Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan merupakan organisasi

yang memiliki beragam tenaga terampil dengan produk utamanya adalah jasa.

Pelayanan kesehatan yang bermutu menjadi kebutuhan dasar yang diperlukan

bagi setiap orang. Rumah sakit baik pemerintah maupun swasta dituntut untuk

selalu melakukan perbaikan dan penyempurnaan guna menghasilkan pelayanan

yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat (Soeroso, 2010).

Rumah sakit adalah institusi perawatan kesehatan yang memiliki staf medis

professional yang terorganisir, memiliki fasilitas rawat inap, dan memberikan

layanan 24 jam. Menyediakan pelayanan komprehensif, pencegahan penyakit

(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) kepada masyarakat (World Health

Organization, 2017).

Suksesnya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit

ditentukan oleh kualitas mutu pelayanan. Upaya dalam meningkatkan kualitas

mutu pelayanan rumah sakit harus disertai dengan meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan (Abdullah, 2013). Keperawatan sebagai profesi dan tenaga

profesional bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai

kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri ataupun bekerja sama

dengan anggota tim kesehatan lain (Nursalam, 2016).

Pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional demi meningkatkan

mutu pelayanan yang merupakan salah satu indikator manajemen pelayanan


2

keperawatan di rumah sakit (Hidayah, 2014). Manajemen adalah proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha

anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Handoko, 2019).

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses menyelesaikan suatu

pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan

dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien, dan rasional dalam

memberikan pelayanan bio-psiko-sosiospiritual yang komprehensif pada

individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui

proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Asmuji, 2011).

Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap

mayoritas tenaga seorang perawat, maka setiap tahapan di dalam proses

manajemen keperawatan lebih rumit jika dibandingkan dengan proses

keperawatan. Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan

pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana

konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri (Gillies,

2015).

Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan

praktik keperawatan langsung pada klien diberbagai tatanan pelayanan kesehatan

yang pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan merupakan

inti praktik keperawatan (Ali, 2009). Dalam melaksanakan tugasnya perawat

memberi asuhan keperawatan yang terbaik sesuai kemampuannya, dalam

keperawatan ada beberapa metode salah satunya metode Tim. Metode Tim di
terapkan dengan menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri

dari perawat professional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan

keperawatan kepada kelompok pasien (Kuntoro, 2010 ).

Kualitas pelayanan keperawatan diantaranya ditentukan oleh manajemen

asuhan keperawatan yaitu model praktik keperawatan profesional. Model praktik

keperawatan profesional adalah suatu model pemberian asuhan keperawatan

yang memberi kesempatan kepada perawat profesional untuk menetapkan

otonominya dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi asuhan

keperawatan yang diberikan kepada klien dan mengatur lingkungan untuk

menunjang asuhan keperawatan (Sitorus & Panjaitan, 2011).

Dari hasil kuisoner, wawancara dan observasi yang dilakukan oleh

Mahasiswa Profesi Ners Stikes Medika Nurul Islam Sigli yang sedang menjalani

pendidikan stase manajemen keperawatan di aqhsa 1, Rumah Sakit Umum

Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh. ditemukan data bahwa pengelolaan

manajemen pelayanan dan manajemen asuhan keperawatan sudah diaplikasikan.

Namun masih ada sebagian yang belum diaplikasikan. Hal ini dapat dilihat mulai

dari proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepegawaian

(staffing), pengarahan (directing), dan pengawasan (controlling).

Selama pandemic covid-19 Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin

Banda Aceh khususnya ruang Aqsha 1 mempunyai kebijakan tidak ada jam

kunjung dan penunggu pasien diijinkan hanya satu orang saja, namun sering kali

pihak pasien maupun keluarga tidak bisa menerima tentang kebijakan ini,

sehingga konflik antara pasien dan perawat sering terjadi. Keluarga pasien ingin
melihat secara langsung keadaan pasien, penunggu pasien merasa kesulitan untuk

mendapatkan keperluan yang dibutuhkan (makanan, minuman, dan kebutuhan

pribadi lainnya).

Selain itu, masih ada masalah manajemen keperawatan yang ditemukan di

ruang Aqsha 1 Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh,

diantaranya adalah kepuasan pasien terhadapat pelayan, pemberian obat, dan

kinerja perawatan dalam pelayanan.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan kajian situasi pada unit pelayanan,

membuat perencanaan untuk penanganan masalah, mengaplikasikan fungsi

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian di area

manajemen keperawatan di ruang Aqsha 1 Rumah Sakit Umum Daerah

Zainoel Abidin Banda Aceh

2. Tujuan Khusus

Selama berlangsungnya praktek manajemen keperawatan mahasiswa

diharapkan mampu untuk :

a. Mampu melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengendalian asuhan dan pelayanan keperawatan di ruang Aqsha 1 Rumah

Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh,


b. Mampu membina hubungan interpersonal dengan menerapkan

komunikasi secara efektif dalam menerapkan prinsip-prinsip manajemen

keperawatan di ruang Aqsha 1 Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin

Banda Aceh,

c. Mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen diarea

keperawatan di ruang Aqsha 1 Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel

Abidin Banda Aceh

d. Mampu menjadi change agent dalam pemberian asuhan keperawatan di

ruang ruang Aqsha 1 Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda

Aceh

C. Manfaat Penelitian

Hasil pelaksanaan kegiatan K3S bidang manajemen keperawatan di ruang

Aqsha 1 Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh, ini

memberikan gambaran tentang handover yang sesuai dengan prinsip manajemen

keperawatan sertaupaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh

karena ituhasil laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Mahasiswa

Mahasiswa mampu mempraktek kan peran manajemen keperawaan

secara langsung pada pasien, Mahasiswa mendapat pengalaman baru di

lapangan dalam hal penerapan manajemen keperawatan secara langsung.

2. Perawat

Dengan adanya mahasiswa K3S yang sedang melakukan praktek

manajemen di harapkan perawat mendapatkan pengalaman baru tentang


manajemen ruangan yang baik. Dengan adanya mahasiswa K3S yang sedang

melakukan praktek manajemen di harapakan perawat mendapatkan

pendidikan tentang manajemen ruangan dan juga handover yang benar.

3. Ruangan

Dengan adanya mahasiswa K3S yang sedang melakukan praktek

manajemen keperawatan sangat bermanfaat untuk kesinambungan asuhan

keperawatan, Tercapainya kepuasan kerja yang optimal dan Tumbuh serta

terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat di Aqsha 1 Rumah Sakit

Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh.

4. Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen Rumah Sakit

dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan yang optimal di

setiap ruangan khususnya di ruang Aqsha 1 Rumah Sakit Umum Daerah

Zainoel Abidin Banda Aceh

5. Kampus Stikes Medika Nurul Islam Sigli

Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan

dengan pelaksanaan model MPKP dengan Metode Tim dalam pelaksanaan

pre dan post Conference dan menjadi bahan evaluasi terhadap program/

kurikulum dalam manajemen keperawatan yang telah diterapkan.


7

BAB II

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Manajemen Keperawatan

1. Definisi

Management adalah suatu pendidikan yang dinamis dan proaktif

dalam menjalani suatu kegiatan diorganisasi sedangkan management

keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan

untuk memberikan Asuhan Keperawatan secara professional (Nursalam,

2014).

Menurut Swanburg (2010), manajemen keperawatan adalah

koordinasi dan integrasi sumber daya melalui perencanaan, pengorganisasian,

pengkoordinasian, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan

institusional yang spesifik dan objektif. Manajemen keperawatan adalah suatu

proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan

pengobatan dan bantuan terhadap para pasien (Triwibowo, 2013).

Manajemen keperawatan dalam rumah sakit adalah tindakan perawat

yang meliputi penanganan administratif pasien seperti pengurusan pasien saat

masuk ke rumah sakit, pengisian dokumen catatan medik dan membuat

penjadwalan proses pemeriksaan dan pengobatan pasien. Selain itu dalam

manajemen keperawatan, seorang perawat membuat penggolongan pasien

sesuai dengan berat atau ringannya penyakit dan kemudian mengatur

pekerjaan perawat secara optimal sekaligus memonitor mutu pelayanan

kepada pasien serta melakukan manajemen ketenagaan dan logistic


8

keperawatan yang meliputi staffing, schedulling, assigment dan budgeting

(Adhitama, 2009).

Manajemen keperawatan adalah perencanaan. Perencanaan adalah

yang utama untuk seluruh aktivitas yang lain atau fungsi-fungsi dari

manajemen. Perencanaan adalah suatu konsep atau pemikiran nyata yang

sering dilaksanakan dalam penulisan, meskipun masih banyak orang

menggunakan perencanaan secara informal dalam perawatan, tanggung jawab

dari perencanaan tidak dituliskan, kemungkinan perencanaan tidak

dilaksanakan (Swansburg, 2012).

2. Prinsip Manajemen Keperawatan

Menurut Swanburg (2012), menyatakan bahwa prinsip-prinsip

manajemen keperawatan sebagai berikut :

a. Manajemen keperawatan adalah perencanaan

b. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif

c. Manajemen keperawatan adalah pembuat keputusan

d. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer

perawat

e. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian tujuan

sosial

f. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian

g. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat

sosial, disiplin dan bidang study


h. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari

lembaga dan lembaga dimana organisasi itu berfungs

i. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan

j. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin

k. Manajemen keperawatan memotivasi

l. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif

m. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian.

3. Proses Manajemen Keperawatan

Menurut Swanburg (2012), proses manajemen keperawatan meliputi :

a. Pengkajian - pengumpulan data

Seorang manajer tidak hanya di tuntut untuk mengumpulkan

informasi tentang keadaan pasien, melaikan juga mengenai institusi

(rumah sakit/ puskesmas), tenaga keperawatan, administrasi dan bagian

keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara

keseluruhan

b. Perencanaan

Perencanaan dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan yang

strategis dalam mencapai asuhan keperawatan kepada semua pasien,

menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan

ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang di butuhkan, membuat pola

struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta

menegakkan kebijakan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan

misi institusi yang telah di tetapkan bersama


c. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan manajemen keperawatan memerlukan kerja sama

dengan orang lain, maka tahap implementasi didalam proses manajemen

adalah bagaimana manajer dapat memimpin orang lain untuk

menjalankan tindakan yang telah direncanakan dan ditetapkan.

B. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

1. Pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

Di masa yang akan datang, pelayanan keperawatan di Indonesia dituntut

untuk terus melakukan perbaikan yang lebih baik dalam memberikan asuhan

keperawatan dengan mengedepankan praktik keperawatan yang professional

yang memiliki karakteristik utama yaitu mempunyai komitmen yang tinggi

untuk melayani dalam pemberian asuhan keperawatan.

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan suatu

metode pelayanan keperawatan yang sistematis, terstruktur dan memiliki

proses serta nilai-nilai profesionalisme yang memungkinkan perawat

profesional memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Sitorus,

2012). Model Praktik Keperawatan Profesional adalah bentuk dari pemberian

asuhan keperawatan yang berdasarkan nilai-nilai profesionalisme atau

pelayanan prima keperawatan yang dapat meningkatkan mutu asuhan

keperawatan di rumah sakit. Untuk mengimplementasikan manajemen

keperawatan yang optimal, diperlukan suatu metode pelaksanaan yang tepat

sasaran, dapat diaplikasikan dan memberikan hasil yang dapat dipertanggung


jawabkan. Saat ini metode manajemen keperawatan mengarah kepada metode

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).

2. Tujuan MPKP

Menurut Keliat (2010) ada beberapa tujuan MPKP yaitu :

a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan

b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan

asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.

c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.

d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan

e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan

bagi setiap tim keperawatan

3. Pilar MPKP

Menurut Sitorus (2012) Model Praktik Keperawatan Profesional adalah

bentuk dari pemberian asuhan keperawatan yang berdasarkan nilai-nilai

profesionalisme dan memiliki empat pilar yaitu :

a. Pendekatan manajemen (management approach)

b. Kompensasi dan penghargaan (Compensatory reward)

c. Hubungan profesional (Professional relationship)

d. Manajemen Asuhan Keperawatan (Patient care delivery)

Pada penelitian ini pilar yang akan diteliti adalah pilar yang pertama

yaitu pendekatan manajemen (management approach).


4. Pendekatan Manajemen (Management Approach) dalam MPKP

Pada penerapannya didalam pelayanan kesehatan pendekatan

manajemen (Management Approach) diterapkan dalam bentuk fungsi manajemen

yang meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan

(directing), pengawasan (supervisi) dan pengendalian (controlling) (Siagian,

2012).

a. Perencanaan (planning)

Kegiatan perencanaan dalam praktik keperawatan profesional

merupakan upaya untuk meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan

keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat dipertahankan

tetapi juga dapat terus meningkat sampai tercapai derajat tertinggi bagi

penerima jasa pelayanan itu sendiri.

Perencanaan adalah suatu rincian kegiatan tentang apa yang harus

dilakukan, bagaimana kegiatan dilaksanakan dan dimana kegiatan itu

dilaksanakan. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap

akan mempermudah serta memberi petunjuk terhadap pelaksanaan suatu

kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan

kepada pasien. Perencanaan diruang rawat inap melibatkan seluruh

personil mulai dari perawat pelaksanan, ketua tim dan kepala ruangan

(Siagian, 2012).

Perencanaan yang dilakukan oleh kepala ruangan meliputi

perencanaan tahunan, bulanan, mingguan dan harian. Kegiatan yang

dilakukan dalam menyusun perencanaan di ruang rawat inap meliputi


perencanaan kebutuhan tenaga, kebutuhan logistik ruangan, program

kendali mutu yang akan disusun untuk mencapai tujuan jangka pendek,

jangka menengah dan jangka panjang. Selain itu kepala ruang juga

merencanakan kegiatan di ruangan seperti pertemuan dengan staf dengan

tujuan untuk menilai atau mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan

sesuai dengan standar atau belum, sehingga dapat dilakukan perubahan-

perubahan serta pengembangan dari hasil evaluasi tersebut (Siagian,

2012).

b. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian didefinisikan sebagai pengelompokan orang, alat,

tugas, kewenangan dan tanggung jawab sehingga tercipta suatu organisasi

yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Ada tiga aspek penting dalam

pengorganisasian yaitu pola struktur organisasi, penataan kegiatan, dan

struktur kerja organisasi (Siagian, 2012).

Prinsip-prinsip pengorganisasian adalah pembagian kerja, kesatuan

komando, rentang kendali, pendelegasian, koordinasi. Pengorganisasian

bermamfaat untuk penjabaran terinci semua pekerjaan yang harus

dilakukan dalam mencapai tujuan, pembagian beban kerja sesuai dengan

kemampuan, dan mengatur mekanisme kerja antar masing-masing

anggota kelompok untuk hubungan dan koordinasi (Sarwoto, 2010).

Menurut Sarwoto (2010) kepala ruangan bertanggung jawab untuk

mengorganisasi kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang

rawat inap yang meliputi :


1) Struktur organisasi

Struktur organisasi diruang rawat inap meliputi struktur, bentuk dan

bagan. Berdasarkan keputusan Direktur rumah sakit dapat ditetapkan

struktur organisasi ruang rawat inap untuk menggambarkan pola

hubungan antar bagia atau staf atasan baik vertikal maupun

horizontal. Dan juga dapat dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan

tanggung jawab serta jalur tanggung gugat. Bentuk organisasi

disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan atau sistem penugasan.

2) Pengelompokan kegiatan

Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikelompokkan

sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengelompokan kegiatan dilakukan

untuk mempermudah pembagian tugas pada perawat sesuai dengan

pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki serta disesuaikan

dengan kebutuhan pasien.

3) Koordinasi kegiatan

Kepala ruang sebagai koordinator kegiatan harus menciptakan

kerjasama yang selaras satu sama lain dan saling mendukung untuk

menciptakan suasana kerja yang kondusif. Selain itu perlu adanyan

pendelegasian tugas kepada ketua tim atau perawat pelaksana dalam

asuha keperawatan diruang rawat inap.

4) Evaluasi kegiatan

Kegiatan yang telah dikerjakan perlu dievaluasi untuk menilai apakah

pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.


Kepala ruangan berkewajiban dalam memberi pengerahan yang jelas

tentang kegiatan yang akan dilakukan. Oleh karena itu diperlukan

uraian tugas yang jelas dari masing-masing staf dan standar

penampilan kerja.

c. Pengarahan (directing)

Pengarahan atau (directing) adalah suatu usaha untuk penerapan

perencanaan dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi

yang telah ditetapkan sebelumnya. Fungsi pengarahan bertujuan agar

perawat atau staf mampu melaksanakan tugas sesuai dengan diharapkan.

Dalam melakukan pengarahan, kegiatan yang dilakukan kepala ruangan

diantaranya adalah saling memberi motivasi, membantu pemecahan

masalah, melakukan pendelegasian melakukan komunikasi yang efektif,

melakukan kolaborasi dan koordinasi (Siagian, 2012)

Memberi motivasi merupakan unsur unsur yang penting dalam

pelaksanaan tugas pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat

inap. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam membangun iklim motivasi

diantaranya adalah :

1) Pemberian reinforcement positif yaitu menguatkan perilaku positif

dengan memberikan reward. Reward yang dimaksud adalah

membudayakan dalam tim untuk membudayakan pemberian pujian

yang tulus antar karyawan.

2) Membantu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah setiap

personil dengan cara kepala ruangan mampu untuk berkomunikasi


intensif dengan semua staf baik ketua tim maupun perawat pelaksana

untuk mempererat hubungan.

3) Melakukan pengembangan jenjang karier dan kompetensi para staf.

4) Melakukan sistem reward yang adil sesuai dengan kinerja yang telah

dilakukan staf.

d. Pengawasan (supervisi)

Pengawasan dalam keperawatan adalah proses pemberian sumber-

sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam

rangka pencapaian tujuan. Tujuan dalam dari supervisi adalah pemenuhan

dan peningkatan kepuasan pelayanan pada pasien dan keluarga yang

difokuskan pada kebutuhan, ketrampilan, dan kemampuan perawat dalam

melakukan tugasnya.

Supervisi adalah kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh manajer.

Sedangkan orang yang melakukan fungsi supervisi disebut supevisior

yang biasanya dilakukan oleh kepala ruangan, pengawas keperawatan,

kepala bidang wakil direktur keperawatan. Tanggung jawab supervisior

dalam manajemen pelayanan keperawatan yaitu menetapkan dan

mempertahankan standar praktek keperawatan, menilai kualitas pelayanan

asuhan keperawatan, mengembangkan peraturan dan prosedur yang

mengatur pelayanan keperawatan, memantapkan kemampuan perawat,

dan memastikan praktek keperawatan profesional dilakukan dengan

benar.

Supervisi dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung.

Supervisi secara langsung yaitu dimana supervisior terlibat langsung


dalam kegiatan yang sedang berlangsung sehingga dapat memberikan

pengarahan secara langsung. Sedangkan supervise tidak langsung

dilakukan melalui laporan dengan lisan maupun tulisan dan supervisior

tidak terlibat dalam kegiatan yang berlangsung.

e. Pengendalian (controlling)

Pengendalian adalah penilaian tentang pelaksanaan rencana yang

telah dibuat dengan mengukur dan mengkaji struktur, proses, dan hasil

pelayanan asuhan keperawatan sesuai standar dan keadaan institusi untuk

mencapai dan mempertahankan kualitas. pengendalian sebagai

pemeriksaan mengenai apakah segala sesuatunya berjalan sesuai dengan

rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip

yang telah ditentukan yang bertujuan menunjukkan kekurangan dan

kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian meliputi

penetapan standar dan metode pengukuran prestasi kerja, melakukan

pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi kerja sesuai

dengan standar serta mengambil tindakan korektif. Indikator kualitas

asuhan keperawatan yaitu nlai dokumentasi keperawatan, tingkat

kepuasan pasien, tingkat kepuasan perawat.

Untuk kegiatan mutu yang perlu dilakukan oleh kepala ruangan

yaitu audit dokumentasi proses keperawatan setiap dua bulan sekali,

survey kepuasan pasien, survey kepuasan perawat setiap enam bulan

sekali, perhitungan lama hari rawat serta melakukan langkah-langkah

perbaikan dengan memperhitungkan standar yang telah ditetapkan.


C. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

Menurut Marquis & Huston (2010), jenis model asuhan keperawatan

profesional terdiri dari 5 (lima) metode yaitu:

1. Fungsional

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan

asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua.

Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka

setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya, merawat

luka) keperawatan kepada semua pasien di bangsal.

a. Kelebihan:

1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang

jelas dan pengawasan yang baik.

2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.

3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan

perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum

berpengalaman.

b. Kelemahan:

1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.

2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses

keperawatan.

3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan

keterampilan saja.
Kepala Ruangan

Perawat Pengobatan Perawat: Merawat LukaPerawat Pengobatan Perawat: Merawat Luka

Pasien/ Keluarga

Gambar 2.1 Sistem Asuhan Keperawatan“Fungtional Nursing”


(Nursalam, 2014)

2. Keperawatan Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-

beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.

Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim atau grup yang terdiri dari tenaga

profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling

membantu.

a. Kelebihan:

1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

2) Mendukung pelaksana proses keperawatan.

3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi

dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.


b. Kelemahan:

Komunikasi antar tim terbentuk terutama dalam bentuk konfrensif, tim

yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan

pada waktu-waktu sibuk.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien Pasien Pasien

Gambar 2.3 Sistem Asuhan Keperawatan “Team Nursing”


(Nursalam, 2014)

3. Keperawatan Primer.

Metode penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab penuh

selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk

sampai keluar rumah sakit.

a. Kelebihan:

1) Bersifat kontinuitas dan konfrehensif.

2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil

dan memungkinkan pengembangan diri.


3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah

sakit.

b. Kelemahan:

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan

pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,

kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan

klinik, akuntable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

Kepala Ruangan

Dokter Sarana Rumah Sakit

Perawat Primer

Pasien/klien

Perawat Pelaksana (Siang) Perawat Pelaksana


Perawat Pelaksana
(Malam) Jika diperlukan
(Harian)

Sistem Asuhan Keperawatan dengan Model


Keperawatan Primer (Nursalam, 2014)
4. Manajemen Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani semua kebutuhan pasien saat ia

dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan

tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari

berikutnya.

a. Kelebihannya:

1) Perawat lebih memahami kasus perkasus.

2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.

b. Kekurangannya:

1) Belum dapatnya diientifikasi perawat penanggung jawab.

2) Perlu tenaga yang cukup banyak yang mempunyai kemampuan

dasar yang sama.

Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

Sistem Keperawatan Asuhan dengan Model Manajemen Kasus


(Nursalam, 2014)
5. Modifikasi : Tim Primer

Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua

sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), penetapan sistem model MAKP

ini didasarkan dengan beberapa alasan: Keperawatan primer tidak digunakan

secara murni, karena sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang

pendidikan S1 keperawatan atau setara. Keperawatan tim tidak digunakan

secara murni karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien

terprakmentasi pada berbagai tim. Melalui kombinasi dari kedua model

tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akontabilitas

asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu karena saat ini

jenis pendidikan perawat yang ada dirumah sakit sebagian besar adalah

lulusan SPK maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer / ketua tim

ketua tim tentang asuhan keperawatan.

a. Peran kepala ruangan:

1) Menerima pasien baru.

2) Memimpin rapat.

3) Mengevaluasi kinerja perawat.

4) Menyediakan material.

5) Perencanaan, pengawasan pengarahan.

b. Perawat primer:

1) Membuat perencanaan askep.

2) Mengadakan tindakan kaloborasi.

3) Memimpin timbang terima.

4) Mendelegasikan kasus.
5) Memimpin ronde keperawaaatan.

6) Mengevaluasi pemberian askep.

7) Bertanggung jawab terhadap pasien.

8) Memberi petunjuk jika pasien akan pulang.

9) Memimpin timbang terima.

10) Mengisi resume keperawatan.

c. Perawat associate.

1) Memberikan askep.

2) Mengikuti timbang terima.

3) Melaksanakan tugas yang didelegasikan.

4) Mendokumentasikan tindakan keperawatan.

Kepala Ruangan

PP 1 PP 2 PP 3 PP 4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

Gambar 2.6 Sistem Asuhan Keperawatan dengan Modifikasi Tim : Primer


(Nursalam, 2014).
D. Sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional

Sistem model asuhan keperawatan profesional merupakan suatu kerangka

kerja yang mendefenisikan standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan

dan sistem model asuhan keperawatan profesional. Dimana keberhasilan suatu

asuhan keperaatan pada klien sangat ditentukan oleh metode pemberian asuhan

keperawatan professional (Swanburg, 2012).

1. Metode Tim

Salah satu metode yang ada dalam modul MAKP adalah metode tim.

Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan dimana

seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan

melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 2011). Pengembangan

metode tim ini didasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan

menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. Metode ini

juga di dasari atas keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh

pelayanan terbaik (Swanburg, 2012).

a. Tujuan Pemberian Metode Tim

1) Untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan

objektif pasien sehingga pasien merasa puas

2) Memungkinkan adanya transfer of knowledge dan transfer of

experiences di antara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

3) Meningkatkan pengetahuan serta memberikan keterampilan dan

motifasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.


b. Kemampuan Yang Harus Dimiliki Ketua Tim

1) Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan tim

2) Menjadi konsultan dalam asuhan kepeerawatan

3) Melakukan peran sebagai model peran

4) Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien

5) Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien

6) Merevisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan

pasien.

7) Melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan pasien maupun

kerja dari anggota tim

8) Menjadi guru pengajar

9) Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif

c. Keuntungan Metode Tim

1) Dapat memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat Karena

pasien merasa di perlakukan lebih manusiawi karena pasien memiliki

sekelompok perawat yang lebih mengenal dan memahami

kebutuhanya

2) Perawat dapat mengenali pasien secara individual

3) Karena perawatanya menangani pasien dalam jumlah yang sedikit.

Hal ini sangat memungkinkan merawat pasien secara konfrehensif

dan melihat pasien secara holistic

4) Perawat akan memperlihatkan kinerja lebih produktif melalui

kemampuan bekerja sama dengan berkomunikasi dengan klien. Hal


ini akan mempermudah dalam mengenali kemampuan anggota tim

yang dapat di manfaatkan secara optimal.

d. Kerugian Metode Tim

1) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi

tanggung jawabnya

2) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim di

tiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi

dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas

terhambat

3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu

tergantung atau berlindung ke pada anggota tim yang mampu atau

ketua tim

4) Akomodasi dalam tim kabur

2. Kepala Ruangan

Menurut Nursalam (2003), kepala ruangan adalah petugas atau perawat

yang diberikan tanggung jawab dan wewenang dalam memimpin pelaksanaan

pelayanan keperawatan serta tatalaksana peronalia pada satu ruangan atau

bangsal Rumah Sakit.

a. Tanggung Jawab Kepala Ruangan

1) Manajemen personalia atau ketenagaan

2) Manajemen operasional meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengawasan

3) Manajemen kualitas pelayanan


4) Manajemen financial meliputi budget coss control dalam pelayanan

keperawatan

b. Uraian Tugas Kepala Ruangan

1) Perencanaan

a) Menetapkan filosofi, sasaran, tujuan, kebijakan dan standar

prosedur tindakan

b) Menunjuk perawat yang bertugas sebagai katim

c) Mengidentifikasi perawat yang dibutuhkan berdasarkan tingkat

ketergantungan klien

d) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan

e) Membantu mengembangkan staf untuk pendidikan berkelanjutan

dan pelatihan

f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,

tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan

mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan

dilakukan terhadap klien

g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan

h) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan

i) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan

keperawatan

j) Mengadakan diskusi untuk memecahkan masalah

k) Memberikan informasi pada keluarga dan pasien atau keluarga

yang baru masuk


l) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan

m) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit

2) Pengorganisasian

a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan

b) Merumuskan tujuan sistem metoda penugasan

c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas

d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua

anggota tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat

e) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan

f) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek

g) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses

dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain

h) Mengendalikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di tempat,

kepada ketua tim

i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi

pasien

j) Membuat jadwal dinas

k) Identifikasi masalah dan cara penanganan

3) Pengarahan

a) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim

b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas

dengan baik

c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan

sikap
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan

dengan askep pasien dan pelayanan keperawatan di ruangan

e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam

melaksanakan tugasnya

g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim

4) Pengawasan

a) Melalui komunikasi

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim dan

perawat pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang telah

diberikan kepada pasien

b) Melalui supervisi

Pengawasan lansung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau

melalui laporan lansung secara lisan dengan memperbaiki/

mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada pada saat itu juga.

Pengawasan tidak langsung yaitu mengcek daftar hadir ketua tim,

membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta mendengar

laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas. Evaluasi bersama katim

hasil upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana

keperawatan.

3. Ketua Tim

Ketua tim merupakan perawat yang memiliki tanggung jawab dalam

perencanaan, kelancaran dan evaluasi dari askep untuk semua pasien yang

dilakukan oleh tim dibawah tanggung jawabnya (Nursalam, 2014).


a. Fungsi Ketua Tim

1) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan wewenang yang

didegelasikan oleh kepala ruangan

2) Membuat penugasan supervise dan evaluasi

3) Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien

4) Mengembangkan kemampuan anggota tim

5) Menyelenggarakan conference

b. Uraian Tugas Ketua Tim

1) Perencanaan

a) Bersama kepala ruangan mengadakan serah terima tugas pada

setiap pergantian dinas

b) Melakukan pembagian tugas atas anggota kelompoknya

c) Menyusun rencana asuhan keperawatan

d) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan

e) Mengikuti visite dokter

f) Menilai hasil pekerjaan anggota kelompok dan mendiskusikan

masalah yang ada

g) Menciptakan kerja sama yang harmonis antar tim

h) Memberikan pertolongan segera pada klien dengan kegawatdaruratan

i) Membuat laporan klien

j) Mengorientasikan klien baru

2) Pengorganisasian

a) Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan


b) Membagi tugas sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien

c) Membuat rincian anggota tim dalam memberikan askep

d) Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim

e) Membuat rincian tugas anggota tim meliputi pemberian asuhan

keperawatan

3) Pengarahan

a) Memberikan pengarahan/bimbingan kepada anggota tim

b) Memberikan informasi yang berhubungan dengan asuhan

keperawatan

c) Mengawasi proses asuhan keperawatan

d) Melibatkan anggota tim dari awal sampai akhir kegiatan

e) Memberi pujian, motivasi kepada anggota tim

4) Pengawasan

a) Melalui dan berkomunikasi

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat

pelaksanaan dalam pemberian asuhan keperawatan

b) Melalui supervise

Secara langsung melihat atau mengawasi proses asuhan

keperawatan yang dilaksanakan oleh anggota lain. Secara tidak

langsung melihat daftar perawat pelaksana, membaca dan

memeriksa catatan keperawatan, membaca perawat yang dibuat

selama proses keperawatan, mendengarkan laporan secara lisan

dari anggota tim tentang tugas yang dilakukan. Mengevaluasi


pelaksanaan keperawatan bertanggung jawab kepada kepala

ruangan dan menyelenggarakan asuhan secara optimal kepada klien

yang berada dibawah tanggung jawab

4. Perawat Pelaksana

Perawat pelaksana adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi

wewenang untuk melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan di ruang

rawatan (Nursalam, 2014). Uraian Tugas Perawat Pelaksana Sebagai berikut

a. Perencanaan

1) Melakukan pengkajian pada klien

2) Menentukan masalah-masalah keperawatan yang dihadapi klien

berdasarkan hasil pengkajian

3) Merumuskan tujuan yang akan dicapai untuk menentukan rencana

tindakan

4) Melakukan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah

sehingga tujuan keperawatan tercapai

5) Bersama ketua tim melaksanakan serah terima klien dan tugas pada

setiap pergantian dinas

6) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan tindakan keperawatan

7) Mendampingi visite dokter pada klien yang menjadi tanggung jawab

bersama kepala tim untuk menilai kondisi klien dan memungkinkan

penyebabnya, rencana tindakan medis, mengetahui program

pengobatan yang akan dilakukan selanjutnya

8) Menyiapkan klien secara fisik dan mental untuk tindakan pengobatan

atau pemeriksaan penunjang.


b. Pengorganisasian

1) Menerima pendelegasian tugas askep dari kepala ruangan melalui

kepala tim

2) Membuat mekanisme kerja untuk masing-masing klien yang menjadi

tanggung jawab askep yang telah dilakukan kepada kepala ruangan

melalui kepala tim

3) Menghindari pertentangan antara anggota tim

4) Ikut menegakkan peraturan rumah sakit dan kebijakan yang berlaku

5) Mengembangkan kreatifitas

6) Mengembangkan kemampuan manajemen dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada klien

c. Pengawasan

1) Melakukan dan menciptakan komunikasi terapeutik dengan klien dan

keluarga selama memberikan askep

2) Mengawasi perkembangan dan reaksi klien terhadap tindakan

perawatan dan pengobatan

3) Menilai hasil tindakan keperawatan yang diberikan apakah tujuan

telah tercapai bersama kepala tim.

d. Pengarahan

1) Memberikan pengarahan kepala keluarga tentang tindakan yang akan

dilakukan, cara minum obat, aktifitas

2) Memberikan petunjuk kepada klien dan keluarga mengenai peraturan

yang berlaku, jam kunjungan dan pengadaan obat-obat


3) Memberikan pujian terhadap kemajuan kesehatan klien dan kerja

sama keluarga dengan petugas

E. Konsep Pelayanan Keperawatan di Ruang Perawatan Bedah

1. Pengertian

Ruang rawat inap bedah adalah merupakan ruangan untuk

memberikan asuhan keperawatan pada individu dewasa dan anak-anak baik

laki-laki maupun perempuan dengan berbagai kelainan dan atau gangguan

fisiologis baik aktual maupun potensial yang didiagnosa harus dilakukan

tindakan perawatan dan atau pembedahan, menjelang dan sesudah dilakukan

tindakan pembedahan.

2. Tujuan dan Prinsip Keperawatan

a. Memberikan asuhan keperawatan secara professional

b. Meminimalkan penderitaan klien sehingga mencapai kemandirian

c. Mencegah terjadinya komplikasi

d. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar klien selama perawatan

e. Membina peran serta atau kerjasama dengan keluarga klien

f. Menyediakan lahan pendidikan bagi calon praktisi keperawatan dan

tenaga kesehatan lain.

3. Lingkup Garapan

Lingkup garapan dari keperawatan adalah pemenuhan kebutuhan

dasar manusia berdasarkan fokus telaah medikal bedah. Maka lingkup

garapan keperawatan medikal bedah meliputi segala gangguan/hambatan


pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang terjadi akibat perubahan fisiologis

pada satu atau beberapa sistem tubuh yang dialami oleh individu.

Secara umum lingkup garapan keperawatan medikal bedah adalah :

a. Pemberian asuhan untuk memenuhi rasa nyaman klien selama dirawat

b. Pemberian bantuan kepada klien dalam meningkatkan dan memelihara

status kesehatan, deteksi penyakit, dan pencegahan penyakit.

c. Pemberian bantuan kepada klien untuk mencapai kemandirian sehingga

tercapai derajat kesehatan yang optimal.

d. Pemberian bantuan kepada klien untuk meninggal dengan damai.

4. Flow OF Care Pre Operatif

a. Penerimaan

1) Klien masuk keruangan atas rujukan dari poliklinik dan UGD

2) Serah terima kepada perawat ruang bedah

3) Melakukan pemeriksaan status, seleksi kasus berdasarkan diagnose

4) Memberikan informasi mengenai biaya administrasi dan fasilitas yang

tersedia

5) Memberikan kesempatan kepada klien/keluarga untuk memilih

fasilitas sesuai dengan kemampuan.

b. Pengelolaan

1) Menempatkan klien sesuai dengan diagnosa dan keinginan klien

2) Mengorientasikan klien dan keluarga terhadap ruangan dan bangsal

(kamar mandi, lemari, kantor perawat, depo farmasi, ruang panata

jasa)
3) Informed consent awal, yaitu menjelaskan kepada klien bahwa ia

harus dioperasi dan atau harus dirawat untuk perbaikan keadaan

umum sebelum dilakukan operasi.

4) Pengkajian awal meliputi pengkajian bio, psiko, sosio dan spiritual.

5) Pre conference dengan tim kesehatan berkaitan dengan kondisi klien

6) Pemenuhan kebutuhan klien sesuai dengan masalah yang ditemukan

pada pengkajian awal.

7) Pemeriksaan penunjang (laboratorium, EKG, USG, fungsi paru dan

X-ray)

8) Pembatasan diet

9) Persiapan operasi : daerah operasi (kosmetik, protesa), pemasangan

infus dan kateter wash out, kuras/lavage.

10) Informed consent akhir : diagnosa yang ditegakan, sifat dan luas

tindakan yang akan dilakukan, manfaat dan urgensi tindakan, resiko

tindakan, konsekuensi tindakan jika dilakukan dan tidak dilakukan,

biaya menyangkut tindakan, surat izin dari keluarga.

11) Konsul IPD dan anastesi

12) Persiapan mental

13) Premedikasi

5. Flow Of Care Post Operatif

a. Penerimaan

1) Serah terima klien dari perawat RR ke perawat ruangan.

2) Melakukan diskusi dengan tim kesehatan tentang kondisi klien post

operasi.
3) Mengembalikan klien ke ruangan semula.

b. Pengelolaan

1) Pengkajian awal post operasi termasuk monitoring keadaan umum,

tanda-tanda vital, aliran cairan IV, jumlah perdarahan, intake dan

output cairan dalam 24 jam pertama.

2) Pemenuhan KDM post operasi

3) Pemeriksaan penunjang post operasi (pemeriksaan darah)

4) Menginformasikan mengenai perkembangan keadaan klien kepada

keluarga dan klien.

5) Mencegah dan mendeteksi komplikasi post operasi.

6) Pencegahan infeksi (perawtan luka menggunakan teknik aseptik dan

antiseptik, pemberian profilaksis).

7) Memulihkan keadaan klien ke kesehatan maksimal dan meminimalkan

ketergantungan setelah operasi.

6. Perencanaan Pasien Pulang

Perencanaan pasien pulang merupakan bagian penting dari pelayanan

klien dan keluarga yang dimulai dari saat klien masuk rumah sakit. Hal ini

merupakan suatu bentuk kerjasama antara tim kesehatan, klien maupun orang

yang penting bagi klien yang dimulai pada tahap pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. (Carpenito, 2013)

Anda mungkin juga menyukai