NIM: 1901036143
PRODI: AKUNTANSI
Zamroni:
“Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk
mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis.”
Merphin Panjaitan:
“Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik
generasi muda menjadi warganegara yang demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan
yang dialogial.”
Soedijarto:
“Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu
peserta didik untuk menjadi warganegara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun
sistem politik yang demokratis.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang pemerintahan, kionstitusi, lembaga demokratis, HAM, dan masih banyak
lagi. Yang mempunyai tujuan untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia menjadi rakyat yang
dapat bersikap demokratis (dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat).
1. Perjalanan panjang sejarah Bangsa Indonesia sejak era sebelum dan selama
penjajahan ,dilanjutkan era merebut dan mempertahankan kemerdekaan sampai dengan
mengisi kemerdekaan,menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda sesuai dengan
zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda diharap bangsa Indonesia berdasarkan
kesamaan nilai-nulai kejuangan bangsa yang dilandasi jiwa,tekad dan semangat kebangsaan.
Semangat perjuangan bangsa yang tidak mengenal menyerah harus dimiliki oleh setiap warga
negara Republik Indonesia.
2. Semangat perjuangan bangsa mengalami pasang surut sesuai dinamika perjalanan
kehidupan yang disebabkan antara lain pengaruh globalisasi yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan IPTEK, khususnya dibidang informasi, Komunikasi dan Transportasi, sehingga
dunia menjadi transparan yang seolah-olah menjadi kampung sedunia tanpa mengenal batas
negara. Kondisi yang demikian menciptakan struktur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara Indonesia serta mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan masyarakat Indonesia.
3. Semangat perjuangan bangsa indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan menghadapi
globalisasi. Warga negara Indonesia perlu memiliki wawasan dan kesadaran bernegara,sikap
dan perilaku, cinta tanah air serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka
bela negara demi utuh dan tegaknya NKRI
Titus, Smith dan Nolan memberikan definisi filsafat berdasarkan watak dan fungsinya. Pertama,
filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya
diterima secara tidak kritis (arti informal). Kedua, filsafat adalah suatu proses kritik atau
pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi (arti formal). Ketiga,
filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan (arti komprehensif). Keempat,
filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep (arti analisis
linguistik). Kelima, filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian
manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat (arti aktual-fundamental).
Pertama, dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya dengan
nama Philosofische Grondslag daripada Indonesia Merdeka. Adapun pidatonya sebagai berikut:
“Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang Ketua kehendaki! Paduka Tuan Ketua
minta dasar, minta Philosofische Grondslag, atau jika kita boleh memakai perkataan yang muluk-
muluk, Paduka Tuan Ketua yang mulia minta suatu Weltanschauung, di atas mana kita
mendirikan negara Indonesia itu”.
Kedua, menurut Noor Bakry, Pancasila adalah hasil permenungan mendalam para tokoh
kenegaraan Indonesia, melalui suatu diskusi dan dialog panjang dalam sidang BPUPKI hingga
pengesahan PPKI. Hasil permenungan itu sesuai dengan ciri-ciri pemikiran filsafat, yakni
koheren, logis, inklusif, mendasar, dan spekulatif.
Ketiga, menurut Sastrapratedja, Pancasila menjadi ideologi negara. Pancasila adalah
dasar politik yang mengatur dan mengarahkan segala kegiatan yang berkaitan dengan hidup
kenegaraan, seperti perundang-undangan, pemerintahan, perekonomian nasional, hidup
berbangsa, hubungan warga negara dengan negara, dan hubungan antarsesama warga negara,
serta usaha-usaha untuk menciptakan kesejateraan bersama.
Driyarkara membedakan antara filsafat dan Weltanschauung. Filsafat lebih bersifat teoritis dan
abstrak, yaitu cara berpikir dan memandang realita dengan sedalam-dalamnya untuk memperoleh
kebenaran. Weltanschauung lebih mengacu pada pandangan hidup yang bersifat praktis.
Driyarkara menegaskan bahwa weltanschauung belum tentu didahului oleh filsafat karena pada
masyarakat primitif terdapat pandangan hidup (Weltanschauung) yang tidak didahului rumusan
filsafat. Filsafat berada dalam lingkup ilmu, sedangkan weltanshauung berada di dalam
lingkungan hidup manusia, bahkan banyak pula bagian dari filsafat (seperti: sejarah filsafat,
teori-teori tentang alam) yang tidak langsung terkait dengan sikap hidup.
Nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan
hukum yang berlaku di Indonesia. Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai
Pancasila itu merupakan sesuatu yang telah ada dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia,
yang kemudian disepakati sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag)
1. Hakikat Sila Ketuhanan terletak pada keyakinan bahwa Tuhan adalah prinsip utama dalam
kehidupan semua makhluk. Setiap orang memiliki kebebasan yang bertanggungjawab.
2. Hakikat Sila Kemanusiaan terletak pada manusia monopluralis, yang terdiri dari susunan
kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk individu, sosial), dan kedudukan kodrat (makhluk
pribadi yang otonom dan makhluk Tuhan).
3. Hakikat Sila Persatuan terletak pada semangat kebangsaan. Rasa kebangsaan terwujud dalam
bentuk cinta tanah air, yang dibedakan ke dalam 3 jenis, yaitu tanah air real, tanah air formal,
dan tanah air mental. Tanah air real adalah bumi tempat orang dilahirkan dan dibesarkan,
bersuka, dan berduka, yang dialami secara fisik sehari-hari. Tanah air formal adalah Negara
bangsa yang berundang-undang dasar, yang Anda, manusia Indonesia, menjadi salah seorang
warganya, yang membuat undang-undang, menggariskan hukum dan peraturan, menata,
mengatur dan memberikan hak serta kewajiban, mengesahkan atau membatalkan, memberikan
perlindungan, dan menghukum, memberikan paspor atau surat pengenal lainnya. Tanah air
mental bukan bersifat teritorial karena tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, melainkan imajinasi
yang dibentuk dan dibina oleh ideologi atau seperangkat gagasan vital.
4. Hakikat Sila Kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah. Artinya, keputusan yang diambil
lebih didasarkan atas semangat musyawarah untuk mufakat, bukan membenarkan begitu saja
pendapat mayoritas tanpa peduli pendapat minoritas.
5. Hakikat Sila Keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan distributif, legal, dan
komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan bersifat membagi dari negara kepada warga
negara. Keadilan legal adalah kewajiban warga negara terhadap negara atau dinamakan keadilan
bertaat. Keadilan komutatif adalah keadilan antara sesama warga negara.
Beberapa hal penting bagi pengembangan Pancsila sebagai sistem filsafat, antara lain:
1. Memulihkan harga diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dalam politik, yuridis,
dan juga merdeka dalam mengemukakan ide-ide pemikirannya untuk kemajuan bangsa, baik
secara materiil maupun spiritual.
2. Membangun alam pemikiran yang berakar dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendiri
sehingga mampu dalam menghadapi berbagai ideologi dunia.
3. Menjadi dasar pijakan untuk menghadapi tantangan globalisasi yang dapat melunturkan
semangat kebangsaan dan melemahkan sendi-sendi perekonomian yang berorientasi pada
kesejahteraan rakyat banyak.
4. Menjadi way of life sekaligus way of thinking bangsa Indonesia untuk menjaga keseimbangan
dan konsistensi antara tindakan dan pemikiran.
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
Pancasila adalah sebuah sumber ideologi yang dianut oleh Bangsa dan Negara
Indonesiasecara nasional/menyeluruh. Adanya Pancasila sebagi ideologi, menjadi dasar arah dan
petunjuk bagi tata penyelenggaraan bangsa da negara. Dengan Pancasila, organisasi
ketatanegaraan aka berjalan secara sistematis.
Pengertian ideologi
Menurut KBBI, ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat
(kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Atau cara berfikir
seseorang atau suatu gagasan.[3]
Secara umum ideologi adalah seperangkat gagasan/pemikiran yang berorientasi pada tindakan
yang diorganisir menjadi satu system yang teratur. Dalam ideology terkandung 3 unsur, yaitu
(3) memuat suatu orientasi suatu tindakan, ideologi merupakan suatu pedoman kegiatan untuk
mewujudkan nilai-nilai yang termuat di dalamnya.
Pendekatan Pancasila
Sebelum Pancasila dipatenkan sebagai dasar Negara Indonesia, nilainya terlebih dahulu sudah
terkandung dalam pribadi masyarakat Indonesia.
Dengan sociological aproach, ternyata bahwa Pancasila hidup dalam Masyarakat Indonesia.
Jadi, secara psycis, pancasila itu ada dalam jiwa manusia dan merupakan tuntutan atau
pengejewantahan dari hati nurani manusia.
d. Religious approach (pendekatan secara agama)
Agama memberikan tuntnan dalam kehidupan manusia. Dan Pancasila juga sejalan dengan
tuntutan agama.
Dengan dijadikannya Pancasila sebagai sumber hum dan dasar dari konstitusi, maka Pancasila
adalah hukum yang harus ditaati oleh masyarakat.
Manusia mempunyai etika pancasila tidak akan ada yang mau menunjukan suratnya di muka
umum dan dijadikan bahan tontonan., atau merealisasi bentuk –bentuk maksiat yang menjadi
kesenian dan kegemaran manusia-manusia.
g. Philosophical approach
Tujuan terakhir daripada pancasila adalah kebahagian hidup lahiriyah dan batinniyah.
Kebahagiaan lahir merasakan cukup dan terpenuhinya kebutuhankebutuhan material dan
kebutuhan batin dirasakan cukup dan terpenuhinya kebutuhan spiritual.
Ideologi sangatlah penting bagi sebuah bangsa dan negara khususnya negara yang pernah
dijajah, karna ideologi mempunyai pandangan, cita-cita, nilai, dan keyakinan yang ingin
diwujudkan.
Pentingnya ideologi dapat kita lihat dari fungsi ideologi itu sendiri. Berikut beberapa fungsi
ideologi bagi bangsa dan negara:
· Ideologi memberikan arah dan tujuan yang jelas menuju kehidupan yang di cita-citakan,
ideologi yang dipahami, dihayati dan diamalkan oleh seluruh rakyat, dapat mewujudkan
persatuan dan kesatuan demi kelangsungan hidupnya
· Ideologi dapat mempersatukan orang dari berbagai golongan,suku, ras, bahkan dari
berbagai ideologi
Makna Pancasila sebagai ideologi Negara adalah Pancasila mampu memberika arah, wawasan,
asas, dan pedoman dalam seluruh bidang kehidupan Negara. Setidaknya ada 4 fungsi Pancasila
sebagai ideologi, yaitu :
d. Menyoroti kenyataan yang ada dan kritis terhadap upaya perwujudan cita-cita yang
terkandung dalam Pancasila.
Dengan kata lain, sebagai ideologi Negara, Pancasila berfungsi sebagai pedoman
kehidupan bangsa Indonesia dalam menjaga keutuhan Negara dan memperbaiki kehidupan
bangsa Indonesia.
Penerapan Pancasila sebagai ideologi nasional bangsa dan Negara Indonesia dalam lingkup
ketatanegaraan dapat dilihat bagaimana Pancasila diterapkan sebagai ideologi terbuka. Dalam
perannya, pancasila sebagai ideologi terbuka bersifat aktual, dinamis, dan mampu menyelesaikan
setiap masalah sesuai dengan perkembangan zaman. Keterbukaan Pancasila ini bukan berarti
mangubah bentuk dari setiap sila Pancasila. Melainkan Pancasila dapat menyesuaikan disetiap
perkembangan zaman.
Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia dapat dilihat dari kehidupan masyarakat sebagai
bangsa. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila diterapkan oleh masyarakat sebai norma
yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Pancasila sebagai pembimbiming tingkah laku dalam
bermasyarakat agar tercipta rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa dan negara.
DEMOKRASI INDONESIA
Konsep demokrasi muncul sekitar tahun 508-507 SM di era Yunani Kuno. Setelah
itu Republik Romawi pertama kali mengadopsi konsep demokrasi dari Yunani Kuno dan
menggunakan sistem pemerintahan republik di peradaban Barat, yang kemudian diikuti oleh
negara-negara modern lainnya.
Pengertian demokrasi
Secara etimologis, dalam bahasa Yunani demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan kratos
(kekuatan), yang secara harfiah apabila digabungkan memiliki makna kekuatan rakyat. Dalam
konteks demokrasi, Franklin D. Roosevelt menegaskan bahwa masyarakat memiliki kekuasaan
penuh atas negara, sedangkan filsuf Yunani, Aristoteles, mengatakan bahwa demokrasi terjadi
ketika masyarakat miskin memegang kekuasaan.
Definisi demokrasi lainnya yang paling sering kita dengar adalah oleh Presiden Amerika Serikat
ke-16, Abraham Lincoln, yang mengatakan bahwa demokrasi merupakan suatu sistem
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Prinsip demokrasi
a. Kebebasan/persamaan (freedom/equality)
Kebebasan dan persamaan adalah fondasi demokrasi. Kebebasan dianggap sebagai sarana
mencapai kemajuan dengan memberikan hasil maksimal dari usaha orang tanpa adanya
pembatasan dari penguasa. Jadi bagian tak terpisahkan dari ide kebebasan adalah pembatasan
kekuasaan kekuasaan penguasa politik.
Konsep kedaulatan rakyat pada hakekatnya kebijakan yang dibuat adalah kehendak
rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Mekanisme semacam ini akan mencapai dua hal. Pertama,
kecil kemungkinan terjadi penyalahgunaan kekuasaan dan kedua, terjaminnya kepentingan
rakyat dalam tugas tugas pemerintahan. Perwujudan lain konsep kedaulatan adalah pengawasan
oleh rakyat. Pengawasan dilakukan karena demokrasi tidak mempercayai kebaikan hati
penguasa. Betapapun niat baik penguasa, jika mereka menafikan kontrol/kendali rakyat maka
ada dua kemungkinan buruk pertama, kebijakan mereka tidak sesuai dengan kebutuhan rakyat
dan, kedua, yang lebih buruk kebijakan itu korup dan hanya melayani kepentingan penguasa.
Ciri-Ciri Demokrasi
seperti:
atau kemauan atau kekuasaan rakyat yang dituliskan dalam konstitusi dan
diwakilkan oleh beberapa orang yang sudah dipilih oleh rakyat itu sendiri.
• Ciri pemilihan umum yakni sebuah kegiatan politik yang dilaksanakan untuk
• Ciri kepartaian yakni partai akan menjadi media atau sarana untuk menjadi
• Ciri tanggung jawab ialah adanya tanggung jawab dari pihal yang sudah
Di tengah pandemi COVID-19 ini secara substansi demokrasi memang tidak banyak
perubahan. Kita pada dasarnya masih akan menghadapi problematika demokrasi yang sama.
Beberapa fenomena terakhir cenderung mengkonfirmasi hal ini. Pertama, masih terus lemahnya
checks and balances dari DPR. Kondisi semacam ini tampak telah menjadi natur DPR era
Jokowi yang pada umumnya kurang kritis dan sekadar menjadi pendukung penguasa.
Ini terkonfirmasi dari bagaimana sikap DPR yang tampak tidak terlalu terusik dengan
kelambanan respon pemerintah pusat sejak virus mulai merebak. Begitupula saat munculnya
beberapa kali inkonsistensi kebijakan yang membingungkan masyarakat. Bahkan hingga ketika
tidak lancarnya pemberian bantuan sosial dan munculnya pencitraan bagi-bagi sembako, DPR
tampak tak bergeming. Meski mulai ada suara-suara kritis, secara umum nuansa over-protective
parlemen kepada pemerintah masih terasa.
Kedua, konsolidasi civil society yang tetap masih belum maksimal. Secara umum kalangan ini
masih terus bergulat dengan lingkungan yang tidak kondusif. Termasuk adanya gangguan
“perang proxy” yang melibatkan para buzzer untuk saling serang dan juga membungkam kritik
dan mencanangkan satu versi kebenaran. Akibatnya, kalangan civil society tetap memainkan
peran pinggiran dan terabaikan.
Ketiga, sinergi dan koordinasi internal pemerintahan yang tidak berjalan dengan baik. Kondisi
ini telah menimbulkan saling silang di jajaran pemerintahan sendiri. Pemusatan kekuasaan dan
birokrasi penentuan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadi efek dari
situasi yang tidak terkoordinasi dan tidak sinergis itu. Sentralisasi kebijakan ini kerap
dipertanyakan, mengingat PSBB harus dilakukan segera oleh kepala daerah tanpa harus
menunggu keputusan administratif yang memperpanjang rantai birokrasi. Apalagi kenyataannya,
kita sudah terlanjur lambat dalam merespon pandemi ini.
Keempat, munculnya fenomena oportunisme. Pada bulan April 2020, Staf Khusus Milenial
Presiden, yakni Andi Taufan, Adamas Belva, dan Gracia “Billy” Joshapat menjadi sorotan.
Ketiganya secara umum ditengarai telah memanfaatkan posisinya untuk meraih keuntungan
pribadi, yaitu upaya mendapatkan proyek pemerintah terkait pandemi, baik langsung maupun
tidak langsung. Meski ketiganya menolak disebut demikian, namun aroma “kolusi gaya baru”
sulit untuk dinafikan.
Fenomena ini tampaknya sejalan dengan dugaan Hank tentang munculnya kalangan oportunis di
era pandemi. Desakan publik yang demikian kuat, mendorong Andi Taufan dan Adamas Belva
untuk mengundurkan diri. Presiden sendiri tidak menganjurkan itu dan tetap mempertahankan
keberadaan stafsus milenial meski muncul suara-suara untuk membubarkannya.
Kelima, beberapa hal lain yang turut mewarnai kehidupan politik ini adalah perlindungan
terhadap citra pemerintah. Pemerintah tampak melihat kewibawaan di saat krisis harus dijaga,
sayangnya itu dimaknai dengan melakukan pengawasan kepada masyarakat. Tidak
mengherankan jika kepolisian diminta untuk lebih intens dan proaktif dalam melindungi simbol-
simbol negara termasuk presiden.
Begitu pula fenomena tuntutan permintaan minta maaf kepada kalangan kritis, yang sedikit
banyak menunjukkan ketidakarifan penguasa dalam membedakan kritik kebijakan dengan
pencemaran nama baik. Hal ini turut memperlambat pemulihan pelaksanaan dan penghormatan
atas kebebasan berpikir dan upaya membangun opini kritis di tengah masyarakat.
Keenam, munculnya kebijakan bertendensi oligarki, yakni Perppu Nomor 1 Tahun 2020.
Beberapa kalangan mengkritik kebijakan ini terutama karena memberikan peluang terjadinya
sebuah mal-adminsitrasi yang tidak bisa diawasi dan bahkan dituntut baik oleh lembaga negara
sendiri, apalagi oleh masyarakat. Selain itu, kebijakan ini memberikan peluang bagi siapa saja
untuk melakukan pemanfaatan keuangan negara hanya atas dasar itikad baik, yang secara riil
bepotensi menyuburkan praktik kongkalikong. Kedua hal itu sudah cukup untuk menjadi alasan
penolakan kebijakan ini karena berpotensi dimanfaatkan oleh para oligarki.
Dengan berbagai situasi politik dan pemerintahan di atas (dan tentu saja ditambah ekosistem
politik pada masa pandemi), tentu mudah terlihat bahwa esensi politik kita belum mengarah pada
penguatan demokrasi, melainkan lebih pada sebuah sikap anti-kritik, birokratisasi, sentralisasi,
restriksi, dan peluang oligarchy reinforcement.
HAK DAN KEWAJIBAN
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau
dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki
hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya
banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya.
Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak
daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat
akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini,
maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan
terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara dan negara
pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia
tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.
– Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
– Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
– Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).
– Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang”
– Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demimeningkatkan
kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
– Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
– Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
– Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
– hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. (pasal 28I ayat 1).
– Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
– Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”.
– Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :
– Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat
2menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.”
– Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945.
menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.”
SISTEM HUKUM
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sistem adalah perangkat unsur
secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Sementara hukum adalah
peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau
pemerintah
sistem hukum adalah sebuah tatanan hukum yang terdiri dari beberapa sub sistem hukum
yang memiliki fungsi yang berbeda-beda dengan lain. Di mana untuk mencapai sebuah tujuaan
yang sama, yaitu terwujudkan keamanan, ketertiban, dan keadilan.
Sistem Hukum di Indinesia Sistem hukum di Indonesia menganut sistem hukum Eropa
Kontinental atau Civil Law. Hal ini dapat dilihar dari sejarah dan politik hukum, sumber hukum
maupun sistem penegakan hukumnya. Di mana sistem tersebut banyak berkembang di negara-
negara Eropa, seperti Belanda, Prancis, Italia, Jerman. Kemudian di Amerika Latin dan Asia. Di
Asia, salah satunya Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
Indonesia negara hukum Indonesia merupakan negara hukum. Ini tertuang dalam UUD
1945 pasal 1 ayat tiga yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum
yang dianut Indonesia adalah negara hukum yang senentiasa mempertimbangkan segala tindakan
pada dua landasan. Yakni, dari segi kegunaan atau tujuannya dan dari segi landasan hukumnya.
Dalam buku Pengantar Hukum Indonesia (2016) karya Hanafi Arief, sejarah hukum di Indonesia
pada masa sebelum kemerdekaan dipengaruhi hukum adat dan kemudian diganti oleh sistem
hukum Civil Law yang disebabkan penjajahan Belanda. Sistem tata hukum yang digunakan
sebelum 17 Agustus 1945 antara lain sistem hukum Hindia Belanda berupa sistem hukum barat
dan sistem hukum asli (hukum adat). Sebelum Indonesia dijajah oleh Belanda, hukum yang
digunakan untuk menyelesaikan setiap sengketa yang terjadi di masyarakat mengggunakan
hukum adat. Pada masa itu hukum adat diperlakukan hampur seluruh masyarakat Indonesia.
Setiap daerah mempunyai hukum adat yang berbeda
Empat elemen penting dalam negara hukum (rechtsstaat) yang menjadi ciri tegaknya
supremasi hukum, yaitu
Sistem Hukum Eropa Kontinental (civil law system)Sistem hukum ini berkembang di
negara- negara Eropa daratan dan sering disebut sebagai “Civil Law” yang semula berasal
darikodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran romawi pada masa pemerintahan Kaisar
justinianus abad VI sebelum masehi.8Sistem Civil Law mempunyai tiga karakteristik, yaitu
adanya kodifikasi, hakim tidak terikat kepada presiden sehingga undang- undang menjadi
sumber hukum yang terutama, dan sistem peradilanbersifat inkuisitorial. Karakteristik utama
yang menjadi dasar sistem Hukum Civil Law adalah hukum memperoleh kekuatan
mengikat,karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan
tersusun secara sistematik di dalam kodifikasi. Karakteristik dasar ini dianut mengingat bahwa
nilai utama yang merupakan tujuan hukum adalah kepastian hukum. Kepastian hukum hanya
dapat diwujudkan kalau tindakan-tindakan hukum manusia dalam pergaulan hidup diatur dengan
peraturan-peraturan hukum tertulis. Dengan tujuan hukum itu dan berdasarkan sistem hukum
yang dianut, hakim tidak dapat leluasa menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat
umum. Hakim hanya berfungsi menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan dalam batas-
batas wewenangnya. Putusan seorang hakim dalam suatu perkara hanya mengikat para pihak
yang berperkara saja ( Doktrins Res Ajudicata)
GEOPOLITIK INDONESIA
Geopolitik dapat diartikan sebagai sebuah kebijakan politik suatu negara yang
memanfaatkan geografi sebagai basis penguasaan ruang hidup demi terjaminnya kelangsungan
hidup dan pengembangan kehidupan negara yang bersangkutan.
Pengertian Geopolitik menurut Kjellen adalah suatu ilmu pengetahuan yang memandang negara
sebagai organisme geografis atau sebagai suatu fenomena dalam ruang. Sudut pandang ini
mempelajari pengaruh faktor-faktor geografis terhadap negara dan kekuatannya dan berdasar
analisis tersebut diajukan tentang kebijakan yang paling efektif untuk menjamin kemana arah
perkembangan negara.
Istilah geopolitik semula oleh pencetusnya, Frederich Ratzel (1944-1904), diartikan sebagai ilmu
bumi politik (Political Geography), Istilah geopolitik dikembangkan dan diperluas lebih lanjut oleh
Rudolf Kjellen (1864-1922) dan Karl Haushofer (1869-1946) menjadi Geographical Politic. Perbedaan
kedua artian tersebut terletak pada fokus perhatiannya. Ilmu Bumi Politik (Political Geography)
mempelajari fenomena geografi dari aspek politik, sedangkan geopolitik (Geographical Politic)
mempelajari fenomena politik dari aspek geografi. Geopolitik dapat diartikan sebagai Ilmu Bumi Politik
Terapan (Applied Political Geography).
Ada dua pengertian yang terkandung dalam konsep geopolitik yang keduan:
1. geopolitik sebagai ilmu : memberikan wawasan obyektif akan posisi kita sebagai suatu bangsa yang
hidup berdampingan dan saling berinteraksi dengan negara lain dalam pergaulan dunia.
2. Geopolitik sebagai ideology (landasan ilmiah bagi tindakan politik suatu negara): hendak menjadikan
wawasan tersebut sebagai cara pandang kolektif untuk melangsungkan, memelihara dan mempertahankan
semangat kebangsaan.
Sejarah Lahirnya Konsep Geopolitik di Dunia Secara historis
Sebelum abad XIX, pandangan geopolitik terhadap dunia hanya berkisar pada lingkungan negara
dan negara tetangga di sekitarnya. Para ahli belum memahami geografi bumi secara menyeluruh.
Hal ini terjadi karena pengetahuan manusia tentang bumi belum lengkap, alat transportasi dan
komunikasi yang sangat minim terutama kemampuan jelajahnya.
Guru Besar Geografi di Universitas London, memberikan pandangan dalam teori geopolitiknya
yaitu bahwa benteng yang paling kuat di dunia terletak di wilayah Asia. Perkembangan sejarah
dunia pada dasarnya diwarnai oleh konflik antara kekuatan darat dan kekuatan lautan.
Konsep Dasar Wawasan Nusantara Pemerintah dan rakyat memerlukan konsepsi berupa
wawasan nasional untuk menyelenggarakan kehidupannya. Wawasan ini dimaksudkan untuk
menjamin kelangsungan hidup, keutuhan wilayah serta jati diri Kehidupan suatu bangsa dan
negara senantias dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan strategis.
Karena itu, wawasan itu harus mampu memberi inspirasi pada suatu bangsa dalam menghadapi
berbagai hambatan dan tantangan yang ditimbulkan oleh lingkungan strategis dalam mengejar
kejayaannya. Wawasan nasional Indonesia dilandasi oleh falsafah Pancasila dan oleh adanya
konsep geopolitik.
Konsep Geopolitik
1. Konsep persatuan dan kesatuan, mengandung makna segenap komponen bangsa untuk
bersatu padu karena bangsa Indonesia yang heterogen dan majemuk serta hidup di dalam
wilayah kepulauan NKRI.
2. Konsep Bhineka Tunggal Ika, mengajak segenap komponen bangsa bahwa
keanekaragaman suku, etnis, agama, spesifikasi daerah adalah realita yang harus di
dayagunakan untuk memajukan bangsa dan negara.
3. Konsep kebangsaan, mengajak segenap komponen bangsa untuk memiliki persepsi yang
sama tentang kebangsaan Indonesia, bahwa bangsa Indonesia lahir karena adanya
kehendak segenap komponen bangsa yang terdiri dari kelompok-kelompok masyarakat
yang heterogen dan majemuk untuk bersatu, memiliki latar belakang sejarah yang sama,
mempunyai cita-cita dan tujuan untuk hidup bersama dan hidup dalam wilayah yang
sama sebagai satu kesatuan ruang hidup yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Konsep Negara Kebangsaan, menggugah kesadaran segenap komponen bangsa untuk
memiliki persepsi yang sama tentang konsep negara kebangsaan mengedepankan prinsip
satu kesatuan wilayah.
5. Konsep Negara Kepulauan, mengajak segenap komponen bangsa untuk memiliki
persepsi yang sama tentang negara kepulauan, yaitu sebagai kawasan laut yang ditaburi
pulau-pulau. Untuk itu wilayah laut harus di pandang sebagai media pemersatu bangsa.
6. Konsep Geopolitik, mengajak seluruh komponen bangsa untuk memiliki persepsi yang
sama tentang konstelasi geografi Indonesia, yang posisi strategis Indoneisa antara dua
kawasan besar dunia (Samudra Hindia dan Pasifik) dengan sumber kekayaan alamnya
merupakan suatu potensi bila bangsa dan masyrakat Indonesia bisa memanfaatkan dan
menjadi kerawanan jika bangsa dan masyarakat Indoensia tidak mampu memanfaatkan
Falsafah Pancasila
Nilai-nilai pada pancasila memiliki dasar pengembangan wawasan nasional. Nilai-nilai itu yakni:
Penerapan Hak.
1. Hak Asasi Manusia (HAM), seperti memberi kesempatan untuk berlatih sesuai dengan
agama mereka.
2. Sebagai kepentingan umum daripada kelompok dan individu.
3. Pengambilan keputusan berdasarkan konsensus dan konsultasi.
Aspek Kewilayahan Nusantara
Pengaruh geografi adalah fenomena yang dapat diperhitungkan, sebab Indonesia memiliki
kekayaan suku bangsa dan Sumber Daya Alam (SDA).
Indonesia memiliki ratusan suku bangsa yang memiliki adat istiadat, bangsa, kepercayaan dan
agama yang berbeda-beda, sehingga kehidupan nasional yang berhubungan dengan interaksi
antargolongan mengandung potensi konflik
Aspek Kesejarahan
Istilah otonomi daerah dan desentralisasi pada dasarnya mempersoalkan pembagian
kewenangan kepada organ – organ penyelenggara negara, sedankan otonomi menyangkut hak
yang mengikuti pembagian wewenang tersebut. Otonomi daerah sebagai kerangka
penyelenggaraan pemerintahan mempunyai visi yang dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup
utama yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya: politik, ekonomi, social, dan budaya.
Otonomi adalah buah dari kebijakan desentralisasi dan demokrasi, karenanya visi
otonomi daerah di bidang politik harus dipahami sebagai sebuah proses untuk membuka ruang
bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis, memungkinkan
berlangsungnya penyelenggaraan pemerintah yang responsive terhadap kepentingan masyarakat
luas, dan memelihara suatu mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada asas
pertanggungjawaban public.
Visi otonomi daerah di bidang ekonomi mengandung makna bahwa otonomi daerah di
satu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, di
pihak lain mendorong terbukanya peluang bagi pemerintah daerah mengembangkan kebijakan
lokal kedaerahan untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya. Visi
otonomi daerah di bidang social dan budaya mengandung pengertian bahwa otonomi daerah
harus siarahkan pada pengelolaan, penciptaan dan pemeliharaan integrase dan harmoni social.
Visi otonomi daerah di bidang social dan budaya yang lainnya adalah memelihara dan
mengembangkan nilai, tradisi, karya seni, karya cipta, Bahasa, dan karya sastra lokal yang
dipandang kondusif dalam mendorong masyarakat untuk merespons positif dinamika kehidupan
di sekitarnya dan kehidupan lokal.
Prinsip – prinsip pemberian otonomi daerah yang dijadikan pedoman dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai berikut (Ubaedillah & Rozak, 2014):
1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memerhatikan aspek demokrasi,
keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman daerah.
2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata, dan bertanggung
jawab.
3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan
daerah kota, sedangkan pda daerah provinsi merupakan otonomi yang terbatas.
4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga tetap
terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah.
5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemadirian daerah otonom, dan
karenanya dalam daerah kabupaten dan kota tidak ada lagi wilayah administrasi.
6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan
legislative daerah, baik fungsi lagislasi, fungsi pengawasan maupun fungsi anggraan atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
8. Pelaksanan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari pemerintah kepada
daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban
melapirkan pelaksanan dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan.
Pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah dilakuakn berdasarkan prinsip negara kesatuan
tetapi dengan semangat fandalisme. Otonomi daerah yang diserahkan itu bersifat luas, nyata, dan
bertanggung jawa. Disebut luas karena kewenangan sisa justru berada pada pemerintah pusat
(seperti, pada negara federal); disebut nyata karena kewenangan yang diselenggarakan itu
menyangkut yang diperlukan, tumbuh dan hidup, dan berkembang di daerah; dan disebut
bertanggung jawab karena kewenangan yang diserahkan itu harus diselenggarakan demi
pencapaian tujuan otonomi daerah, yaitu peningkata pelayanan dan kesejahteraan masyarakat
yang semakin baik, penegmbangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan pemerataan, serta
pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah antar daerah. Di samping itu,
otonomi seluas – luasnya (keleluasaan otonomi) juga mencakup kewenangan yang utuh dan bulat
dalam penyelenggaraannya melalui perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan
evaluasi.
Dalam rangka negara kesatuan, pemerintah pusat masih memiliki kewenangan melakukan
pengawasan terhadap daerah otonom. Tetapi, pengawasan yang dilakukan pemerintah pusat
terhadap daerah otonom diimbangi dengan kewenangan daerah otonom yang lebih besar, atau
sebaliknya, sehingga terjadi semacam keseimbangan kekuasaan. Keseimbangan yang dimaskud
ialah pengawasan ini tidak lagi dilakuakn secara structural, yaitu bupati dan gubernur bertinda
sebagai wakil pemerintah pusat sekaligus kepala daerah otonom, dan tidak lagi secara preventif
perundang – undangan, yaitu peraturan daerah (perda) memerlukan persetujuan pusat untuk
dapat berlaku (Ubaedillah & Razak, 2014).
Terkait dengan pembagian kewenangan antara pemerintah dengan pemerintah daerah terdapat 11
jenis kewenangan wajib yang diserahkan kepada daerah otonom kabupaten dan daerah otonom
kota, yaitu:
1. Pertanahan
2. Pertanian
4. Tenaga kerja
5. Kesehatan
6. Lingkungan hidup
7. Pekerjaan umum
8. Perhubungan
11. Koperasi
Selain itu, kabupaten atau kota yang mempunyai batas laut juga diberi kewenangan kelautan
seluas 1/3 dan luas kewenangan provinsi yang 12 mil. Penjabaran kesebelas kewenangan itu,
dalam arti lingkup kegiatan dan tingkat kewenagan yang akan diserahkan kepada daerah otonom
kabupaten dan kota, masih harus menunggu penyesuaian sejumlah UU yang sejalan dengan
paradigm dan jiwa UU No. 22 Tahun 1999 jo. UU No. 32 Tahun 2004.
Otonomi daerah diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan kebijakan nasional yang dapat
mencegah kemungkinan terjadinya disintegrasi nasional. Otonomi daerah merupakan sarana
yang secara politik ditempuh dalam langkah memelihara keutuhan negara bangsa. Otonomi
daerah dilakukan dalam rangka memperkuat ikatan semangat kebangsaan serta persatuan dan
kesatuan diantara segenap warga bangsa. Namun demikian, dalam praktiknya kebijakan Otda
telah banyak menimbulkan kesalahpahaman. Beberapa salah paham yang muncul dari berbagai
kelompok masyarakat terkaiat dengan kebijakan dan implementasi otonomi daerah sebagai
berikut:
Pertama, otonomi dikaitkan semata- mata dengan uang. Suatu pemahaman yang keliru tentang
otonomi daerah, yaitu untuk berotonomi daerah harus mencukupi sendiri segala kebutuhannya,
terutama dalam bidang keuangan. Ungkapan seperti ini sama sekali tidak dapat dipertanggung
jawabkan. Uang bukan satu – satunya alat dalam menggerakkan roda pemerintahan. Kedua,
daerah belum siap dan belum mampu. Tidak ada alasan untuk tidak siap dan tidak mampu karena
pemerintah daerah sudah terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam waktu yang sudah
sangat lama dan berpengalaman dalam administrasi pemerintahan. Ketiga, dengan otonomi
daerah maka pusat akan melepaskan tanggung jawabnyauntuk membantu dan membina daerah.
Bersamaan dengan kebijakan otonomi daerah, pemerintah pusat tetap harus tugas dan
bertanggungjawab untuk memberi dukungan dan bantuan kepada daerah, baik berupa bimbingan
teknis penyelenggaraan pemerintahan kepada personil yang ada di daerah, ataupun berupa
dukungan keuangan.
Keempat, dengan otonomi daerah maka daerah dapat melakukan apa saja. Daerah dapat
menempuh segala bentuk kebijakan apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
hukum dan undang – undang yang berlaku secara rasional. Kelima, otonomi daerah akan
menciptakan raja – raja kecil di daerah dan memindahkan korupsi ke daerah. Untuk meghindari
praktik kekuasaan tersebut, pilar – pilar penegakan demokrasi dan masyarakat madani (civil
society) seperti partai politik, media massa, komisi pemberantasan korupsi (KPK), komisi
Ombudsman, komisi kepolisian, komisi kejaksaan, dan LSM yang mengawasi praktik korupsi,
lembaga legislatif, dan peradilan dapat memainkan perannya sebagai pengawas jalnnya
pemerintahan daerah secara optimal.
Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional dan akuntabel yang bersandar pada prinsip
– prinsip good governance, lembaga administrasi negara(LAM) merumuskan 9 aspek
fundamental (asas) dalam good governance yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Partisipasi (participation)
3. Transparansi (transparency)
4. Responsif (responsiveness)
6. Kesetaraan (equity)
8. Akuntabilitas (accountabilit)