Anda di halaman 1dari 6

Bauran Pemasaran Politik

Konsep pemasaran atau marketing concept yang selama ini dikenal dengan bauran pemasaran
konvensional Jerome McCarthy (1957) yang terdiri dari komponen ‘4-Ps’ (product, price, place and
promotion), kini telah berkembang menjadi dan sekaligus mempopulerkan salah satu pelaksanaan
kegiatan bidang pemasaran politik atau yang disebut dengan political marketing.
a. Produk (Product)
Produk yang ditawarkan institusi politik merupakan sesuatu yang kompleks, dimana pemilih akan
menikmatinya setelah partai atau seseorang kandidat terpilih. Arti penting sebuah produk politik tidak
hanya ditentukan oleh karakteristik produk itu sendiri. Pemahaman pemilih juga memainkan peranan
penting dalam memaknai dan menginterpretasikan sebuah produk politik.
Niffenegger (dalam Firmanzah, 2008:200) membagi produk politik dalam tiga kategori, 1) platform
partai (party platform), 2). Catatatan tentang hal-hal yang dilakukan di masa lampau (past record), 3).
Karakteristik pribadi (personal characteristic). Produk utama dari sebuah institusi politik adalah platform
partai yang berisikan konsep, identitias idiologi, dan program kerja sebuah institusi politik. Selain itu, apa
saja yang telah dilakukan partai politik di masa lalu berkontribusi dalam pembentukan sebuah produk
politik

Akhirnya, karakteristik atau ciri seorang pemimpin atau kandidat memberikan citra, simbol, dan
kredibilitas sebuah produk politik (political product).
Karakteristik produk politik menurut O’Shaughnessy (dalam Firmanzah, 2008:201) adalah:
1. Partai politik menjual produk yang tidak nyata (intangible product).
2. Sangat terkait dengan sistem nilai.
3. Di dalamnya melekat janji dan harapan akan masa depan.
4. Di dalamnya terdapat visi yang bersifat atraktif.
5. Kepuasan yang dijanjikan tidaklah segera tercapai, tetapi hasilnya lebih bisa dinikmati dalam
jangka panjang.
6. Tidak pasti dan bisa ditafsirkan macam-macam (multi-interpretable).

Promosi juga bisa dilakukan oleh institusi politik melalui debat di TV. Pada acara ini, publik
berkesempatan melihat pertarungan program kerja yang ditawarkan oleh masing-masing institusi politik.
Selain itu, promosi juga dapat dilakukan melalui pengerahan massa dalam jumlah besar maupun publikasi
partai politi. Media promosi institusi politik lainnya adalah lambang, simbol dan warna bendera partai
yang disebar melalui pamflet, umbul-umbul dan poster semasa periode kampanye. Kampanye merupakan
salah satu upaya komunikasi politik yang biasa dilakukan oleh peserta Pemilu. Kampanye biasanya
berkaitan dengan pembentukan perilaku yang sejalan dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku. Selain
itu, kampanye juga memberi perhatian pada upaya mengarahkan, memperkuat, dan mengaktifkan
kecenderungan perilaku yang ada ke arah tujuan yang telah diterima secara sosial. Menurut Riswandha
Imawan kampanye merupakan upaya persuasif mengajak orang lain yang belum sefaham atau belum
yakin pada ide-ide ditawarkan pihak yang berkampanye agar mereka bersedia bergabung dan mendukung
pihak tersebut.
c. Iklan politik

Iklan politik sejak lama telah digunakan para politisi sebagai alat kegiatan komunikasi politik yang
mereka lakukan untuk mencari dukungan masyarakat terhadap tujuan politiknya. Dalam kampanye
pemilihan presiden dan wakil presiden, selain cara-cara lainnya wakil-wakil rakyat di lembaga legislatif
dan kepala daerah juga menggunakan iklan politik. Iklan politik merupakan salah satu alat komunikasi
yang cukup sering dimanfaatkan oleh para calon. Sebagaimana iklan-iklan yang menawarkan produk
barang dan jasa, iklan politik juga menawarkan sesuatu kepada khalayak media massa, termasuk calon itu
sendiri, program-program, dan janji-janji yang akan dipenuhi si-calon. Iklan politik dapat berupa
komunikasi yang mendukung atau yang menentang seorang calon sebagai nominasi atau pilihan.
Efek iklan politik pada masyarakat memiliki banyak sekali kemungkinan. Sebagian dari efek tersebut
dapat sengaja
Buttler dan Collin (1994) menyatakan adanya tiga dimensi penting yang mesti dipahami dari sebuah
produk politik, 1) pribadi/partai/idiologi (person/party/ideology), 2) kesetiaan (loyalty), dan 3), bisa
berubah-ubah (mutability). Seorang kandidat, partai politik dan idiologi partai adalah identitas sebuah
institusi politik yang ditawarkan ke pemilih. Para pemilih akan menilai dan menimbang kandidat, partai
politik dan idiologi mana yang kiranya akan berpihak dan mewakili suara mereka.
b. Promosi (promotion)

Promosi adalah upaya periklanan, kehumasan dan promosi untuk sebuah partai yang diramu
sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Institusi politik dapat bekerja sama dengan
sebuah agen iklan dalam membangun slogan, jargon dan citra yang akan ditampilkan. Selain itu,
pemilihan media perlu dipertimbangkan. Tidak semua media tepat sebagai ajang untuk melakukan
promosi. Harus dipikirkan dengan matang media apa yang paling efektif dalam menstransfer pesan
politik. Pilihan media merupakan salah satu faktor penting dalam penetrasi pesan politik ke publik.
Mengetahui adanya perbedaan tingkat penetrasi media (TV, radio, media cetak seperti koran dan
majalah) dalam suatu wilayah penting dilakukan untuk menjamin efektivitas pesan politik yang akan
disampaikan.

diciptakan dan sebagian lainnya tidak. Sebagian dari efek tersebut dapat bersifat sementara, tetapi
sebagian lainnya bersifat jangka panjang. Efek iklan politik dalam media massa terhadap perilaku
khalayak adalah terpaan (exposure) informasi dari iklan tersebut. Dalam hal ini penerimaan informasi
oleh masyarakat dari iklan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hasil-hasil penelitian
umumnya menunjukkan bahwa dalam kampanye terdapat beberapa kondisi yang dapat memperlambat
arus pesan-pesan kepada seluruh atau sebagian dari publik, diantaranya adalah perhatian, persepsi,
pengaruh kelompok, dan motivasi. Selain faktor terpaan informasi yang menjadi persyaratan utama
terjadinya efek, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku politik sebagai bentuk efek iklan
politik adalah sikap masyarakat.(Gayatri, www.infodiknas.com).
Fungsi dan peranan saluran media massa baik cetak maupun elektronik, dan ditambah dengan
banyaknya saluran stasiun televisi yang bermunculan baik secara nasional atau TV lokal daerah ikut
menggiatkan atau menyebarluaskan pesan-pesan, pemberitaan atau informasi melalui berbagai bentuk
komunikasi pemasaran, dan pemasaran politik. Partai akan cepat dikenal masyarakat dengan iklan di
berbagai media massa. Seperti diungkapkan oleh Dewi (2005) yang menyatakan bahwa “kampanye iklan
yang efektif bisa membentuk citra partai misalnya dengan mengasosiasikan nama partai atau tokoh
tertentu dengan golongan masyarakat tertentu atau dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam
masyarakat, bahkan iklan bisa jadi pembeda utama yang membuat suatu partai/tokoh berbeda dari
partai/tokoh lain.
d. Harga (Price)

Harga mencakup banyak hal, mulai ekonomi, psikologis, sampai citra nasional. Harga ekonomi
mencakup semua biaya yang dikeluarkan partai selama periode kampanye. Dari biaya iklan, publikasi,
biaya ‘rapat-akbar’ sampai biaya administrasi pengorganisasian tim kampanye. Harga psikologis
mengacu pada harga persepsi psikologis misalnya, pemilih merasa nyaman dengan latar belakang.

kandidat seperti etnis, agama, pendidikan dan lain-lain. Sedangkan harga citra nasional berkaitan
dengan apakah pemilih merasa kandidat tersebut dapat memberikan citra positif dan dapat menjadi
kebanggaan negara. Suatu institusi politik berusaha untuk meminimalisasi harga produk politik
(minimalisasi risiko) mereka dan meningkatkan (maksimalisasi) harga produk politik lawan.
Lock dan Harris (1996) melihat tidak adanya pengenaan harga ketika orang melakukan proses
pembelian produk politik. Hal inilah yang paling membedakan pembelian politik dengan pembelian
komersial. Harga yang harus dibayar pemilih adalah kepercayaan (trust) dan keyakinan (beliefs) akan
partai atau kontestan yang akan didukung. Untuk memiliki legitimasi, mereka harus mendapatkan
kepercayaan masyarakat, dengan harapan akan keluar sebagai pemenang pemilihan umum. Apa yang
dikorbankan masyarakat adalah kepercayaan dan keyakinan kepada konstentan. Itulah harga yang harus
dibayar oleh pemilih sewaktu pemungutan suara.
e. Penempatan (place)

Penempatan berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah partai dan kemampuannya dalam
berkomunikasi dengan para pemilih. Kampanye politik memang harus bisa menyentuh segenap lapisan
masyarakat. Ini berati sebuah partai harus dapat memetakan struktur serta karakteristik masyarakat baik
itu geografis, demografis maupun berdasarkan keberpihakan pemilih.
1. Geografis. Pemetaan dilakukan dengan melihat konsentrasi penduduk di suatu wilayah,
penyebarannya dan kondisi fisik geografisnya.
2. Demografis. Pemetaan dilakukan secara demografis, dimana pemilih dikelompokkan berdasarkan
tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, kelas sosial, pemahaman akan dunia politik, kepercayaan, agama dan
etnis.
3. Keberpihakan pemilih, misalnya saja berapa pendukung tradisional, berapa pendukung partai atau
kandidat lain, berapa jumlah massa mengambang (floating mass) dan mengkin juga berapa persentase
Golput.
Sistem distribusi diartikan sebagai suatu jaringan yang berisi orang dan institusi yang terkait dengan
aliran produk politik kepada masyarakat luas, sehingga masyarakat dapat merasakan dan mengakses
produk politik dengan lebih mudah. Dalam dunia politik, distribusi produk politik sangat terkait erat
dengan mekanisme jangkauan dan penetrasi produk politik sampai ke daerah dan pelosok. Masyarakat
yang berada dalam jarak yang sangat jauh akan dapat merasakan bahwa produk politik suatu konstentan
lebih baik dibandingkan dengan konstentan lain. Pemilihan media seperti koran, TV, radio, internet,
majalah, brosur, pamphlet dan poster yang diedarkan ke daerah merupakan salah satu bentuk fisik dari
distribusi dalam konteks pemasaran politik. Selain itu, kunjungan partai politik dan konstentan ke daerah-
daerah juga bisa dikategorikan dalam distribusi politik.
Sementara itu Nursal (2004) menyebut sembilan elemen model 9P untuk membentuk makna politis.
Positioning yang menjadi strategi untuk memasuki jendela pikiran pemilih. Positioning dijabarkan dalam
produk politik 4P; policy, person, party dan presentation. Policy menggambarkan tawaran program jika
kelak kandidat terpilih. Program merupakan solusi atas permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Namun pada praktiknya, ada kontestan Pemilu yang mengusung program-program cerdas nan solutif
akhirnya gagal memperoleh kursi. Hal ini karena pemilih juga melihat kepribadian kandidat dan
kemampuan merealisasikan program, partai yang menaungi dan cara kandidat menyampaikan policy.
Ada dua cara penyampaian program, secara langsung dan melalui perantara. Produk politik dapat
langsung disampaikan kepada pemilih (push marketing) melalui 7 alat: iklan, direct marketing (surat,
SMS, email dan sebagainya), acara khusus, kontak personal, public relation, pernak-pernik dan posko
politik (pull marketing) baik gratis melalui pemberitaan maupun membayar melalui iklan. Sedangkan
penyampaian produk politik melalui perantara lain adalah orang-orang berpengaruh dikalangan pemilih
(Pass Merketing). Sasaran Pass Marketing bisa berupa pemberian dukungan baru, peneguhan
dukungan, pembentukan
netral atau sekadar mengurangi penolakan. Agar berjalan terkendali sesuai sasaran, proses political
marketing perlu dipandu dengan polling dan riset yang lain. Tanpa riset, pemasar tidak tahu ke mana arah
yang akan dituju, apa yang harus disampaikan, sekarang sudah sampai mana dan mana yang harus diubah
atau diteruskan.
Jadi, inti dari political marketing adalah mengemas pencitraan, public figure dan kepribadian
(personality) seorang kandidat yang berkompetisi dalam Pemilihan Umum (PEMILU) kepada masyarakat
luas yang akan memilihnya (Ibham: 2008). Dalam hal ini tujuan marketing dalam politik adalah
bagaimana membantu kandidat atau Partai Politik untuk lebih baik dalam mengenal masyarakat yang
diwakili atau menjadi target dan kemudian mengembangkan isu politik yang sesuai dengan aspirasi
mereka.
Segmentasi dan Positioning
Semua bentuk bauran marketing mix di atas harus selalu memperhitungkan segmen dan kelompok-
kelompok masyarakat yang hendak dimasuki. Segmentasi perlu dilakukan untuk memudahkan partai
politik dalam menganalisis perilaku masyarakat karena masyarakat terdiri dari pelbagai kelompok yang
memiliki latar belakang dan karakteristik berbeda. Masing-masing kelompok membutuhkan pendekatan
yang berbeda satu dengan yang lain. Segmentasi sangat diperlukan untuk menyusun program kerja partai,
terutama cara berkomunikasi dan membangun interaksi dengan masyarakat. Tanpa segmentasi, partai
politik akan kesulitan dalam penyusunan program kerja.
Tehnik segmentasi dapat dibedakan dalam dua kategori besar. Pertama adalah faktor-faktor yang
bersifat dasar dan given. Pengelompokan masyarakat dalam hal ini dapat menggunakan kedekatan
geografis, demografis, psikografis, perilaku dan kondisi sosial. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa
kondisi struktural masyarakat akan membentuk perilaku spesifik orang-orang yang terdapat di dalamnya.
Masyarakat juga dapat dikelompokkan berdasarkan remaja-dewasa, laki-laki-perempuan, kaya-
menengah-miskin, pengusaha-profesional-buruh, dan religious-sekuler. Masing-masing kelompok
memiliki karakteristik berbeda satu dengan yang lain.
Segmentasi juga dapat dilakukan dengan mengidentifikasi cara bereaksi individu terhadap suatu
permasalahan. Segmentasi ini berangkat dari premis bahwa yang lebih menentukan sikap individu atas
suatu permasalahan bukan kondisi strukturalnya, melainkan apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Dalam
perspektif ini, individu memiliki degree of fredoom untuk memutuskan apa yang terbaik buatnya, terlepas
dari tekanan lingkungan yang ditanamkan sejak lahir dan memengaruhinya (Firmanzah, 2008)
Positioning dalam pemasaran didefinisikan sebagai semua aktivitas untuk menanamkan kesan di benak
konsumen agar mereka bisa membedakan produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi bersangkutan.
Dalam positioning, atributng terdapat produk dan jasa yang dihasilkan akan direkam dalam bentuk image
yang terdapat dalam sistem kognitif konsumen. Ketika konsep ini diadopsi dalam dunia politik, partai
politik harus mampu menempatkan produk dan image sehingga tidak menyulitkan masyarakat dalam
mengidentifikasi suatu partai politik. Positioning adalah upaya untuk menempatkan image dan produk
politik yang sesuai dengan masing-masing kelompok.
Untuk membuat model pengelompokkan dan segmentasi, kandidat disarankan untuk memperhatikan
delapan faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih (Nursal, 2004). Faktor-faktor itu adalah social
imagery atau citra sosial kontestan, identifikasi, aura emosional, dan personalitas kandidat, isu atau
kebijakan politik, peristiwa personal kandidat atau institusional partai, peristiwa mutakhir, dan faktor-
faktor epistemik. Penjabaran dan kombinasi secara kreatif dari faktor-faktor ini dapat menghasilkan
model segmentasi yang niscaya amat berguna dalam menyusun dan mengimplementasikan strategi
kampanye.
Citra Politik
Menurut Undang-Undang No.15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1. Merek adalah “tanda yang berupa
gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut
yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”. Definisi ini
menjelaskan secara teknis apabila seorang pemasar membuat nama, logo atau simbol baru untuk sebuah
produk baru, maka ia telah menciptakan sebuah merek. Nama partai politik, logo, bendera, warna
seragam merupakan merek dari sebuah partai politik. Dengan melihat logo pada bendera partai, pemilih
langsung dapat mengenali partai politik tersebut.
Merek (brand) politisi dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan. Tingkatan pertama adalah brand
awareness, yaitu seberapa besar si politisi dikenal oleh publik dan konstituennya. Tak sulit membangun
brand awareness bagi para politisi apalagi kalau mereka adalah konglomerat. Mereka dapat memasang
iklan di TV, radio, atau koran. Mereka bisa memasang billboard di jalan-jalan protokol kota dan
kabupaten di seluruh Tanah Air. Mereka juga dengan mudah pasang spanduk dan menempel poster foto
mereka di desa-desa dan kampung-kampung. Tingkatan kedua adalah brand association, yaitu asosiasi
yang terbentuk di benak audiens ketika mendengar atau melihat sosok si politisi. Politisi Partai Gerindra
Prabowo Subianto misalnya, dalam Pemilu lalu membangun asosiasi sebagai capres yang peduli pada
nasib petani dan nelayan. Brand association ini dibentuk dengan melakukan strategi pencitraan ke
khalayak. Tingkatan ketiga adalah brand character, yaitu keutamaan brand si politisi yang tercipta karena
nilai-nilai luhur yang diyakini dan praktekkan. Keutamaan brand yang terbentuk karena perilaku arif-
bijaksana yang dilakoninya dan keutamaan brand yang terpancar karena akumulasi tindakan-tindakan
yang dilandasi moralitas dan etika. Akumulasi tindakan-tindakan luhur itu membentuk jejak rekam si
politisi. Akumulasi tindakan-tindakan itu menentukan siapa si politisi itu sesungguhnya (who he is).
Brand character tidak cukup dibentuk melalui ucapan-ucapan si politisi di acara talk show TV atau
wawancara media. Brand character terbentuk melalui ucapan, pikiran, dan tindakan riil si politisi. Ketika
kekuatan brand seorang politisi hanya ditopang oleh awareness dan association, maka sesungguhnya
bangunan brand tersebut rapuh. Brand seorang politisi akan solid, ampuh, dan sustainable hanya jika
bangunan brand tersebut ditopang oleh karakter luhur si politisi (Yuswohady,
http://economy.okezone.com).
Citra (image) adalah total persepsi terhadap suatu objek yang dibentuk dengan memproses informasi
dari berbagai sumber setiap waktu. Citra politisi dibangun berdasarkan kesan pemikiran ataupun
pengamatan terhadap bauran pemasaran yang dirancang partai atau kandidat politik yang akhirnya akan
membentuk sikap terhadap kandidat politik yang bersangkutan. Citra (brand image) merupakan hasil
penilaian persepsi masyarakat terhadap suatu partai, baik itu positif atau negatif. Citra yang baik akan
mempunyai dampak yang menguntungkan, sedangkan citra yang buruk akan merugikan partai atau
kandidat politik. Hal ini berdasarkan pada pertimbangan atau menyeleksi dengan membandingkan
perbedaan yang terdapat pada beberapa kandidat politik, sehingga kandidat yang penawarannya sesuai
dengan kebutuhan akan terpilih.
Menurut Arnold (1992:118), citra yang kuat dapat diperoleh dengan cara:
1. Being different. Partai harus memiliki pembeda atau keistimewaan sehingga mudah diingat dan
dikenal.
2. Melibatkan slogan atau jingle sehingga mudah diingat dalam aktivitas promosi.
3. Symbol exposure adalah tanda, logo, simbol, yang memudahkan untuk mengenalkan program
partai kepada masyarakat.
4. Menggunakan tanda pengenal atau identifikasi seperti menciptakan program yang unik.
5. Recall requiries untuk mencapai tingkat citra merek (brand image) yang diinginkan.

Membangun citra politik dan sampai di masyarakat sesuai dengan apa yang diharapkan suatu partai
politik bukanlah hal yang mudah. Harus ada hal yang harus dilakukan terus menerus oleh partai politik,
yaitu komunikasi partai politik.

Komunikasi politik adalah proses tukar-menukar informasi antara dua entitas atau lebih. Komunikasi
politik ini merupakan usaha yang terus menerus dilakukan oleh partai politik untuk melakukan
komunikasi dialogis dengan masyarakat. Tujuan utama dari komunikasi politik adalah menciptakan
kesamaan pemahaman politik antara suatu partai politik dengan masyarakat. Komunikasi harus
merupakan komunikasi dua arah sehingga kedua belah pihak harus dapat saling dapat memahami satu
dengan yang lainnya. Partai politik juga membutuhkan umpan balik dari masyarakat atas apa yang
mereka lakukan. Hanya melalui proses keterbukaan untuk menerima masukan dan umpan balik inilah
partai politik dapat memperbaiki kinerja mereka. Komunikasi politik tidak hanya dilakukan sewaktu
periode kampanye politik melainkan pada pemberitaan dan publikasi atas apa saja yang telah, sedang dan
akan dilakukan.
Citra suatu partai dibentuk berdasarkan kesan, pemikiran dan pengalaman yang dialami masyarakat
sewaktu melakukan interaksi dengan partai atau kandidat politik. Pengalaman maupun pemikiran tersebut
akan membentuk sikap atau penilaian terhadap partai atau kandidat politik bersangkutan. Sikap atau
penilaian tersebut akan mempengaruhi minat memilih. Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang
mempunyai pengaruh cukup besar terhadap sikap perilaku dan minat juga merupakan sumber motivasi
yang akan mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang mereka lakukan (Hurigck, 1978). Dapat
diambil kesimpulan bahwa minat merupakan suatu kecenderungan seseorang untuk bertindak dan
bertingkah laku terhadap obyek yang menarik perhatian disertai dengan perasaan senang.
Minat memilih akan mempengaruhi keputusan memilih. Proses keputusan terdiri dari lima tahap
yakni pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan memilih, dan perilaku
pasca pemilihan. Proses keputusan memilih dimulai jauh sebelum pemilihan sesungguhnya dan
berkelanjutan dalam waktu yang lama setelah pemilihan. Partai politik atau kandidat parpol harus
memusatkan perhatian pada keseluruhan

KESIMPULAN
1. Pemasaran politik merupakan pendekatan dan metode yang digunakan untuk membantu politikus
dan partai politik agar dapat mempengaruhi konstituen untuk memilih mereka.. Hubungan ini dapat
dibangun dengan merancang strategi bauran pemasaran politik. Bauran pemasaran terdiri dari produk,
promosi, harga dan tempat (product, price, price, promotion). Bauran pemasaran politik ini dirancang
sesuai dengan segmentasi pemilih dan positioning yang ingin ditanamkan dalam benak pemillih.
2. Produk utama dari sebuah institusi politik adalah platform partai yang berisikan konsep, identitias
idiologi, dan program kerja sebuah institusi politik.
3. Promosi adalah upaya periklanan, kehumasan dan promosi untuk sebuah partai yang diramu
sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
4. Harga meliputi harga ekonomi, psikologis, dan citra nasional. Harga ekonomi mencakup semua
biaya yang dikeluarkan partai selama periode kampanye seperti biaya iklan, publikasi, biaya ‘rapat-akbar’
sampai biaya administrasi pengorganisasian tim kampanye. Harga psikologis mengacu pada harga
persepsi psikologis misalnya, pemilih merasa nyaman dengan latar belakang kandidat seperti etnis,
agama, pendidikan dan lain-lain. Sedangkan harga citra nasional berkaitan dengan apakah pemilih merasa
kandidat tersebut dapat memberikan citra positif dan dapat menjadi kebanggaan negara.
5. Penempatan berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah partai dan kemampuannya
dalam berkomunikasi dengan para pemilih.

Anda mungkin juga menyukai