Anda di halaman 1dari 4

“Aku Generasi Unggul Kebanggan Bangsa Indonesia”

Cara Generasi Unggul Memanfaatkan Seni


Oleh : Nur Faqih Imam Khoiruddin

Perkenalkan nama saya Nur Faqih Imam Khoiruddin. Saya adalah anak dari orang tua
yang sangat menginspirasi saya. Ayah saya bekerja sebagai wiraswasta sebagai petugas parkir di
area Pasar Kecamatan Mranggen, setiap hari beliau bekerja membanting tulang untuk kebutuhan
hidup serta pendidikan di tengah teriknya panas matahari. Beliau mengajarkan kepada saya
bahwa inti dari sebuah keberhasilan adalah berani melawan tantangan kerasnya kehidupan pasar
yang kadang mendapat ‘omongan-omongan kurang sedap’, sementara itu, Ibu saya adalah
seorang PNS yang menjadi tenaga pengajar di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Saya belajar dari beliau bahwa inti dari bekerja di lingkungan pegawai negeri sipil haruslah
disiplin dalam berpakaian, berperilaku, dan bekerja.
Selain itu, Saya memiliki seorang kakak laki-laki dan dua adik perempuan. Kakak saya
sama seperti saya sebagai seorang mahasiswa pascasarjana di salah satu universitas negeri di
Yogyakarta, dia selalu mengajarkan bahwa belajar adalah salah satu jalan mencapai kemuliaan
dan menjadi ajang untuk meningkatkan talenta saya, apalagi saya adalah seorang pegiat seni.
Sementara itu, kedua adik saya perempuan adalah adik-adik yang kuat dan hebat. Adik yang
pertama sekarang bersekolah dan masuk di salah satu pesantren di sekitar kota kelahiran saya.
Adapun adik saya yang satu, adalah adik yang lucu. Masih banyak yang harus saya ajarkan
sebagai kakak kepadanya karena masih memiliki sifat anak-anak yang punya banyak sifat
keingintahuan.
Dulu sewaktu saya masih menginjak sekolah dasar (SD), saya termasuk orang yang tidak bisa
bergaul dengan banyak orang, karena itulah saya tidak memiliki banyak relasi. Pemalas juga
menjadi sifat dasar saya, setiap guru memberi tugas dikelaspun saya tidak pernah mengerjakan.
Hal ini menjadikan saya dijauhi oleh teman saya, guru SD saya pun juga ikut mengacuhkan.
Ketika masuk kelas 3 saya merubah pola pikir bahwa saya juga harus pintar, saya mengikuti
perlombaan pidato bahasa inggris walaupun akhirnya saya tidak mendapat juara, namun saya
tetap belajar. Ketika kelas 4, ekstrakulikuler Marching Band membuat saya tertarik dalam bidang
bermusik. Saya mengikuti pelajaran yang diberikan guru saya dan saya praktekkan juga di
rumah, hal ini membuat saya menjadi salah satu best player kala itu hingga lulus SD.
Saat masuk jenjang SMP, saya mulai mendalami bidang musik dengan cara mengikuti
kursus. Saya mendaftarkan diri di keluarga musik Yamaha di Semarang, tepatnya Halmahera
Music. Disana saya mempelajari banyak sekali ilmu musik, dari cara sikap bermain alat musik
hingga cara mengaransemen lagu sendiri. Dalam kursus musik Yamaha, saya kerap mengikuti
konser yang diadakan oleh sekolah musik. Mulai dari tampil di mall sampai dengan auditorium
kampus, sering manggung membuat saya mendapatkan banyak sekali pengalaman dan motivasi
untuk terus berkembang,
Setelah lulus MTs, Saya sekolah di SMK jurusan Multimedia di salah satu sekolah swasta
di Semarang. Disini saya mulai tertarik dengan media digital, seperti desain, animasi, editing
video, dan web desain. Sejak kelas 1 SMK, saya sering mengikuti lomba pembuatan film pendek
dan mendapatkan juara 1 di sekolah. Bersama kawan saya, saya membentuk komunitas film di
sekolah dan sering bertukar pikiran mengenai film. Di masa SMK saya juga berlatih untuk
menulis lagu sendiri, saya mengikuti ekstra band di sekolah dan berdiskusi tentang lagu yang
akan dibuat bersama teman saya.
Mengikuti suatu organisasi merupakan salah satu cara menjadi unggul dalam membangun
karakter, belajar bekerja sama, dan belajar membagi waktu. Saya memilih untuk mengikuti
organisasi OSIS saat SMK. Dalam organisasi OSIS, saya banyak mendapatkan ilmu
kepemimpinan dasar. Sebagai pengurus organisasi, yang jelas tidak bisa seenaknya bertindak.
Saya belajar untuk lebih menjaga hati dan pikiran saya agar tidak menjadi manusia yang
seenaknya sendiri.
Saat kelas 3 SMK, saya fokus untuk belajar menghadapi ujian, karena saya ingin masuk
di Institut Seni Indonesia di Yogyakarta. Namun saat mendaftar di jalur SNMPTN, ternyata saya
kalah saing karena nilai rapot saya hanya selisih sedikit dengan teman saya yang mendaftar di
kampus tersebut. Kemudian saya juga mendaftar di Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, dan puji tuhan saya diterima. Meskipun diterima,
saya tidak mengambil kesempatan tersebut karena tidak masuk minat saya. Saya pun bertekad
untuk mendaftar di Universitas Negeri Semarang jurusan Pendidikan Seni Musik melalui jalur
SBMPTN dan mendaftar juga di Institut Seni Indonesia Yogyakarta melalui Ujian Mandiri.
Tenggat waktu belajar hanya 7 hari, saya kebut terus untuk belajar Tes Potensi Skoalistik.
Karena SBMPTN di tahun 2020 dilaksanakan di masa pandemi, para calon mahasiswa diberikan
keringanan hanya mengerjakan tes skoalistik saja. Dan puji tuhan saya diterima di UNNES
jurusan Pendidikan Seni Musik dan ISI Yogyakarta jurusan Seni Musik. Saya sempat bingung
memilih memasuki kampus yang mana karena keduanya merupakan kampus impian saya. Pada
akhirnya, Saya memilih UNNES karena lebih dekat dengan rumah dan saya bisa membantu ayah
saya dalam bekerja. Akan tetapi, ini menjadi sebuah dorongan bagi saya untuk semangat belajar,
menjadi unggul dari teman-teman yang berasal dari berbagai daerah dan mendapatkan hasil yang
baik.
Kehidupan saya ketika kuliah sangat minim karena adanya pandemi. Keinginan
mengikuti kegiatan sangat banyak terhalang oleh virus. Semua kegiatan perkuliahan hanya
dilakukan dirumah melalui layar komputer. Bertemu dengan teman hanya bisa menyapa lewat
Google Meet. Sejauh ini pengalaman saya hanya mengikuti webinar dari rumah. Ketika PSBB
longgar, saya kerap mengunjungi kampus untuk mengikuti kegiatan Hari Musik Dunia di
UNNES. Saya banyak belajar dari kakak tingkat yang memberi banyak ilmu secara cuma-cuma.
Mempelajari ilmu seni tidak hanya dapat dipelajari dari buku saja, namun juga dari pengalaman
seorang maestro atau seorang seniman. Kemudian saya juga bertukar pikiran dengan teman se-
prodi untuk membahas mengenai ilmu seni yang telah diajarkan selama saya kuliah disini.
Kadang-kadang juga mengundang dosen untuk menjadi jalur tengah terhadap apa yang kami
diskusikan.
Dari segala apa yang saya capai sampai sekarang dalam perkuliahan yaitu mencapai IP
3,42 pada semester kedua. Saya merasa bangga tetapi saya masih harus terus belajar supaya
dapat menggapai mimpi saya, karena mimpi saya adalah menjadi pengajar yang mengamalkan
ilmu melalui seni. Salah satu perantara yang dapat menjadikan saya terus belajar adalah masuk
dalam organisasi kampus. Organisasi yang saya ikuti di kampus adalah HIMA SENDRATASIK
(Himpunan Mahasiswa Seni Drama, Tari, dan Musik). Sama seperti OSIS ketika SMK, saya
banyak mendapatkan ilmu kepemimpinan, cara mempimpin yang benar, cara mengkoordinasi
acara, dan lain sebagainya. Banyak pengalaman yang tidak bisa dilupakan disini, mulai dari tidur
di kampus yang angker, sampai tidur di hutan menjaga gamelan.
Selain itu, saya memilik channel youtube bernama Nur Faqih Imam yang menjadi ajang
publikasi karya-karya saya yang telah berhasil saya aransemen musiknya. Walaupun masih
mengaransemen, tapi semoga para pendengar dan penikmat musik menyukai apa yang telah saya
ciptakan aransemen lagunya. Dari dulu saya bercita-cita ingin mempunyai skill seperti kanal
youtube yang dimiliki oleh Eka Gustiwana yang selalu berhasil mengaransemen intrumen-
intrumen musik berbagai aliran dengan pas dan indah. Apalagi saya sebagai seorang mahasiswa
pendidikan seni musik, saya harus punya pencapain minimal seperti Eka Gustiwana.
Sementara itu, sebagai mahasiswa pendidikan seni, saya mempunyai mimpi untuk
mewujudkan Pendidikan melalui seni di Indonesia. Saya beranggapan bahwa manusia akan lebih
mudah menerima ilmu melalui media seni daripada tulisan terutama anak-anak. Melibatkan seni
dalam proses pembelajaran menjadi menarik setelah mengetahui manfaat seni dalam Pendidikan.
Untuk itu, penting kiranya seni dihadirkan dalam proses perkembangan kemampuan anak baik
kognitif, afektif, dan psikomotorik (Kusnanto, 2019: 157).
Di masa pandemi seperti ini, pendidikan melalui seni sangat berguna karena belajar dari
rumah sangat membuat para murid merasa tidak nyaman karena terlalu banyak melihat tulisan
yang membuat mata mereka menjadi lelah. Saya memberi kritik bahwa cara mengajar seperti ini
membuat para murid menjadi tidak nyaman. Mimpi saya adalah menjadi seniman yang dapat
membuat inovasi belajar yang mudah dimengerti oleh semua kalangan masyarakat. Banyak dari
kalangan masyarakat mengalami masalah pendidikan karena cara guru mengajar tidak mudah
untuk dimengerti muridnya. Oleh karena itu, saya ingin melancarkan program “Belajar Lebih
Mudah melalui Seni” kepada pendidikan Indonesia, agar para murid menjadi lebih semangat
belajar dan lebih paham apa yang diajarkan.
Semua itu tidak mudah, tetapi saya tetap berusaha dan berdoa bahwa saya bisa membawa
perubahan untuk dunia pendidikan yang ada di Indonesia. Semua dukungan saya dapatkan dari
keluarga, teman dekat, dan teman saya dari kejauhan. Do’a mereka menjadi bekal saya untuk
semangat berjuang menjalani tanggung jawab menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia.

Daftar Pustaka
Kusnanto, Raden Angga B. 2019. Paradigma Pendidikan Seni: Belajar Melalui Seni Dalam
Pendidikan Usia Dini. Artikel dalam Jurnal TumbuhKembang: Kajian Teori dan Pembelajaran
PAUD Vol. 6 NO. 2 Hal 155-162

Anda mungkin juga menyukai