OLEH :
LEONI VONNI
B 111 13 579
i
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
OLEH
LEONI VONNI
B111 13 579
KEPADA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
i
ii
iii
iv
LEONI VONNI (B111 13 579), dengan judul “PEMILIHAN
DAN PENGANGKATAN PEMANGKU ADAT (TO’
PARENGNGE’) DALAM MASYARAKAT HUKUM ADAT
KECAMATAN KESU KABUPATEN TORAJA UTARA”. Di
bawah bimbingan: Aminuddin Salle selaku pembimbing I
dan Sri Susyanti Nur selaku pembimbing II.
v
ABSTRACT
The results showed that the election and levitation chief of tribal
council (To’ Parengnge’) in the community legal adult of Kesu district North
Toraja chosen or selected based on the results of a large consensus
deliberation (kombongan). elections may be held if to 'parengnge' has died
or is seemed incapable of carrying the To' Parengnge'.
vi
KATA PENGANTAR
segala berkat, kasih tuntunan dan turut campur tangan Nya, sehingga
Hasanuddin.
kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada kedua orang tua tercinta, Simon Petrus Nani dan
saudaraku Angelina Inryani Nani dan Anselia Apriliani Nani, terima kasih
vii
yang telah membantu penulis selama proses pembuatan skripsi ini, terima
kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, MA., selaku Rektor
Universitas Hasanuddin;
3. Bapak Prof. Dr. Ahmadi Miru, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan
Universitas Hasanuddin;
Hasanuddin;
Universitas Hasanuddin;
dan Ibu Dr. Sri Susyanti Nur, S.H., M.H. selaku pembimbing II
oleh beliau;
penguji I, Bapak Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H., M.H. selaku
viii
penguji II, dan Bapak M. Ramli Rahim, S.H., M.H selaku penguji
semoga sukses;
ix
M, Silvia A Batara, Tante Dina, dan Ibu Juneida. Terimakasih
putus;
x
Muh. Fauzan Aries, S.H., M.H., Atanasius Tandirerung,
maupun dengan doa yang tidak dapat penulis rincikan satu per
mengingatnya.
xi
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
Penulis
LEONI VONNI
xii
DAFTAR ISI
xiii
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 46
D. Populasi dan Sample ............................................................. 47
E. Analisis Data .......................................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Toraja Utara ............................ 49
B. Latar Belakang Kecamatan Kesu Kabupaten Toraja Utara .... 56
C. Pemilihan Pemangku Adat (To‟ Parengnge‟) Dalam
Masyarakat Hukum Adat Kecamatan Kesu Kabupaten
Toraja Utara ........................................................................... 57
Pengangkatan Pemangku Adat (To‟ Parengnge‟) Dalam
Masyarakat Hukum Adat Kecamatan Kesu Kabupaten
Toraja Utara ........................................................................... 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 62
B. Saran ...................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
manusia. Dalam arti bahwa hukum adat lahir dari kesadaran atas
bahwa hukum tidak dapat dipisahkan dengan kata lin hukum tidak dapat
adat dalam lembaga tersebut adalah tokoh-tokoh adat (kepala adat) dan
pemuka agama. Kewenangan dari hakim peradilan adat ini tidak semata-
1
sengketa dalam bidang hukum yang tidak terbagi ke dalam pengertian
Salah satu kekhasan dari hukum adat adalah sifatnya yang tidak
tertulis, hal ini karena hukum adat ada dan hidup dalam masyarakat,
sebagai sebuah sistem hukum, karena defenisi hukum itu sendiri sangat
luas, bukan hanya sebatas hukum yang tertulis, tapi juga hukum yang
tidak tertulis seperti hukum adat juga termasuk defenisi hukum itu sendiri.
berpendapat hukum itu tertulis dan salah satu ciri negara hukum adalah
tidak bisa dibantah bahwa itulah keadilan dan ketertiban itu sendiri, sebab
1
H. Hilman Hadikusuma. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia (bandung; Mandar Maju,2003)
hal.1
2
tidak akan ada kerukunan dan keseimbangan di tengah masyarakat kalau
keadilan dan ketertiban tidak tercapai. Terlepas dari persoalan yang ada,
menurut hukum adat oleh para tetua adat, lalu diputuskan. Perkara
dengan hukum adat semacam ini sangat cepat, murah dan efisien.
3
Penduduk asli Rantepao ialah orang-orang suku Toraja. Keadaan
geografis di Toraja Utara yang terdiri dari bukit barisan maka dipastikan
yang terkenal dengan Ukiran Toraja, yang dalam bahasa Toraja disebut
“Passura”.
Toraja, tetapi semenjak tahun 2008 Tana Toraja telah terpecah menjadi
dua Kabupaten yaitu Tana Toraja dan Toraja Utara. Di Tana Toraja dari
disusun secara teratur menurut tingkatan dari yang tertinggi sampai yang
masyarakat,
4
3. Tominaa adalah Imam/penghulu Aluk todolo sebagai pembinaan
mereka),
nilai adat ini berada di dalam ruang ekspresi bahasa dan ritual-ritual Aluk
dan melestarikan “Aluk Sipori Pemali”. Secara umum berarti hal yang
2
L. T. Tangdilintin, Toraja dan Kebudayaan, (Tana Toraja: Yayasan Lepongan Bulan, 1978), hlm.
159-160.
5
boleh dan tidak boleh dilakukan. Hal tersebut terlihat dari adanya
Rambu Tuka‟ yang terdiri dari acara pernikahan, syukuran rumah adat
tongkonan dan juga acara-acara sebelum menanam padi dan acara adat
syukuran atas hasil panen. To‟ Parengnge‟ lah yang menentukan hari,
B. Rumusan Masalah
Utara?
C. Tujuan Penelitian
Utara.
6
2. Untuk mengetahui sistem pengangkatan Kepala Adat (To‟
D. Kegunaan Penelitian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hukum Adat
pelabuhan).
3
I Gede A.B. Wiranata. Hukum Adat Indonesia Perkembangan dari Masa ke Masa (Bandung; PT.
Citra Aditya Bakti, 2005) hal. 3
8
menghidupkan api untuk membakar hasil buruan kemudian bersantap
“diterapkan begitu saja”, artinya tanpa ada seluruh peraturan yang dalam
bukan hanya keputusan mengenai suatu sengketa yang resmi, tetapi juga
4
H. Hilman Hadikusuma. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia (bandung; Mandar Maju,2003)
hal.1
5
Bahan Ajar Hukum Adat,
repository.unimal.ac.id/2044/1/BAHAN%20AJAR%20HUKUM%20ADAT.doc, 5 Mei 2017, pukul
10.47
6
A. Suryaman Mustari Pade. Hukum Adat Dahulu, Kini, dan Akan Datang (jakarta:Prenada Media
Group, 2014) hal.4.
7
Ibid hal.5
9
Definisi Ter Haar tersebut kemudian dikenal dengan nama
mengatur tingkah laku manusia Indonesia dalam hubungan satu sama lain
hukum yang tidak tertulis yang memiliki dasar pemikiran yang khas yang
prinsipil berbeda dari hukum tertulis lainnya. Hukum adat bukan hukum
adat karena bentuknya tidak tertulis, melainkan hukum adat adalah hukum
8
A. Suriyaman Mustari Pade. Hukum Adat Dahulu, Kini, dan Akan Datang (jakarta:Pelita Pustaka,
2009) hal.7.
10
adat karena tersusum dengan dasar pemikiran tertentu yang prinsipil
Istilah hukum adat sebenarnya bersal dari bahasa Arab, “Huk’m” dan
Tuhan akal pikiran dan perilaku. Perilaku yang terus menerus dilakukan
itu ditiru orang lain maka ia juga akan menjadi kebiasaan orang itu.
Lambat laun di antara orang yang satu dan orang yang lain di dalam
laun kebiasaan itu menjadi “adat” dari masyarakat itu. Hukum adat
nilai budaya cipta, karsa, rasa manusia. Dalam arti bahwa hukum adat
lahir dari kesadaran atas kebutuhan dan keinginan manusia untuk hidup
itu hukum adat juga merupakan produk social yaitu sebagai hasil kerja
9
C. Dewi Wulansari. Hukum Adat Indonesia-Suatu Pengantar (bandung;PT Refika Aditama, 2012)
hal.5
11
bersama (kesepakatan) dan merupakan karya bersama secara bersama
“hukum adat”. Jadi hukum adat adalah adat yang diterima dan harus
elastis. Selain itu dikenal pula masyarakat hukum adat yaitu sekelompok
orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama
dasar keturunan.12
10
Dr. Djamanat samosir, 2013, Hukum Adat Indonesia, Bandung: penerbit Nuansa Aulia, hlm2
11
H. Hilman Hadikusuma, 2003, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia,(Bandung: Penerbit
Mandar Maju) hlm.1
12
Djaren Saragih,1996, Pengantar Hukum Adat Indonesia, (Bandung: Tarsito), hlm. 32 11
12
Hukum Adat berbeda di tiap daerah karena pengaruh:
dikodifikasi.
d. Tidak tertatur.
penjelasan.13
13
Muhammad Bushar, 2004, Pokok-Pokok Hukum Adat, (Jakarta: PT Penebar Swadaya), hlm. 5
13
kediaman tertentu, baik dalam kaitan duniawi sebagai tempat
Begitu pula orang yang datang dari luar dapat masuk menjadi anggota
anggotanya terikat pada suatu garis keturunan yang sama dari satu
yang genealogis itu dapat dibedakan dalam tiga macam yaitu yang
c. Masyarakat Teritorial-Geneologis
saja terikat pada tempat kediaman pada suatu daerah tertentu, tetapi
14
juga terikat pada hubungan keturunan dalam ikatan pertalian darah dan
atau kekerabatan.
d. Masyarakat Adat-Keagamaan
suatu desa atau suatu daerah kecamatan yang tidak terdiri dari suatu
15
Masyarakat desa adat keagamaan Sadwirama tersebut merupakan
daerah asalnya.
hukum adat yang sama atau daerah asal yang sama, melainkan pada
rasa kekeluargaan yang sama dan terdiri dari berbagai suku bangsa
16
berbagai instansi pemerintah atau swasta, atau di berbagai lapangan
tidak lagi terikat pada hukum adat yang lama melainkan dalam bentuk
dengan hukum adat yang bersendi pada alam pikiran Indonesia karena
a. Komunal (communal)
c. Konkrit (concreeto)
d. Visual
17
bangsa jawa terdapat pepatah adat yang dengan tepat
kehilangan)
18
merupakan penegasan dari telah terjadinya pertunangan,
tersebut14.
1. Tradisional
15
Muhammad Bushar, 2004, Pokok-Pokok Hukum Adat, (Jakarta: PT Penebar Swadaya), hlm. 7
19
tersebut tidak terjadi perkawinan antara pria dan wanita yang satu
2. Keagamaan
”atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorong
20
bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaan nya”.
3. Kebersamaan
”satu untuk semua dan semua untuk satu” hubungan hukum antara
anggota masyarakat yang satu dan yang lain didasarkan oleh rasa
asas kekeluargaan.
21
disaksikan, diketahui, dilihat dan di dengar orang lain, dan nampak
terjadi “ijab Qobul” (serat terima)nya. Misalnya dalam jual beli jatuh
mempercayai.
anggau”. Jika suami mati maka istri kawin lagi dengan saudara
22
surat menyurat dan kesaksian kepada kepala desa. Begitu pula
tangan tidak atau belum dimuka notaris. (begitu air besar, begitu
begitu pula adat lalu berubah). Adat yang nampak pada kita
23
hukum adat itu mudah berubah, dan dapat disesuaikan dengan
perkembangan masyarakat.
pihak dan adanya semangat yang adil dan bijaksana dari orang
Permusyawaratan Adat16
16
Djaren Saragih,1996, Pengantar Hukum Adat Indonesia,( Bandung: Tarsito), hlm. 32 11
24
dengan kesadaran hukum masyarakatnya. Karena peraturan-peraturan
ini tidak tertulis dan tumbuh kembang, maka hukum adat memiliki
istilah hukum adat sebagai “adat recht” (bahasa Belanda) yaitu untuk
Indonesia).
adat bisa dibagi menjadi 23 lingkungan adat berikut: Aceh, Gayo dan
Timor, Bali dan Lombok, Jawa dan Madura (Jawa Pesisiran), Jawa
25
Mataraman, dan Jawa Barat (Sunda) , sedangkan menurut Gezt orang
budaya, 250 bahasa dan seluruh keyakinan dan Agama di dunia ada di
Indonesia.
Hukum adat ini didasarkan pada nilai-nilai yang hidup dalam setiap
budayanya.
hukum adat yang dimiliki, diyakini dan diamalkan secara terus menerus
hukum nasional.
26
6. Kedudukan Hukum Adat
Dalam Batang Tubuh UUD 1945, tidak satupun pasal yang mengtur
tentang hokum adapt. Oleh karma itu itu, aturan untuk berlakunya
yang berbunyi ,” Segala badan Negara dan peraturan yang ada masih
berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini. Aturan
mereka;
a. Hukum Eropa
27
ayat(6) menyebutkan bahwa bila terjadi perrselisihan terjadi kodifikasi
maka yang berlaku adalah hokum adapt mereka, dengan syarat bila
putusan itu juga harus memuat pula pasal-pasal tertentu dari peraturan
yang tidak tertulis itu adalah hokum adat. Dalam UU No 14 tahun 1970
Dari uraian diatas dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa yang
28
B. Masyarakat Hukum Adat
adat dilahirkan dan digunakan oleh pakar hukum adat yang lebih banyak
kesepakatan internasional17
people. Istilah itu sudah dikenal luas dan telah disebutkan dalam sejumlah
17
Taqwaddin, “Penguasaan Atas Pengelolaan Hutan Adat oleh Masyarakat Hukum Adat(Mukim)
di Provinsi Aceh”, (Disertasi Doktor Ilmu Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2010), hlm. 36.
29
Banyak ahli berpendapat bahwa pengertian masyarakat adat harus
(empat) sifat umum dari masyarakat adat, yaitu magis religious, komunal,
konkrit dan kontan. Hal ini terungkap dalam uraian singkat sebagai
berikut;19
30
bentuk kepercayaan kepada keyakinan masyarakat tentang
c. Sifat konkrit diartikan sebagai corak yang serba jelas atau nyata
31
pemenuhan prestasi selalu dengan kontra prestasi yang
hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar keturunan 20.
sudah sangat tua dan jauh lebih tua dari terbentuknya kerajaan ataupun
20
Husen Alting, Op.Cit., hlm. 14.
32
dan sebagainya. Persekutuan hukum adat di Aceh disebut dengan
gampongan.21
yang dilakukan oleh van Vollenhoven yang dilakukan antara tahun 1906
6. Bangka, Belitung,
21
Ter Haar, Asas – Asas dan Susunan Hukum Adat, (Jakarta : Pradya Paramita, 1960), hlm. 17.
33
7. Kalimantan, meliputi; Dayak, Kapuas Hulu, Mahakam Hulu,
8. Minahasa, Manado.
10. Tana Toraja, meliputi; Toraja, Toraja Baree. Toraja Barat, Sigi,
Banggai
Aru, Kisar.
34
17. Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, meliputi; Jawa Tengah,
Ambon.22
3. Ada kelembagaan;
35
mengelola, mengatur dan menata hubungan- hubungan antara warga
kembangkan. Dan, ada lebih dari seribu bahasa yang telah dimanfaatkan
C. Lembaga Adat
berasal dari gabungan antara kata lembaga dan kata adat. Kata Lembaga
perilaku manusia yang mapan terdiri dari interaksi sosial yang memiliki
Adat adalah pola perilaku masyarakat adat yang mapan yang terdiri dari
24
Ibid, hlm. 22
25
Sandra Moniaga, Hak – Hak Masyarakat Hukum Adat dan Masalah Kelestarian Lingkungan
Hidup, Wacana HAM, Jakarta, No, 10/Tahun II/12 Juni 2002.
36
interaksi sosial yang memiliki struktur dalam suatu kerangka nilai adat
suatu bentuk organisasi adat yang tersusun relatif tetap atas pola-pola
yang dibentuk oleh suatu masyarakat hukum adat yang dibentuk oleh
harta kekayaan sendiri serta berhak dan berwenang untuk mengatur dan
yang sengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan
berkaitan dengan dan mengacu pada adat istiadat dan hukum adat yang
37
berlaku. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
38
1. Membantu pemerintah dalam kelancaran dan pelaksanaan
dan keagamaan.
khususnya.
Selain dari pada peran yang dimiliki oleh Lembaga Adat, Lembaga
39
penyelesaiannya tidak bertentangan dengan peraturan-
peraturan.
adat.
masyarakat adat Toraja, yaitu Banua Tongkonan (rumah adat) dan Liang
suatu aturan yang berlaku dalam masyarakat adat26 oleh To‟ Parenge‟
aturan adat yang ada sejak dahulu kala. Fungsi Tongkonan dalam
26
Peter Pata Sumbung, 2010, Toraja Tallu Lembangna, Keluarga Besar Tallu Lembangna
Jabodetabek, Jakarta, hlm. 51.
40
menjaga keharmonisan dalam kehidupan masyarakat adat yang ada di
adat. Tongkonan yang dikepalai oleh To‟ Parenge‟ hadir sebagai hakim
sebab itu, kekuasaan tersebut merupakan hak dan tugas warisan bagi
Tongkonan28
dan dihormati oleh masyarakat yang hidup di dalam wilayah adat sebuah
27
Petrus, skripsi Rhony Andrhes Linthin, 2015, Peran Lembaga Adat Tongkonan Dalam
Pelaksanaan Gadai Tanah Pertanian Di Lembang Palipu Kecamatan Mengkendek Kabupaten Tana
Toraja, hal. 14
28
Mohammad Nadsir Sitonda, Toraja Warisan Dunia, (Makassar, Pustaka Refleksi, 2007) hlm. 30
41
Tongkonan, Tongkonan juga sebagi sumber kesatuan keluarga yang
adat.
masyarakat.
adatnya.
29
Tangdilintin, 1983, Toraja dan Kebudayaannya, (Tana Toraja: Yayasan Lepongan, 1983) hlm. 32
30
Peter Pata Sumbung, 2010, Toraja Tallu Lembangna, Keluarga Besar Tallu Lembangna
Jabodetabek, Jakarta, hlm. 52
42
Dalam merumuskan setiap kebijakan untuk kepentingan bersama,
pemangku adat yang ditunjuk kepada pihak tertentu yang biasa disebut
dikombongan, dalam hal ini mereka yang berselisih diadili dan diperiksa
secara bersama. Adapun Tongkonan pada saat ini, masih digunakan oleh
atau status sosialnya. Dalam hal ini haruslah keturunan asli Tongkonan
43
mengatur kehidupan masyarakat didasarkan oleh aturan pemerintah yang
31
Yohanis, Skripsi Rhony Andrhes Linthin, 2015, Peran Lembaga Adat Tongkonan Dalam
Pelaksanaan Gadai Tanah Pertanian Di Lembang Palipu Kecamatan Mengkendek Kabupaten Tana
Toraja, hal. 17
44