i
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya
dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan
dan memelihara tanaman, dengan harapan untuk memperoleh hasil dari
tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang
lain. Pekerjaan sebegai petani sering kali dipandang sebagai profesi yang
kurang menarik. Indonesia sebagai negara agraris, rata-rata penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani. Namun, petani di Indonesia didominasi
oleh petani gurem. petani gurem adalah sebutan bagi petani yang memiliki
lahan yang sempit dan di Indonesia sendiri rata-rata kurang dari 0,5 Ha.
Berdasarkan dengan kondisi tahun 2003, jumlah rumah tangga petani
gurem di tahun 2013 mengalami penurunan. Pada 2003 petani gurem di
Indonesia sebanyak 19,02 juta rumah tangga, pada tahun 2013 berkurang
menjadi 14,25 juta rumah tangga atau turun sebesar 25,07 persen. Jumlah
tersebut tentulah masih sangat tinggi. Dengan lahan yang kurang dari 0,5 Ha,
keuntungan yang didapat oleh petani gurem juga tidak besar. Selain itu,
apabila terjadi gagal panen, maka petani akan mengalami kerugian. Hal
tersebut menyebabkan banyak petani yang meninggalkan ladangnya atau tetap
bertani dengan hasil yang minimal.
Kondisi petani gurem juga sangat dipengaruhi oleh rentenir modal.
Rentenir biasanya memberikan pinjaman dengan bunga modal yang cukup
besar. Alhasil, petani gurem harus menghadapi risiko. Petani gurem tidak
mampu mengembangkan hasil pertaniannya karena terbatasnya modal,
tingginya bunga yang dibayarkan untuk pinjaman, dan risiko gagal bayar. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya perlambatan pertumbuhan produksi
pertanian, orang- orang banyak yang tidak mau berusaha di pertanian,
sehingga terjadi kondisi seperti saat ini di mana impor tanaman pangan di
Indonesia cukup tinggi. Kondisi ini terjadi karena minimnya intervensi
pemerintah dalam bidang pertanian.
Menyikapi masalah tersebut, penulis mempunyai gagasan untuk
mewujudkan Permakultur sebagai alternatif solusi maraknya rentenir di
masyarakat petani gurem. Tujuan yang hendak dicapai dari ide penulisan
gagasan ini adalah guna menekan atau meminimalisir permasalahan yang ada
pada masyarakat petani gurem sehingga seluruh petani yang ada di Indonesia
dapat hidup sejahtera dimasa yang akan datang.
2
BAB II
GAGASAN
gurem, sedangkan rumah tangga petani gurem sebesar 44,67 atau sekitar
11,50 juta rumah tangga.
Sebagai seorang petani, mereka juga harus memenuhi kebutuhan hidup
agar dapat bertahan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut,
mereka harus dapat melakukan usaha tani sebaik mungkin agar dapat
memberikan hasil yang menguntungkan. Petani harus dapat memanfaatkan
sumber daya alam yang ada, misalnya lahan. Berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistik, jumah lahan sawah di Indonesia tahun 2019 adalah 7.463.948
Ha. Jumlah tersebut menurun dari tahun 2017 yang berjumlah 8.164.045 Ha
dan meningkat dari tahun 2018 yang berjumlah 7.105.145 Ha. Jumlah lahan
bukan sawah tahun 2129 adalah 29.353.138 Ha. Berdasarkan data tersebut,
luas lahan sawah jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan lahan buan
sawah. Untuk itu, petani di Indonesia khusnya petani gurem harus dapat
mengoptimalkan lahan yang sempit. Akan tetapi, banyak petani gurem yang
tidak dapat mengoptimalkan lahan yang mereka miliki untuk memenuhi
kebutuhan karena risiko yang mereka hadapi. Risiko terbesar adalah
kegagalan panen yang salah satu penyebabnya adalah iklim yang makin
buruk. Selain itu, kondisi petani gurem sendiri tidak lepas dari pengaruh
rentenir modal. Rentenir biasanya memberikan pinjaman dengan modal yang
cukup besar. Hal tersebut membuat mereka seperti terikat dan tidak mampu
mengembangkan hasil pertaniannya karena terbatasnya modal, tingginya
bunga yang harus dibayarkan untuk pinjaman, risiko gaga bayar, dan perilaku
rentenir. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah solusi alternatif agar masalah
semacam ini bisa segera di atasi dan pertanian di Indonesia di masa yang akan
datang semakin maju.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
. Permakultur dapat meningkatkan produktivitas jangka panjang bagi
petani khususnya petani gurem yang mempunyai luas lahan sempit di daerah
pedesaan maupun perkotaan. Konsepnya yaitu dengan menggunakan
pendekatan arsitektur ekologis dan memakmsimalkan lahan yang sempit agar
menghasilkan pendapatan yang maksimal dan konservasi alam sehingga
petani tidak lagi harus bergantung dengan rentenir untuk memenuhi
kebutuhan hidup bagi keluarganya. Selain itu permakultur sendiri juga dapat
memberikan manfaat bagi bumi kita tercinta supaya sumber daya alam yang
kita miliki tetap terjaga di masa yang akan datang.
7
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, N.K.I.D., Putra, I.D.G.D.A.G dan Susanta, I.N. 2013. Pusat Pertanian
Organik Di Gianyar, Bali Penerapan Konsep Permakultur pada Fungsi Bangunan
Pertanian. Jurnal Arsitektu. 5(2):51–54.
LAMPIRAN
B. Riwayat Pendidikan