Anda di halaman 1dari 4

KELOMPOK 2 :

AGUNG PRAYOGA

NABILA FAHRIZA

TIJA ROKAYYAH

Pengertian Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf

Ilmu kalam

Secara harfiyah, ‘kalam berarti pembicaraan atau perkataan. Dari segi etimologis, perkataan ilmu kalam
terdiri atas dua kata, yaitu ‘ilmu’ dan ‘kalam’. Ilmu yang berati pengetahuan, sedangkan kalam yang
berarti perkataan, percakapan, dan firman. Ilmu kalam ini digunakan sebagai istilah ilmu yang membahas
atau membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan aqidah islam, yaitu tentang wujud tuhan dan sifat-sifat
yang memungkinkan ada pada-Nya, membicarakan para Rasul Tuhan untuk menetapkan kerasulannya dan
mengetahui sifat-sifat yang tidak mungki ada padanya.

Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang
persoalan-persoalan kalam Tuhan. Persoalan-persoalan kalam tersebut biasanya mengarah sampai
perbincangan yang mendalam dengan dasar-dasar dan argumentasi, baik argumentasi rasional(aqliyah)
maupun naqliyah.

Filsafat

Kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta dan sophos yang berarti suatu kebijaksanaan atau
shopia yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan, keahlian, pengalaman, praktis, intelegensi. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebijaksanaan atau love of wisdom dalam arti yang
sedalam-dalamnya. Dalam hubungan ini, Al-Syaibani berpendapat bahwa filsafat bukanlah hikmah itu
sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya
dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Dalam konteks ini, ia juga mengatakan bahwa filsafat berarti
mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat dan berusaha menafsirkan pengalaman-
pengalaman manusia.

Tasawuf

Secara etimologi, kata tasawuf adalah nisbah terhadap akar kata ‘shuf’ (baju wol), sehingga memiliki arti
memakai baju wol. Tasawuf dapat diartikan sebagai jalan untuk memperoleh kecintaan dan kesempurnaan
rohani. Selain itu, dapat pula diartikan berpindah dari kehidupan biasa menjadi kehidupan shufi (yang
disucikan) yang selalu tekun beribadah dan jernih, bersih jiwa dan hatinya serta ikhlas karena Allah SWT
semata-mata.

Titik persamaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf


Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf memiliki kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah
ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan
disamping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu objek kajian tasawuf
adalah tuhan, yakni adalah upaya-upaya pendekatan terhadapnya. Jadi, dilihat dari aspek objeknya ketiga
ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.

Argumentasi filsafat, ilmu kalam dibangun di atas dasar logika. Oleh karena itu hasil kajiannya bersifat
spekulatif (dugaan yang tidak dapat di buktikan secara empiris, riset, dan eksperimental). Kerelatifan hasil
karya logika itu menyebabkan beragamnya kebenaran yang dihasilkan.

Baik ilmu kalam, sebagaimana filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran.
Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang tuhan dan yang berkaitan
dengannya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam
maupun manusia(yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada diluar atau
di atas jangkauannya), atau tentang tuhan. Sementara itu tasawuf juga dengan metodenya yang tifikal
berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan menuju tuhan.

Titik perbedaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf

Perbedaan diantara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu
yang menggunakan logika, disamping argumentasi-argumentasi naqliyah berfungsi untuk
mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak apologinya. Pada dasarnya ilmu ini
menggunakan metode dialektika (jadaliyah) dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan, ilmu kalam
berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman
keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.

Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode
yang digunakanpun adalah metode rasional, Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan
(mengembarakan atau mengelanakan) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta
universal (mengalam) tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali ikatan tangannya sendiri yang
bernama logika. Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah berbepang teguh pada ilmu
pengetahuan melalui usaha mejelaskan konsep-konsep (the gaining of conceptual clarity).

Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan
tasawuf sangat distingtif. Sebagai sebuah ilmu yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf bersifat
sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang. Itulah sebabnya, bahasa tasawuf
sering tampak aneh bila dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan.
Pengalaman rasa lebih mudah dirasakan langsung oleh orang yang ingin memperoleh kebenarannya dan
mudah digambarkan dengan bahasa lambing, sehingga sangat interpretable (dapat diinterpretasikan
bermacam-macam).
Sebagai orang memandang bahwa ketiga ilmu itu memiliki jenjang tertentu. Jenjang pertama adalah ilmu
kalam, kemudian filsafat dan yang terakhir adalah ilmu tasawuf. Oleh sebab itu, merupakan suatu
kekeliruan apabila dialektika kefilsafatan atau tasawuf teoretis diperkenalkan kepada masyarakat awam
karena akan berdampak pada terjadinya ratonal jumping (lompatan pemikiran).

Perbedaan diantara ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya yaitu:

1. Ilmu kalam
 Sebagai ilmu yang menggunakan logika (disamping argumentasi-argumentasi naqliyah).
 Berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama yang sangat tampak nilai-nilai
apologinya.
 Berisi keyakinan-keyakinan agama yang dipertahankan melalui argumen-argumen rasional.
 Bermanfaat sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru untuk mengenal rasio sebagai upaya
untuk mengenal Tuhan secara rasional.
 Ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadaliyah/dialog keagamaan).
 Berkembang menjadi teologi rasional dan tradisional.
2. Filsafat
 Menggunakan metode rasional.
 Berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep.
 Berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang mempunyai rasio secara prima untuk
mengenal Tuhan secara lebih bebas melalui pengamatan dan kajian alam dan ekosistemnya secara
langsung.
 Berkembang menjadi sains dan filsafat sendiri.
 Kebenaran yang dihasilkan ilmu filsafat: kebenaran korespondensi, koherensi, dan fragmatik.
3. Tasawuf
 Lebih menekankan rasa daripada rasio.
 Bersifat subyektif, yakni berkaitan dengan pengalaman.
 Kebenaran yang dihasilkan adalah kebenaran Hudhuri.
 Berperan sebagai ilmu yang member kepuasan kepada orang yang telah melepaskan rasionya
secara bebas karena tidak memperoleh apa yang ingin dicarinya.
 Berkembang menjadi tasawuf praktis dan teorotis.

Hubungan Tasawuf dengann Ilmu Kalam

Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam
pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam melalui hati (dzauq dan widan) terhadap ilmu tauhid
atau ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian,
ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah dari ilmu tauhid. Kajian-kajian mereka tentang jiwa dalam
pendekatan kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi
kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia islam

Pemahaman tentang jiwa dan roh itu sendiri menjadi hal yang esensial dalam tasawuf. Kajian kefilsafatan
tentang jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf. Namun,perlu juga dicatat bahwa
istilah yang lebih banyak dikembangkan dalam tasawuf adalah istilah qalb (hati). Istilah qakb ini memang
lebih spesifik dikembangkan dalam tasawuf. Namun, tidak berarti bahwa istilah qalb tidak berpengaruh
dengan roh dan jiwa, ilmu kalam pun berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika
timbul suatu akiran yang bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang
bertentangan denganAl-Qur’an dan As-Sunnah, atau belum pernah diriwayatkan oleh para ulama salaf, hal
itu harus ditolak.

Hubungan ilmu tasawuf dengan filsafat

Kajian-kajian Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Al-Ghazali tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan
ternyata telah banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf
dalam dunia islam. Pemahaman tentang jiwa dan roh itupun menjadi hal yang esensial dalam tasawuf.
Kajian-kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh kemudian banyak di kembangkan dalam tasawuf. Namun,
perlu juga dicatatbahwa istilah yang lebih banyak dikembangkan dalam tasawuf adalah istilah qalb (hati).
Istilah qalb ini memang lebih spesifik dikembangkan dalam tasawuf. Namun, tidak berarti bahwa istilah
qalb tidak berpengaruh terhadap roh dan jiwa.

Hubungan Tasawuf, Ilmu Kalam, dan Filsafat

ketiganya berusaha menemukan apa yang disebut kebenaran (al-haq). Kebenaran, dalam Tasawuf berupa
tersingkapnya (kasyaf) kebenaran sejati (Allah melalui mata hati). Kebenaran dalam ilmu Kalam berupa
diketahui kebenaran ajaran agama melalui penalaran rasio lalu dirujukkan kepada nash (Al-Qur’an dan
hadist). Kebenaran dalam filsafat berupa kebenaran spekulatif tentang segala yang ada (wujud). Maka
ketiganya mendalami pencarian segala yang bersifat rahasia (ghaib) yang dianggap sebagai ‘kebenaran
terjauh’ dimana tidak semua orang dapat melakukannya

Anda mungkin juga menyukai