Anda di halaman 1dari 50

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 1A

TAHUN AJARAN 2021/2022

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG

1
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

VISI
Menjadi program studi profesi dokter yang terkemuka dan bermartabat
terutama di bidang penyakit tidak menular pada tahun 2028.

MISI
1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan berkualitas yang
menghasilkan tenaga dokter yang profesional
2. Melaksanakan penelitian dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan
Kedokteran yang sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Kedokteran terutama di bidang penyakit tidak menular
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat yang berkualitas yang
berdasarkan perkembangan ilmu kedokteran terkini terutama di bidang
penyakit tidak menular dengan melibatkan peran serta masyarakat

2
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini Koordinator Program Studi Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas menyatakan bahwa Buku Panduan Keterampilan Klinik
1A, yang disusun oleh:

Ketua : Dra. Dian Pertiwi. MS


Sekretaris : dr. Liganda Endo Mahata, M. Biomed

Telah mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Periode 2019-2023 dan dapat digunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan ketrampilan klinik pada pendidikan tahap akademik Program
Studi Kedokteran FK UNAND tahun 2021/2022.

Demikianlah surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya

Padang, 30 Juli 2021


Koordinator Program Studi
Kedokteran FK UNAND

dr. Firdawati, M.Kes, PhD


NIP. 197207031999032002

3
JENIS KETERAMPILAN:

1 UNIVERSAL PRECAUTION :
a. MENCUCI TANGAN
b. MEMASANG, MEMBUKA, DAN MEMBUANG SARUNG TANGAN
c. MEMASANG DAN MEMBUKA MASKER BEDAH DAN MASKER N95

2 KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE) 1:


a. SAMBUNG RASA
b. MEMPERKENALKAN DIRI
c. MENDENGARKAN AKTIF
d. KLARIFIKASI

3 KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE) 2:


Empati

PENYUSUN:
1. dr.Laila Isrona, M.Sc
2. dr.Efrida, M.Kes., Sp.PK
3. dr.Rahmi Lestari, Sp.A
4. dr. Roslaily Rasyid, M.Biomed

KONTRIBUTOR:

TIM PENYUSUN KURIKULUM KETERAMPILAN KLINIK


FK-UNAND

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa kami ucapkan karena telah
selesai menyusun PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK 1A untuk mahasiswa
Program Sudi Kedokteran Semester 1 tahun ajaran 2020/2021. Kegiatan ketrampilan klinik
pada blok ini terdiri dari Universal precaution; Komunikasi, informasi, dan edukasi 1;
Komunikasi, informasi, dan edukasi 2.
Ketiga materi di atas merupakan kompetensi yang harus diberikan kepada
mahasiswa sehingga secara umum mereka mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
cukup dan memadai untuk menjadi seorang dokter.
Penuntun ketrampilan klinik ini disusun untuk memudahkan mahasiswa dan
instruktur dalam melakukan kegiatan ketrampilan klinik pada blok ini. Namun diharapkan
juga mereka dapat menggali lebih banyak pengetahuan dan ketrampilan melalui referensi
yang direkomendasikan. Semoga penuntun ini akan memberikan manfaat bagi mahasiswa
dan instruktur ketrampilan klinik yang terlibat.
Kritik dan saran untuk perbaikan penuntun ini sangat kami harapkan. Akhirnya
kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan pengadaan penuntun ini, kami
ucapkan terima kasih.

Padang, 30 Juli 2021


Koordinator Keterampilan Klinik 1

Dra. Dian Pertiwi, MS

5
PENGELOLA KETERAMPILAN KLINIK I

Koordinator : Dra. Dian Pertiwi, MS (081363402074)


Sekretaris : dr. Liganda Endo Mahata, M. Biomed (082385488204)

6
JADWAL KEGIATAN PER MINGGU:

Jumlah Kegiatan
No. Nama Kegiatan
(latihan dan ujian)
1. UNIVERSAL PRECAUTION
a. Mencuci tangan 2 x 100 menit
b. Memasang, Membuka, dan Membuang Sarung
Tangan
c. Memasang Dan Membuka Masker Bedah Dan
Masker N95

2. KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE) 1


a. Sambung rasa
b. Memperkenalkan diri 2 x 100 menit
c. Mendengar aktif
d. Klarifikasi

3. KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE) 2 2 x 100 menit


Empati

7
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK

UNIVERSAL PRECAUTION

MENCUCI TANGAN (HAND WASHING)

8
A. PENDAHULUAN

Petugas kesehatan (dokter, paramedis, dll) yang melayani pasien di rumah sakit, klinik atau
tempat pelayanan kesehatan lainnya dihadapkan kepada risiko terinfeksi yang berasal dari pasien
atau alat kesehatan yang digunakan. Saat ini infeksi rumah sakit dan infeksi pekerjaan merupakan
masalah penting di seluruh dunia dan kejadiannya terus meningkat.
Sebagian besar infeksi ini dapat dicegah dengan strategi-strategi yang sudah ada dan relatif
murah yaitu :
 Menaati praktik-praktik pencegahan infeksi yang direkomendasikan khususnya cuci tangan
dan pemakaian sarung tangan

 Memperhatikan proses-proses dekontaminasi dan pembersihan alat-alat kotor

 Meningkatkan keamanan diruang operasi dan area-area lain yang berisiko tinggi dimana
perlukaan yang serius dan paparan terhadap infeksi sering terjadi

 Mengingat pentingnya strategi di atas dimiliki oleh seorang dokter, maka salah satu
kompetensi ketrampilan yang terkait dengan higines dan asepsis diberikan dalam
kurikulum ketrampilan pada mahasiswa kedokteran. Untuk saat ini akan diberikan
ketrampilan mencuci tangan (handwashing).

Ketrampilan ini terkait dengan semua ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang dokter.
Pada keterampilan komunikasi, mahasiswa di harapkan dapat menyampaikan kepada masyarakat
cara mencuci tangan yang benar. Pada ketrampilan pemeriksaan fisik, mencuci tangan dilakukan
sebelum dan sesudah pemeriksaan pasien. Sama halnya dengan ketrampilan di atas, pada
ketrampilan prosedural, mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
kepada pasien. Waktu yang dibutuhkan untuk ketrampilan mencuci tangan 2 x 50 menit (1 x
pertemuan).

A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan mahasiswa mengetahui dan mampu mencuci
tangan yang benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Mahasiswa mengetahui prosedur cuci tangan yang benar
Mahasiswa mengetahui jenis-jenis prosedur cuci tangan
Mahasiswa mampu melakukan cuci tangan yang benar sesuai dengan urutan prosedur
Mahasiswa mampu menerapkan prosedur cuci tangan dalam kehidupan sehari-hari.

9
B. STRATEGI PEMBELAJARAN:
a. Responsi: Diadakan pre-test dan post-test
b. Bekerja kelompok: Mahasiswa bekerja dalam kelompok dengan bimbingan seorang
instruktur.
c. Bekerja dan belajar mandiri: Kegiatan mandiri dilakukan oleh mahasiswa baik di bawah
bimbingan instruktur maupun tanpa bimbingan instruktur.

C. PRASYARAT:
Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih:
Biologi: Virus, Bakteri dan Jamur.

D. TEORI
Dalam bidang kedokteran terdapat beberapa istilah yang sering digunakan dalam hal
hiegienisasi, yaitu: :
1. Antisepsis
2. Asepsis dan teknik aseptik
3. Dekontaminasi
4. Disinfeksi tingkat tinggi (DDT)
5. Pembersihan
6. Sterilisasi
Salah satu prosedur pencegahan infeksi yang paling murah adalah mencuci tangan.

Tujuan Mencuci Tangan

Tujuan dilakukan tindakan mencuci tangan adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu
secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara.Mencuci
tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan cuci tangan menggunakan sabun anti
mikrobial. Selain itu, iritasi kulit jauh lebih rendah apabila menggunakan sabun biasa.

Idealnya air mengalir dan sabun yang digosok-gosokkan harus digunakan selama 15-20 detik.
Penting sekali untuk mengeringkan tangan setelah mencucinya. Pemakaian sabun dan air tetap
penting ketika tangan terlihat kotor. Untuk kebersihan tangan rutin ketika tidak terlihat kototran
atau debris, alternatif seperti handscrub berbasis alkohol 70% yang tidak mahal, mudah didapat,
mudah dijangkau sudah semakin diterima di tempat di mana akses wastafel dan air bersih terbatas.
Jika air kran terkontaminasi, air yang telah didihkan selama 10 menit dan disaring guna
menghilangkan partikel kotoran (jika diperlukan), atau mendisinfeksi air dengan cara
menambahkan sedikit larutan sodium hipoklorit (pemutih komersial) agar konsentrasi akhir
mencapai 0,001%.
10
E. PROSEDUR KERJA
Persiapan
Alat dan Bahan :
1. Air mengalir atau air dalam ember dilengkapi dengan gayung
2. Sabun
3. Handuk kertas/tissu/handuk bersih
Pelaksanaan:
Cuci Tangan
Teknik pencucian tangan rutin dengan sabun dan air mengalir harus dilakukan sebagai berikut :
1. Basahilah tangan dengan baik
2. Oleskan sabun biasa
3. Gosoklah kedua telapak tangan, kemudian telapak tangan kanan dengan punggung
tangan kiri dengan jari jari bertautan, kemudian gosoklah kedua telapak tangan dengan
jari yang bertautan (gambar 2,3 dan 4)
4. Gosoklah punggung tangan dengan telapak tangan yang berlawanan dengan jari jari
yang menyatu (gambar 5)
5. Gosoklah jempol kiri dengan melingkarkan telapak tangan kanan dan sebaliknya
(gambar 6)
6. Gosoklah bagian belakang dan depan ujung ujung jari tangan kanan ke telapak tangan
kiri, dan sebaliknya (gambar 7)
7. Cucilah tangan dengan air yang mengalir, kemudian keringkan dengan handuk sekali
pakai. Gunakanlah handuk tersebut untuk mematikan keran air.
Jika tidak ada handuk kertas, keringkan tangan dengan handuk yang bersih atau keringkan dengan
udara. Handuk yang digunakan bersama dapat dengan cepat terkontaminasi dan tidak boleh
digunakan. Membawa handuk atau sapu tangan kecil pribadi dapat membantu anda untuk
menghindari pemakaian handuk kotor. Jika menggunakan handuk sendiri maka cucilah setiap hari.

11
Gambar 1. Cara mencuci tangan dengan sabun dan air (WHO)

12
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
- dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang
- jangan menambahkan sabun cair kedalam tempatnya bila masih ada isinya, penambahan ini
dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun yang dimasukkan
- jangan menggunakan baskom yang berisi air. Meskipun memakai tambahan antiseptik,
mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak dalam larutan ini.
- Jika air mengalir tidak tersedia, gunakan wadah air dengan kran atau gunakan ember dan
gayung, tampung air yang telah digunakan dalam sebuah ember dan buanglah di toilet.

Gambar 3. How to handrub (WHO)

13
Antisepsis Tangan
Tujuan antisepsis tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu serta mengurangi baik flora
sementara atau tetap. Teknik antisepsis tangan sama dengan teknik mencuci tangan biasa. Hal ini
terdiri mencuci kedua tangan dengan air dan sabun atau deterjen (jenis batangan atau cair) yang
mengandung bahan antiseptik (klorheksidin, iodofor atau triklosan selain sabun biasa.
Antisepsis tangan harus dilakukan sebelum :
- memeriksa atau merawat pasien yang rentan (misalnya bayi prematur, pasien manula atau
penderita AIDS stadium lanjut)

- melakukan prosedur invasif seperti pemasangan alat intravaskular

- meninggalkan ruang pasien Kewaspadaan Kontak (misalnya hepatitis A atau E) atau


penderita infeksi yang kebal terhadap obat (misalnya S.aureus resisten methisilin)

Penggosok Tangan Antiseptik

Penggunaan penggosok antiseptik lebih efektif membunuh flora sementara dan tetap dari
pada mencuci dengan bahan antimikroba atau sabun biasa dengan air lebih cepat dan lebih mudah
dilakukan serta mengurangi flora tangan lebih besar. Penggosok anti septik ini juga mengandung
emolien yang lebih sedikit seperti gliserin, propilen glikol atau sorbitol yang melindungi dan
memperhalus kulit.
Teknik untuk melakukan penggosokan tangan antiseptik adalah ;
- Gunakan penggosok antiseptik secukupnya untuk melumuri seluruh permukaan tangan dan
jari jemari (kira-kira satu sendok teh)
- Gosokkanlah larutan tersebut dengan cara menekan pada kedua belah tangan, khususnya
diantara jari jemari dan dibawah kuku hingga kering.
Karena penggosok antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, apabila kedua tangan
terlihat kotor atau terkontaminasi darah atau duh tubuh, maka pertama-tama harus dilakukan cuci
tangan dengan sabun dan air.

Penggosok Cuci Tangan Bedah

Tujuan cuci tangan bedah adalah menghilangkan kotoran, debu dan organisme sementara
secara mekanikal dan mengurangi flora tetap selama pembedahan. Tujuannya adalah mencegah
kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari kedua belah tangan dan lengan dokter bedah dan
asistennya.

14
Langkah-langkah cuci tangan bedah adalah sebagai berikut :

1. Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang


2. Basahi kedua belah tangan dan lengan bawah hingga siku dengan sabun dan air bersih. (jika
menggunakan sikat, sikat itu harus bersih disterilisasi atau DDT sebelum digunakan kembali.
Jika digunakan spon, harus dibuang setelah digunakan).
3. Bersihkan kuku dengan pembersih kuku
4. Bilaslah tangan dan lengan bawah dengan air
5. Gunakan bahan antiseptik pada seluruh tangan dan lengan bawah sampai bawah siku dan
gosok tangan dan lengan bawah dengan kuat selama sekurang-kurangnya 2 menit.
6. Angkat tangan lebih tinggi dari siku, bilas tangan dan lengan bawah seluruhnya dengan air
bersih
7. Tegakkan kedua tangan keatas dan jauhkan dari badan, jangan sentuh permukaan atau benda
apapun dan keringkan kedua tangan itu dengan lap bersih dan kering atau keringkan dengan
diangin-anginkan.
8. Pakailah sarung tangan bedah yang steril atau DTT pada kedua tangan
Penggunaan antiseptik meminimalkan jumlah mikroorganisme pada kedua belah tangan dibawah
sarung tangan dan meminimalisasi pertumbuhan flora selama pembedahan.
Kesalahan yang mungkin timbul dalam melakukan ketrampilan ini:
1. Berulangnya kontaminasi sisi tangan yang telah steril oleh sisi tangan lain yang belum steril
2. Tidak tersterilisasi dengan baik bagian bawah kuku

15
EVALUASI
DA FTA R T IL IK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK IA
MENCUCI TANGAN
SEMESTER I TA.2021/2022

NAMA MAHASISWA :
NO. BP :
KELOMPOK :

No Skor
Kegiatan
2 1 0
1. Mempersiapkan alat dan bahan untuk mencuci tangan
2. Melepaskan segala yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau jam
tangan.
3. Membuka kran dan mengatur aliran air serta kehangatannya
4 Memperhatikan jangan sampai air memercik keluar dari wastafel
5 Membasahi tangan sampai kesiku
6 Menggunakan sabun atau desinfektan kulit
7 Menggosok kedua telapak tangan dengan kuat
8 Menggosok salah satu punggung telapak tangan, kemudian balikkan dan gosok
bagian telapak tangan; lalu menggosok sampai keujung-ujung jari dan teruskan ke
pergelangan tangan dengan menggunakan tangan yang lainnya
9 Melakukan poin yang ke 8 terhadap tangan yang lainnya
10 Mencuci jari jemari dengan cara menjalinnya, mengosok maju mundur,
11 Memastikan bahwa bagian dalam kedua sisi jari sudah saling menggosok.
12 Cuci ujung jari satu tangan dengan menggosoknya pada telapak tangan yang lain
13 Melakukan hal yang sama seperti poin 12 pada tangan lainnya
14 Menggosok salah satu ibu jari dengan gerakan memutar menggunakan jari-jari
tangan yang lain yang melingkarinya
15 Mengulangi poin 14 pada ibu jari lainnya
16 Memegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan, lalu menggosok
sekeliling pergelangan tangan tersebut
17 Mengulangi poin 16 pada pergelangan tangan kanan
18 Membilas seluruh permukaan tangan dari pergelangan sampai ke ujung jari
19 Memposisikan tangan lebih tinggi dari pada siku, dan mematikan kran
menggunakan siku
20 Mengeringkan setiap tangan secara terpisah dengan mengelapnya dari ujung jari
kepergelangan tangan
21 Gunakan handuk tersebut untuk memutar kran sewaktu mematikan atau gunakan
siku.
Jumlah skor
Keterangan : 0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tidak sempurna
2 = Dilakukan dengansempurna

Nilai Akhir = Total Nilai x 100 =................................

42 Padang, ……………………..
Instruktur

( …………………………….... )
NIP.
16
MEMASANG, MEMBUKA, DAN MEMBUANG SARUNG TANGAN

PENDAHULUAN
Sarung tangan digunakan dalam melakukan prosedur tindakan, dengan tujuan mencegah
terjadinya penularan kuman dan mengurangi risiko tertularnya penyakit.

TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu :
a. Mempersiapkan alat untuk memasang sarung tangan
b. Melakukan pemasangan sarung tangan dengan benar
c. Membuka dan membuang sarung tangan dengan benar

MATERI
Sarung tangan terbuat dari bahan karet yang digunakan untuk melakukan prosedur
tindakan, dengan tujuan mencegah terjadinya penularan kuman dan mengurangi
risiko tertularnya penyakit.

Prosedur Kerja
1. Cuci tangan secara efektif
2. Persiapkan sarung tangan yang akan digunakan
3. Pegang tepi sarung tangan dan masukan jari tangan, pastikan jari tangan tepat pada
posisinya
4. Masukan tangan kanan yang sudah memakai sarung tangan kedalam lipatan sarung
tangan sebelah kiri, dan masukan jari kiri, pastikan jari tangan tepat pada posisinya
5. Setelah terpasang kedua tangan cakupkan kedua tangan
6. Melepaskan sarung tangan kanan dengan menarik bagian bawah sarung tangan dan
meletakkan ke telapak tangan kiri.
7. Melepaskan sarung tangan kiri dengan menarik sisi dalam kearah luar.
8. Memasukkan sarung tangan yang telah dipakai ke dalam tempat sampah medis.

17
DAFTA R TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK IA
MEMASANG, MEMBUKA, DAN MEMBUANG SARUNG TANGAN
SEMESTER I TA.2021/2022

NAMA MAHASISWA :
NO. BP :
KELOMPOK :

Skor
No Aktivitas yang dinilai
0 1 2
1 Mempersiapkan sarung tangan yang akan digunakan dan
mengenali bagian/sisi steril dan non steril
2. Memastikan sarung tangan kanan dan kiri
3. Memegang tepi sarung tangan sebelah dalam dengan
tangan kiri.
4. Memasukan jari tangan kanan dengan tepat pada posisinya
5. Masukan tangan kanan yang sudah memakai sarung tangan
kedalam lipatan sarung tangan sebelah kiri bagian luar
6. Memasukan jari kiri kedalam sarung tangan
7. Memastikan jari tangan tepat pada posisinya
8. Mempertemukan kedua tangan setelah terpasang kedua
sarung tangan dengan posisi jari-jari menghadap ke atas.
9. Melepaskan sarung tangan kanan dengan menarik bagian
bawah sarung tangan dan meletakkan ke telapak tangan kiri.
10. Melepaskan sarung tangan kiri dengan menarik sisi dalam
kearah luar.
11. Memasukkan sarung tangan yang telah dipakai ke dalam
tempat sampah medis.
Jumlah skor
KETERANGAN
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna

NILAI AKHIR = TOTAL NILAI x 100


22
Nilai akhir = …………………

Padang, ……………………..
Instruktur

( ………………………………..... )
NIP

18
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK

MEMASANG DAN MEMBUKA


MASKER BEDAH DAN MASKER N95

19
A. PENNDAHULUAN
Masker merupakan alat kesehatan yang digunakan untuk menutup area mulut dan
hidung. Fungsi masker secara keseluruhan adalah meminimalkan interaksi antara dunia
luar dengan dunia dalam tubuh terutama pada hidung dan mulut serta menghindari
penyebaran virus dan mikroorganisme lainnya. Masker digunakan untuk melindungi wajah
dan membran mukosa mulut dari cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau
permukaan lingkungan udara yang kotor dan melindungi pasien atau permukaan
lingkungan udara dari petugas pada saat batuk atau bersin. Masker yang di gunakan harus
menutupi hidung dan mulut serta melakukan Fit Test (penekanan di bagian hidung).
Terdapat tiga jenis masker, yaitu:
1. Masker bedah ( surgeri facemask), untuk tindakan bedah atau mencegah penularan
melalui droplet.
2. Masker respiratorik atau masker N95, untuk mencegah penularan melalui airborne.
3. Masker rumah tangga, digunakan di bagian gizi atau dapur.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum: Memberikan acuan penggunaan masker dalam
pencegahan infeksi

Tujuan Instruksional Khusus:


1. Mengetahui cara memasang masker bedah ( surgical facemask)
2. Mengetahui cara membuka masker bedah ( surgical facemask)
3. Mengetahui cara memasang masker N95
4. Mengetahui cara membuka masker N95

C. STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Responsi : diadakan pre test dan post test
2. Bekerja berkelompok; Mahasiwa bekerja berkelompok dengan bimbingan
seorang instruktur
3. Bekerja dan belajar mandiri : Kegiatan mandiri dilakukan oleh mahasiswa baik
dibawah bimbingan instruktur maupun tanpa bimbingan instruktur.

D. PRASYARAT:
Pengetahuan yang dimiliki sebelum berlatih :
Mikrobiologi : Virus, Bakteri dan Jamur
Teknik Mencuci Tangan (Hand Hygiene)

20
E. TEORI

Jenis-jenis Masker yang Perlu Diketahui

Saat ini jadi banyak jenis masker yang digunakan untuk mengatasi terhirup atau
masuknya berbagai bahan patogen melalui saluran nafas, terutama pada saat ini yaitu
penyebaran virus Covid-19. Berbagai macam jenis masker yang tersedia harus diketahui
bersama, agar dapat digunakan secara bijak dan benar, karena setiap jenis masker memiliki
fungsi yang berbeda-beda.

1. Masker bedah (surgical facemask)

Masker bedah terdiri dari 3 lapisan material dari bahan non woven (tidak di jahit),
loose - fitting ( longgar) dan sekali pakai untuk menciptakan penghalang fisik antara mulut
dan hidung pengguna dengan kontaminan potensial di lingkungan terdekat sehingga efektif
untuk memblokir percikan (droplet) dan tetesan dalam partikel besar.
Lapisan luar adalah lapisan non anyaman hidrofobik yang mencegah masuknya
tetesan/bersin; lapisan tengah memiliki filter untuk memblokir 90% partikel dengan
diameter lebih besar dari 5µm; dan lapisan dalam yang bersentuhan dengan hidung dan
mulut untuk menyerap kelembapan.

Kegunaan: Melindungi pengguna dari partikel yang dibawa melalui kontak, droplet,
cairan,virus atau bakteri.

Material: Non woven (tidak dijahit), spunbond meltblown spunbond (sms) dan spunbond
meltblown meltblown spunbond (smms).

Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use).

 Masker bedah tidak direkomendasikan untuk penanganan langsung pasien


terkonfirmasi Covid-19.
 Masker dapat menahan dengan baik terhadap penetrasi cairan, darah dan droplet
 Bagian dalam dan luar masker harus dapat terindentifikasi dengan mudah dan jelas.
 Penempatan masker pada wajah longgar (loose fit)
 Masker dirancang agar tidak rusak dengan mulut (misalnya berbentuk mangkok atau
duckbill).
 Memiliki Efisiensi Penyaringan Bakteri (bacterial filtration efficiency) 98%.

21
Gambar 1. Masker bedah (surgical facemask) (sumber : FDA, 2020)

2. Masker N95
Merupakan masker khusus dengan efisiensi tinggi untuk melindungi seseorang dari
partikel berukuran sangat kecil yang dibawa melalui udara (airborne). Transmisi airborne
bisa terjadi pada tindakan yang memicu terjadinya aerosol seperti intubasi trakea, ventilasi
non-invasive, trakeostomi, resusitasi jantung paru, ventilasi manual sebelum intubasi,
nebulasi dan bronskopi, pemeriksaan gigi seperti scalerultrasonic dan high-speed air
driven, pemeriksaan hidung dan tenggorokan, pengambilan swab.
Pelindung ini terdiri dari beberapa lapisan penyaring dan harus dipakai menempel erat
pada wajah tanpa ada kebocoran. Masker ini membuat pernapasan pemakai menjadi lebih
berat. Sebelum memakai masker ini, petugas kesehatan perlu melakukan fit test.

Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan fit test:


 Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat adanya cacat atau
lapisan yang tidak utuh. Jika cacat atau terdapat lapisan yang tidak utuh, maka tidak
dapat digunakan dan perlu diganti.
 Memastikan tali masker tersambung dan menempel dengan baik di semua titik
sambungan.
 Memastikan klip hidung yang terbuat dari logam dapat disesuaikan bentuk hidung
petugas.

Fungsi masker ini akan menjadi kurang efektif dan kurang aman bila tidak menempel
erat pada wajah. Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan keadaan demikian, yaitu
adanya janggut atau jambangdan adanya gagang kacamata.

Kegunaan: Melindungi pengguna atau tenaga kesehatan dengan menyaring atau menahan
cairan, darah, aerosol (partikel padat di udara), bakteri atau virus.

Material: Terbuat dari 4-5 lapisan (lapisan luar polypropilen, lapisan tengah electrete
(charged polypropylene).

Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use) / dapat di re-use dengan cara yang
tepat) Respirator yang dapat digunakan: N95 atau Filtering Face Piece (FFP2).
 Penempatan pada wajah ketat (tight fit).

22
 Masker dirancang untuk tidak dapat rusak dengan mulut (misalnya berbentuk
mangkok atau duckbill) dan memiliki bentuk yang tidak mudah rusak.
 Memiliki efisiensi filtrasi yang baik dan mampu menyaring sedikitnya 95% partikel
kecil ( <0,3 micron).
 Kemampuan filtrasi lebih baik dari masker bedah.
 Direkomendasikan dalam penanganan langsung pasien terkonfirmasi Covid-19

Gambar 2. Masker N95, (Sumber : FDA,2020)

Masker N95 dapat digunakan kembali setelah dilakukan penyimpanan atau sterilisasi yang
benar. Masker N95 yang telah digunakan kemudian dilepas tidak boleh menyentuh bagian
dalam dan luar masker. Apabila tersentuh, harus segera melakukan kebersihan tangan.

Ada beberapa metode agar masker N95 dapat kembali digunakan ( reusable) seperti :

1. Metode 1 :Masker N95 disterilisasi dengan uap/plasma hidrogen peroksida, etilen oksida
dan iradiasi gamma atau ozon, cara pengemasan khusus yang direkomendasikan oleh
produsen ketika peralatan akan dilakukan proses sterilisasi

2. Metode 2 : Masker N95 disimpan di kantong kertas berlabel nama petugas, tanggal dan
jam. Masker N95 dapat dibuka dan di pasang kembali sebanyak 5 kali selama 8 jam

3.Metode 3 : Masker N95 dapat digunakan kembali setelah diletakkan kering di ruangan
terbuka dalam suhu kamar selama 3 – 4 hari. Masker N95 terbuat dari polypropylene yang
bersifat hidrofobik dan sangat kering sehingga Covid-19 tidak dapat bertahan hidup.
Masker N95 tidak boleh di jemur di bawah sinar matahari karena akan merusak material
polypropylene.

4. Metode 4 : Sterilisasi dengan cara menggantung masker N95 menggunakan jepitan kayu
di dalam oven dapur dengan suhu 70 o C selama 30 menit

5. Metode 5 : Sterilisasi dengan menggantung masker N95 di atas uap air panas dari air
mendidih selama 10 menit

F. PROSEUR KERJA
I. Persiapan
- Alat & Bahan :
1. Handrub ( cairan antiseptik berbasis alkohol )
2. Masker bedah
3. Maske N95

23
II. Petunjuk Sebelum Menggunakan Masker:

1. Cuci tangan dengan sabun dan air atau pembersih tangan antiseptik (hand sanitizer)
sebelum menyentuh masker.
2. Buka masker dari kemasan. Pastikan tidak ada lubang atau robekan pada tiap sisi
masker. Permukaan masker yang berwarna umumnya menandakan bagian depan
masker, sedangkan bagian putihnya adalah yang menempel pada wajah. Bagian
yang berwarna memiliki tekstur yang lebih kasar sehingga dapat mengiritasi kulit
jika digunakan pada bagian dalam. Jika kedua sisi berwarna putih, maka gunakan
bagian yang kasar untuk sisi luar.
3. Perhatikan lipatan pada masker, gunakan masker dengan lipatan ke bawah dan
tekuk bagian kawat sesuai lekuk hidung agar tidak ada celah partikel dan virus
untuk masuk.
4. Pastikan tali pengait terpasang kencang dan menutup bagian hidung, mulut, dan
dagu.
5. Kenakan masker dalam jarak sekitar 2 meter sebelum mendekati orang yang sedang
sakit.
6. Tidak lagi memegang masker hingga saat akan melepasnya.
7. Saat akan membuka masker, cuci tangan lebih dulu dengan air dan sabun atau
pembersih antiseptik (hand sanitizer) sebelum menyentuh masker. Hindari
menyentuh bagian depan masker karena sudah terkontaminasi. Cukup pegang tali
pengaitnya saja.

IIIa. Cara memasang masker bedah (surgical facemask) yang benar:


 Pastikan bahwa ukuran masker pas dengan wajah, tidak kebesaran atau kekecilan.
 Selalu cuci tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer, sebelum
menyentuh masker dan memasangnya.
 Cari sisi luar masker. Jika masker memiliki dua warna berbeda (umumnya hijau
dan putih), sisi luar masker adalah yang berwarna hijau. Maka, sisi putihlah yang
menempel langsung dengan kulit, sementara lapisan hijau menghadap ke luar.
 Tentukan sisi atas masker, biasanya ditandai dengan adanya garis kawat hidung.
Untuk masker yang menggunakan tali: posisikan kawat hidung di atas hidung
dengan jari, lalu ikat kedua sisi tali di bagian atas pada kepala mendekati ubun-
ubun.
 Setelah masker sudah bisa menggantung, tarik masker ke bawah untuk bisa
menutup mulut hingga dagu. Ikat tali bagian bawahnya di tengkuk atau belakang
leher.
 Untuk masker dengan tali karet: kaitkan tali karet di belakang telinga.
 Setelah masker menempel aman di wajah, cubit bagian kawatnya atau klip tipis
untuk mengikuti lekuk hidung agar masker lebih tertutup rapat.
 Panjangkan atau tarik lipatan-lipatan masker kebawah untuk menutup semua
bagian yang harus ditutup yakni hidung, mulut, hingga dagu.
 Setelah masker terpasang dengan benar, hindari menyentuh masker.

24
 Masker yang sudah digunakan hanya boleh digunakan sekali pakai. Bahkan
beberapa sumber menyatakan bahwa masker ini hanya efektif digunakan selama 3-
4 jam pemakaian atau maksimal 1 hari.

IIIb. Cara melepaskan masker bedah (surgical facemask) dengan tepat


 Cuci tangan sebelum melepaskan masker.
 Hindari menyentuh bagian depan masker karena bagian itulah yang dipenuhi oleh
kuman dan virus yang menempel dari luar. Hanya sentuh bagian tali atau karet
pengaitnya.
 Untuk melepaskan masker karet, pegang kedua karet yang menempel di telinga,
lepaskan dari telinga dan buang ke tempat sampah.
 Untuk melepas masker tali, pertama buka tali bagian bawahnya, selanjutnya lepaskan
tali bagian atas.

25
 Langsung buang ke tempat sampah tanpa menyentuh bagian depan masker. cuci
tangan dengan sabun atau gunakan hand sanitizer.

IIIc. Cara memasang masker N95 yang benar

1. Pastikan ukuran masker cocok dengan wajah, tidak kebesaran ataupun


kekecilan.
2. Mencuci tangan dengan sebelum menyentuh masker.
3. Pegang masker dengan ujung jari menyentuh nosespice ( kawat hidung), dan
tali menggantung dibawah tangan ( lihat gambar)
4. Pasang masker rapat ke wajah dengan bagian nosespice pada hidung bagian
atas
5. Rentangkan tali masker (tali karet) dan kaitkan ke belakang kepala ( lihat
gambar).
6. Tekan nosespice sampai rapat pada hidung.
7. Cek kerapatan masker ke wajah dengan cara meletakkan kedua tangan pada
masker lalu bernafaslah dengan kuat (lihat gambar). Jika udara keluar dari
sisi hidung, kencangkan nosespice. Jika udara keluar dari tepi masker,
perbaiki letak masker. Pastikan masker N95 benar-benar menempel pada
wajah dan tidak ada celah yang terbuka.

Untuk memastikan apakah masker N95 sudah terpasang dengan benar atau belum,
lakukan pengecekannya dengan cara berikut ini:

1. Setelah menggunakan masker sesuai dengan langkah-langkah di atas,


tempelkan kedua tangan di atas masker. Namun, jangan sampai terlalu
menekan masker.
2. Kemudian, tarik napas dalam-dalam.
3. Jika seluruh permukaan masker tertarik ke arah wajah, ini berarti Anda
menghirup udara yang terperangkap di antara wajah dan l apisan masker,
bukan udara dari luar. Artinya penggunaan masker N95 sudah benar.
4. Sebaliknya, apabila permukaan masker tidak mengatup ke arah wajah, bisa
jadi ada celah sehingga menghirup udara dari luar. Maka, ulangi kembali
cara pakai masker N95 dari awal dengan benar.

26
Segera lepas masker apabila sewaktu-waktu selama menggunakan masker respirator
N95 merasa sakit kepala, pusing, mual, hingga sesak napas. Kemudian, cari udara
segar atau mencari bantuan medis. Masker N95 harus diganti setiap delapan jam
agar fungsinya tetap berjalan optimal. Akan tetapi, jika masker sudah robek, cacat,
basah, atau kotor di bagian dalamnya, maka segera buang masker dan ganti dengan
yang baru. Setelah dilepas, buang masker respirator dengan cara membungkusnya
dengan plastik, lalu buang ke tempat sampah infeksius ( kantong kuning). Segera
mencuci tangan dengan bersih menggunakan sabun dan air mengalir guna
menghindari risiko kontaminasi.

IIId. Cara melepas masker N95

1. Tarik karet bawah ke atas kepala dengan satu tangan dan tangan lainnya tetap
memegang bagian luar penutup hidung dan mulut agar tetap di posisinya.
2. Tarik bagian karet ke atas kepala.
3. Lepas bagian penutup hidung dan wajah.

4. Jangan menyentuh bagian dalam masker


5. Buang ke kantong sampah infeksius (kantong sampah kuning)

27
EVALUASI
DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK 1A
CARA PENGGUNAAN MASKER BEDAH
SEMESTER I TA.2021/2022

NAMA MAHASISWA :
NO BP :
KELOMPOK :

No Kegiatan Skor
0 1 2
PEMASANGAN MASKER BEDAH
1 Menyiapkan masker dan bahan untuk cuci tangan
2 Mencuci tangan dengan benar sebelum menyentuh masker dan
memasangnya.
3. Membuka masker dari kemasaan dan memastikan tidak rusak, robek
atau berlobang.
4. Memasang masker dengan sisi putih menempel langsung dengan
kulit, sementara lapisan berwarna menghadap ke luar
5. Untuk masker yang menggunakan tali: posisikan klip kawat hidung di
atas hidung dengan jari, lalu ikat kedua sisi tali di bagian atas pada
kepala mendekati ubun-ubun.
Untuk masker dengan tali karet: kaitkan tali karet di belakang
telinga.
6. Tarik masker ke bawah untuk bisa menutup mulut hingga dagu. Ikat
tali bagian bawahnya di tengkuk atau belakang leher.
7. Setelah masker menempel aman di wajah, cubit bagian kawatnya atau
klip tipis untuk mengikuti lekuk hidung agar masker lebih tertutup
rapat.
8. Setelah masker terpasang dengan benar, hindari menyentuh masker.
MEMBUKA MASKER BEDAH
9 Mencuci tangan dengan benar sebelum melepaskan masker
10 Menghindari untuk menyentuh bagian depan masker dan hanya
menyentuh bagian tali atau karet pengaitnya.
11 Untuk melepaskan masker karet, pegang kedua karet yang menempel
di telinga, lepaskan dari telinga. Untuk melepas masker tali, pertama
buka tali bagian bawahnya, selanjutnya lepaskan tali bagian atas.
12 Buang masker ke tempat sampah tanpa menyentuh bagian depan
masker.
Jumlah skor

KETERANGAN: 0 = TIDAK DILAKUKAN


1 = DILAKUKAN TIDAK SEMPURNA
2 = DILAKUKAN DENGN SEMPURNA

TOTAL NILAI
NILAI AKHIR = ---------------------X 100 =
24
Padang, ……………………
Instruktur

(.……………………….)
NIP:
28
EVALUASI
DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK
CARA PENGGUNAAN MASKER N95
SEMESTER I TA.2020/2021

NAMA MAHASISWA :
NO BP :
KELOMPOK :
No Kegiatan Skor
0 1 2
PEMASANGAN MASKER N95
1 Menyiapkan masker dan bahan untuk cuci tangan
2 Mencuci tangan dengan benar sebelum menyentuh masker dan
memasangnya.
3. Membuka masker dari kemasaan dan memastikan tidak rusak, robek
atau berlobang.
4. Memegang masker dengan benar dan memasangnya rapat ke wajah
dengan bagian nosespice pada hidung bagian atas
5. Merentangkan tali masker ( tali karet) dan kaitkan ke belakang
kepala
6. Menekan nosespice dengan kedua jari sampai rapat pada hidung.
7. Cek kerapatan masker ke wajah dengan cara meletakkan kedua
tangan pada masker lalu bernafaslah dengan kuat.
8. Setelah masker terpasang dengan benar, hindari menyentuh masker.
MEMBUKA MASKER N95
9 Mencuci tangan dengan benar sebelum melepaskan masker
10 Tarik karet bawah ke atas kepala dengan satu tangan dan tangan
lainnya tetap memegang bagian luar penutup hidung dan mulut
agar tetap di posisinya.
11 Tarik bagian karet ke atas kepala.
12 Lepas bagian penutup hidung dan wajah, dan jangan menyentuh
bagian dalam masker, lalu buang masker ke tempat sampah infeksius
(kantong kuning)
Jumlah skor
KETERANGAN: 0 = TIDAK DILAKUKAN
1 = DILAKUKAN TIDAK SEMPURNA
2 = DILAKUKAN DENGN SEMPURNA

TOTAL NILAI
NILAI AKHIR = ---------------------X 100 =
24
Padang, …………………………..
Instruktur

(.……………………….)
NIP

29
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK 1A

KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI 1


(KIE 1)

SAMBUNG RASA
MEMPERKENALKAN DIRI
MENDENGARKAN AKTIF
KLARIFIKASI

30
1. PENDAHULUAN

Teknik komunikasi merupakan salah satu ketrampilan yang harus dimiliki oleh dokter
untuk mendapatkan informasi tentang keluhan pasien dan riwayat penyakit yang dialaminya.
Peran ini penting karena jika tidak dilakukan dengan benar maka konsultasi yang diharapkan
akan berjalan baik justru akan berakibat sebaliknya. Beberapa hasil penelitian yang dirangkum
oleh Kurtz, Silverman & Drapper, 1998 menyatakan bahwa dokter sering menginterupsi pasien
begitu si pasien baru memulai menyampaikan keluhan sehingga keluhan utama pasien sering
tidak terucapkan, akibatnya penangananpun bukan berdasarkan keluhan utama yang dialami
pasien. Ditambahkan juga bahwa sebagian besar penyebab utama malpraktik yang terjadi
dikarenakan tidak efektifnya komunikasi yang terjadi antara dokter-pasien. Setelah mengikuti
latihan ketrampilan Komunikasi 1, diharapkan mahasiswa akan mampu berkomunikasi secara
efektif.
Keterampilan ini bukan hal yang baru bagi mahasiswa karena ketika belajar di SMA,
mahasiswa telah mempunyai kompetensi mendengarkan cerita yang disampaikan secara lansung
dan tidak langsung, yang menjadi dasar terhadap kegiatan ketrampilan berkomunikasi yang akan
mereka peroleh pada bagian ini. Ketrampilan menjadi pendengar aktif akan digunakan oleh
mahasiswa sebagai dasar pada latihan ketrampilan berkomunikasi pada 20 blok lain yang akan
mereka ikuti.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN:
2.1.Tujuan Instruksional Umum:
Setelah mengikuti latihan ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan
komunikasi verbal dan non-verbal dalam sambung rasa, memperkenalkan diri,
mendengarkan dan mengklarifikasi pembicaraan.
2.2.Tujuan Instruksional Khusus:
Mahasiswa diharapkan mampu:
2.2.1. Mengidentifikasi komunikasi verbal dalam sambung rasa, memperkenalkan diri,
mendengarkan dan mengklarifikasi pembicaraan.
2.2.2. Mengidentifikasi komunikasi non-verbal dalam sambung rasa, mendengarkan
dan mengklarifikasi pembicaraan.
2.2.3. Melakukan komunikasi verbal dalam sambung rasa, memperkenalkan diri,
mendengarkan dan mengklarifikasi pembicaraan dengan baik.
2.2.4. Melakukan komunikasi non-verbal dalam sambung rasa, memperkenalkan diri,
mendengarkan dan mengklarifikasi pembicaraan dengan baik.

31
2.2.5. Bersikap yang tepat dalam melakukan komunikasi verbal dan non-verbal dalam
sambung rasa, memperkenalkan diri, mendengarkan dan mengklarifikasi
pembicaraan dengan baik.
2.2.6. Mengidentifikasi kesalahan yang timbul dalam melakukan komunikasi verbal dan
non-verbal dalam dalam sambung rasa, memperkenalkan diri, mendengarkan
dan mengklarifikasi pembicaraan dengan baik.

1. STRATEGI PEMBELAJARAN
Kegiatan latihan dapat dilakukan dengan cara:
a. Berkelompok
Satu kelompok terdiri atas kurang lebih 10 orang mahasiswa dan satu orang
instruktur.
Sebelum latihan dimulai instruktur memberikan pretest untuk menguji
kemampuan kognitif dan kesiapan mahasiswa. Kemudian instruktur akan
menjelaskan secara ringkas tujuan, manfaat dan teknik latihan.
b. Mandiri
Kegiatan mandiri dilakukan dalam bentuk:
- latihan mandiri dilakukan dengan teman atau orang yang dapat dijadikan
partner dalam berlatih. Latihan ini dilakukan tanpa pengawasan langsung
dari instruktur.
- Mencari dan membaca referensi terkait.
Mahasiswa harus mencatat kegiatan mandiri dan kegiatan kelompok dalam
logbook. Logbook yang telah diisi akan diperiksa pada pertemuan kedua oleh
instruktur sebagai bentuk pengawasan tidak langsung.

3. TEORI:

Komunikasi verbal – non verbal


Komunikasi merupakan metode utama dalam memberikan asuhan dalam
kedokteran. Dalam kehidupan sehari-hari terdapat dua jenis komunikasi, yakni komunikasi
verbal dan komunikasi non-verbal. Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang
disampaikan dalam bentuk kata/verbal. Komunikasi ini dapat dilakukan secara tertulis
(non-vokal) atau komunikasi secara lisan/ non tertulis (vokal).

32
Sambung rasa dan memperkenalkan diri
Sambung rasa adalah bentuk komunikasi yang terjadi apabila gagasan dan perasaan
yang disampaikan pembawa pesan dapat menggugah dan menggerakkan hati penerima
pesan atau adanya kontak batin (antara pihak yang satu dengan pihak yang lain) sehingga
komunikasi dapat berlangsung dengan baik dan efektif.
Teknik yang digunakan dalam sambung rasa diawali dengan menyampaikan salam
yang sangat dipengaruhi oleh budaya dan situasi setempat, dapat berubah akibat status dan
hubungan sosial. Salam dapat diekspresikan melalui ucapan (verbal) dan gerakan (non-
verbal) ataupun gabungan keduanya. Salam yang berupa ucapan digunakan untuk
memperkenalkan diri atau menyapa orang lain, seperti:
 Sapaan saat baru bertemu, seperti: "Halo", "Hai"
 Ungkapan perhatian terhadap keadaan seseorang, seperti "Apa kabar?", "Cepat
sembuh"
 Ucapan selamat yang berkaitan dengan waktu, seperti: "Selamat pagi", "Selamat
siang", "Selamat sore", "Selamat malam"
 Salam berkaitan dengan agama, seperti: "Assalamu’alaikum" (Islam),
Salam yang disampaikan biasanya diikuti dengan gerakan tubuh seperti berjabatan
tangan/bersalaman, mengangguk, menepuk pundak secara pelan dan diikuti kontak mata
serta senyuman. Pesan verbal dan non verbal yang disampaikan akan mempengaruhi
proses komunikasi selanjutnya.
Setelah menyampaikan salam, seseorang yang baru bertemu akan memperkenalkan
diri. Kesan pertama yang diberikan pada saat perkenalan merupakan tahap awal untuk
menghubungkan komunikasi dokter-pasien. Terdapat teknik memperkenalkan diri yakni
sebagai berikut:
a) Menyebutkan identitas dengan lengkap, jelas, singkat dan tepat serta dengan jeda yang
sesuai meliputi nama, pekerjaan yang menggambarkan siapa kita dan peran di tempat
pelayanan kesehatan yang dikunjungi pasien.
b) Menggunakan bahasa resmi atau baku.
c) Menggunakan kata sapaan yang sering diucapkan. Misalnya menggunakan kata ganti
sapaan, seperti bapak, ibu, kakak, saudara, adik atau anda.
d) Mimik yang sesuai dengan suasana.
e) Tetap rendah hati dan tidak menyombongkan diri.
f) Fokus pada pasien yang mendengarkan apa yang anda katakan.

33
Perkenalan diri akan selalu diikuti dengan menanyakan identitas pasien, terutama
menanyakan nama pasien, mempersilakan pasien duduk dan seterusnya menanyakan
identitas secara lengkap.

Mendengarkan
Ketrampilan lain yang harus dimiliki dalam membangun hubungan dokter-pasien
adalah ketrampilan mendengarkan. Kata mendengar berbeda dengan mendengarkan.
Mendengar berarti proses mendengar dengan menggunakan alat pendengaran, sedangkan
mendengarkan merupakan bentuk aktif dari mengambil makna dari apa yang didengarkan.
Mendengarkan melibatkan proses mendengar, memperhatikan, memahami dan mengingat.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mendengarkan adalah: mencatat informasi (pesan)
yang didengar, yang berarti seseorang harus memusatkan perhatian terhadap apa yang
sedang dibicarakan dan disampaikan oleh lawan bicara. Langkah berikutnya adalah
menafsirkan dan menilai informasi. Langkah ini merupakan langkah penting dalam proses
mendengarkan. Oleh karena pada saat menyaring informasi seseorang juga harus bisa
memutuskan mana informasi yang penting dan mana yang tidak penting. Pada langkah ini
pendekatan yang tepat adalah mencari ide pokok dan ide pendukung secara rinci. Empat
bentuk mendengarkan yang dapat digunakan sesuai dengan situasi yang dihadapi yaitu:

1. Mendengar pasif (diam)


Mendengar pasif (diam) dapat dialkuakn pada saat pasien menceritakan masalahnya
dengan cara menggebu-gebu, berbicara tanpa henti dengan perasaan kesal atau
sedih. Dokter dapat juga diam pada saat pasien berhenti berbicara sejenak, untuk
memberikan kesempatan kepada pasien untuk menenangkan diri.
2. Memberi tanda perhatian verbal
Sewaktu pasien berbicara panjang, dokter dapat menggunakan kata berikut: yaa,
lalu, oh begitu, terus dan lain sebagainya
3. Mengajukan pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi ( akan dibahas pada
materi selanjutnya)
Mengajukan pertanyaan dan mengklarifikasi dilakukan untuk mendalami atau
menyamakan persepsi terhadap materi yang sedang disampaikan pasien.
4. Mendengar aktif

34
Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan umpan balik atau merefleksikan isi
ucapan dan perasaan pasien. Refleksi isi atau paraphrasing adalah menyatakan
kembali atau pesan pasien dengan menggunakan kata-kata lain, memberi masukan
pada pasien tentang inti ucapan yang baru dikatakan pasien dengan cara meringkas
dan memperjelas ucapan pasien. Refleksi perasaan adalah mengungkapkan
perasaan pasien yang teramati pendnegar dari intonasi suara, raut wajah dan bahasa
tubuh pasien maupun dari hal-hal yang tersirat dari kata-kata verbal pasien.

Tips dalam mendengar aktif:


1. Terima pasien apa adanya. Hargai pasien sebagai individu yang berbeda dari
individu lainnya
2. Dengarkan apa yang dikatakan oleh pasien dan juga bagaimana ia mengatakan hal
itu. Perhatikan intonasi suara, pemilihan kata, ekspresi wajah dan gerakan-gerakan
tubuh.
3. Tempatkan diri pada posisi pasien selama mendengarkan
4. Kadang-kadang lakukan mendengarkan pasif (diam). Beri waktu pada pasien untuk
berfikir, bertanya dan berbicara. Sesuaikan dengan kecepatan pasien.
5. Dengarkan pasien dengan seksama, jangan berfikir apa yang akan anda lakukan
selanjutnya.
6. Lakukan pengulangan/refleksikan apa yang anda dengar, sehingga pasien paham
7. Duduk menghadap pasien dengan nyaman, hindari gerakan yang mengganggu,
tatap dan perhatikan pasien.
8. Tunjukkan tanda perhatian verbal dan nonverbal.

Klarifikasi
Klarifikasi adalah bentuk ketrampilan komunikasi yang merupakan respon dari
pembicara 1 terhadap pembicara 2 untuk memperjelas apa yang sedang dialami dan
dirasakan oleh pembicara ke-2. Ketrampilan klarifikasi sebelumnya diikuti oleh
ketrampilan mendengarkan. Klarifikasi dapat berupa pertanyaan ataupun pernyataan
efektif untuk memfasilitasi keakuratan komunikasi. Metode ini digunakan untuk
memperjelas pembicaraan yang samar-samar atau tidak fokus. Ketidakjelasan yang timbul
dapat disebabkan oleh perasaan dari si pembicara 2 yang ragu-ragu ataupun ketrampilan
berkomunikasinya yang lemah. Hal ini harus dicermati oleh lawan bicara.

35
Respon klarifikasi antara lain berguna untuk:
a. Memperkuat niat pembicara 2 untuk memahami apa yang disampaikan
pembicara 2 dan mengidentifikasi perasaannya yang paling bermakna.
b. Mengecek keakuratan pesan yang disampaikan pembicara 1.
c. Memastikan persepsi pembicara 1.
d. Memperkuat keinginan pembicara 2 untuk melihat dari sudut pandang yang
lain.
e. Mengulur waktu sambil memikirkan respon berikut yang lebih tepat.
Respon klarifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni dengan
menekankan kata terakhir yang diucapkan atau meringkas poin-poin yang tampaknya
relevan atau melakukan paraphrase. Contoh pertanyaan dan pernyataan dalam respon
klarifikasi:
“ Apakah maksud Anda seperti ini...?” atau
“ Apa yang Anda maksud dengan ...?” atau
“ Saya menyimpulkan bahwa Anda ....Benarkah begitu?” atau
“Jika tidak salah dengar Anda mengatakan bahwa...”

2. PROSEDUR LATIHAN DALAM KELOMPOK


SESI 1: SAMBUNG RASA DAN MEMPERKENALKAN DIRI
Lokasi: Ruangan ketrampilan klinik FK-Unand
Waktu: 1 x pertemuan: 2 x 50 menit
Fasilitas: - 1 meja, 2 buah kursi
Alat dan bahan: a. Alat tulis: pena, kertas
b. Lembaran daftar tilik sesuai dengan peran
Konteks: dokter - pasien di ruang praktik/RS (kamar pasien)/ IGD
Tahap Persiapan:
1. Anggota dalam kelompok dibagi menjadi 3:
a. kelompok pertama berperan sebagai dokter,
b. kelompok kedua berperan sebagai pasien sekaligus pemberi
feedback
c. kelompok ketiga sebagai pemberi feedback. Masing-masing
kelompok duduk terpisah dari kelompok lain.

36
2. Fasilitas: 2 buah kursi dan 1 buah meja, disusun seperti tempat praktik
dokter.
Tahap Pelaksanaan:
1. Kelompok 1 memerankan dokter dan duduk di kursi 1, memperkenalkan diri
sesuai dengan identitas masing-masing.
2. Kelompok 2 memerankan peran sebagai pasien dan memperkenalkan diri
sesuai dengan identitas masing-masing.
3. Kelompok 3 memberikan umpan balik berdasarkan daftar tilik yang telah
disediakan untuk peer-assessment.
4. Instruksi:
Perankanlah cara memberi salam dan memperkenalkan diri pada skenario
berikut ini:
Skenario 1:
A datang ke praktik dokter untuk memeriksakan kondisinya. Ini adalah
kedatangannya yang pertama kali ke dokter.
Skenario 2:
D datang ke klinik praktik dokter untuk yang kedua kalinya.
Skenario 3:
E datang ke klinik praktik dokter ditemani oleh suaminya/keluarganya. Ini
adalah kunjungannya pertama ke klinik dokter di kota Padang, sebelumnya dia
bertempat tinggal di Bukittinggi.
Skenario 4:
F datang ke klinik praktik dokter Y ditemani oleh suaminya/keluarganya. Dia
mengeluh kesakitan. Sebelumnya dia sudah beberapa kali berkunjung ke praktik
dokter Y.
Tahap Evaluasi:
A. Evaluasi Formatif: dilakukan berdasarkan daftar tilik (terlampir) oleh:
1. Mahasiswa:
Kelompok 1 (self-assessment) dalam bentuk refleksi diri. Setelah selesai
memainkan peran, mahasiswa langsung diminta untuk merefleksikan
peran yang dimainkan secara tulisan dan lisan.
Kelompok 2 dan 3 (peer assessment), penilaian langsung dilakukan
secara tertulis ketika peran dimainkan oleh kelompok 1 kemudian diberi

37
tanggapan secara lisan setelah skenario diperankan, sehingga setiap peran
mendapatkan umpan balik saat itu juga.
2. Instruktur: memberikan feedback pada saat latihan dan evaluasi
3. Instruktur dan mahasiswa bersama-sama menyimpulkan teknik
memberi salam dan memperkenalkan diri yang tepat serta
mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang timbul pada komunikasi
yang telah dilakukan.

B. Evaluasi sumatif dilakukan pada ujian OSCE di akhir semester.

38
EVALUASI UNTUK SESI 1:
DAFTAR TILIK REFLEKSI DIRI (SELF-ASSESSMENT):
Kelompok 1: Peran sebagai dokter
Tidak
No. Pernyataan Setuju Netral Setuju
1. Saya mengucapkan salam kepada pasien dengan
jelas.
2. Saya menggunakan gerak tubuh yang tepat dalam
memberi salam kepada pasien.
3. Saya menggunakan mimik wajah yang tepat dalam
memberi salam kepada pasien.
4. Saya mengucapkan identitas dengan jelas kepada
pasien.
5. Saya menggunakan gerak tubuh yang tepat dalam
memperkenalkan diri kepada pasien.
6. Saya menggunakan mimik wajah yang tepat dalam
memperkenalkan diri kepada pasien.

 Ketrampilan komunikasi saya yang perlu diperbaiki pada sesi 1 adalah:

 Strategi untuk memperbaikinya dengan cara:

39
DAFTAR TILIK PEER-ASSESSMENT
Kelompok 2 dan 3:
Tidak
No. Pernyataan Setuju Netral Setuju
1. Dokter mengucapkan salam kepada pasien dengan
jelas.
2. Dokter menggunakan gerak tubuh yang tepat dalam
memberi salam kepada pasien.
3. Dokter menggunakan mimik wajah yang tepat
dalam memberi salam kepada pasien.
4. Dokter mengucapkan identitas dengan jelas kepada
pasien.
5. Dokter menggunakan gerak tubuh yang tepat dalam
memperkenalkan diri kepada pasien.
6. Dokter menggunakan mimik wajah yang tepat
dalam memperkenalkan diri kepada pasien.

 Ketrampilan komunikasi dokter yang perlu diperbaiki pada sesi 1 adalah:

 Strategi untuk memperbaikinya dengan cara:

40
DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK IA
KOMUNIKASI 1: SAMBUNG RASA DAN MEMPERKENALKAN DIRI
SEMESTER I TA.2021/2022

NAMA MAHASISWA :
NO. BP :
KELOMPOK :

Tidak
No. Pernyataan Setuju Netral Setuju
(2) (1) (0)
1. Dokter mengucapkan salam kepada pasien dengan
jelas.
2. Dokter menggunakan gerak tubuh yang tepat dalam
memberi salam kepada pasien.
3. Dokter menggunakan mimik wajah yang tepat
dalam memberi salam kepada pasien.
4. Dokter mengucapkan identitas dengan jelas kepada
pasien.
5. Dokter menggunakan gerak tubuh yang tepat
dalam memperkenalkan diri kepada pasien.
6. Dokter menggunakan mimik wajah yang tepat
dalam memperkenalkan diri kepada pasien.
Jumlah skor

* Ketrampilan komunikasi dokter yang perlu diperbaiki pada sesi 1 adalah:

* Strategi untuk memperbaikinya dengan cara:

Nilai Akhir: Total Nilai x 100 =


12
Padang,
Instruktur,

( )
NIP.

41
SESI 2: LATIHAN MENDENGARKAN DAN KLARIFIKASI
Lokasi: Ruangan ketrampilan klinik FK-Unand
Waktu: 1 x pertemuan: 2 x 50 menit
Fasilitas: 2 buah kursi
Alat dan bahan: a. Alat tulis: pena, kertas
b. Lembaran daftar tilik sesuai dengan peran
Tahap Persiapan:
Persiapan yang dilakukan sama dengan sesi 1, hanya saja peran yang dilakukan
diganti yakni:
a. Kelompok 1: sebagai penilai, sesuai dengan daftar tilik pada peer
assessment.
b. Kelompok 2: sebagai pembicara 1, berperan sebagai orang yang
menceritakan pengalamannya kepada kepada pembicara 2.
c. Kelompok 3: sebagai pembicara 2, berperan sebagai pendengar dan
meminta klarifikasi.

Tahap Pelaksanaan:
Instruksi:
Gunakanlah skenario berikut untuk panduan berlatih ketrampilan mendengarkan
dan mengklarifikasi isi pembicaraan. (Skenario dibuat untuk kasus yang masih
umum karena mahasiswa belum mempunyai konten yang lengkap untuk kasus
kedokteran). Masing-masing pembicara dianggap sudah saling mengenal.
Skenario 1:
Pembicara 1 mengunjungi pembicara 2 dan menceritakan pengalaman nyata dalam
hidupnya yang paling menyedihkan dalam waktu 5 menit. Pembicara 2
mendengarkan dan minta klarifikasi.
Skenario 2:
Pembicara 1 menceritakan pengalaman nyata dalam hidupnya yang paling
membahagiakan dalam waktu 5 menit. Pembicara 2 mendengarkan dan minta
klarifikasi.

42
Skenario 3:
Pembicara 1 menceritakan pengalaman yang baru saja dialaminya pagi ini (baik
membahagiakan maupun menyedihkan atau kejadian biasa saja). Pembicara 2
mendengarkan dan minta klarifikasi.

Tahap Evaluasi:
1. Kelompok 2 dan 3 memberikan refleksi terhadap apa yang sudah diperankan.
2. Kelompok 1 memberikan penilaian berdasarkan format peer assessment.

EVALUASI UNTUK SESI 2:


DAFTAR TILIK REFLEKSI DIRI (SELF-ASSESSMENT):
Kelompok 3: Peran sebagai pembicara 2
Tidak
No. Pernyataan Setuju Netral Setuju
1. Saya membuka pembicaraan dengan tepat
2. Saya menggunakan gerak tubuh yang tepat dalam
mendengarkan pembicaraan.
3. Saya menggunakan mimik wajah yang tepat dalam
mendengarkan pembicaraan.
4. Saya menggunakan gerak tubuh yang tepat dalam
mengklarifikasi isi pembicaraan.
5. Saya menggunakan mimik wajah yang tepat dalam
mengklarifikasi isi pembicaraan.
6. Saya mengucapkan kata-kata yang tepat ketika
mengklarifikasi isi pembicaraan.
7. Saya menutup pembicaraan dengan tepat.

* Ketrampilan komunikasi saya yang perlu diperbaiki pada sesi 2 adalah:

* Strategi untuk memperbaikinya dengan cara:

43
DAFTAR TILIK PEER-ASSESSMENT
Kelompok 1 dan 2:
Tidak
No. Pernyataan Setuju Netral Setuju
1. Pembicara 2 membuka pembicaraan dengan tepat
2. Pembicara 2 menggunakan gerak tubuh yang tepat
dalam mendengarkan pembicaraan.
3. Pembicara 2 menggunakan mimik wajah yang
tepat dalam mendengarkan pembicaraan.
4. Pembicara 2 menggunakan gerak tubuh yang tepat
dalam mengklarifikasi isi pembicaraan.
5. Pembicara 2 menggunakan mimik wajah yang tepat
dalam mengklarifikasi isi pembicaraan.
6. Pembicara 2 mengucapkan kata-kata yang tepat
ketika mengklarifikasi isi pembicaraan.
7. Pembicara 2 menutup pembicaraan dengan tepat.

* Ketrampilan komunikasi saya yang perlu diperbaiki pada sesi 2 adalah:

* Strategi untuk memperbaikinya dengan cara:

44
DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK IA
KOMUNIKASI DASAR: LATIHAN MENDENGARKAN DAN KLARIFIKASI
SEMESTER I TA.2021/2022

NAMA MAHASISWA :
NO. BP :
KELOMPOK :
Tidak
No. Pernyataan Setuju Netral Setuju
(2) (1) (0)
1. Pembicara 2 membuka pembicaraan dengan tepat
2. Pembicara 2 menggunakan gerak tubuh yang tepat
dalam mendengarkan pembicaraan.
3. Pembicara 2 menggunakan mimik wajah yang tepat
dalam mendengarkan pembicaraan.
4. Pembicara 2 menggunakan gerak tubuh yang tepat
dalam mengklarifikasi isi pembicaraan.
5. Pembicara 2 menggunakan mimik wajah yang tepat
dalam mengklarifikasi isi pembicaraan.
6. Pembicara 2 mengucapkan kata-kata yang tepat
ketika mengklarifikasi isi pembicaraan.
7. Pembicara 2 menutup pembicaraan dengan tepat.
Jumlah skor

* Ketrampilan komunikasi saya yang perlu diperbaiki pada sesi 2 adalah:

* Strategi untuk memperbaikinya dengan cara:

Nilai Akhir: Total Nilai x 100 =


14
Padang,
Instruktur,

( )
NIP.

45
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK 1A

KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI 2


“MENUMBUHKAN EMPATI”

46
A. PENDAHULUAN
Salah satu kunci untuk meningkatkan kualitas komunikasi antar individu adalah dengan empati.
Sikap ini berarti seorang dokter dapat merasakan secara mendalam apa yang dirasakan oleh pasien
tanpa kehilangan identitas diri.
Seorang dokter dapat memahami perasaan pasiennya dengan melihat raut wajah dan bahasa
isyarat tubuh serta dengan mencermati bahasa verbal pasien. Kita telah mengenal emosi-emosi
dasar seperti rasa senang/bahagia, sedih, marah, terkejut, jijik, dan takut sejak kecil. Namun ada
keunikan yang bisa muncul karena perbedaan budaya dan keyakinan pada setiap orang.
Ketrampilan berempati dapat dipelajari dan dilatihkan, untuk itulah pada kurikulum
ketrampilan klinik mahasiswa FK-Unand dilatih untuk mampu mempunyai sikap empati terhadap
pasien.

B. TUJUAN
Setelah mengikuti kegiatan ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mengidentifikasi perasaan-perasaan orang lain.
2. Merespon secara empatik perasaan-perasaan yang diungkapkan oleh orang lain.

C. TEORI
Empati merupakan kemampuan untuk memahami pribadi orang lain sebagaimana dia mampu
memahami dirinya sendiri. Seorang dokter hendaknya dapat menerima secara tepat makna dan
perasaan-perasaan pasiennya. Dokter yang empatik mampu mendengarkan pasien dengan tanpa
prasangka dan tidak menilai negatif dan mampu mendengarkan cerita pasien dengan baik. Dokter
yang empatik dapat merasakan kepedihan pasien tetapi dia tidak larut terhanyut karenanya.
Dengan demikian dokter yang empatik mampu membaca tanda-tanda (isyarat, gesture, mimik)
yang menggambarkan keadaan psikologis dan emosi yang sedang dialami orang lain. Orang yang
empatik mampu merespon secara tepat kebutuhan-kebutuhan orang lain tanpa kehilangan kendali.
Empati berbeda dengan simpati dan antipati. Apati berarti tidak peduli dan tidak melibatkan
perasaan atau tidak menaruh minat dan perhatian terhadap seseorang atau beberapa orang.
Seseorang yang apati terhadap sesuatu biasanya tidak mau melibatkan diri, dan biasanya
memberikan pesan non verbal yang mengisaratkan ketidakpedulian seperti ”Apa peduliku”, ”Ah,
itu masalahmu, bukan urusanku”, dan lain sebagainya.
Simpati, adalah suatu keterlibatan emosi yang berlebihan kepada orang lain. Simpati dapat
mengurangi kekuatan dan kemandirian dokter (sebagai helper) dimana dokter menjadi tidak
mampu memberi bantuan ketika dia sangat dibutuhkan. Kata-kata yang terucap dari seorang yang
bersimpati misalnya: “Kasihan kamu....”
Sementara itu empati memiliki tiga komponen penting yaitu 1) tetap menjaga diri agar tidak
terlena dengan orang lain pada saat kita memahami perasaan orang lain secara sensitive dan akurat
2) memahami situasi yang memicu perasaan-perasaan tersebut; 3) mengkomunikasikan dengan
47
orang lain dengan cara-cara yang membuat orang lain merasa diterima dan dipahami. Sikap
empati dapat dikomunikasikan dengan bahasa verbal dan non verbal namun tetap memperhatikan
nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku.

D. PROSEDUR LATIHAN:
Sesi 1:
1. Mahasiswa dalam 1 kelompok dibagi menjadi 2 kelompok kecil (kelompok 1 dan
kelompok 2).
2. Kelompok 1 menyampaikan perasaannya dan kelompok 2 menilai perasaan apa yang
diungkapkan oleh kelompok 1. Perasaan yang diungkapan dalam bentuk kesedihan,
kegembiraan, kemarahan, ketakutan dan jijik.
3. Lakukan kegiatan berikutnya secara bergantian (kelompok 1 menilai perasaan kelompok 2).
4. Buatlah kesimpulan dan refleksi dari kegiatan ini bersama-sama dengan instruktur.

Sesi 2:
Lakukanlah paraphrase pada ungkapan pasien berikut ini.
Diskusikan dengan instruktur.

1. ”Pasien 1” (sambil terbata-bata dengan mata lembab pasien yang didiagnosis kanker
paru): ”Aku paham mengapa temanku melarang aku merokok sejak setahun yang lalu.”
Paraphrase 1: ......................................................................................................”
Paraphrase 2: ......................................................................................................”

2. ”Istri pasien 1” (muka memerah, mata memandang tajam, nafas tampak agak sesak. ):
”Apa salah kami ya Alloh, kenapa penyakit itu Kau berikan pada suamiku?”
Paraphrase 1: ” ......................................................................................................
Paraphrase 2: ” ......................................................................................................

3. “Pasien 2” (agak gemetar, wajah pucat, kedua tangannya menekan perut). Pasien ini
didiagnosis gastritis Akut:

”Aduh sakit sekali dok, perut saya seperti ditusuk-tusuk…cepat dok..tolong saya”.
Paraphrase 1: ” ......................................................................................................”
Paraphrase 2: ” ......................................................................................................

4.”Pasien 3” (mata agak membuka lebar, alis ditarik kebelakang, mulut menganga). Pasien ini
didiagnosis terserang HIV AIDS:
”Tidak mungkin dok, tidak mungkin penyakit itu menyerangku??”
Paraphrase 1: ” ......................................................................................................”
Paraphrase 2: ” ......................................................................................................”

5. Pasien 4 (terkejut mendengar biaya pengobatan yang harus mereka tanggung dan mencoba
menanyakan alternative tindakan):
“ Dok, apa tidak ada cara lain untuk pengobatan anak saya selain operasi semahal itu,dok?”

48
Paraphrase 1: ” ......................................................................................................”
Paraphrase 2: ” ......................................................................................................”

DAFTAR TILIK EVALUASI KETERAMPILAN KLINIK 1 A

49
MENUMBUHKAN EMPATI
TA.2021/2022

NAMA MAHASISWA :
NO.BP :
KELOMPOK :

SKOR
No. PERNYATAAN
0 1 2
1. Dokter mengucapkan salam dan memperkenalkan diri

2. Dokter mempersilakan pasien/keluarga menyampaikan


pendapat/keluhannya
3. Dokter mendengarkan dengan aktif ungkapan si pasien

4. Dokter menggunakan gerak tubuh yang tepat dalam mengungkapan


empati
5. Dokter menggunakan mimik wajah yang tepat dalam mengungkapan
empati
6. Dokter menggunakan kata-kata yang tepat dalam mengungkapan
empati.
Jumlah skor
*Peran yang dimainkan oleh mahasiswa
* Ketrampilan komunikasi saya yang perlu diperbaiki pada sesi 2 adalah:

* Strategi untuk memperbaikinya dengan cara:

Keterangan :
Skor 0: Tidak dilakukan
Skor 1: Dilakukan tapi tidak sempurna
Skor 2: Dilakukan dengan sempurna

Nilai = Total Skor x 100 =


12

Padang,
Instruktur

Nama:……………………………
NIP :……………………………

50

Anda mungkin juga menyukai