Kondrosarkoma Telah Tercatat Sekitar 10
Kondrosarkoma Telah Tercatat Sekitar 10
PENDAHULUAN
Lesi keganasan merupakan kasus yang jarang terjadi pada rahang, tetapi
secara bahasa dapat diartikan sebagai suatu kondisi lesi yang memiliki
karakter dari sebuah kanker. Sifat umum keganasan sangat berbeda dengan
kondisi jinak, antara lain keganasan memiliki pertumbuhan yang tidak terbatas
berdekatan, dan dapat menyebar ke jaringan tubuh lain yang posisinya jauh dari
sumber aslinya, sedangkan pada kondisi jinak kesemua sifat tersebut tidak
dimiliki. Keganasan sering juga ditandai dengan kondisi anaplastif, invasif, dan
metastasis, ketidakstabilan gen. Hal ini yang menyebabkan sel kanker mudah
bermutasi dengan cara mengurangi ekspresi enzim untuk perbaikan DNA, karena
pada sel kanker, perbaikan pada DNA digunakan untuk mengekspresikan gennya
Perubahan dari sel normal menjadi sel kanker dipengaruhi oleh multifaktor
seperti yang sudah dipaparkan diatas dan bersifat individual. Sejak terjadinya
induksi yang cukup lama sekitar 15-30 tahun, karsinoma sel skwamosa adalah
jenis yang paling sering du temukan pada karsinoma sinonasal yaitu sekitar 70-80
% , tumor kelenjar liur minor 10- 10 15%, limfoma 5% dan sisanya
dapat bertendensi requren dan menjadi karsinoa sel skwamos pada beberapa
kasus.
melaporkan pada kondisi ini, dan variasi klinis secara luas. Perkembangan
penyakit tergolong lambat yaitu sekitar 0,5-12 bulan, dan gejala terdapat disekitar
lokasi asalnya tumor, daerah yang sering kali terkena adalah area sinonasal,
tumor ini berkembang dari tulang rahan dan sangat jarang terjadi. Pasien dengan
kiri. Secara radiografis, telah terdeteksi lesi neoplastik pada kepala kondilus
mandibularis sebelah kiri tanpa adanya kerusakan tulang pada basis cranii.
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan anestesi umum. Berdasarkan
maksilofasial?
maksilofasial?
5.
1.3 Tujuan
2.3 Kondrosarkoma
anaplastik yang dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau sentral.
sekunder. Untuk keganasan yang berasal dari kartilago itu sendiri (de novo)
(Mavrogenis, 2012).
pada pria daripada wanita, sedangkan Jaffe mengatakan, tidak ada perbedaan
insidens. Dari segi ras penyakit ini tidak ada perbedaan. Meskipun tumor ini dapat
terjadi pada seluruh lapisan usia, namun terbanyak pada orang dewasa (20-40
tahun). Tujuh puluh enam persen, kondrosarkoma primer berasal dari dalam
transformasi.
jika lesi denovo dan kondrosarkoma sekunder (10%) jika berasal dari defek
kartilago jinak, seperti osteokondroma atau enkondroma. Selanjutnya
dan prognosis. Subtipe tersebut antara lain kondrosarkoma clear cell (1%-2%),
Secara histologi berdasar ukuran lesi dan staining inti (hiperkromasia) dan
seluleritasnya derajat kondrosarkoma dibagi dalam skala 1-3 (gambar 3). Derajat
tebal, meskipun beberapa inti membesar (ukuran > 8 mikro) dan sedikit sel
area miksoid sedikit atau bahkan tidak ada. Kondrosarkoma derajat 1 ini sulit
kondroid yang sedikit dan lebih banyak mengandung sel. Peningkatan sel lebih
dominan di tumor perifer dengan matriks kondroit yang hampir tidak ada dan
sel yang lebih besar dan inti lebih pleomorfisme dibandingkan derajat 2. Matriks
kondroit jarang bahkan hampir tidak ada dengan material interseluler sedikit dan
sering berupa mixoid. Selnya umumya bentuk stellat atau ireguler. Fokus nekrosis
sering tampak dan sering meluas. Inti sel sering berbentuk spindle dengan ukuran
bisa lebih besar 5-10 kali dibandingkan dengan ukuran normal (Mavrogenis,
2012).
dan bagian epifisis tulang panjang. Kondrosarkoma dapat terkena pada berbagai
lokasi namun predileksi terbanyak pada lokasi proksimal seperti femur, pelvis,
danhumerus. Selain itu dapat pula mengenai rusuk, tulang kraniofasial, sternum,
skapula dan vertebra. Tumor ini jarang mengenai tangan dan biasanya merupakan
kartilago oleh sel-sel tumor tanpa disertai osteogenesis. Sel tumor hanya
tulang dan kartilago. Secara fisiologis, kondrosit yang mati dibersihkan oleh
Seharusnya kartilago yang diganti oleh tulang di ujung diafisis lempeng memiliki
Proses keganasan kondrosit dapat berasal dari perifer atau sentral. Apabila
lesi awal dari kanalis intramedular, di dalam tulang itu sendiri dinamakan
formasi tulang baru dan soft tissue. Penelitian baru-baru ini berkesimpulan
supresor p16, Rb, dan p53 pada contoh kondrosarkoma. Lebih lanjut lagi,
inaktifasi p53 berhubungan dengan tumor tingkat yang lebih tinggi dan prognosis
dapat dilakukan meliputi foto konvensional, CT scan, dan MRI. Selain itu,
A. Foto konvensional
pada endosteal cortex terjadi akibat pertumbuhan tumor yang lambat dan
kedalamannya lebih dari 2/3 korteks, maka hal ini dapat membedakan
disertai destruksi tulang, erosi korteks dan reaksi periosteal, jika dibandingkan
Pada lesi malignan, penetrasi korteks tampak jelas dan tampak massa soft
tissue dengan kalsifikasi. Namun derajat bentuk kalsifikasi matriks ini dapat
dijadikan patokan grade tumor. Pada tumor yang agresif, dapat dilihat
gambaran kalsifikasi matriks iregular. Bahkan sering pula tampak area yang
luas tanpa kalsifikasi sama sekali. Destruksi korteks dan soft tissue di
kondrosarkoma
Gambar 2.6 Foto AP-Lateral dan proksimal tibia menunjukkan lesi
grade
Gambar 2.7 Frontal radiograph fibula sinistra menunjukkan lesi radiolusent
sinistra dan lateral jaringan. Tidak tampak destruksi tulang. Tumor perifer
sekunder high-grade
Gambar 2.10 Lateral radiograph femur distal pada pasien dengan tumor
B. CT scan
cortical scalloping pada tumor intramedullar juga terlihat lebih jelas pada CT
metastase di paru-paru
Gambar 2.11 CT scan Bone-window dari acetabulum sinistra menunjukkan
kalsifikasi matriks pada lesi lucent ekspansi di kolum anterior. Tumor low
grade sentral
Gambar 2.12 CT scan pelvis menunjukkan massa soft tissue besar yang
tumor jinak besar, berhubungan dengan massa soft tissue yang mengandung
tumor jinak yang tebal dengan soft tissue yang mengalami kalsifikasi fokal.
C. MRI
D. USG
terbatas pada tulang. Ini mungkin menunjukkan ekstensi dari soft tissue; oleh
daerah tertentu. Jika menutupi skeletal lebih dari 1,5 cm pada pasien dewasa,
E. Nuclear Medecine
salah satu diantaranya untuk penderita kanker. Metode ini non invasif dan
biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Zat radioaktif yang digunakan disebut
dan pembesaran tumor. Perawat dan ahli gizi, terlibat menjelaskan kepada pasien
Jenis terapi yang diberikan kepada pasien tergantung pada beberapa hal
seperti:
a. Pembedahan
lesi grade rendah, eksisi radikal, bedah beku hingga amputasi radikal untuk
lesi agresif grade tinggi. Lesi besar yang rekuren penatalaksanaan paling tepat
adalah amputasi
b. Kemoterapi
Kemoterapi, meskipun bukan yang paling utama, namun ini diperlukan jika
kanker telah menyebar ke area tubuh lainnya. Terapi ini menggunakan obat
c. Radioterapi
tinggi. Radioterapi diberikan apabila masih ada residu tumor, baik makro
maupun mikroskopik. Radiasi diberikan dengan dosis per fraksi 2,5 Gy per
hari dan total 50-55 Gy memberikan hasil bebas tumor sebanyak 25% 15
tahun setelah pengobatan. Pada kasus-kasus yang hanya menjalani operasi saja
adalah nausea dan malasea. Efek samping ini dapat diminimalkan dengan
grade dari tumor tersebut. Usia pasien juga sangat menentukan survival rate dan
prognosis dari penyakit ini. Pasien anak-anak memiliki mortalitas yang lebih
kondrosarkoma karena jika pengangkatan tumor tidak utuh maka rekurensi lokal
bisa terjadi. Sebaliknya apabila seluruh tumor diangkat, lebih dari 75% penderita
dapat bertahan hidup. Rekurensi kondrosarkoma biasa terjadi 5–10 tahun setelah
operasi dan tumor rekuren bersifat lebih agresif serta bergrade lebih tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Wilkins EM. Clinical practice of the dental hygienist. Edisi ke-10. Philadelphia:
2. Tuna M, Amos CI. Genomic sequencing in cancer. Cancer Lett 2013; 340 (2):
161-70.
Res 2012;72(19):4875-82