Anda di halaman 1dari 7

PEWARISAN MONOHIBRID

Disusun oleh:
Sabrina Abeallya Afthoni (B1A020006)
Kelas A
I/3

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
I. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tabel uji Chi-Square

Tabel 1.1 Uji X2(Chi-Square) Monohibrid

Kelas Fenotip O (Hasil) E (Harapan) (O − E)2


E

Tipe liar 20 24 0,66


(wild type)

Tipe mutan (ebony) 12 8 2

Total 32 32 2,66

2. Perhitungan uji Chi-Square


a. Mencari nilai E (expect/harapan)
Rumus E:
E = Peluang x Jumlah Individu
E Liar = ¾ × 32 = 24
E Mutan (ebony) = ¼ × 32 = 8

b. Mencari nilai X2hitung


Rumus uji Chi-Square:
(𝑶−𝑬)𝟐
X2hit = 𝑬
(𝑂−𝐸)2
X2hit liar = 𝐸
(20−24)2
= 24
(−4)2
= 24
16 2
= 24 = = 0,66
3

(𝑂−𝐸)2
X2hit ebony = 𝐸
(12−8)2
= 8
(4)2
= 8
16
= =2
8

X2hit = X2hit liar + X2hit ebony


2
= +2
3
8
= = 2,66
3

c. Mencari X2 tabel
Derajat bebas (db) = n – 1
=2–1
n = jumlah kelas fenotip
Tingkat kesalahan (alfa) = 0,05
X2 tabel = 3,84

d. Kesimpulan
Kesimpulan dari perhitungan uji Chi-Square Monohibrid ini yaitu
X2 hit < X2 tabel, diterima.
B. Pembahasan

Hukum Mendel pewarisan sifat pada persilangan dua individu


dijelaskan lebih lanjut pada Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II. Hukum
Mendel I disebut juga hukum segregasi yang menjelaskan mengenai
persilangan monohibrid. Hukum Mendel I “Kedua gen alelik yang mengatur
pemunculan suatu sifat akan dipisahkan (disegregasi) satu sama lain dan
dimasukkan ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk.” Persilangan
monohibrid ialah persilangan yang hanya memperhatikan satu sifat atau sifat
beda. Selama proses meiosis berlangsung pada persilangan monohibrid,
pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak
berpasangan. Setiap set kromosomnya terdapat di dalam satu sel gamet.
Proses pemisahan gen tersebut secara bebas disebut segregasi bebas
(Syamsuri, 2004). Hukum Mendel I berlaku pada gametosis F1 yang
bergenotipe heterozigot. Maka, jika terjadi penyerbukan sendiri (F1 >< F1)
terdapat 4 macam perkawinan (Wildan, 1996).
Untuk praktikum kali ini, digunakan lalat tipe liar dan mutan Ebony
dengan karakteristik yang berbeda. Karakteristik lalat tipe liar atau
Drosophila betina memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan jantan,
dibagian abdomen betina terdapat 6 ruas garis-garis hitam tebal dari dorsal
hingga ujung abdomen yang lancip. Sedangkan untuk lalat Drosophila jantan
memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil, pada bagian abdomen terdapat 3 ruas
garis-garis hitam tebal, dan ujung abdomennya bulat atau tumpul (Jones &
Rickards, 1991). Sedangkan, lalat Ebony, berwarna gelap hampir hitam
dibadannya, karena adanya mutasi di gen pada kromosom ketiga yang
menyebabkan pigmen hitam menumpuk di seluruh tubuh. Penyebab sering
digunakannya lalat Drosophila ini karena tidak memerlukan kondisi steril
dalam praktikumnya, mudah diperoleh karena bersifat kosmopolit, siklus
hidupnya pendek, mudah dijumpai, mudah dipelihara, berkembang biak
dengan cepat dan baik karena lalat betina dapat menghasilkan telur yang
banyak (Iskandar, 1987).
Pola persilangan monohibrid lalat tipe liar dan Ebony dapat diketahui
sebagai berikut:
P : EE × ee
(tipe liar) (tipe ebony)

Gamet :
Genotipe F1 : Ee 100% heterozigot
Generasi F1 : Ee × Ee
(tipe liar) (tipe ebony)

Ganet : E,e × E,e


Genotipe F2 : EE : Ee : eE : ee
Nisbah genotipe : 1: 2 :1

Fenotipe : Liar : Ebony


Nisbah fenotipe : 3 : 1
Namun beberapa nisbah fenotipe mendelian dalam peristiwa
monohibrid ini dapat mengalami penyimpangan semu yang mengakibatkan
semi dominansi, kodominansi, dan gen letal. Semi dominansi merupakan
peristiwa satu gen dominan yang tidak menutupi pengaruh gen resesif secara
sempurna, sehingga pada gen heterozigot akan muncul sifat antara
(intermediate) dengan nisbah fenotipenya 1 : 2 : 1. Contohnya yaitu terjadi
pada bunga pukul empat (Mirabilis jalapa). Lalu, ada kodominansi yang
merupakan peristiwa dimana masing-masing alel atau kedua alel akan sama-
sama diekspresikan dan tidak saling menutupi yang memiliki nisbah fenotipe
yaitu 1 : 2 : 1, terdapat pada pewarisan golongan darah sistem ABO pada
manusia. Sedangkan untuk gen letal sendiri merupakan gen-gen yang
menyebabkan kematian pada individu homozigot, kematiannya terjadi pada
masa embrio atau sesaat setelah dewasa. Gen letal ini terbagi menjadi dua,
gen letal dominan dengan contoh Ayam Creeper dan resesif dengan contoh
jagung Albino.
Pada percobaan kali ini menggunakan perhitungan uji Chi-Square (X2).
Uji Chi-Square merupakan mekanisme deviasi atau penyimpangan dari rasio
hipotesis yang dikurangi menjadi suatu harga tunggal berdasarkan ukuran
sampel. Uji ini menggunakan jumlah ukuran sampel dan deviasi dari rasio
yang diharapkan (Novel et al). Berdasarkan hasil praktikum dan perhitungan
yang telah dilakukan didapatkan hasil perhitungan Chi-Square, untuk nilai
observasi dan nilai harapan pada lalat liar adalah 20 dan 24, dengan hasil
perhitungan Chi-Square 0,66. Lalat Ebony memiliki nilai observasi dan nilai
harapan sebesar 12 dan 8, dengan nilai Uji Chi-Square nya adalah 2. Total
hasil X2 hit yaitu sebesar 2,66 dan memiliki nilai X2 tabel sebesar 3,84. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa nilai X2 hit lebih kecil daripada nilai X2
tabel, maka hasilnya memenuhi nisbah persilangan monohibrid dan dapat
diterima.
DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, D.T. 1987. Petunjuk Praktikum Genetika. Bandung: ITB.


Jones, R.N., G.K. Rickards. 1991. Practical Genetics. Open University Press.
Milton Keynes: xii.
Novel, S.S., Nuswantara, S. & Syarif, S. 2010. Genetika Laboratorium. Jakarta:
Trans Info Media.
Syamsuri, L. 2004. Biologi SMA. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai