Uts Pak Cum Fixs

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama : Yogi Bagus Dwi Cahyono


NIM : K7119281
Semester / Kelas : 2D Soal A
Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik No Absen 37
Hari / Tanggal : Senin, 20 April 2020
Waktu : Pk. 07.30 - 09.10

Petunjuk:
Kerjakan soal-soal berikut dengan tepat !

Pertanyaan/ Soal-soal dan Jawaban :

1. Apa maksud dan tujuan mempelajari perkembangan peserta didik ?


Jawab :

Pada dasarnya maksud dan tujuan mempelajari perkembangan peserta didik itu
sendiri agar nantinya akan berperan dalam pembentukan karakter peserta didik. Tidak
hanya itu tetapi juga harus memahami dan peka terhadap masalah yang dihadapi peserta
didik. Dalam hal ini juga ditekankan untuk memahami pada usia berapa peserta didik
mampu berfikir abstrak. Selain itu juga harus mampu memahami setiap tingkah laku
peserta baik dari segi positif maupun negatif dan mampu memahami setiap kondisi
psikologi peserta didik.  Hal ini perlu diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap
proses belajarnya nanti.
Dengan hal ini, dapat membantu dalam mengambil tindakan saat menghadapi
peserta didiknya seperti cara memahami, serta menyelesaikan masalah- masalah yang
sering timbul pada peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas nanti. Dalam hal ini
juga di jelaskan mengenai prinsip- prinsip perkembangan peserta didik baik dalam segi
pertumbuhan maupun perkembangannya. Dijelaskan juga beberapa hal dalam proses atau
tahap untuk mengetahui faktor perkembangan dan penghambat peserta didik dengan cara
meninjau dari faktor lingkungan, faktor keluarga, maupun faktor sosial dari peserta didik.
Kurangnya pengetahuan mengenai perkembangan peserta didik akan menyulitkan
saat mengajar di kelas nanti, karena salah satu hal yang  akan terjadi adalah adanya
ketidaksesuain dalam penyampaian materi dengan kemampuan berfikir dan tingkat
pemahaman peserta didik dalam menangkap pelajaran yang diberikan.
2. Jelaskan fase-fase /tahap-tahap perkembangan peserta didik menurut para ahli !
Jawab :

A. Menurut Charlotte Buhler


Charlotte Buhler, seorang psikolog Wina, adalah ketua pertama dari
Asosiasi Psikologi Humanistik. Buhler menolak anggapan dari para psikoanalis
bahwa pemulihan homeostasis psikologis (keseimbangan) melalui
pelepasanketegangan merupakan tujuan dari manusia. Menurut teori Buhler,
tujuan riil/nyata dari manusia adalah pemenuhan yang dapat mereka capai dengan
pencapaian/prestasi dalam diri mereka dan di dunia (Buhler, dalam Rice, 2002).
Kecenderungan dasar manusia adalah aktualisasi diri, atau realisasi diri,
sehingga pengalaman puncak darikehidupan muncul melalui kreativitas. Buhler
menekankan peran aktif yang manusia mainkan melalui inisiatif mereka sendiri
dalam memenuhi tujuan. Tabel 1 menjelaskan fase yang diuraikan oleh Buhler
Dalam tahap terakhir dari kehidupan, banyak manusia mengevaluasi total
eksistensi mereka dalam hal pencapaian atau kegagalan.

Fase Perkembangan
Fase 1 : 0 – 15 th Pertumbuhan biologis progresif; anak di rumah; hidup
berpusat pada kepentingan yang sempit, sekolah, keluarga
Fase 2 : 16 – 27 Pertumbuhan biologis lanjut, kedewasaan seksual;
th perluasan aktivitas, penentuan diri; meninggalkan keluarga,
memasuki kegiatan independen dan relasi personal
Fase 3 : 28 – 47 Stabilitas biologis; periode puncak; periode yang lebih baik
th dari pekerjaan profesional dan kreatif; banyak hubungan
personal dan social
Fase 4 : 48 – 62 Kehilangan fungsi produktif, penurunan
th kemampuan;penurunan dalam aktivitas;kehilangan
personal, keluarga, ekonomi; transisi ke fase ini ditandai
oleh krisis psikologis; periode instrospeksi

Fase 5 : 63 th & Penurunan biologis, meningkatnya penyakit; pengunduran


> diri dari profesi; penurunan dalam sosialisasi, tapi
meningkatdalam hobi, pencarian individu; periode
retrospeksi, perasaan pemenuhan atau kegagalan

Tabel 1. Fase Kehidupan dari Buhler

B. Menurut Jean Piaget


Jean Piaget (1896-1980) adalah psikolog perkembangan dari Swiss yang
tertarik dengan pertumbuhan kapasitas kognitif manusia. Ia mulai bekerja di
laboratorium Alfred Binet di Paris, dimana pengujian kecerdasan modern berasal.
Piaget mulai memeriksa bagaimana anak-anak tumbuh dan berkembang dalam
kemampuan berpikirnya. Ia menjadi semakin tertarik dengan bagaimana anakanak
mencapai kesimpulan daripada apakah mereka menjawab dengan benar atau
tidak. Jadi bukannya mengajukan pertanyaan dan menilai mereka benar atau
salah, Piaget justru memberikan pertanyaan kepada anak-anak itu untuk
menemukan logika dibalik jawaban mereka. Melalui pengamatan yang seksama
pada anak-anaknya sendiri dan anak-anak lainnya, ia menyusun teori
perkembangan kognitifnya .
Piaget mengajarkan bahwa perkembangan kognitif adalah hasil gabungan
dari kedewasaan otak dan sistem saraf dan adaptasi pada lingkungan kita. Ia
menggunakan lima term untuk menggambarkan dinamika perkembangan itu.
Skema menunjukkan struktur mental, pola berpikir yang orang gunakan untuk
mengatai situai tertentu di lingkungan. Misalnya, bayi melihat benda yang mreka
inginkan, sehingga mereka belajar menangkap apa yang mereka lihat. Mereka
membentuk skema yang tepat dengan situasi. Adaptasi adalah proses dengan
mana anak-anak menyesuaikan pemikirannya untuk memasukkan informasi baru
yang selanjutnya mereka mengerti. Piaget (dalam Rice, 2002) mengatakan bahwa
anak-anak menyesuaikan diri dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi berarti memperoleh informasi baru dan memasukkannya ke dalam
skema sekarang dalam respon terhadap stimulus lingkungan yang baru.
Akomodasi meliputi penyesuaian pada informasi baru dengan
menciptakan skema yang baru ketika skema lama tidak berhasil. Anak-anak
mungkin melihat anjing untuk pertama kalinya (asimilasi), tapi kemudian belajar
bahwa beberapa anjing aman untuk dipiara dan anjing lainnya tidak (akomodasi).
Ketika anakanak memperoleh semakin banyak informasi, mereka menyusun
pemahamannya tentang dunia secara berbeda.Konsep equilibrium/keseimbangan
esensial dalam definisi Piaget tentang kecerdasan sebagai “bentuk equilibration “.
Equilibration didefinisikan sebagai kompensasi untuk gagguan eksternal.
Perkembangan intelektual menjadi kemajuan yang terus-menerus yang bergerak
dari satu ketidak-seimbangan struktural ke keseimbangan struktur yang baru yang
lebih tinggi.
Piaget menguraikan empat tahap perkembangan kognitif: sensorimotor,
preoperational, concrete operational, dan formal operational). Tahapan
perkembangan kognitif menguraikan ciri khas perkembangan kognitif tiap tahap
dan merupakan suatu perkembangan yang saling berkaitan dan
berkesinambungan.

Usia Tahap Perilaku


Lahir - 18 bulan Sensorimotor  Belajar melalui perasaan
 Belajar melalui reflexs
 Memanipulasi bahan

18 bulan - 6 tahun Praoperasional  Ide berdasarkan persepsinya


 Hanya dapat memfokuskan pada
satu
 Variabel pada satu waktu
 Menyamaratakan berdasarkan
pengalaman terbatas

6 tahun - 12 tahun Operasional  Ide berdasarkan pemikiran


Konkret  Membatasi pemikiran pada
benda-benda dan kejadian yang
akrab

12 tahun atau Operasional  Berpikir secara konseptual


lebih Formal  Berpikir secara hipotetis

Tabel 2. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget

3. Bagaimana karakteristik perkembangan fisik, psikis, dan sosial peserta didik usia
SD?
Jawab :

A. Aspek Fisik

Faktor fisik merupakan faktor biologis individu yang merujuk pada faktor
genetik yang diturunkan oleh kedua orang tuanya. Faktor ini dimulai dari masa
pembuahan sel telur oleh sel jantan. Unsur-unsur di dalam struktur genetik
inilahyang memprogramkan tumbuhnya sel tubuh pada manusia. Gen inilah yang
menentukan warna rambut, kulit, ukuran tubuh, jenis kelamin, kemampuan
intelektual, serta emosi (Atkinson, 1991). Potensi genetik inilah yang akan
berinteraksi dengan lingkungan sehingga membentuk individu tersebut tumbuh
dan berkembang.
Pada masa pembentukan sel-sel tubuh, banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kondisi janin disamping keunikan yang telah ada pada kedua
orangtuanya. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor penyimpangan
yaitu : dari segi fisik, seperti keadaan gizi yang buruk pada ibu hamil, dipengaruhi
berbagai jenis obat-obatan yang berbahaya, rokok, alkohol, serta zat-zat kimia
dapat merugikan janin. Dari segi psikologis, pembentukan sel-sel tubuh juga
dipengaruhi oleh keadaan psikologis selama kehamilan. Emosi Ibu yang tidak
stabil atau stres yang berat dapat menumbuhkan kelainan pada janin, seperti
penyakit dan cacat fisik maupun psikologis. Untuk lebih rinci dapat dicermati
penjelasan berikut ini;

1) Faktor Gizi atau Asupan Makanan


Kesehatan individu sangat tergantung pada pemberian gizi yang baik dan
berimbang. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dalam merangsang
tumbuh kembang individu dan merangsang perkembangan otak dan sistem
syarafnya yang merupakan bagian paling penting dalam menentukan tumbuh dan
kembang individu

2) Cacat dan penyakit


Kondisi individu yang cacat banyak disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
a. Pengaruh genetik karena adanya kelainan berupa penyimpangan
b. Ibu yang kurang gizi pada saat mengandung. Seperti yang diungkapkan
c. Obat-obatan dan alkohol. Kandungan zat kimia pada obat dan alkhohol
d. Radiasi
e. Penyakit yang diderita Ibu selama kehamilan
f. Keadaan Emosi pada Ibu

B. Aspek Psikis

Aspek psikis ini berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam)
terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan. Kemampuan
untuk bereaksi secara emosional sudah ada sejak bayi dilahirkan.
Gejala pertama perilaku pada aspek ini dapat dilihat dari keterangsangan
umum terhadap suatu stimulasi yang kuat. Misalnya bila bayi merasa senang,
maka ia akan menghentak-hentakkan kakinya. Sebaliknya bila ia tidak senang,
maka bayi bereaksi dengan cara menangis.
Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai,
merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk lainnya.
Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan
orang-orang di sekitarnya. Psikis yang berkembang akan sesuai dengan impuls
emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang,
mereka akan belajar untuk menyayangi.

C. Aspek Sosial
Perkembangan social  menurut Erik Erikson, perkembangan sosial yang
tepat pada masa remaja membutuhkan pemecahan tantangan utama ego-identitas
vs difusi peran. Untuk menyelesaikan krisis kehidupan ini, remaja harus
membentuk identitas ego, perasaan kuat tentang "siapa saya dan apa yang saya
perjuangkan," atau mereka mungkin mengalami difusi peran (lari dari satu
aktivitas ke aktivitas lain), dengan kemungkinan peningkatan menyerah pada
tekanan teman sebaya.
Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja yang menonjol dari perkembangan
sosial masa remaja yakni sebagai berikut (Ali dan Asrori, 2014: 91-92):
1. Berkembangnya suatu kesadaran mengenai kesunyian dan dorongan
akan pergaulan
Ini sering kali menyebabkan remaja memiliki solidaritas yang amat tinggi
dan kuat dengan kelompok sebayanya, jauh melebihi dengan kelompok lain
bahkan dengan orang tuanya sekalipun..
2. Adanya upaya memilih nilai-nilai social
Ini menyebabkan remaja senantiasa mencari nilai-nilai yang dapat
dijadikan pegangan. Dengan demikian jika tidak menemukannya cenderung
menciptakan nilai-nilai khas kelompok mereka sendiri. 
3. Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis
Remaja umumnya berusaha keras memiliki teman dekat dari lawan
jenisnya atau disebut dengan istilah mulai mengenal pacaran. 
4. Mulai cenderung memilih karier tertentu
Kecendenderungan ini pada tahap remaja masih berada pada tahap
pencarian kariernya

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Remaja Menurut Ali dan


Asrori (2014: 91-92) ada tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial
remaja yaitu:
1. Lingkungan  Keluarga
2. Lingkungan Sekolah
3. Lingkungan Masyarakat

4. Bagaimanakan teori perkembangan moral menurut Kolberg dan berilah


gambaran / bagan visualisasinya?
Jawab :

Lawrence Kohlberg (1958-1976, 1986) adalah salah satu psikolog yang sangat
berjasa dalam penelitian tentang penalaran moral. Kohlberg meneliti perkembangan
moral melalui disertasi doktornya tahun 1958 dengan judul: The Development of Modes
of Thinking and Choice in the Year 10 to 16. Ia tertarik meneliti perkembangan moral
setelah terinspirasi hasil pemikiran Jean Piaget dan kegamumannya atas reaksi anak-
anak.
Kohlberg mengemukakan bahwa ketika dilahirkan, anak belum membawa aspek
moral. Ia menekankan bahwa cara berpikir tentang moral berkembang menurut tahapan
tertentu. Ketertarikan Kohlberg pada isu moral dipicu hasil penelitian Piaget (1932).
Tahapan seperti dimaksudkan Kohlberg bersifat universal. Tahapan ini dimatangkan
Kohlberg setelah ia melakukan penelitian selama 20 tahun dengan mewawancarai
sejumlah anak.Adapun tahapan perkembangan moral menurut Kohlberg terdiri atas 3 tiga
tahap dan masing-masing tahap terinci menjadi 2 tahap sehingga menjadi 6
tahap.Adapun tahapan perkembangan moral Kohlberg tersaji pada gambar berikut:

Tahap 1 1.Orientasi kepatuhan dan hukuman


Orientasi peranan
(reward dan punishment) Pra-Konvensional 2. Orientasi minat pribadi

3. Orientasi keserasian
interpersonal dan konformitas
Tahap 2 (anak baik)
Standar moral ditetapkan orang
lebih dewasa Konvensional 4. orientasi otoritas dan
pemeliharaan aturan sosial

Tahap 3 5. orientasi kontrak social dan


Standar moral alternative, kode hak individu
moral personal Pasca-Konvensional
6. prinsip etika universal

Tahapan perkembangan moral menurut Kohlberg


 Tahap Pertama Penalaran Moral Pra-Konvensional (preconventional reasoning)
adalah tingkat penalaran moral terendah. Pada tahap ini perilaku baik dan
buruk diinternalisasikan melalui reward (imbalan) dan hukuman (punishment)
eksternal.
1. Moralitas heteronom: pada tahap ini orientasi penalaran moral dihubungkan
dengan punishment. Contoh anak tidak mencoret dinding sekolah karena takut
dihukum. Maka, ... suatu tindakan dianggap salah secara moral bila ada
hukuman bagi orang yang melakukan. Semakin keras hukuman diberikan,
dianggap semakin salah tindakan itu.
2. Individualisme, tujuan instrumental dan pertukaran. Pada tahap ini penalaran
individu yang memikirkan diri sendiri dianggap sebagai hal yang benar dan
hal ini juga berlaku untuk orang lain. Karena itu menurut mereka apa yang
benar adalah sesuatu yang melibatkan pertukaran yang setara. Anak berfikir
jika, mereka melakukan perbuatan baik kepada orang lain, orang lain juga
akan melakukan hal serupa kepada mereka.
 Tahap kedua, Penalaran Konvensional (conventional reasoning). Merupakan
tahap dimana individu memasuki peran sosial. Pada tahap ini anak mulai
memperlakukan standar moral tertentu; tetapi standar itu ditetapkan oleh orang
lain, misalnya orangtua, guru, rohaniwan atau pemerintah. Anak mau menerima
persetujuan atau ketidaksetujuan orang-orang lain karena hal tersebut
merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Anak...
mencoba menjadi anak baik untuk memenuhi harapan masyarakat (Kohlberg,
1973). Pada tahap ini anak mulai menilai moralitas dari suatu tindakan dengan
mengevaluasi konsekuensi dalam bentuk membangun hubungan interpersonal
yang humanis lewat rasa hormat, terimakasih, toleran dan sebagainya.
3. Ekspektasi interpersonal, mutual, hubungan dengan orang lain dan
konformitas interpersonal.Pada tahap ini individu menghargai kepercayaan,
perhatian dan kesetiaan kepada orang lain sebagai dasar dari penilaian
moral.Anak dan remaja sering kali mengadopsi standar moral orangtua, agar
dianggap orangtua sebagai anak yang baik.
4. Moralitas sistem sosial. Pada tahap ini penilaian moral didasari oleh
pemahaman tentang keteraturan di masyarakat, hukum, keadilan dan
kewajiban. Sebagai contoh: Supaya tidak ada kekerasan terhadap perempuan
dan anak, perlu ada undang-undang perlindungan hak anak dan perempuan.
 Tahap Ketiga, Penalaran pascakonvensional (postconventional reasoning). Pada
tahap ini individu menyadari adanya jalur moral alternatif, mengeksplorasi pilihan
ini lalu memutuskan berdasarkan kode moral personal.
5. Kontak atau utilitas sosial dan hak individu.Pada tahap ini individu menalar
bahwa nilai, hak dan prinsip lebih utama atau lebih luas dari pada hukum.
Seorang mengevaluasi dan memvalidasi hukum yang ada dan sistem sosial
dapat diuji berdasarkan sejauhmana hal itu menjamin dan melindungi hak
azasi dan nilai dasar manusia. Hukum ... menurut Lickona, T dan Kohlber
(1976) lebih dilihat sebagai kontrak sosial dan bukan sesuatu keputusan yang
sifatnya kaku. Aturan-aturan yang tidak mengakibatkan kesejahteraan sosial
kalau perlu harus diubah demi kebaikan kepada banyak orang.
6. Prinsip etika universal. Pada tahap ini seseorang telah mengembangkan
standar moral berdasarkan hak azasi manusia universal. Ketika dihadapkan
pada pertentangan antara hukum dan hati nurani, meskipun keputusan ini
memberi resiko. Pada tahap ini penalaran moral didasarkan pada penalaran
abstrak dengan menggunakan prinsip etika universal. Dalam konteks itu
hukum hanya valid bila didasarkan pada keadilan dan komitmen pada
keadilan mengharuskan seseorang untuk tidak patuh pada hukum yang tidak
adil. Tidakan yang diambil merupakan hasil konsensus. Dengan cara ini
menurut Kohlberg, et.al (1983), tindakan tidak pernah menjadi cara tetapi
menjadi hasil. Seseorang bertindak karena hal itu benar dan bukan karena
maksud pribadi sesuai harapan legal atau sudah disetujui sebelumnya.
Kohlberg mengakui bahwa ia merasa sulit untuk menemukan seseorang yang
secara konsisiten menerapkan tahapan ini.
Kohlberg mengemukakan bahwa tingkatan perkembangan moral, terjadi secara
berurutan dan sesuai usia anak. Pada usia 9 tahun, kebanyakan anak menggunakan tahap
1 penalaran prakonvensional, ketika mereka dihadapkan dengan pilihan moral. Memasuki
masa remaja awal, kebanyakan mereka menalar dengan cara yang lebih konvensional.
Kebanyakan remaja menalar pada tahap 3 dan dengan beberapa tanda tahap 2 dan 4.
Ketika memasuki masa dewasa muda, beberapa orang menalar dengan cara
pascakonvensional. (Patris Rahabav)

5. Jelaskan keterkaitan antara kebutuhan dan tugas-tugas perkembangan usia remaja!


Jawab :
Pada dasarnya kebutuhan dan tugas-tugas pekembangan usia remaja sangat
berkaitan karena pada usia remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak
menuju dewasa. Hall (dalam Liebert, dan kawan-kawan, 1974) menyatakan bahwa
selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi karena remaja itu berupaya
menemukan jati dirinya (identitasnya) – kebutuhan aktualisasi diri. Aktualisasi diri
merupakan bentuk kebutuhan untuk mewujudkan jati dirinya. Beberapa jenis kebutuhan
remaja dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok kebutuhan, yaitu :
a. Kebutuhan organik, seperti makan, minum, bernafas, seks
b. Kebutuhan emosional yaitu kebutuhan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan dari
pihak lain, dikenal dengan n’Aff
c. Kebutuhan berprestasi atau need of achievement ( yang dikenal dengan n’Ach), yang
berkembang karena didorong untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sekaligus
menunjukkan kemampuan psikofisis
d. Kebutuhan untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis

Sedangkan Robert J. Havinghust (1961) mengartikan tugas-tugas perkembangan


itu merupakan suatu hal yang muncul pada periode tertentu pada rentang kehidupan
individu yang apabila berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan ketugas
perkembangan selanjutnya tapi jika gagal akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada
individu yang bersangkutan dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya.
Intinya kebutuhan harus dipenuhi, karena hal ini merupakan cara untuk
mempertahankan hidup agar tetap tegar. Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan akan
sangat berpengaruh terhadap pembentukan pribadi dan perkembangan psiko-sosial
seorang individu termasuk diantaraya untuk menjalankan tugas-tugasnya yang sesuai
dengan norma dan lingkungan

6. Jelaskan tentang teori Kecerdasan Ganda dari Howard Gardner, dan bagaimana
pendapat Saudara mengenai hal tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah?
Jawab :

Howard Gardner atau Antony Wilker adalah tokoh pendidikan dan psikologi terkenal
yang mencetuskan teori tentang kecerdasan majemuk atau multiple intelligences. Ia
berkebangsaan Amerika yang lahir dengan nama lengkap Howard Earl Gardner pada tanggal
11 Juli 1943 di Scranton, Pennsilvania. Ia adalah co-director pada project Zero, sebuah
kelompok penelitian (riset) di Havard School Graduate School of Education.
Teori tentang Kecerdasan Majemuk ini bergema sangat kuat di kalangan pendidik karena
menawarkan model untuk bertindak sesuai dengan keyakinan bahwa semua anak memiliki
kelebihan. Garner dalam bukunya yang berjudul Frames of Mind: Teori Multiple Intelegences
tahun 1983 mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan suatu
masalah suatu menciptakan suatu (produk) yang bernilai dalam suatu budaya. Pada mulanya
Howard Gardner menyatakan ada tujuh jenis kecerdasan, yaitu :
1. Kecerdasan Bahasa atau linguistik: terdiri dari kemampuan untuk berpikir dalam kata-
kata, dan meggunakan bahasa untuk mengungkapkan dan mengapresiasi makna yang
komplek. Pekerjaan yang sesuai bidang ini: penulis, penyair, jurnalis, pembicara,penyiar
warta berita dll.
2. Kecerdasan Logika matematika: kemampuan untuk menghitung, mengukur,
mempertimbangkan dalil atau rumus, hipotesis dan menyelesaikan operasi matematik
yang kompleks. Ilmuan, ahli matematika, akuntan, ahli mesin dan programmer computer,
semua menunjukkan kecerdasan matematik yang kuat.
3. Kecerdasan Intrapersonal: merujuk pada kemampuan untuk membangun anggapan yang
tepat pada seseorang dan untuk menggunakan sejenis pengetahuan dalam merencakan
dan mengarahkan hidup seseorang. Beberapa orang yang menunjukkan kecerdasan ini
adalah teolog, psikolog, filsuf.
4. Kecerdasan interpersonal: kemampuan untuk memahami orang dan membina hubungan
yang efektif dengan orang lain. Kecerdasan ini ditunjukkan oleh guru, para pekerja sosial,
actor, atau politisi.
5. Kecerdasan Musik atau musikal: kepekaan terhadap titinada, melodi, irama dan nada.
Orang yang menunjukan kecerdasan ini adalah komposer, dirigen, musisi, krtikus,
pengarang musik, bahkan pendengar musik.
6. Kecerdasan Visual dan Kecerdasan Spasial: kemampuan untuk mengindera dunia secara
akurat dan menciptakan kembali atau mengubah aspek-aspek dunia tersebut. Kecerdasan
ini seperti yang tampak pada keahlian pelaut, pilot, pemahat, pelukis dan arsitek.
7. Kecerdasan kinestetik: kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan trampil dan
memegang objek dengan cakap. Kecerdasan ini ditunjukkan oleh para atlet, penari, ahli
bedah, masyarakat pengrajin.

Kemudian sesuai dengan perkembangan penelitiannya, pada tahun 1990-an,


Howard Gardner memasukkan kecerdasan yang ke-8 yaitu Kecerdasan Alamiah
(naturalis). Kecerdasan Alam atau Kecerdasan Naturalis yaitu kemampuan untuk
mengenali dan mengklasifikasi aneka spesies, tumbuhan atau flora dan hewan fauna,
dalam lingkungan seperti; ahli Biologi, pecinta alam, penjelajah alam, dll.
Menurut saya, semua orang ataupun dalam hal ini peserta didik itu unik dan
memiliki caranya sendiri untuk memberikan kontribusinya di berbagai aspek dan
lingkungan tidak terkecuali dalam proses pembelajaran di sekolah. Saya sendiri melihat
kecerdasan seseorang atau peserta didik tidak harus dalam sebuah nilai dan tes yang
terstandard, tetapi dapat dilihat pula dalam :
1. Kemapuan peserta didik itu sendiri untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan dalam
kehidupan nyata
2. Kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk diselesaikan.
3. Kemampuan untuk menghasilkan sesuatu (produk) atau menawarkan sebuah pelayanan
yang dihasilkan

Anda mungkin juga menyukai