Anda di halaman 1dari 9

TUGAS AKHIR ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

“MAKALAH BODY SHAMING”

OLEH:

ANANDRA CHARISSIMA PUTRI

19059128

DOSEN:

MUHAMMAD HIDAYAT, S.Hum, S.Sos., M.A

MANAGEMENT DUAL DEGREE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


ABSTRAKSI

Istilah bullying dan body shaming kini menjadi isu populer di masyarakat kita. Budaya


dan kebiasaan tersebut banyak terjadi di hampir keseharian kita, termasuk memberikan
komentar berupa hal-hal yang menjurus pada body shaming atau penghinaan fisik. Apalagi di era
digital saat ini, perilaku tersebut banyak kita temukan di dunia maya seperti media
sosial. Kebiasaan tersebut nampaknya sangat mudah dilakukan oleh manusia sekarang ini,
karena kebebasan dan ketersediaan ruang-ruang publik yang sangat masif. Seringkali kita
mendengar atau menemukan komentar-komentar berupa kata-kata yang menjurus ke body
shaming.

Body shaming merupakan bentuk dari suatu tindakan mempermalukan atau mengejek
seseorang mengenai bentuk tubuh yang dimilikinya. Body shaming tidak mengenal usia, karena
body shaming sering kali dilakukan oleh orang dewasa bahkan sampai anak-anak. Body shaming
termasuk dalam pembulian verbal atau pembulian melalui kata-kata. Penyebabnya sendiri adalah
standar kecantikan atau penampilan sesorang yang harus sempurna dan meniru niru budaya asing
yang tentunya memiliki ras yang berbeda beda satu sama lain. Tentunya body shaming memiliki
berbagai dampak buruk bagi orang yang mengalaminya.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh sebagai wujud fisik manusia tidak lagi dipandang sekedar mewakili
eksistensi individual, namun keberadaannya telah menjadi komoditi bagi media. Sudah
menjadi pemandangan yang umum bagaimana media, baik cetak ataupun elektronik
terutama internet menyuguhkan tubuh-tubuh sebagai sebuah komoditi atau menyertai
sebuah komoditi pada iklan komersial. Tubuh manusia telah lama dipandang sebagai
objek oleh kacamata media.
Selain sebagai komoditi, media juga membangun sebuah konsep mengenai tubuh.
Konsep ini meliputi ukuran ideal tidak ideal, cantik, sehat, bersih, kuat dan lain
sebagainya. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa tubuh mewakili berbagai
hal seperti identitas sosial dan dekonstruksi moral, di mana tubuh menjadi ukuran standar
nilai di masyarakat. Tubuh (laki-laki dan perempuan) di media, tidak hanya dieksploitasi,
tapi juga menjadi sumber sekaligus tujuan segala sifat konsumtif masyarakat, bahwa
media membuat tubuh manusia memerlukan banyak sekali produk untuk mencapai
standar ‘ideal’. Imbasnya, konsep tubuh ini yang kemudian diterima dan disepakati oleh
masyarakat dan tubuh yang tidak mencapai konsep serta standar-standar tersebut, sangat
rentan mengalami pelecehan atau dalam tulisan ini diistilahkan dengan body shaming.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu body shaming?
2. Apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya body shaming tersebut?
3. Bagaimana dampak body shaming terhadap kepribadian korban body shaming?
4. Bagaimana cara mengatasi maraknya kasus body shaming?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian body shaming
2. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya body shaming
3. Menjelaskan dampak body shaming
4. Menjelaskan cara mengatasi body shaming
PEMBAHASAN

Body shaming menurut kamus Oxford adalah perilaku mempermalukan


seseorang dengan menghina atau membuat komentar negatif mengenai bentuk atau ukuran tubuh
seseorang. Body shaming dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk bullying yang banyak terjadi
di lingkungan kita. Perbedaan keduanya adalah jika body shaming hanya spesifik ditujukan pada
bentuk dan ukuran tubuh, sedangkan bullying mencakup hal yang lebih besar dan didefinisikan
sebagai bentuk agresi kepada orang lain baik secara fisik maupun verbal.

Beberapa orang sering kali tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan body
shaming kepada orang lain melalui beberapa pertanyaan yang mereka anggap menjadi hal yang
biasa, wajar dan hanyalah sebuah basa basi. Padahal, baik disengaja atau tidak, pertanyaan atau
pernyataan mereka tersebut telah menyinggung hati dan perasaan seseorang. Misalnya ,
"Perasaan muka lo makin lama makin item deh" , "Badan lo pendek banget sih” , “kurang gizi ya
lo?", “ kok lo gendutan sih” dan sebagainya.

Faktor Pemicu Body Shaming

 Persepsi yang salah mengenai bentuk fisik, hal ini tentu saja berkaitan dengan citra dan
standar ideal yang telah tertanam di masyarakat tentang kecantikan
 Ketidakpekaan sosial, hal ini berkaitan dengan tindakan-tindakan menjurus kearah body
shaming yang biasa dianggap sebagai lelucon atau bahan candaan semata. Ketidakpekaan
ini meliputi rasa abai bahwa seseorang mungkin merasa sedih dan sakit hati atas lelucon
mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya.
 Bentuk intimidasi dan dominasi, body shaming merupakan salah satu bentuk intimidasi
dan upaya mendominasi seseorang oleh pihak lain yang memiliki kuasa lebih dengan
menjatuhkan mental atau harga diri dengan merendahkan fisik si korban.
 Menghindari rasa inferior, perasaan inferior atau rendah diri biasanya dapat ditutupi
dengan bertingkah menjadi superior dan hal ini dapat dicapai dengan membuat orang lain
berada di posisi yang lebih inferior. Umumnya hal ini berkenaan dengan sifat kolektif
atau kegemaran manusia untuk membentuk dan diterima dalam kelompok-kelompok
tertentu.
 Masalah psikis atau pernah menjadi korban, faktor keluarga dan masa lalu berperan
dalam membentuk perilaku seseorang. Korban bullying atau body shaming sebelumnya,
berpotensi lebih besar menjadi pelaku di masa depan.

“Penyebab munculnya body shaming adalah pikiran atau pandangan tradisional akibat post-
kolonialisme yang memberi standar kecantikan dengan bentuk tubuh ideal, berkulit putih, hingga
tubuh yang tinggi.”

Dampak Body Shaming

Standar kecantikan tradisional dan fenomena body shaming berpotensi membuat


seseorang melakukan self-objectification. Self-objectification adalah keadaan dimana seseorang
memandang dirinya sebagai sebuah objek atau menilai diri sendiri berdasarkan penampilan.
Kecenderungan untuk melakukan self-objectification ini dapat menimbulkan perasaan malu atas
diri sendiri (shame) atau kecemasan (anxiety) terhadap bentuk atau ukuran tubuh. Orang-orang
yang tidak dapat menerima perlakuan body shaming akan cenderung merasa ada yang salah
dalam dirinya. Atau merasa tidak kompeten untuk melakukan sesuatu karena rendahnya
kepercayaan terhadap diri sendiri. Pada perempuan, dampak body shaming bisa sangat terlihat.
Perempuan yang cenderung memperhatikan penampilan fisiknya, seringkali bukan karena
keinginan dari dalam diri, melainkan untuk menghindari komentar negatif yang kemungkinan
akan ditujukan pada dirinya (McKinley & Hyde, 1996).

Dampak lain dari self-objectification adalah menurunnya aspek psikologis dalam diri seseorang,


salah satunya terkait dengan kepercayaan diri. Seseorang yang mendapatkan perlakuan body
shaming bisa jadi mengalami penurunan motivasi untuk melakukan sesuatu. Akibatnya, ia akan
merasa tidak berharga yang selanjutnya apabila hal itu berlangsung terus-menerus akan berujung
pada perasaan putus asa. Tidak jarang, rasa putus asa ini memunculkan pemikiran bunuh diri
pada seseorang (suicidal thought).

Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-


Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 45 ayat (3),
yaitu:
"Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)."

Selain itu, menurut Pasal 315 KUHP ;

"Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat peneemaran atau pencemaran tertulis
yang dilakuknn terhadap seseorang, baik di muka umum dengan lisan atau tulisan, maupun di
muka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan, atau dengan surat yang dikirimkan stau
diterimakan 1 kepadanya, diancam karena penghinaan ringan dengan pidana penjara paling lama
empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah."

Sebagaimana pasal yang sudah disebutkan diatas, body shaming dapat diartikan sebagai
penghinaan fisik terhadap seseorang. Maka dari itu pelaku body shaming di sosial media dapat
dijerat tindak pidana. Akan tetapi, sepertinya regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah
tidak memberikan efek jera terhadap pelaku body shaming. Masih banyak oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab menggunakan media sosial sebagai tempat melakukan body shaming.

Cara Mengatasi Body Shaming

 Hiraukan Setiap Ejekan Orang Lain

Menghiraukan atau mengabaikan perkataan orang lain adalah salah satu cara yang efektif untuk
mengatasi body shaming dengan cara tidak usah memperdulikan perkataan atau komentar orang
lain terhadap diri sendiri. Mengacuhkan cibiran orang lain dan juga membalasnya dengan
perkataan positif dan bersikap masa bodoh.

 Bergaul Dengan Orang Yang Berbeda

Apabila sudah mendapat perlakuan body shaming dari orang sekitar sebaiknya mulailah mencari
dan bergaul dengan orang yang berbeda dan layak untuk dijadikan teman baru karena lingkungan
yang menerima apa adanya.
 Memiliki Perspektif Tentang Arti Kecantikan dan Kesempurnaan

Berikutnya dalam mencari cara menghadapi body shaming  yaitu Anda juga harus memiliki
penilaian dan perspektif mengenai arti kecantikan juga kesempurnaan versi berbeda.Jangan
karena fisik yang tidak sempurna Anda beranggapan maka Anda tidak layak dibilang cantik.
Buka wawasan Anda mengenai arti cantik yang sesungguhnya, setelah Anda tahu maka Anda
akan merasa lebih percaya diri dan yakin Anda tidak seburuk yang orang katakan.

 Berpikir Positif Dengan Kekurangan Yang Dimiliki

Setiap kekurangan yang Anda miliki jangan dijadikan sebagai penghalang bagi Anda untuk
menikmati hidup. Ingat hidup itu hanya sekali, jadi pikirkan hal lain yang lebih menyenangkan.
Jangan hanya karena cibiran orang lain Anda begitu mudah menyerah, setiap yang diciptakan
Tuhan memiliki hal yang baik. Begitupun Anda harus bisa berpikir positif atas apa yang Anda
miliki, jadikan kekurangan Anda sebagai penyemangat hidup untuk mencapai yang lebih baik
lagi.

 Cintai Diri Sendiri

Jika Anda tidak menghargai diri Anda sendiri, maka orang lain pun tentu juga tidak. Oleh sebab
itu cintailah diri Anda selayak yang Anda inginkan. Manjakan diri Anda untuk mendapatkan hal
– hal yang baik, jangan biarkan kekurangan Anda menjadi penghalang Anda untuk bahagia.
Temukan dunia baru dengan teman dan pasangan baru yang lebih mewarnai kehidupan Anda.
Sehingga Anda akan merasa nyaman dan bahagia menghadapi kehidupan setiap harinya.

 Sibukkan Dengan Hal Yang Bermanfaat

Selain dari hal di atas, satu lagi hal yang bisa Anda lakukan dalam mengisi hari – hari Anda
adalah dengan mencari kesibukan dengan berbagai kegiatan. Ada banyak cara untuk membuat
Anda menikmati waktu Anda, seperti mengikuti kursus, bergabung bersama dengan komunitas,
mengikuti kegiatan sosial dan banyak lagi lainnya. Salurkan hobi dan minat Anda dalam
berbagai kegiatan, sehingga Anda akan melupakan masalah body shaming yang terjadi.
PENUTUP

KESIMPULAN

Konsep-konsep mengenai ‘kesempurnaan’ menciptakan kategori-kategori dalam sosial


selain kelas-kelas yang sudah ada, yaitu cantik, tampan, jelek, buruk, sehat, modis, seksi, nakal,
kuno, gaul, cupu dan lain sebagainya. Kesemuanya berkaitan dengan tubuh, apa yang melekat
padanya dan bagaimana tubuh itu ditampilkan. Tubuh yang juga merupakan standar nilai dan
identifikasi sosial kemudian diatur dan dilarang oleh sosial melalui stigma-stigma lainnya,
seperti bertato sama dengan amoral atau liar, berpakaian terbuka bisa berarti binal dan bergaya
layaknya lawan jenis (tomboy atau feminin) bisa berarti lesbian atau gay dan banyak stigma
lainnya yang muncul atas apa yang seseorang lakukan atau lekatkan pada tubuhnya.

Body shaming dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari bullying yang sejatinya
sudah terjadi sejak dulu hingga sekarang, dimana media berperan besar dalam melanggengkan
praktek-prakteknya. Oxford dictionary mendefinisikan body shaming sebagai ‘Tindakan atau
praktik mempermalukan seseorang dengan membuat komentar mengejek atau mengkritik
tentang bentuk atau ukuran tubuhnya’. Jika body shaming hanya ditujukan pada bentuk dan
ukuran tubuh, bullying merupakan lingkaran besarnya, didefinisikan sebagai bentuk agresi
dimana satu orang atau sekelompok orang berulang kali melecehkan korban secara verbal atau
fisik tanpa provokasi (Clarke & Kiselica, 1997 dalam Xin Ma).

Maka dari itu kita harus menghindari segala bentuk perlakuan body shaming terhadap
satu sama lain. Kita harus bisa mencintai diri sendiri dengan segala kekurangan yang kita miliki.
Serta memiliki perspektif luas terhadap standar penampilan. Sehingga nantinya kita akan bisa
menerima baik diri sendiri atau orang lain dengan apa adanya
DAFTAR PUSAKA

https://dosenpsikologi.com/cara-menghadapi-body-shaming

https://www.hipwee.com/narasi/body-shaming-mengganggu-kesehatan-mental-isu-besar-yang-
sering-terabaikan/

https://pijarpsikologi.org/mengapa-kita-sering-melakukan-body-shaming/

https://samsaranews.com/2018/09/20/body-shaming-dan-upaya-penegasan-atas-gender-dominan/

Anda mungkin juga menyukai