelasan. Sebagai landasan teori dalam ranah pengelasan
dalam hal ini AWS (American Welding Society) memiliki pendapat bahwa proses
peneglasan merupakan penyambungan antara benda metal dan benda non metal
untuk menghasilkan satu bagian yang menyatu dengan cara memanaskan material
yang dipersiapkan untuk disambung dengan kisaran suhu atau tekanan tertentu
dengan ataupun bersama logam pengisi (elektroda). Dari pendapat AWS tersebut
dapat disimpulkan bahwa pekerjaan pengelasan memiliki tingkat resiko tinggi
dalam pelaksaannya salah satu contohnya adalah harus digunakannya alat
pelindung diri yang tahan panas dan tidak mudah terbakar. Beberapa pencegahan
utuk menghindari kecelakaan dalam pelaksanaan pengelasan busur manual atau
shielded metal arc welding di antaranya adalah :
1. Memastikan keadaan alat pelindung terhindar dari air atau kelembaban
2. Bahan pembutan pelindung tangan harus terbuat dari kulit, kering dan
tanpa adanya cacat pada bagian jari
3. Diwajibkan menggunakan sepatu berbahan karet yang tertutup rapat
4. Mesin las SMAW listrik AC harus memiliki alat penurun tegangan
otomatis atau mesin las bususr listrik DC tegannya harus relatif rendah,
sekitar 60V.

2.9 Penelitian Yang Relevan


Adapun beberapa rujukan dari penelitian terdahulu pada proses penerjaan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Ariwinanti, (2017) dengan judul “Penerapan Personal
Protective Equipment (Alat Pelindung Diri) pada Labortorium
Pengelasan”
2. Penelitian Wahyunan, (2015) dengan judul “Optimalisasi Penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Laboratorium Jurusan Teknik
Mesin Universitas Negeri Malang“

Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin


24
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit

3. Penelitian Prasetyo, (2014) dengan judul “Persepsi Siswa Kelas X Jurusan


Teknik Mesin Tentang Kelengkapan K3 Bengkel Pengelasan Di SMKN 3
Yogyakarta”
4. Penelitian Hargiyanto, (2011) dengan judul “Analisis Kondisi dan
Pengendalian Bahaya di Bengkel/Laboratorium Sekolah Menengah
Kejuruan“.

2.10 Roadmap

Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin


25
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit

2.11 Kerangka Berfikir


Dalam pelasakaan praktik kerja, penerapan K3 sangat penting dilakukan
oleh siswa, hal tersebut bertujuan melindungi siswa dari kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dan juga meningkatkan produktivitas kerja siswa. Namun pada
kenyataannya penerapan K3 belum dilaksanakan secara baik oleh siswa dan
berimbas terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan paparan teori yang telah
dikemukakan sebelumnya Pengetahuan mengenai penerapan K3 dan Program
Sarana Prasana menjadi sasaran penelitian dikarenakan keduanya mempunyai
peranan penting dalam penerapan K3 oleh siswa pada saat melaksanakan praktik.
selanjutnya digambarkan kerangka konseptual yang merupakan alur pikir pada
penelitian ini, kerangka pemikiran tersebut akan digambarkan sebagai berikut .

Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin


26
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit

H1
Pengetahuan

Sarana H2
H4 Penerapan K3
Prasarana

Nilai Praktik
H3

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir


Dari gambar kerangka berfikir tersebut dijelaskan bahwa penerapan K3
terkait erat dengan pengetahuan, program sarana prasarana K3 dan nilai praktik
siswa. Pengetahuan siswa mengenai K3 yang dimaksud adalah pemahaman siswa
tentang K3, tujuan serta manfaat penerapan K3, memaparkan maksud penerapan
K3 dan penyulut kecelakaan kerja dibengkel serta pengetahuan siswa mengenai
penggunaan APD (alat pelindung diri) saat praktik. Sedangkan program K3 terkait
sarana dan prasarana meliputi bagaimana keadaan bengkel bangunan, bagaimana
kelengkapan APD (alat pelindung diri) saat praktik, sosialisasi K3 yang diadakan
diseolah maupun media promosi K3 yang ada disekolah. Sedangkan untuk nilai
praktik adalah sebagai tolak ukur apabila siswa memahami pengetahuan K3
dengan baik yang di ikuti dukungan sarana prasarana yang baik pula akan
memberikan sikap praktik yang baik sehingga dapat berpengaruh positif terhadap
kinerja siswa pada saat praktik.

2.11.1 Hipotesis Penelitian


H 1: Terdapat pengaruh pengetahuan terhadap penerapan K3 pada saat siswa
melaksanakan praktik

Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin


27
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Siswa Di Bengkel
Program Keahlian Pengelasan Shileded Metal Arc Welding (SMAW) SMK Bina
Bangsa Dampit

H 2: Terdapat pengaruh keberadaan sarana prasarana yang baik terhadap penerapan


K3 pada saat praktik
H 3: Terdapat pengaruh capaian nilai praktik yang baik dari penerapan K3
H 4 : Terdapat pengaruh pengetahuan K3, sarana prasarana, dan nilai praktik
terhadap penerapan K3.

Agan Herlambang, S1 Pendidikan Teknik Mesin

Anda mungkin juga menyukai