KAB.SAMOSIR
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Oleh:
140905123
MEDAN
2018
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 140905123
Judul : Perkawinan Satu Rumpun Marga Raja Sonang Pada Suku Batak
PERNYATAAN ORIGINALITAS
KAB.SAMOSIR
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan ini,
saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan
saya.
` Peneliti,
Puji serta syukur Peneliti sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat
kasih dan karunia-Nya lah peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dalam bidang Antropologi Sosial
pada Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
peneliti yaitu T.M Sianipar uri Abeoji, E.W Siregar uri Eomeoni, Beta Saor
Iqnatius uri Oppa, Kasandra Mayank Sari uri Eonni, Josua uri Namdongsaeng,
Meirani Isabela dan Rahel Amelia Vega uri Yeodongsaeng. Peneliti mengucapkan
dalam tahap penulisan skripsi ini. Terimakasih untuk semua yang sudah bersedia
berdikusi dengan peneliti untuk merampungkan hasil penelitian ini. Semoga kita
semua selalu diberkati oleh kasih karunia Tuhan Yang Maha Esa.
peneliti mulai dari penulisan proposal hingga selesainya skripsi ini. Semoga
kepada Ibu.
Sosial dan Ilmu Politik beserta staffnya, Kepada Ketua Departemen Antropologi
Akademik saya Ibu Dra. Sabariah Bangun M.Soc, Sc, kepada semua dosen yang
ada di Departemen Antropologi Sosial yang telah memberi dan mengajarkan ilmu
yang berguna bagi peneliti yakni Prof.Dr. R. Hamdani Harahap, M,Si, Dr. Zulkifli
Lubis,M.Si, Dra. Nita Savitri, M.Hum, Drs. Zulkifli, MA, Dra. Tjut Syahrini,
M.Soc.Sc, Drs. Ermansyah, M.Hum, Drs. Yance, MSi, Aida Fitria Harahap,
S.Sos.Msi, Nurman Achmad S,Sos, M,Soc,Sc, M.Si Wan Zulkarnain, S.Sos. Msi,
Farid Aulia, S.Sos. Msi, Drs. I Ketut Wiradyana, M.Si, Prof.Dr. Robert Sibarani,
MS, Dr. Asmyta Surbakti, Dra. Ria Manurung, M.Si dan Drs. Hendri Sitorus,Msi.
Namboru Sari atas kebaikan hatinya bersedia memberikan peneliti tempat tinggal
selama peneliti melakukan penelitian di Desa Onan Runggu, begitu pula kepada
Kepala Bappeda samosir, Kepala Camat Onan Runggu dan Kepala Desa dan staff
di Desa Onan Runggu yang memberikan izin kepada peneliti agar dapat
semua informan yang telah bersedia peneliti wawancarai dan mau meluangkan
berhubungan dengan Perkawinan Batak Toba dan Sejarah Marga Raja Sonang,
Tetua Adat yang memahami betul bagaimana sejarah dari rumpun marga Raja
rumpun marga yang terjadi di Desa Onan Runggu, kepada Abang Sianipar,
beberapa tahun terakhir ini yaitu Gresniar Uli S, Ropha Fadila A, Getrudra
dan semua antropologi angkatan 2014, terimakasih sudah menjadi teman yang
Begitu pula dengan teman-teman jauh peneliti yaitu Binawira S, Siska M, Luky S,
Ayu Pita S beserta dengan suami, terimakasih sudah mau mendengar keluh kesah
moodmaker yang sangat bisa diandalkan yakni Dunia K-Pop dan K-Drama
terkhusus kepada Bangtan Sonyeondan (BTS) yang secara tidak langsung dengan
lagu-lagu yang menyemangati hari-hari peneliti saat menulis penelitian ini, begitu
skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran akan peneliti terima dengan senang hati
agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi kedepannya dan bermanfaat bagi
Peneliti
lain:
2015
2016
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana sosial (S.1) dalam bidang Antropologi
Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini berisikan kajian yang mendeskripsikan apa saja faktor yang
bagaimana perkawinan satu rumpun marga Raja Sonang ini akan mempengaruhi
sistem kekerabatan dan interaksi yang terjalin diantara marga-marga yang ada di
rumpun marga Raja Sonang dan diantara keluarga yang kawin dalam satu rumpun
marga tersebut.
permasalahan itu terdiri dari latar belakang masalah, tinjauan pustaka, rumusan
Bab III merupakan kajian yang membahas garis genealogis Raja Sonang
perkawinan satu rumpun marga Raja Sonang di Desa Onan Runggu dan
upacara adat maupun dalam kehidupan sehari-hari dilihat dari partuturan disetiap
segala kemampuan baik tenaga, pikiran maupun waktu. Peneliti menyadari masih
Peneliti,
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 6
1.2.1. Sistem Kekerabatan ....................................................................... 6
1.2.2. Perkawinan Ideal Suku Batak Toba .............................................. 9
1.3. Rumusan Masalah ................................................................................... 17
1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian............................................................... 17
1.4.1. Tujuan Penelitian ........................................................................... 17
1.4.2. Manfaat Penelitian ......................................................................... 18
1.5. Metode Penelitian ................................................................................... 18
1.6. Lokasi Penelitian .................................................................................... 24
1.7. Pengalaman Penelitian ........................................................................... 25
Tabel 2 : Periode Setiap Kepala Desa yang Memimpin di Desa Onan Runggu ........ 40
Tabel 4 : Sarana dan Prasarana yang Ada di Desa Onan Runggu ............................. 44
Tabel 7 : Daftar Nama Kepala Keluarga yang menikah dalam Rumpun Marga
Tabel 8: Daftar Nama Kepala Keluarga yang menikah diluar Rumpun Marga
PENDAHULUAN
Perkawinan merupakan salah satu tahap yang ada dalam sepanjang siklus
seperti masa bayi, masa penyapihan, masa anak-anak, masa remaja, masa
1985:89)
Perkawinan)1,hukum agama (hukum yang didasarkan pada kitab suci yang ada
pada agama tertentu) 2 maupun hukum adat (hukum masyarakat yang tidak
tertulis)3.
mata hanya urusan pribadi untuk mereka yang sedang melaksanakan perkawinan.
Tata tertib adat perkawinan antara masyarakat adat yang satu berbeda dengan
masyarakat adat yang lain, berlakunya hukum adat perkawinan tergantung pada
berdasarkan ibu); dan genealogis parental (garis keturunan berdasarkan orang tua
secara bersama-sama).
tata tertib perkawinannya, disini dijelaskan siapa saja yang boleh nikahi dan siapa
ideal menurut orang Batak adalah perkawinan dengan pariban atau anak
perempuan dari saudara pria ibu, dalam istilah Antropologi disebut dengan
dengan pemberian jujur (mas kawin) yang bersifat religio magis kepada pihak
perempuan yang menyebabkan perempuan keluar dari klannya dan pindah ke klan
suaminya.
4
Orang Batak harus mencari pasangan hidup dari luar marganya dan tidak boleh timbal balik
oleh karenanya semua itu dicakup dalam suatu struktur yang disebut dengan
Dalihan natolu. Dalihan natolu yang berarti tungku nan tiga, yang melambangkan
tiga kelompok kerabat dalam adat Batak Toba yang terdiri dari hula-hula, dongan
buah keluarga besar. Melalui perkawinan maka akan terbentuk suatu sistem
kekerabatan yang baru pula, karena telah disatukannya dua buah Dalihan natolu
terbentuknya kelompok hula-hula dan boru dan bahkan bere (keponakan) yang
natolu para boru dan para bere yang baru terbentuk tersebut terbangun keterikatan
dalam setiap aktivitas kehidupan bersama, seperti pada pesta-pesta dan upacara-
upacara adat, di dalamnya ketiga kelompok kerabat tersebut memiliki fungsi dan
marga disebut dengan incest, hal ini dilarang dan tidak diperbolehkan terjadi
marga ini masih dianggap memiliki hubungan kekerabatan yang dekat, dan bagi
orang Batak Toba orang yang satu rumpun marga dengan dirinya disebut dengan
dongan sabutuha atau dongan tubu yang artinya mereka berasal dari satu asal
yang ada di suku Batak Toba yaitu mengenai perkawinan ideal yang seharusnya
dapat merusak atau mengganggu susunan dari struktur kekerabatan dalam Dalihan
natolu yang berlaku di dalam masyarakat Batak Toba. Hasil dari perkawinan satu
baik.
fenomena mengenai perkawinan satu rumpun marga yang terjadi dalam jumlah
yang cukup banyak. Peneliti memilih Desa Onan Runggu sebagai lokasi
5
Ikrar janji yang sudah ditetepkan oleh marga-marga tertentu, dimana antara laki-laki dan
perempuan tidak bisa saling menikah yang padan marga. Contoh: Manullang-Panjaitan.
6
Pernikahan 2 orang kak beradik yang memilki mertua yang sama.
7
Jika laki-laki menikahi anak perempuan dari namboru kandungnya.
8
Martarombo atau martutur adalah mencari atau menentukan titik pertalian darah yang terdekat
dalam rangka menentukan hubungan kekerabatan
Sidabutar memberi tahu bahwa perkawinan satu rumpun marga banyak terjadi di
daerah Onan Runggu. Beliau mengatakan bahwa perkawinan satu rumpun marga
banyak terjadi dan bahkan hampir setengah penduduk di desa itu. Berdasarkan
informasi tersebut peneliti memilih Desa Onan Runggu sebagai lokasi penelitian.
Data yang diperoleh dari kecamatan Onan Runggu mengenai data demografi
bahwa rumpun marga Raja Sonang terdiri dari beberapa sub marga yakni Gultom,
marga yang ada di rumpun marga Raja Sonang tersebut saling mengawini satu
sama lain. Hal ini seharusnya tidak bisa terjadi karena hukum adat perkawinan
adanya perkawinan yang ideal bagi orang Batak untuk mengawini paribannya.
kekerabatan yang ada dalam struktur dalihan natolu pada rumpun marga Raja
Sonang, maka oleh karena itu peneliti tertarik melihat apa faktor-faktor yang
sistem kekerabatan dan interaksi yang terjalin dari perkawinan satu rumpun marga
tersebut.
struktur sosial yang ada dalam masyarakat. Menyer Fortes mengemukakan bahwa
kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang
pembagian kelompok keturunan yang ditarik lurus dari pihak laki-laki (bapak),
dalam suku Batak Toba garis patrinial ini dipakai guna menentukan status
(klan). Sehingga, kelompok marga Batak adalah sebuah organisasi keluarga yang
group) dimana dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan sebutan satu rumpun
marga yaitu sebagai kesatuan sosial, kesatuan yang diakui oleh umum.
banyak, hal ini dapat terjadi karena walaupun sudah ada marga induk namun di
dalamnya masih terdapat beberapa sub-sub marga lagi. Alur pokok dari struktur
Bagi orang Batak semua orang yang memiliki marga yang sama ataupun
mereka yang ada di dalam satu rumpun marga yang sama dianggap dengan
dongan sabutuha atau dongan tubu, yang artinya mereka berasal dari satu asal
natolu. Semua yang berhubungan dengan kehidupan suku Batak Toba akan
terlaksana dengan baik atau sejahtera apabila berlangsung sesuai dengan Dalihan
natolu.
Falsafah ini mengajarkan kepada orang Batak bahwa sejak lahir hingga meninggal
kelak, orang Batak Toba harus jelas di dalam struktur hubungan kekeluargaan dan
kekerabatannya. Dalihan natolu yang berarti tungku nan tiga yang melambangkan
tiga unsur atau tiga kelompok kerabat dalam adat Batak Toba yang terdiri dari
hula-hula, dongan tubu, dan boru. Filosofi hubungan antar unsur Dalihan natolu
istri, bersumber pada pemikiran filosofis bahwa istri adalah pemberi keturunan
bagi keluarga suami karena istri memberi anak dan boru bagi suaminya maka itu
artinya bahwa hula-hula telah memberi berkat dan restu kepada keluarga laki-laki
melalui putrinya, maka karena itu layak untuk disembah dan dihormati. K
artinya penuh kehati-hatian, penuh kebijaksanaan kepada saudara semarga. Hal ini
sama, bahkan persawahan yang berdekatan. Setiap hari bertemu dan terlibat
persaingan, dan pertikaian. Oleh karena itu untuk menghindari timbulnya konflik
sesama saudara maka diperlukan sikap hati-hati dan bijaksana diantara mereka.
yang artinya membujuk, mengambil hati, mengasihi dan mengayomi. Hal ini
terdapat pemikiran kultural berbau ekonomi, bahwa si putri sudah “dijual” kepada
marga lain. Sang putri tidak mendapat apa-apa lagi dari ayah dan saudaranya.
Sementara sang istri dan suaminya wajib somba (hormat) kepada hula-hulanya
Toba karena Dalihan natolu adalah inti struktur sosial Batak Toba, hal ini dapat
terjadi karena orang Batak Toba mempunyai prinsip untuk menjaga keseimbangan
natolu akan menjadi tumpang tindih, apabila terjadi perkawinan satu marga
ataupun perkawinan satu rumpun marga karena mereka tidak akan dapat
menentukan mana pihak paranak ataupun pihak parboru pada setiap acara adat
yang berlangsung dalam masyarakat Batak Toba, termasuk pada acara adat
perkawinan.
Sudah ketentuan hukum alam bahwa kehidupan itu berkembang biak dan
satu sama lain dan diikat oleh suatu ketentuan, baik sebagai makhluk individu
kebanyakan suku bangsa di dunia yaitu perkawinan yang sangat diinginkan oleh
sebagian besar pada warga masyarakat dan dianggap sebagai perkawinan ideal.
Batak Toba adalah dengan cross-cousin yaitu dengan anak saudara perempuan
Dalihan natolu itu terjadi dan didasarkan pada perkawinan, maka oleh
karena itu selama ada perkawinan suku Batak maka Dalihan natolu itu akan tetap
masyarakat batak terutama pada masyarakat Batak Toba adalah sakral bukan
dengan perempuan menjadi satu. Oleh karena itu di dalam perkawinan bahwa satu
tambah satu adalah satu, yaitu dua insan manusia yang menjadi suami isteri harus
Perkawinan Batak Toba sangatlah unik, oleh karenanya keunikan itu menjadi ciri
khas masyarakat batak toba. Sangatlah sulit untuk menggambarkan hakekat jiwa
bersifat sakral itu maka akan hanya dapat dirasakan dan dilihat dari sikap perilaku
serta budaya rasa perkawinan itu sendiri. Maka dari itu, hanya Batak Toba itu
9
Rajamarpodang 1992 : 278
tanggung jawab dalam arti keseluruhan, dimana pahit getirnya perkawinan harus
demikian apabila tata cara adat dilaksanakan sesuai dengan prosedur adat yang
pelaksanaan adat sesuai dengan pandangan hidup Dalihan natolu antara lain
dengan upacara adat peresmian perkawinan dialap jual atau ditaruhon jual.
perkawinan diadakan dikampung atau dirumah pihak parboru dan pihak paranak
menjemput pengantin perempuan didalam adat maksudnya dengan cara adat dari
masyarakat Batak Toba dapat terjadi diawali dengan jalan martandang sampai
apabila calon istri dari seorang anak belum ada begitupun calon dari si ibu, maka
lain. Pada umumnya sianak mencari jodohnya di lingkungannya sendiri yang ada
calon tersebut pada saat musim yang baik, misalnya pada saat-saat ada pesta atau
adat di sawah maka sianak akan berusaha turut bekerja membantu keluarga
menunjukkan isi hati masing-masing, dimana memilih si calon istri yang akan
dijadikan menjadi calon istrinya sesuai dengan kriterianya sendiri dan kriteria
keluarga. Apabila kedua kriteria ini kira-kira sudah terpenuhi pada diri si calon
istri itu, maka sianak akan dengan cara halus menyampaikan maksudnya dan
kemudian disampaikan dengan cara terbuka dengan calon istri tersebut. Maka
tahapan selanjutnya adalah diikuti dengan adanya Tanda hata-hata olo tukar, tukar
cincin.
memberikan sejumlah uang kepada si calon istri dan itulah yang disebut dengan
tanda hata, maka si calon membalasnya dengan memberikan sehelai kain dari ulos
atau kain sarung yang disaksikan kedua muda-mudi di lingkungan mereka yang
disebut dengan tanda olo. Bertukar tanda itu dilakukan sebagai simbol “mufakat
mereka” atau kata mereka telah padu untuk membentuk satu rumah tangga.
Pemberian cincin adalah salah satu proses dalam tanda-tanda olo yang merupakan
yang akan dilaksanakan kedua belah pihak akibat tukar cincin. Suami dari saudara
calon istri yang dipilihnya tadi. Pada pertemuan tersebut diadakan pembahasan
mendalam akan lanjutan kegiatan semisalnya siapa yang akan menjadi utusan
untuk menjajaki (marhusip) kepihak orang tua si calon istri, berapa mahar
perjamuan pesta.
Tahap selanjutnya adalah dengan memohon izin dan berkat dari paman
pihak laki-laki, dimana pada tahap ini pihak laki-laki meminta keluarga dekat
adat Batak, apabila boru membawa makanan adat kepada hula-hula atau tulang
maka lauknya harus dari ternak hewan, dan apabila hula-hula atau tulang
membawa makanan adat kepada boru maka lauknya harus dari ternak ikan.
satu acara untuk melihat sejauh mana beban yang dapat dipikul oleh kedua belah
pihak yaitu pihak laki-laki dan pihak perempuan agar perkawinan tersebut dapat
baik dari raja ni dongan tubu, raja ni boru, raja ni hula-hula, raja ni
dongansahuta, ale-ale dan semua yang hadir dari masing-masing kedua belah
pihak. Mereka mengambil keputusan yang harus dilaksanakan kedua belah pihak
yang sakral.
hidup yaitu anak perempuannya kepada orang lain yaitu kepada pihak paranak
(pihak pemberi anak). Hukum perkawinan adat Batak Toba disebut adat
harus dilalui, peralatan upacara, tempat dan tanggal pelaksanaan, dan lain
sebagainya.
Hamoraon yang dimaksud disini adalah harta milik yang berwujud materi
maaupun non-materi yang diperoleh melalui usaha maupun melalui warisan yang
ada. Hagabeon dimaksudkan ialah mempunyai banyak anak, cucu, cicit, dan
10
http://www.researchgate.net-perpepsi-terhadap-nilai-budaya-
batak(hamoraon,hagabeon,hasangapon)-dan-pola-asuh-pada-perantau-di-bali
yakni adanya larangan untuk kawin dengan orang dari marga yang sama yang
perempuan yang mempunyai marga yang sama. Orang yang menikah dengan satu
rumpun marga juga dapat dikatakan dengan perkawinan semarga karena masih
Sanksi bagi pelanggar hukum adat diyakini datang dari kutukan Illahi
menderita penyakit yang tidak kunjung sembuh, kerugian ekonomis dalam setiap
pekerjaan bahkan sanksi kematian. Hukuman ini berlaku bagi pelanggar adat
dari masyarakat setempat adalah diusir dari kampung (desa), tidak diakui sebagai
perbedaan larangan terhadap perkawinan antara pria dan wanita yang ada
terhadap perkawinan antara wanita dan pria yang ada hubungan kekerabatannya,
Negara bagian Amerika mempunyai larangan yang lebih luas yaitu orang pantang
kawin dengan saudara kandungnya sendiri serta dilarang dengan aturan undang-
undang untuk kawin dengan saudara sepupu tingkat pertama dari pihak ayah
maupun pihak ibu, dan juga dilarang kawin dengan perempuan yang mempunyai
melakukan hubungan seksual antara satu sama lain. Maka oleh karena itu mereka
tidak bisa menikah satu sama lainnya. Di Australia terdapat larangan perkawinan
satu klan. Dalam masyarakat suku Tionghoa di Cina mempunyai adat larangan
marga yang sama, hal ini terjadi karena pernikahan semarga (namariboto)
antara kerabat dekat yang ilegal secara yurisdiksi dan dianggap tabu secara sosial.
Perkawinan satu rumpun marga adalah perkawinan yang dilarang terjadi pada
suku Batak Toba karena yang satu rumpun marga masih dianggap kerabat, oleh
karena itu perkawinan satu rumpun marga termasuk kepada perkawinan incest.
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perkawinan satu rumpun marga
yang dilarang terjadi dapat berlangsung pada suku Batak Toba di Desa Onan
penelitian yaitu:
1. Apa faktor penyebab perkawinan satu rumpun marga Raja Sonang di Desa
Onan Runggu?
Dalihan natolu?
Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan hasil dari penelitian ini
dapat memberikan penjelasan yang cukup atas faktor-faktor apa saja yang
natolu.
mengenai perkawinan satu rumpun marga Raja Sonang di Desa Onan Runggu
Wawancara11
yaitu dibantu ditunjukkan oleh informan kunci dalam penelitan ini terkhususnya
dalam menentukan keluarga yang melakukan perkawinan satu rumpun marga Raja
Kunci yaitu D. Gultom, Informan Pokok yaitu 2 Keluarga yang terdiri dari C.
11
Teknik wawancara dilakukan untuk mendapat keterangan dan penjelasan yang lebih mendalam
secara lisan dari informan. Wawancara mendalam ini akan dibantu dengan pedoman wawancara
agar lebih mudah dan lebih terarah.
pula Tetua Adat yang bernama Op. B. Gultom, Masyarakat Biasa yang bernama
W. Harianja dan yang lain bernama R. Br Sinaga, dan Staff Kantor Desa Onan
adalah suatu proses penelitian yang terstruktur. Pada awalnya peneliti sudah
tetapi dikatakan bahwa peneliti harus mengikuti struktur yang ada yakni harus
terlebih dahulu harus meminta izin penelitian kepada Kantor Bappeda Samosir
Kecamatan Onan Runggu. Peneliti akhirnya mengurus surat izin yang diperlukan
Camat dan mengurus surat izin tersebut, dan akhirnya surat izin penelitian dari
Kantor Kecamatan Onan Runggu pun keluar. Bertepatan dengan keluarnya surat
izin penelitian dari Kantor Camat, peneliti segera pergi ke Kantor Desa untuk
memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti datang ke Desa
Onan Runggu.
Berdasarkan bimbingan dari kantor camat dan kantor desa maka peneliti
disarankan untuk mencari kos-kosan ataupun tempat tinggal selama berada di desa
bagaimana sejarah dari Siraja Batak dan hal yang berhubungan dengan adat
wawancara mengenai gambaran umum dan sejarah dari Desa Onan Runggu
dimana peneliti melakukan wawancara dengan pengurus kantor desa yaitu Abang
Kantor Desa sangatlah ramah dan antusias dalam memberikan jawaban yang
menjumpai oppung Gultom yang merupakan tetua adat di Desa Onan Runggu,
rumpun marga Raja Sonang tersebut, bertanya mengenai darimana asal daerah
jelas dan sudah menjelaskan semua hal-hal penting yang berkaitan dengan
sudah cukup lama peneliti pikirkan, dimana selama berada di lapangan ada
beberapa keluarga yang tidak bersedia untuk diwawancarai dengan alasan tidak
mau dikatakan menikah sesama saudara atau pernikahan sedarah, dan ada juga
yang mengatakan bahwa mereka tidak terlalu pandai mengenai adat dan merasa
tidak akan bisa menjawab pertanyaan yang akan peneliti ajukan. Berdasarkan
pengalaman tersebut akhirnya peneliti dibantu oleh informan kunci untuk memilih
yang peneliti ajukan berhubungan dengan bagaimana silsilah keluarga dari kedua
belah pihak sebelum menikah dan bagaimana setelah perkawinan tersebut terjadi,
dijalani oleh keluarga informan hingga saat ini selama peneliti melakukan
wawancara.
Onan Runggu yang tidak menikah sesama rumpun marga Raja Sonang, dimana
melihat dan menanggapi perkawinan yang terjadi di Desa Onan Runggu ini
Observasi
dengan masyarakat di Desa Onan Runggu dimana peneliti tinggal bersama dengan
masyarakat.
yakni observasi berupa cara bersikap, cara bertutur yang terjalin diantara keluarga
yang menikah sesama satu rumpun Raja Sonang yang ada di Desa Onan Runggu.
Peneliti melihat bahwa didalam hubungan keluarga inti hubungan mereka tetap
terlihat harmonis akan tetapi didalam hubungannya dengan marga-marga yang ada
didalam rumpun marga Raja Sonang sekarang sudah tidak terlihat interaksi yang
erat.
didalam satu rumpun marga Raja Sonang tersebut, apakah masih sesuai dengan
adat istiadat Batak Toba, dan bagaimana proses upacara perkawinan mereka
peneliti mengikuti setiap aktifitas yang mereka lakukan setiap harinya dan peneliti
mereka kepada orang lain. Aktifitas yang mereka lakukan setiap harinya dimulai
saat bangun pagi sekitar jam setengah 5 pagi, lalu anak-anak di desa ini akan
rumah, menyuci piring dan memasak nasi. Jam 6 pagi, orang tua di desa ini akan
bangun lalu memasak lauk untuk mereka. Anak-anak di desa ini akan segera
bersama sambil menonton. Acara makan pagi selesai lalu dilanjutkan dengan
aktifitas mereka masing-masing yakni anak-anak pergi ke sekolah dan para orang
tua pergi bekerja yaitu sebagian besar bekerja ke sawah, lalu sebagian lagi bekerja
interaksi yang terjalin diantara keluarga tempat peneliti tinggal, dimana yang
peneliti melihat interaksi yang terjalin berjalan harmonis dengan contoh diatas
yang disebutkan.
hari, oleh karenanya pada pagi dan siang hari desa ini akan terlihat sepi. Sore
harinya setelah pulang dari sawah, masyarakat di desa ini akan banyak terlihat
berada di kedai minum terutama bagi laki-laki, sedangkan perempuan akan berada
di rumah. Semua anggota keluarga akan berkumpul lagi pada malam hari sekitar
pukul 7 malam untuk makan malam bersama. Aktifitas dalam satu hari selesai saat
perkawinan dalam masyarakat Batak Toba dan semua yang berhubungan dengan
judul penelitian ini sebagai referensi dalam menulis kerangka teori dan
dapatkan dari lapangan mengenai data-data Desa Onan Runggu, data-data dari
hasil wawancara dengan informan dan data kepustakaan agar nantinya hasil dari
Peneliti pun selalu tidak lupa membuat catatan lapangan (fieldnote) agar
tidak mudah lupa dengan sebutan-sebutan tertentu yang ada pada bahasa Batak.
1.6.Lokasi Penelitian
Kab.Samosir. Tempat ini dipilih sebagai lokasi penelitian dengan alasan awalnya
Sidabutar yang merupakan warga asli disana yang berprofesi sebagai guide di
kalau di daerah Tomok semuanya baik-baik saja, akan tetapi ada sebuah kabar
rumpun marga di Onan Runggu, Bapak Sidabutar menjelaskan bahwa hal ini
marga ini ada dalam jumlah yang besar. Hal ini merupakan hal yang tidak
Runggu ini dilakukan dengan naik Bus Sejahtera tujuan Parapat yang berloket di
1.7.Pengalaman Penelitian
sangatlah banyak yaitu dimulai dari awal peneliti mengajukan judul skripsi ini
yang dibimbing oleh dosen Penasihat Akademik peneliti yakni Ibu Sabariah
penelitian lapangan yang selalu dibimbing oleh Ibu Rhyta Tambunan. Proses
terimaksih tidak pernah lupa kepada Dosen pembimbing peneliti Ibu Rhyta
berharga bagi penulisan skripsi ini dan selalu melulangkan waktu kepada peneliti.
menentukan tempat tinggal ditemani oleh Bapak dari peneliti yaitu Bapak
Sianipar dan juga dibantu oleh masyarakat yang kebetulan peneliti jumpai di lapo
tuak12. Berdasarkan informasi amang dan inang tersebut sebaiknya peneliti datang
langsung kerumah yang disarankan oleh mereka karena pemilik rumah yang
mereka sarankan terkenal di daerah ini sangatlah baik. Peneliti akhirnya sampai
kerumah yang disarankan oleh amang dan inang tersebut dengan diantarkan oleh
salah satu dari mereka. Sesampai disana peneliti disambut dengan hangat oleh
pemilik rumah yang sekarang peneliti panggil dengan sebutan namboru Sari.
Setelah menjelaskan maksud dan tujuan peneliti, namboru sangatlah ramah dan
kebaikan hati namboru maka saya akhirnya tinggal dirumah namboru dan
sangatlah antusias membantu apa saja yang saya butuhkan dalam proses
yang berprofesi sebagai guru Mulok (Muatan Lokal) di SMA Pakpahan. Peneliti
12
Kedai atau tempat menjual minuman tradisional (tuak)
sangatlah baik dan sabar dalam menjelaskan sejarah dan silsilah dari Siraja Batak
sampai dengan kepada rumpun marga Raja Sonang. Tidak jarang amangboru
mengulang-ulang penjelasan dengan cara yang lebih mudah agar peneliti lebih
cepat memahami bagaimana silsilah marga Raja Sonang tersebut. Peneliti pun
bahasa Batak yang sebagiannya kadang kurang dimengerti oleh peneliti. Dengan
penjelasan yang diberikan amangboru Harianja maka peneliti sedikit demi sedikit
sehingga kadang tidak terasa waktu yang kami lewati cukup lama.
situasi yang ada disana selama peneliti tinggal bersama dengan masyarakat di
Desa Onan Runggu. Peneliti melihat rata-rata masyarakat di desa itu bangun pagi-
pagi sekali dan langsung membersihkan rumah, memasak, menyuci piring dan
beberapa aktifitas lainnya. Orang tua yang berada di Desa Onan Runggu rata-rata
pekerjaannya adalah petani oleh karenanya setiap pagi mereka selalu langsung
pergi bekerja di sawah dan pulang setelah sore harinya, dan untuk orang tua yang
lainnya ada yang bekerja sebagai guru maupun pekerja di kedai kelontong
maupun lapo tuak. Masyarakat di usia muda pergi ke sekolah dengan sangat cepat
karena jarak sekolah dari rumah mereka cukuplah jauh. Berdasarkan aktifitas
tersebut, satu kampung itu di pagi hari sangatlah sepi jika sedang berada di rumah,
pada saat pagi hari karena rutinitas mereka setiap hari memang sudah seperti itu.
peneliti diajak pergi oleh Kak Sari anak dari namboru untuk melihat Tugu Raja
dalam rumpun si Raja Sonang adalah saling bersaudara, dan bukan hanya itu
peneliti juga pergi ketempat Mual Raja Sonang yang merupakan tempat sakral
dimana tempat ini adalah tempat persembunyian si Raja Sonang dari saudaranya
yang disebabkan adanya pertikaian, peneliti pergi ke tempat air yang dianggap
tempat dari Mual Raja Sonang. Peneliti sangat berterimakasih atas kesempatan
tersebut yang menambah ilmu peneliti. Peneliti dapat datang kesana dengan
berterimakasih dengan adik-adik kecil yang mau menuntun peneliti agar sampai di
tempat tujuan yang direncanakan diawal perjalan peneliti dengan Kakak Sari.
atas dasar saran namboru Gultom menjumpai seorang tokoh adat yang dikenal
mengetahui semua cerita mengenai rumpun marga Raja Sonang yang bernama
rumpun marga Raja Sonang dan itu sudah menjelaskan secara keseluruhan
keluarga yang suami istri menikah dalam satu rumpun marga Raja Sonang.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan keluarga yang peneliti pilih menjadi
informan ini sudah dapat mewakili jawabab-jawaban dari beberapa keluarga yang
ada di Desa Onan Runggu yang menikah didalam satu rumpun marga Raja
yang peneliti butuhkan. Memang pada awalnya mereka merasa sedikit tidak
tetapi dengan kerja sama yang baik dari kedua keluarga tersebut maka peneliti
tulisan ini.
ada di Desa Onan Runggu yang tidak menikah dengan satu rumpun marga Raja
memang mereka ketahui banyak terjadi di Desa Onan Runggu, dan bahkan
masyarakat yang ada di Desa Onan Runggu baik itu dari orang pemerintahan di
kantor camat maupun kantor desa dan seluruh masyarakat yang ada di Desa Onan
berharap tetap dapat menjaga hubungan yang lebih baik lagi kedepannya dengan
Hal ini juga didasari oleh Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
mengatur dan megurus sendiri rumah tangga daerahnya dalam bentuk pemekaran
13
Samosirkab.go.id/web/sejarah-singkat-kabupaten-samosir/
Kabupaten Samosir sebagai salah satu kabupaten baru di Provinsi Sumatera Utara
Simalungun
Pakpak Barat
Atas dasar itu, disepakati bahwa tanggal 7 Januari sebagai Hari Jadi
ditetapkan Pejabat Bupati Samosir atas nama Bapak Drs. Wilmar Elyascher
Simanjorang, M.Si yang dilantik pada tanggal 15 Januari 2004 di Medan oleh
pemilihan legislatif untuk memilih anggota DPR, DPD dan DPRD yang
Kabupaten Samosir, dimana terletak diantara 2° 26’-2° 33’LU dan 98° 54’-99°
01’ BT dengan ketinggian 904-1.355 meter di atas permukaan air laut. Wilayah
Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km2. 14 . Jarak antara kantor camat
Camat di Kecamatan Onan Runggu sekarang ini adalah Junita Sinaga, S.SOS.
14
Kecamatan Onan Runggu Dalam Angka 2017
perbukitan tanpa jalan keluar. Keadaan itu tentu saja membuat masyarakat Onan
Runggu menjadi terisolasi. Menurut beberapa ahli antropologi dan sosiologi, latar
hubungan dengan dunia luar, bersifat eksklusif, berjiwa keras serta berjiwa
homogen. Hal ini terlihat dari ragam kesatuan yang dimiliki oleh penduduk
dengan huta lain akan merasa berbeda, misalnya huta Sipira akan menganggap
Setiap huta mempunyai raja huta. Setiap huta ditandai dengan satu
marga pemilik huta, yang pada akhirnya menciptakan sifat harga diri yang tinggi
sebagai keturunan raja. Dari aspek sosiologis setiap huta biasanya tidak
jalan yang memadai antar huta. Hal inilah yang turut menciptakan ke-ekslusifan
tersendiri bagi penduduk setempat. Alhasil muncullah istilah yang sampai saat ini
air sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai lahan pertanian. Masyarakat
Onan Runggu juga dikenal dengan ternaknya seperti kerbau, babi dan kambing.
marmahan sehingga pada siang hari ladang rumput tersebut akan dipenuhi dengan
kerbau yang merumput. Kerbau dan babi merupakan ternak wajib yang harus
dimiliki oleh setiap keluarga karena ternak ini sangat penting dalam upacara adat
istiadat dan merupakan tabungan keluarga yang dapat dipergunakan untuk hal-hal
yang mendesak seperti untuk perobatan keluarga, tidak jarang pula ternak-ternak
15
Kampung
pedagang eceran yang menjual minyak bensin. Ada 66 penjual dan warung nasi
ada 17 warung. Jumlah kilang padi disetiap desa yakni 40 kilang padi yang ada
disetiap desa kecuali Desa Janji Matogu dan Desa Silima Lombu. Industri yang
ada berjumlah 21 SD, dimana pembagian SD disetiap desa ada kecuali di Desa
Silima Lombu, jumlah semua murid SD adalah 1566 orang, dan guru berjumlah
164 orang. Jumlah SLTP ada 4, dimana SLTP tersebut hanya ada di Desa
Pakpahan, Onan Runggu, Huta Hotang dan Sipira, jumlah siswa di ke-4 SLTP
adalah 686 orang dan jumlah guru 50 orang. Jumlah SLTA di Kecamatan Onan
Runggu hanya ada 1 yakni di Desa Pakpahan, jumlah murid yang ada di SLTA
yang berada di Desa Sitamiang, Pardomuan dan Sipira. Posyandu ada 23 dimana
disetiap desa ada. Polindes (Pondok Bersalin Desa) ada 4 yakni di Tambun
Sukkean, Huta Hotang, Sipira, dan Silima Lombu. Tenaga medis yang ada di
Kecamatan Onan Runggu hanya memiliki 2 dokter yakni yang berada di Onan
Runggu, bidan ada disetiap desa kecuali Desa Janji Matogu. Perawat lain ada 10
Rina Bolak.
Masjid yang berada di Desa Tambun Sukkean, dan ada 55 Gereja yang ada di
kedua belas desa di Kecamatan Onan Runggu. Kecamatan Onan Runggu adalah
terdapat konflik mengenai agama sejauh ini, mereka hidup berdampingan secara
damai.
didapatkan dari BPS Samosir yakni ada 10 yakni di 1 di Desa Sitinjak, 3 di Desa
Sitamiang, dan 1 di Desa Silima Lombu. Untuk sarana angkutan yang ada di
Kecamatan Onan Runggu ada berupa kapal motor dengan jumlah 10, bus
sebanyak 6, oplet sebanyak 8, pickup ada 25, truk ada 43, becak mesin ada 36 dan
itu hanya ada dibeberapa desa saja dan tidak tersebar secara rata disetiap desa.
terkenal ada 4 yakni Mual Ni Si Raja Sonang (wisata alam yang berada di
Pohon besar dan Lapangan Volly (wisata alam di Tambun Sukkean), Pondok
DESA PARDOMUAN
DESA PARDOMUAN
DANAU TOBA
dengan para pengurus kantor Desa Onan Runggu dijelaskan bahwa Desa Onan
Runggu terbentuk dari 2 desa yaitu Desa Lumban Lintong dan Desa Harianja
Onan Runggu adalah desa yang termasuk kedalam klasifikasi Swakarya (self
developing).
Desa Onan Runggu merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan
Onan Runggu, dimana jika melakukan perjalanan dari Medan maka peneliti harus
menempuh jalur darat menaiki bus selama 6 jam menuju Parapat, kemudian
kapal dengan tujuan Onan Runggu. Peneliti menggunakan jalur air yaitu dimana
kapal yang menuju ke Desa Onan Runggu hanya ada beberapa saja, dan waktu
yang ditempuh kesana juga cukup lama yaitu sekitar 2 jam lamanya.
Sukkean
Luas wilayah Desa Onan Runggu adalah sekitar 4,86 Km 2 atau 386 Ha
dimana 30% berupa daratan yang bertopografi berbukit-bukit, dan 70% daratan
1 I 8 1.3 34
2 II 10 3.4 36
3 III 11 1,16 30
dipimpin oleh Kepala Dusun yang merupakan bagian dari struktur Pemerintahan
pemerintahan, namun secara kultur bisa dibedakan atas beberapa kampung yang
nama sendiri yang menjadi identitas setiap warga yanng bermukim di dalamnya.
dipimpin Kepala Dusun Nurmiana Samosir berada di paling Barat dari Desa Onan
pembagian sex ratio di Dusun I yaitu Laki-laki sebanyak 249 Orang dan
1. Sitio-tio
2. Sosor Sibabiat
3. Gurgur
4. Lumban Manurung
6. Banjar Dolok
7. Banjar Tonga
8. Onan Runggu
Dusun II dipimpin oleh Jhon Wenry Samosir berada di paling Timur dari
Desa Onan Runggu yakni di Buntu Pasir dengan luas wilayah seluas 3.4 Km 2.
Jumlah penduduk yang ada di Dusun II adalah 544 Jiwa, dengan pembagian sex
ratio di Dusun II yakni Laki-laki sebanyak 215 Orang dan Perempuan 329 Orang.
1. Lumban Holbung
2. Sosor Mamukka
3. Morga
4. Buntu Pasir
5. Siampi Pira
6. Simarjojong
7. Sosor Hoda
8. Sosor Gaol
9. Purba Dolok
yakni di paling timur dari Desa Onan Runggu yakni dengan luas wilayah sekitar
1.16 Km2. Jumlah penduduk yang ada di Dusun III adalah 242 Jiwa dengan
1. Gorat
2. Sosor Parhorasan
3. Sosor Buntu
4. Siarok
5. Sumbungan
6. Sakkar Nihuta
7. Lumban Habissaran
8. Siborong-borong
9. Dagal
10. Sigumbang
Sarana dan Prasarana yang ada di Desa Onan Runggu yakni sebagai
Desa Onan Runggu sudah jarang menggunakan rumah Batak, sekarang ini rumah
Onan 16 hanya ada pada hari Senin dimana Onan ini hanya ada dalam
sekali seminggu yang berada di Jalan Pelabuhan, berdasarkan data wawancara dan
hasil observasi, peneliti mendapati bahwa bentuk dari Onan ini cukup
memprihatikan karena dari bentuknya yang sudah tidak layak karena hanya
seperti seng seperti atap jabu bolon, dimana ruang dari Onan terbuka luas tanpa
16
Pekan Tempat Perbelanjaan
dibuat di atas lapang sehingga saat hujan turun kondisi tanah tersebut akan sangat
becek dan akan sedikit menggangu proses jual beli di Onan tersebut.
didapatkan peneliti setelah melakukan wawancara dengan para pengurus yang ada
di kantor Desa Onan Runggu. Hasil yang peneliti dapatkan menyatakan bahwa
keadaan sosial di Desa Onan Runggu cukup baik dimana keadaan ini juga
didukung oleh masyarakatnya yang tidak terlalu heterogen dan hampir semua
masyarakat di desa ini satu suku yakni suku Batak Toba dan menganut agama
Kristen Protestan dan Katolik. Gesekan sosial skala besar hampir tidak pernah
terjadi di desa ini, tetapi konflik individu skala kecil pernah ada. Secara kultural
penduduk di Desa Onan Runggu ini masih berasal dari satu rumpun Marga Raja
Sonang, dimana marga yang termasuk kedalam Rumpun Marga ini adalah
gotong royong yang dilaksanakan setiap hari jumat masyarakat selalu ikut aktif
dalam kegiatan tersebut. Kegiatan setiap bulan seperti PKK yang dilaksanakan
setiap hari rabu minggu Ke-3, dan senam lansia atau pembinaan lansia,
1. Agama
yang terbagi kedalam Agama Kristen Protestan dengan dua aliran yaitu
Pentakosta dan HKBP, akan tetapi ada juga Agama Islam dan Katolik. Desa Onan
Runggu mempunyai 4 tempat ibadah yaitu hanya ada 1 Gereja Katolik dengan
nama Gereja Katolik Santo Paulus Onan Runggu, ada 2 Gereja HKBP dengan
nama Gereja HKBP Lumban Lintong dan Gereja HKBP Agave, ada 1 Gereja
GKPI dengan nama Gereja GKPI Onan Runggu. Jemaat yang ada di Gereja Desa
Onan Runggu ini tidaklah semua berasal dari masyarakat Onan Runggu itu sendiri
melainkan bisa berasal dari desa yang yang lainnya di luar desa Onan Runggu,
dan sebaliknya sebagian masyarakat Desa Onan Runggu menjadi jemaat gereja
yang terletak tidak di Desa Onan Runggu. Data yang didapatkan peneliti
menyatakan bahwa sepanjang sejarah tidak pernah terjadi gesekan antar agama di
2. Sosial Politik
yang ada di Desa Onan Runggu selama ini berlangsung sangat kondusif, dimana
hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa kali pelaksanaan Pemilihan Umum baik
itu Pemilihan Legislatif maupun Eksekutif dan yang terutama dalam Pemilihan
Kepala Daerah, dan juga partisipasi masyarakat di Desa Onan Runggu ini sangat
baik.
3. Sosial Ekonomi
kepala desa menyatakan bahwa dari segi ekonomi, Desa Onan Runggu memiliki
potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Salah satu potensi yang tampak
adalah masih luasnya lahan tidur yang cukup subur khususnya di Dusun I dan
Dusun II dimana lahan ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi areal
pertanian khusunya tanaman pangan dan Palawija, Palawija sayur dan buah, serta
tanaman kopi yang sudah terbukti dapat tumbuh dan produktif. Pertanian lahan
lebih dari 95 persen, namun pertanian yang dikembangkan selama ini masih
pertanian tradisional seperti padi, kopi, pisang, cabai, cengkeh, cacao dan lain
untuk meningkatkan produksi pertanian yang telah ada khusunya untuk menyikapi
lahan pertanian yang relatif subur khusunya Dusun I dan Dusun II, keterbatasan
4. Sosial Budaya
Desa Onan Runggu sudah sejak lama dikenal sebagai sebuah wilayah
adat yang aktif dan terpelihara hingga saat ini. Desa Onan Runggu identik ataupun
dikenal dengan “bius” Onan Runggu yang dikenal dengan “Bius Parbonaran”.
Dalam kehidupan sehari-hari adat batak sangatlah dominan dan sudah tertata
dengan baik oleh para tetua-tetua di Desa Onan Runggu. Berdasarkan hasil
masyarakat yang ada di Desa Onan Runggu ini, peneliti menyadari masyarakat
masyarakat disini sangat menjungjung sopan santun kepada yang lebih tua.
hal ini tentunya menjadi tugas pemerintah desa kedepannya untuk menciptakan
kelompok seni yang bertujuan mengangkat citra Desa Onan Runggu sekaligus
Kepariwisataan.
Runggu tetap terjaga dengan baik, dan hampir tidak ada peristiwa kriminal di
Desa Onan Runggu ini selama beberapa tahun terakhir. Persoalan yang menjadi
masalah di Desa Onan Runggu ini adalah perlu mendapatkan perhatian dari
yaitu mengenai masalah sengketa lahan pertanian yang kerap terjadi dan tetap
6. Kesehatan
sarana kesehatan ini sudah cukup memadai dan begitu pula berdasarkan sisi
sebaran wilayah sebagian wilayah di Desa Onan Runggu ini masih sulit
mengakses sarana kesehatan ini, hal ini disebabkan oleh Topografi dari Desa
Sehat (PHBS) dimana hal ini disebabkan oleh belum adanya sarana air bersih.
Masyarakat di Desa Onan Runggu masih sedikit yang memakai sumur bor,
meskipun memakai sumur bor akan teteapi air yang dihasilkan masih bewarna
coklat tidak jernih, oleh karenanya tidak jarang masyarakat di desa ini pergi ke
danau toba untuk mencuci pring, mencuci kain dan kegiatann yang lainnya.
Program Keluarga Berencana (KB) masih sulit untuk dilaksanakan di Desa Onan
laki-laki tujuh belas, dan anak perempuan delapan belas” dimana yang artinya
akhir-akhir ini sedikit demi sedikit jumlah warga yang menggunakan kontrasepsi
7. Pendidikan
hal ini dapat dilihat dari masih sedikitnya bangunan sekolah disetiap tingkatannya.
Desa Onan Runggu memilki 3 PAUD yakni PAUD ANUGERAH, PAUD CERIA
CLARIET dan PAUD FIA SOFIA. SD di Desa Onan Runggu ada 2 SD yang
berada di Dusun I yakni SD 6 dan SD SANTO PAULUS. SMP di desa ini hanya
ada 1 SMP yang berada di Dusun I yakni SMP BAKTI MULIA. Desa Onan
Runggu tidak memilki SMA. SMA yang ada di Kecamatan Onan Runggu hanya
pendidikan dan ilmu pengetahuan. Salah satu kebutuhan yang cukup mendesak di
bidang pendidikan di desa Onan Runggu adalah pendirian Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD), hal ini juga sesuai dengan program yang sudah dicanangkan oleh
Pemerintah Kabupaten Samosir yakni “Satu Desa, Satu PAUD” tetapi disisi lain
pendirian PAUD ini juga terkendala oleh topografi wilayah dan jarak antar
Untuk anak usia sekolah SMP dan SMU sebagian besar bersekolah di
desa Pakpahan, dari Onan Runggu menempuh perjalanan antara 1 hingga lebih
dari 2 kilometer, dan hampir sebagian ditempuh dengan berjalan kaki hingga naik
dari sejahtera sekalipun tidak ditemukan Rawan Pangan di Desa Onan Runggu ini
Desa Onan Runggu kecuali beberapa orang yang berprofesi sebagai PNS Guru di
2 Sekolah Dasar dan SMP yang ada di Onan Runggu. Pertanian yang digeluti
luas di Desa Onan Runggu ini. Persoalan utama tanah-tanah yang tidak diusahai
adalah keterbatasan teknologi dan pemilikan lahan yang masih belum jelas, karena
sebagian besar dimilki bersama satu rumpun keluarga atau bahkan satu keturunan
1. Pertanian
Pertanian di Desa Onan Runggu secara umum dibagi menjadi dua bagian
yakni pertanian lahan basah dan lahan kering. Pertanian lahan basah terdapat di
setiap Dusun. Pertanian lahan basah merupakan pertanian tadah hujan dan
menggunakan bibit padi jenis lokal, pasca panen pun satu kali setahun sebab umur
padi dari mulai bibit sampai dengan panen rata-rata 5 bulan. Persawahan di Desa
kualitas dan produktifitas yang baik. Persoalan umum yang dihadapi adalah
potensi yang sangat besar untuk mengembangkan pertanian lahan kering ini
Selain itu tanaman keras seperti Jagung, Kopi jenis Robusta dan Arabika juga
tumbuh subur, sejak satu dekade terakhir desa Onan Runggu ini juga sudah
menjadi salah satu Sentra Tanaman Kopi Ateng atau sering disebut dengan “Kopi
hampir seluruh warga di desa ini juga peternak secara tradisional. Hewan ternak
yang diusahai penduduk secara umum terdiri dari ternak besar, ternak kecil dan
unggas. Ternak besar seperti Kerbau. Ternak kecil diantaranya adalah Kambing
dan Babi, sedangkan unggas diantaranya adalah Ayam dan Bebek. Kegiatan
Produksi ternak yang terbatas menyebabkan sebagian besar hasil ternak warga
hanya untuk konsumsi rumah tangga sendiri dan hanya sedikit yang dijual.
Melihat dari sisi luas wilayah, topografi, iklim dan suhu udara di Desa
Onan Runggu mempunyai potensi untuk peternakan besar yakni di Dusun I dan
Dusun III. Masyarakat di Desa Onan Runggu juga mengharapkan daerah ini dapat
3. Perikanan
perikanan darat. Perikanan ini ada dalam bentuk kolam darat yang tersebar di
BADAN
--------------------------------------------
PERMUSYAWARA
TAN DESA (BPD)
SEKERTARIS
DESA
LIBER SAMOSIR
KEPALA SEKSI
KEPALA SEKSI
KESEJAHTERAAN
PEMERINTAHAN DAN PELAYANAN
Toba sebagai salah satu sub suku Batak mengakui bahwa sub suku mereka adalah
induk dari seluruh sub suku Batak yang ada di Sumatera Utara. Suku Batak terdiri
sudah ada pada permulaan tarikh masehi dan mengalami kehancuran sebagai
Kerajaan maritim mulai tahun 1023 Masehi oleh serbuan pertama Rayendra Chola
III dari India Selatan. Rumpun batak sejak permulaan tarikh masehi sampai
dengan hancurnya kerajaan Aru disebut Kerajaan Batak Tua dan kerajaan Batak
yang mucul setelah itu disebut dengan sebagai Kerajaan Batak Dalihan natolu. 17
terpusat di Teluk Aru itu pada saat itu pulalah timbul kembali mitologi “Siraja
Batak” bahwa asal usul Batak itu adalah di Sianjur Mula Sianjur Mula Tompa di
kaki Pusuk Buhit, Kecamatan Harian dekat kota Pangururan sekarang. Mitologi
silsilah Siraja Batak adalah merupakan catatan sejarah sebagai amanat kepada
generasi berikutnya. 18Di kaki Gunung Pusuk Buhit terdapat berbagai peninggalan
sejarah dan legenda, antara lain Batu Hobon, Batu Pangarsipan, Lokasi Sianjur
17
Dalihan Natolu nilai budaya Suku Batak, Rajamarpodang,1992:140, CV.Armada, Medan
18
Adat Budaya Batak dan Biografi, Simatupang, 2016, Bornrich Publishing, Tangerang
Siraja Batak, marga-marga Batak terbagi atas 2 besar yaitu Pihak I adalah turunan
pihak Nai Lontungan dan Pihak II adalah turunan Nai Isumbaon (Lontung dan
Sumba).
Siraja Batak mempunyai 2 orang putra yaitu Guru Tatea Bulan dan Raja
Isumbaon.
Guru Tatea Bulan dengan istrinya yang bernama Si Boru Baso Burning
2. Tuan Sariburaja
3. Limbong Mulana
4. Sagala Raja
5. Malau Raja
1. Siboru Pareme
4. Siboru Nantinjo
Sariburaja mempunyai 2 orang putra yang bernama Siraja Lontung dan Siraja
Borbor. Keturunan dari Limbong Mulana ada 2 dan kedua anak tersebut sudah
marga Habeahan. Keturunan dari Sagala Raja ada 3 yaitu Tuan Mulanihuta, Tuan
Banuarea dan Naiasangpagar dan ketiganya sudah memakai marga Sagala sejak
generasi ke-IV. Keturunan dari Malau Raja yaitu Naseraja, Ambarita, Gurning,
adapula yang telah memakai marga Nase, Ambarita, Gurning dan Lambe.
Sedangkan dari marga Lambe sendiri tumbuh pula satu marga lagi yaitu marga
Manik.
2. Raja Asiasi
3. Sangkarsomalindang
Ompu Raja Nabolon (Raja Naiambaton), Raja Mangarerak (Raja Nairasaon) dan
saudara kandung adalah tabu, akan tetapi masih ada cucu-cucu dari Siraja Batak
yang melanggarnya yaitu Sariburaja anak dari Tatea Bulan yang mengawini
19
saudaranya sendiri yaitu Siboru Pareme. Akibat perkawinan inilah muncul
pertentangan kuat antara Borbor Marsada dengan Siraja Lontung yang kemudian
19
Rajamarpodang 1992 : 141
kesepakatan, yaitu:
3. Perkawinan sesama saudara satu turunan garis laki-laki adalah tabu dan
Sebagai tindak lanjut keputusan ini adalah melanggar adat apabila masih
sesama saudara itu dan untuk memperjelas keturunan siapa seseorang itu, maka
seseorang itu harus mencantumkan nama ayahnya dibelakang namanya. Dan oleh
sejak itulah semua keturunan dari suku Batak harus membuat nama nenek
seseorang, maka setiap orang akan mengetahui boleh tidaknya seseorang itu
dikawini.
Hal inilah yang menjadi permulaan marga-marga pada suku Batak. Oleh
akibat dari perkawinan sesama saudara dan terjadinya marga-marga itu adalah
untuk menjaga agar sesama saudara kandung tidak boleh saling mengawini karena
sebagai titik tolak untuk berkomunikasi sesama masyarakat Batak sesuai dengan
falsafah Dalihan natolu.20 Dengan mengetahui marga orang lain, seseorang suku
seorang suku Batak akan dengan sendirinya mengatur dirinya sendiri, mengatur
Salah satu fungsi marga adalah sebagai landasan pokok yang mengatur
ketertiban dalam suku Batak, agar perkawinan antar saudara tidak terjadi dan juga
hubungan antara keturunan serta untuk mengurangi konflik dan hal-hal yang tidak
satu marga atau keluarga, menunjukkan tali pengikat untuk mempersatukan antara
seseorang dengan orang lain, mengikat rasa persaudaraan dan kekerabatan dalam
maka oleh karena itu dalam tulisan ini peneliti akan menggambarkan sisilah Raja
Sonang tersebut jika ditarik dari Silsilah Siraja Batak. Data yang didapatkan oleh
peneliti ini adalah hasil dari wawancara yang peneliti dengan beberapa informan
20
Rajamarpodang 1992: 36
yang bernama Guru Tatea Bulan lalu turun ke anak keduanya yaitu Tuan
Pandiangan
Parhutala
Dari keturunan Raja Lontung inilah akan terlihat dimana garis dari Raja
Sonang, maka yang diikuti adalah dari tulisan yang bewarna merah. Diatas ini
mengawini Br. Pareme yang pada kenyatannya adalah ibunya sendiri lalu mereka
Simatupang dan Siregar dan 2 boru yaitu Siboru Amak Pandan dan Siboru
keturunan yang namanya adalah Parhutala, lalu dari Parhutala ada 2 anak yang
yang diceritakan dari zaman-zaman dahulu kala dari satu generasi ke generasi
data yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan salah satu informan
peneliti yang bernama amangboru dan namboru Sari mulai menjelaskan yakni
dikisahkan bahwa ada dua orang abang beradik yang bernama Raja Humirtap dan
Raja Sonang. Mereka mendapatkan pesan dari Parhutala yang merupakan ayah
dari kedua abang beradik tersebut, bahwa mereka diberi pesan untuk membangun
rumah adat Batak di kampung Urat yaitu kampung halaman Raja Humirtap dan
Raja Sonang.
untuk mencari rotan. Saat berada di hutan mereka mendengar ada suara orang
dimana suara orang yang sedang menenun itu dimana. Akhirnya sesampai disana
Sarudin yang ternyata sudah lama tidak mereka jumpai atau dalam kata lain
hilang.
tersebut bahwa suami dari boru Sarudin itu merupakan pemakan manusia dan adik
perempuannya itu segera menyuruh kedua abangnya untuk pulang. Abang dari
boru Sarudin tidak mau pulang dan mengatakan harus pulang bersama dengan
yang hilang tersebut. Akan tetapi sebelum kedua saudaranya pulang, suami dari
boru Sarudin sudah pulang, akan tetapi diluar ekspektasi boru Sarudin ternyata
suaminya menyambut dengan baik kedua saudara istrinya karena dia menggangap
dimana Guru Sodundangon memberikan pesan yaitu guci tersebut jangan dibuka
sebelum 7 hari 7 malam. Ternyata setelah sampai di rumah dalam jangka hari 3
hari 3 malam Raja Humirtap tidak sabar lagi dan membuka guci tersebut dan yang
keluar dari isi guci tersebut adalah binatang, kunyit, padi dan lain sebagainya.
Berbeda dengan Raja Sonang yang masih dengan sabar menunggu sesuai dengan
akhirnya si Raja Sonang membuka guci tersebut dan akhirnya yang keluar adalah
kerbau, emas dan perak. Oleh karena itu akhirnya Raja Sonang menjadi kaya
raya. Dan dari cerita tersebutlah juga dikatakan si Raja Sonang, dimana dalam
Sonang, oleh karena itu untuk menghindari pertentangan tersebut akhirnya Raja
Sonang lari dan bersembunyi ditanah Habinsaran (sebelah timur) dan itulah
menjadi suatu bahan ataupun tempat untuk membentuk suatu keluarga. Disinilah
marga Raja Sonang membentuk keluarga dan melanjutkan hidup bersama dengan
Samosir/Harianja, Toga Pakpahan, Toga Sitinjak. Untuk sekarang ini, Ke-4 Toga
5 marga ini masuk kedalam satu kesatuan yaitu dikenal dengan satu rumpun
marga Raja Sonang. Dari Raja Sonang inilah yang menjadi fokus penelitian yang
peneliti lakukan.
Keturunan marga Raja Sonang yang terdiri dari beberapa marga yaitu
Gultom, Samosir, Harianja, Pakpahan dan Sitinjak, semua marga ini tersebar di
marga Raja Sonang. Marga-marga di dalam rumpun marga Raja Sonang juga rata-
Onan Runggu.
menyatakan:
dahulu, keturunan dari Siraja Sonang adalah hanya ada 4 yaitu Toga Gultom,
Toga Samosir, Toga Pakpahan dan Toga Sitinjak. Pada perkembangan marga
selanjutnya pada keturunan ketiga dari Toga Samosir yaitu yang bernama Parhoris
Gultom, Toga Samosir, Toga Pakpahan dan Toga Sitinjak, dan oleh karena itu
marga Parhoris menjadi marga Harianja dengan cara dirajakan atau dibiuskan.
Akhirnya marga Harianja dibuat menjadi saudara dari Toga Samosir dimana
sampai sekarang ini penyebutan marga Samsosir selalu disertai ataupun diikuti
marga-marga tersebut adalah nama-nama dari seseorang, dan oleh karena itu di
dalam keluarga nama-nama anak tadi dari seorang Raja Sonang adalah mereka
sebagai marga, dan marga ayahnya lah yang menjadi nama perkumpulan atau
nama rumpun mereka. Jelaslah sudah bahwa marga-marga yang ada didalam
ONAN RUNGGU
Perkawinan di dalam satu rumpun marga Raja Sonang ini kerap terjadi di
Desa Onan Runggu bukan karna tanpa alasan. Berdasarkan hasil wawancara dan
penyebab perkawinan satu rumpun marga Raja Sonang dapat terjadi di Desa Onan
Runggu yakni:
Cinta adalah salah satu bentuk dari emosi dan perasaan yang dimiliki
menyukai, menyayangi secara mendalam yang disertai rasa rindu serta hasrat
dengan informan yang menikah satu rumpun marga Raja Sonang menyatakan
bahwa alasan mereka menikah satu rumpun marga Raja Sonang adalah karena
dianta individu tersebut mereka saling mencintai dan mengaggap mereka sudah
21
Dosenpsikologi.com
mereka untuk merantau dan sudah mengenal banyak marga-marga diluar marga
nya, akan tetapi saat sudah pulang kembali ke kampung halaman dia tetap
memilih menikah dalam satu rumpun marganya. Hal inilah yang dianggap oleh
masyarakat penduduk Desa Onan Runggu bahwa mereka sudah berjodoh dan
keseluruhan sistem gagasan, tindakan serta hasil dan karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia yang didapat melalui proses
belajar. Budaya juga merupakan suatu cara hidup yang diwariskan dari generasi
ke generasi berikutnya.
dikatakan hampir semua dari mereka setuju bahwa perkawinan ini sudah sejak
lama dilakukan di desa ini. Masyarakat di Desa Onan Runggu mengatakan bahwa
budaya yang dari dulu dari nenek moyang kalau di Desa Onan Runggu memang
memiliki perputaran pernikahan yang hanya berada disitu-situ saja yaitu pada
rumpun marga Raja Sonang. Jadi walaupun biasanya ada hukuman yang diberikan
kepada orang yang melanggar adat perkawinan tersebut, ini tidak berlaku bagi
Desa Onan Runggu. Mereka beranggapan bukan mereka yang memulainya, yang
memulai adalah nenek-nenek moyang mereka jadi mereka beranggapan itu tidak
ada masalah.
diantara mereka secara tidak tertulis atau yang biasa disebuut dengan self
Selain dari faktor budaya melalui sejarah tadi, perkawinan satu rumpun
marga Raja Sonang di desa Onan Runggu juga dikatakan karena ada pendapat
(keturunan), dan biasanya hubungan diantara suami istri tersebut tidak akan baik,
oleh karena melihat contoh tersebut maka masyarakat yang lain akan tetap
memilih menikah satu rumpun marga Raja Sonang, terutama di desa ini ada
lingkungannya.22
mereka menyatakan perkawinan satu rumpun marga ini dapat terjadi dikarenakan
pada dulunya, daerah di Desa Onan Runggu masihlah hutan dan transportasinya
masih belum lancar, manusia pun masih jarang. Akan tetapi keturunan dari si Raja
Sonang pada saat itu ada dan anak-anaknya sudah dibeda-bedakan berdasarkan
marga. Hal inilah yang mendasari agar mereka tetap mempunyai keturunan maka
mereka saling menikah ataupun mengambil dengan saudara nya yang ada disana.
Sejarah pernikahan satu rumpun marga inilah yang akhirnya turun temurun diikuti
22
Ayuniindya.wordpress.com
Desa Onan Runggu ini mayoritas penduduknya adalah popparan dari si Raja
dilakukan sesama serumpun marga mulai dari zaman dahulu, dan berdasarkan
marga yang terjadi di Desa Onan Runggu, dimana berdasarkan data yang peneliti
dapatkan di lapangan bahwa perkawinan satu rumpun marga ini kerap terjadi dan
dapat dikatakan hampir semua masyarakat di Desa Onan Runggu dimana mereka
saling menikah/mengambil satu sama lain di dalam satu rumpun marga yang
disebut dengan Raja Sonang. Pengalaman pertama peneliti datang untuk observasi
awal mengenai perkawinan satu rumpun marga, setiap masyarakat yang peneliti
Kepala Keluarga yang saling mengawini satu rumpun marga Raja Sonang di Desa
Onan Runggu, dimana daftar nama kepala keluarga yang peneliti sertakan adalah
keluarga. Membahas perkawinan satu rumpun marga Raja Sonang ini jika dilihat
bukan hanya terlihat dari nama kepala keluarga dan istri yang tercantum, akan
tetapi disebagian besar data yang terlihat banyak juga data yang didapatkan bahwa
orang tua dari kepala keluarga tersebut juga saling mengawini di dalam satu
rumpun marga Raja Sonang. Oleh karenanya, apa yang ingin peneliti sampaikan
adalah bahwa selain data yang peneliti sertakan dibawah ini masih banyak lagi
suami istri yang saling mengawini didalam satu rumpun marga Raja Sonang di
setiap kepala keluarga, pendidikan terakhir, pekerjaan dan agama. Hal ini
disajikan dengan tujuan mencari informasi bahwa apakah ke-3 aspek tersebut
Desa Onan Runggu yang menjadi fokus tempat penelitian yang dilaksanakan.
Jenis
Rumpun Marga
No Nama Lengkap Kelam Agama Pendidikan Pekerjaan
Raja Sonang
in
1 Freddy Samosir Lk KATOLIK SLTA PNS Gultom- Samosir
2 Palti Harianja Lk KRISTEN SLTA PETANI Harianja- Samosir
Metro Dominikus
3 Lk KATOLIK DIII PETANI Gultom- Harianja
Gultom
4 Kiman Samosir Lk KATOLIK DIII PNS Samosir- Pakpahan
5 Gopuk Harianja Lk KATOLIK SLTA PETANI Harianja- Samosir
Berdasarkan data dari tabel diatas dapat lihat bahwa ini adalah data
sebagian besar dari masyarakat Desa Onan Runggu yang saling kawin dalam
rumpun marga Raja Sonang. Informasi yang dapat disimpulkan jika melihat dari
data tabel tersebut dikatakan bahwa rata-rata masyarakat yang menikah satu
rumpun marga ini tingkat pendidikannya kurang, sebagian besar masih belum
tamat SD, lulusan SD, SMP, dan SMA, dimana hanya sedikit masyarakat yang
lulusan DIII dan S1. Berdasarkan pekerjaan rata-rata mereka suami istri adalah
Onan Runggu dilihat dari data diatas, yang paling banyak melakukan perkawinan
rumpun marga Raja Sonang adalah antara marga Samosir dengan Harianja
marganya termasuk kedalam rumpun marga Raja Sonang akan tetapi melakukan
Jenis
No
Nama Lengkap Kelam Agama Pendidikan Pekerjaan Marga
in
Samosir-Butar-
1 Bungatio Samosir Pr Kristen TAMAT SD Mengurus RT butar
2 Normaida Harianja Pr Katolik D IV Guru Harianja- Silaen
3 Hotrijon Samosir Lk Kristen SLTA Petani Samosir-Sihite
4 Tangi Harianja Lk Kristen SLTA Wiraswasta Harianja- Sinaga
Samosir-Lumban
5 Martinus Samosir Lk Katolik SLTA Petani
Raja
Samosir-
6 Baha Raja Samosir Lk Katolik TAMAT SD Petani Hutabalian
7 Nicolas P Samosir Lk Katolik SLTA Petani Samosir-Siringo
Lasma Darwin Samosir-
8 Pr Katolik SLTP Wiraswasta
Samosir Situmorang
Tahi Parsaoran Samosir-
9 Lk Kristen TAMAT SD Petani
Samosir Situmorang
Sandro Adon Samosir-Lumban
10 Lk Kristen TAMAT SD Petani
Samosir Raja
Samosir-
11 Gokman Samosir Lk Katolik TAMAT SD Wiraswasta Situmorang
12 Basiang Samosir Lk Katolik SLTA Petani Samosir-Br Jawa
13 Ediver Samosir Lk Katolik SLTA Petani Samosir-Sinaga
TIDAK
14 Pesanto Samosir Lk Katolik Petani Samosir-Simarmata
SEKOLAH
Alexandro Avaller
15 Lk Katolik SLTA Petani Samosir-Smnjtk
Samosir
Remaja Agustinus
16 Lk Katolik SLTP Petani Gultom- Tamba
Gultom
17 Nurdin Samosir Lk Kristen SLTP Pensiunan Samosir-Simarmata
Harianja-Lumban
18 Piter Harianja Lk Kristen SLTA Petanin Siantar
19 Wander Samosir Lk Katolik TAMAT SD Petani Samosir-Sirait
Harianja-
20 Mangadar Harianja Lk Katolik SLTP Petani Simarmata
21 Goktua Harianja Lk Kristen SLTA Petani Harianja-Damanik
22 Sabam Harianja Lk Kristen SD Wiraswasta Harianja-Nababan
23 Hotnel Harianja Lk Katolik SLTA Wiraswasta Harianja- Sinurat
24 Jonni Samosir Lk Katolik SLTP Petani Samosir-Simbolon
25 Nelson Harianja Lk Kristen SD Petani Harianja-Manik
Sumber: Diolah Peneliti dari Data Kependudukan Desa Onan Runggu (2018)
dalam satu rumpun marga lebih banyak daripada keluarga yang menikah diluar
rumpun marga Raja Sonang. data diatas merupakan kepala keluarga yang yang
termassuk kedalam rumpun marga Raja Sonang tetapi memutuskan untuk tidak
adalah pernikahan yang masih dianggap bersaudara. Dan jika ada pesta adat
pernikahan yang dilakukan dari salah satu marga di Raja Sonang, contohnya jika
ada pesta yang dilaksanakan oleh Marga Samosir, maka marga-marga yang
lainnya seperti Harianja, Gultom, Sitinjak dan Pakpahan akan bertindak dan
berada di posisi sebagai dongan tubu. Tetapi dengan adanya perkawinan satu
rumpun marga ini, posisi mereka sebagai dongan tubu bisa saja bergeser menjadi
marga yang terjadi tersebut akan berdampak kepada sistem panggilan kekerabatan
interaksi yang terjalin diantara keluarga yang dihasilkan oleh perkawinan tersebut,
tersebut adalah 2 keluarga yang berbeda yang saling menikah di dalam satu
banyak informasi mengenai rumpun marga Raja Sonang, begitu pula peneliti
pensiunan guru dan sekarang bekerja sebagai petani. Istri dari C. Samosir adalah
wanita bernama P. Harianja yang lahir di Rianiate pada tanggal 11-09-1968 dan
Harianja adalah namboru kandung dari istri keduanya P. Harianja. Karena adanya
Harianja mempunyai 3 putri yaitu yang bernama Agnes, Angelina dan Anna.
dengan suami yang menjadi keluarga baru mereka. Anak pertama mereka yang
bernama Agnes menikah dengan marga Situmorang dan sudah mempunyai anak 3
yang bernama Celine, Cahaya dan Abraham. Anak kedua mereka yang bernama
Angelina sudah menikah tetapi belum mempunyai keturunan. Anak ketiga mereka
yang bernama Anna sudah menikah dengan marga Pardosi dan sudah mempunyai
1217040310070528.
Toga Samosir
Op. Mulana
Op. Sipahal Na Bolon Op. Saungangin Op. Raja Silo Op. Barita Mopul Op. Dolok Surungan
Gogo
C.Samosir
Di atas merupakan garis keturunan dari C.Samosir jika ditarik dari toga
merah. Dari garis keturunan C.Samosir pada nenek moyangnya pada dahulunya
juga sudah ada yang melakukan perkawinan sesama satu rumpun marga Raja
Sonang yaitu pada generasi ke-6 yaitu Op.Saudara yang kawin dengan boru
Pakpahan. Lalu pada generasi ke-7 yaitu Op. Pamontang Laut yang kawin dengan
boru Pakpahan. Begitupula Gogo di genersi ke-12 yang kawin dengan boru
Pakpahan. Generasi ke-13 yang merupakan ayah dari C. Samosir juga sudah
dengan boru Pakpahan. Sampai kepada generasi ke-14 yaitu C.Samosir juga
Toga Samosir
Appar Hutandar
A.Albiden
Albiden Sartika
Pestaria
dihasilkan oleh kedua belah pihak yang sudah mempunyai Dalihan natolu dan
Garis keturunan ini diambil dari garis C.Samosir dan P. Harianja dan
P.Harianja.
(♂) C. (♀) P.
Samosir Harianja
putra dan 2 putri. Jika dilihat berdasarkan garis keturunan diatas ini, maka dapat
dimengerti bahwa ayah dan ibu dari C.Samosir juga menikah dalam satu rumpun
marga Raja Sonang, begitupula halnya dengan ayah dan ibu dari P.Harianja.
Berdasarkan perkawinan yang dilakukan oleh ayah dari C. Samosir maka yang
dari P.Harianja dengan sebutan Namboru. Dan berdasarkan garis keturunan dari P.
ini, yang dulunya pihak boru akhirnya menjadi hula-hula dari C.Samosir.
hubungan kekerabatan akan berdampak pada hasil yang tidak baik, akan tetapi hal
tersebut seperti berbeda dengan hal yang ada di desa Onan Runggu, bisa dilihat
dari keluarga C.Samosir dengan P.Harianja dimanan bisa dilihat semua anak
mereka dalam keadaan sehat sempurna dan dapat bersekolah sama seperti
bekerja di Medan, anak kedua bernama Advent juga dalam masa sekolah di
Jakarta, anak ketiga mereka yang bernama Ayu masih sekolah di Bandung, anak
keempat mereka bernama Axel yang dalam posisi sekolah di SMA Balige dan
terjalin diantara kedua belah pihak sangatlah baik, tidak pernah ada pertentangan
dan menghargai satu sama lain, begitupun peneliti pernah melihat interaksi antara
lain.
Peneliti memanggil informan ini dengan sebutan abang dan kakak karena
adanya hubungan marga. L.Samosir adalah seorang PNS sekretaris desa di Desa
Onan Runggu lahir pada tanggal 24-06-1972 di Desa Onan Runggu dan sekarang
sudah berumur 46 tahun, dan istrinya J.Harianja adalah seorang PNS kepala desa
di Desa Onan Runggu yang lahir pada tanggal 12-06-1978 di Desa Harian dan
usaha sampingan di rumah yaitu toko yang cukup lengkap yakni menjual barang
perlengkapan sehari-hari, juga menjual alat-alat memancing, paku, dan selain itu
juga dirumah mereka membuka usaha foto kopi. Keluarga L.Samosir dan
J.Harianja akan peneliti jelaskan dibawah ini, akan sebelum itu terlebih dahulu
J.Harianja jika ditarik dari ayah dan ibu dari kedua belah pihak yang tidak ada
menjelaskan garis keturunan didasarkan 3 generasi dari kedua belah pihak, yakni
sebagai berikut:
(♂) L. (♀) J. F.
Samosir Harianja
hasil dari perkawinan didalam satu rumpun marga Raja Sonang yaitu antara marga
mereka bernama Rizky yang sekarang merupakan siswa SMP kelas 1, selanjutnya
bernama Adel yang sekarang merupakan siswa kelas 6 SD, anak ketiga bernama
Valentino yang merupakan siswa kelas 4 SD, anak keempat bernama Sumpta
belajar di PAUD.
anak-anak dari mereka dan yang saya lihat semua dari mereka terlihat sehat dan
ceria. Peneliti juga sempat menikmati alunan musik dari gendang yang dimainkan
oleh anak L.Samosir yang masih kecil tersebut, jadi menurut peneliti walaupun
mereka masih kecil ternyata mereka sudah mahir bermain beberapa jenis alat
musik.
dongan tubu dari samosir, akan tetapi karena adanya perkawinan ini maka
harianja menjadi Hula-hula dari samosir. Dalihan natolu yang baru terbentuk
selanjutnya yang menjadi boru adalah samosir; dan yang menjadi dongantubu
adalah samosir.
indonesianya bukan L. Samosir lah orang yang membukanya dan bukan duluan
yang mengambil boru Harianja, akan tetapi sudah ada dari garis keturunan leluhur
sebelumnya.
dulunya L. Samosir sudah berangkat ke Jawa, sudah membawa pakaian jas dan
membawa mahar untuk lamaran dan begitupun sudah berbicara dengan orang tua
setuju bahwa anaknya dibawa ke kampung karena tidak akan ada yang mengurus
orangtua si perempuan. Oleh karena itu timbullah ucapan gabe maho gabe ma au.
Setelah itu seiring berjalannya waktu akhirnya pulang lagi ke kampung, dulu
istrinya yang sekarang sebagai pendamping karena harus ada kesetaraan gender.
tidak menikah didalam satu rumpun marga baik secara formal maupun non formal
sudah berumur 49 Tahun dan mulai dari kecil lahir dan menetap di Desa Onan
Runggu. Amangboru adalah seorang petani yang juga merupakan seorang Guru
1 anak perempuan.
mengatakan bahwa bila perkawinan satu rumpun marga terjadi di Desa Onan
Runggu kenyataannya tidak ada hukum ataupun aturan yang melarang perkawinan
saling menikah satu sama lain dan merasa tidak ada yang salah dengan
yang sudah berumur 58 Tahun. Dulunya keluarga ini menetap di Jakarta dan
menikah di disana, akan tetapi akhirnya pindah ke Desa Onan Runggu karena
kalau berada di Jakarta keluarga ini masih menyewa rumah dan sudah tidak
awalnya namboru merasa sedikit aneh karena menurut namboru mereka kan
masih ada hubungan saudara lalu kenapa saling mengambil dan lebih anehnya lagi
yang melakukan itu adalah dalam jumlah yang besar. Menurut namboru kalau
orang luar seperti namboru menilai mereka yang menikah sesama dalam satu
Desa Onan Runggu ini mengenai marga Raja Sonang di daerah lain.
perkawinan satu rumpun marga Raja Sonang adalah ada prinsip “rundut ni eme do
gabena” dimana yang maksudnya tidak apa menikah seperti itu yang penting
Namboru juga berharap bahwa perkawinan dalam satu rumpun ini sudah
maupun untuk generasi lainnya jangan lagi mengambil ataupun dalam bahasa
Batak disebut dengan mangoli marga-marga dari rumpun marga Raja Sonang.
dimengertilah dan dilihat bahwa masih banyak marga diluar sana untuk dapat
dijadikan calon pendamping hidup mereka. Hal ini juga dikatakan namboru agar
kelak kedepannya hubungan dalam rumpun marga Raja Sonang tetap kuat.
NATOLU
dan siapa yang tidak termasuk kedalamnya. Sistem keturunan melalui garis laki-
laki yang disebut prinsip patrinial dan ada juga sistem keturunan melalui garis
23
Dalihan Natolu Nilai Suku Batak, 1992:2
24
Ibid hal 59
sebagai milik bersama di tanah asal atau tanah leluhurnya, sehingga dengan
budaya batak.
kelompok dalam masyarakat lambat laun menjadikan alat itu sebagai adat yang
seharusnya berlaku bagi semua orang dan anggota masyarakat dengan diikuti oleh
diwarisakan dari nenek moyang kepada keturunannya agar dijaga dan dijalankan
Masyarakat Batak yang bertindak atau bertingkah laku tidak sesuai dengan adat
disebut dengan naso maradat. Adat Batak adalah norma atau aturan dan ketentuan
yang dibuat oleh pemimpin dalam suku Batak untuk mengatur kehidupan dan
besar.
antara seseorang dengan yang lainnya maka perlu ditelusuri silsilah leluhur
kekerabatan.
sendirinya pula dapat ditentukan kata sapaan yang bisa digunakan, dimana sapaan
yang ada dalam hubungan kekerabatan suku Batak. Biasanya sapaan sementara
orang adalah amang, inang, ito, dan lae. Sapaan amang ditujukan kepada seorang
laki-laki yang sudah berumur dan sudah berkeluarga, sedangkan sapaan inang
ditujukan kepada seprang wanita yang sudah berumur dan sudah berkeluarga yang
menjadi ibu rumah tangga. Sapaan ito ditujukan kepada seorang wanita muda oleh
laki-laki dan oleh seorang laki-laki yang lebih tua. Sapaan lae ditujukan kepada
5.2.Dalihan Natolu
yang dibuat dari batu, Na artinya adalah yang, dan Tolu artinya adalah tiga. Jadi
bahwa Dalihan natolu adalah ide vital, suatu kompleks gagasan yang merupakan
pandangan hidup dan sumber sikap perilaku masyarakat Batak dan menumbuhkan
komples aktivitas masyarakat itu sendiri dalam wujud karya budaya baik budaya
Lontung di satu pihak, Borbor Marsada dipihak lain sedang pihak ketiga adalah
yang diambil oleh mereka adalah bersumber dari kepercayaan kepada pada
Mulajadi Nabolon yang diyakini mereka adalah Tuhan Yang Maha Esa. Justru
kehidupan sehari-hari di dunia ini yang disebut dengan Dalihan natolu. Berkat
diterapkan dalam kehidupan untuk menata kehidupan mereka dan masih menjadi
dan Boru. Diantara ketiga posisi ini yang menempati posisi yang paling tinggi
adalah hula-hula, sedangkan dongan sabutuha dan boru memilki posisi yang
hampir sama. Struktur sosial ini dimaksudkan bukan sebagai bentuk penguasaan
hubungan dalam masyarakat akan seimbang dan masyarakat Batak Toba dapat
sama yaitu ibu mereka sendiri, selanjutnya yang termasuk kedalam kelompok
dengan seseorang disebut boru, dimana yang lebih jelasnya adalah suami dari
laki-laki dari boru, kelompok kekerabatan dari boru, saudara-saudara dari laki-
laki semarga dari boru menjadi boru dari suhut. Demikianlah sistem kekerabatan
dongansabutuha atau dongantubu, hula-hula dan boru yang harus saling berkaitan
vertikal keatas baik dari garis dongan tubu, garis hula-hula maupun dari garis
sistem kekerabatan Dalihan natolu ini yang harus diingat adalah siapa yang
25
Titik pusat kegiatan/ penanggung jawab horja (pekerjaan)
harus dipandang hormat oleh boru, sebab oleh karena itu boru didalam hikmatnya
harus selalu somba marhula-hula dimana yang maksudnya adalah agar setiap
boru harus bersikap sembah atau hormat kepada hula-hula. Suhut atau kawan
dimana maksudnya adalah agar sesama semarga hendaklah merasa prihatin dan
hati-hati. Setiap hula-hula hendaklah elek marboru dimana yang dimaksud adalah
agar hula-hula tersebut selalu dalam sikap membujuk sayang terhadap boru,
naopat. Dimana maksudnya adalah sikap perilaku masyarakat Batak Toba adalah
bersumber dari Dalihannatolu dan ditambah dengan masyarakat luas yang turut
27
terlibat pada suatu kegiatan yang dilakukan. Dalihannatolu dalam hak dan
dimana yang fungsinya adalah pendukung utama dari kegiatan atau pekerjaan
26
Rajamarpodang 1992:114
27
Rajamarpodang 1992:133
kekerabatanpun serta material yang berkaitan dengan itu adalah bersifat ritual.
material seperti mangulosi dan pembagian jambar. Wujud nyata ritual dalam
kehidupan masyarakat Batak Toba juga dapat dilihat pada sistem kekerabatan
batak baik pada pelaksanaan upacara spritual maupun pada acara-acara adat dan
aset-aset budaya lainnya seperti bertutur dan dalam istilah kekerabatan atau
(hikmat) kekerabatan termasuk karya budaya atau karya seni, bentuk benda dan
Hamoraon yang dimaksud disini adalah harta milik yang berwujud materi
maaupun non-materi yang diperoleh melalui usaha maupun melalui warisan yang
ada. Hagabeon dimaksudkan ialah mempunyai banyak anak, cucu, cicit, dan
orang lain atas martabat dan wibawa dari seseorang. Selain itu, perkawinan juga
28
http://www.researchgate.net-perpepsi-terhadap-nilai-budaya-
batak(hamoraon,hagabeon,hasangapon)-dan-pola-asuh-pada-perantau-di-bali
atau upacara yang sedang dilaksanakan oleh suhut. Saat menentukan posisi di
karena mereka saling menghargai dan saling mengerti posisi. Akan tetapi peran-
berdasarkan marga-marga yang ada di dalam Raja Sonang. Misalnya jika ada
masing-masing.
Rumpun marga Raja Sonang hanya akan dipakai pada upacara besar
seperti Upacara Kematian, dan Pesta Tugu. Hanya pada acara-acara besar inilah
marga-marga yang ada di rumpun Raja Sonang semuanya berstatus ito atau
saudara. Jika berada diluar Desa Onan Runggu, marga-marga yang ada di dalam
rumpun marga tersebut tetap bersatu dengan rumpun marga tersebut. Mereka
mereka.
bahwa perkawinan mereka tetap saja dilaksanakan berdasarkan adat Batak Toba
seperti biasanya, dan sah berdasarkan adat Batak Toba. Hanya saja peran-peran
dalam dalihannatolu yang bertugas didalam pesta adat pernikahan mereka saling
Hula -
Boru
Hula
Samosir
Harianja
Dongan
Tubu
Samosir
Semua peran yang ada di dalam dalihan natolu yang ada akibat dari
perkawinan ini semuanya terdiri dari marga-marga yang ada di dalam rumpun
berlangsung.
Pada saat pesta perkawinan C.Samosir dan P.Harianja ini terjadi contoh
perubahan peran yakni saat proses mangulosi, dimana saat dari pihak wanita ingin
mangulosi maka akan ada sopan santun yang langsung disadari oleh mereka
bahwa tulang tidaklah bisa diulosi. Maka dari itu, akan ada kata-kata seperti
interaksinya dengan rumpun marga Raja Sonang sudah mulai kurang dikarenakan
mereka sudah sulit untuk menentukan posisi duduk mereka ada dimana karena
saling bertimpang tindih. Oleh karenanya di dalam pesta-pesta adat Batak mereka
harus menyesuaikan diri dan harus saling mengerti akan posisi yang didapatkan
mengalami penggandaan peran di dalam Dalihan natolu, dimana bisa saja didalam
satu pesta itu mereka bisa berperan dalam beberapa pihak baik itu menjadi pihak
bahwa didalam perkawinan L.Samosir dan J.Harianja ini mereka tetap menikah
berdasarkan pesta adat perkawinan Batak Toba, akan tetapi pada saat pesta
29
maaf
bertimpang tindih.
Hula –
Boru
hula
Samosir
Harianja
Dongan
Tubu
Samosir
pergeseran peran, yaitu hula-hula menjadi marga Harianja, peran boru menjadi
marga Samosir dan peran dongantubu menjadi marga Samosir. Semua peran
dalam dalihan natolu bersumber dari rumpun marga Raja Sonang. Saat upacara
berlangsung tidak ada pertentangan yang terjadi diantara peran-peran yang ada di
dalam dalihan natolu, karena mereka sudah saling menghargai akan keputusan
yang diambil oleh kedua belah pihak yang melaksanakan perkawinan tersebut.
panggilanatau tutur yang sudah ada sebelum perkawinan itu terjadi. Hubungan
Akan tetapi dalam hubungan sesama marga mereka masih sangat dekat. Hal itu
terlihat dalam hubungan mereka yang baik saat ada pesta pembagunan tugu
perantau.
Harianja, mereka yang saling menikah satu rumpun marga tersebut terkadang
masih tetap dengan panggilan awal mereka sebelum mereka menikah, dan
pesta lah terlihat dimana posisi mereka yang dihasilkan oleh dalihan natolu dari
di Desa Onan Runggu ini akan tetapi kurang berlaku dan didominasi oleh orang-
orang perantau. L. Samosir tidak masuk kedalam organisasi Raja Sonang yang ada
di Desa Onan Runggu tersebut dengan alasan L. Samosir karena nantinya tidak
mengetahui posisi duduknya ada dimana, yang artinya berdasarkan garis istri
posisinya sebagai boru akan tetapi jika berdasarkan garis suami posisinya sebagai
hula-hula.
6.1. Kesimpulan
eksogami sudah mulai tidak diikuti dengan kuat dan baik terutama yang terjadi di
dongantubu sudah berubah dimana pada awalnya, mereka yang dianggap sedarah
terdiri dari mereka yang memilki marga yang sama termasuk mereka yang masih
satu rumpun marga, akan tetapi pengertian sedarah sekarang ini menurut
masyarakat Desa Onan Runggu adalah mereka yang disebut dengan keluarga inti.
Perkawinan satu rumpun marga Raja Sonang di Desa Onan Runggu ini
terjadi dalam jumlah yang banyak. Banyaknya jumlah perkawinan tersebut yang
sebagian besarnya dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor cinta, faktor budaya dan
rumpun marga Raja Sonang semakin kurang terlihat, hal ini terjadi dikarenakan
bahwa saat ini sistem peradatan yang ada maupun berlaku di Desa Onan Runggu
ini sudah tidak mengatasnamakan Raja Sonang. Sistem peradatan yang berlaku
sesuai dengan adat Batak Toba. Akan tetapi dalam proses pelaksanaan pesta adat
berdasarkan Dalihan natolu, maka oleh karena itu masyarakat di Desa Onan
Runggu pada saat pesta berlangsung, semua mencoba untuk saling mengerti dan
memposisikan atau berperan sesuai dengan peran-peran yang ada didasarkan oleh
bentuk kegiatan yang sedang dilaksanakan. Sesudah pesta adat tersebut maka
peran-peran tadi itu kembali seperti biasanya dan kembali kepada partuturan
Eksistensi dari rumpun marga Raja Sonang akan terlihat dengan jelas
apabila ada pesta-pesta besar atas nama si Raja Sonang seperti contohnya pesta
dalam pembuatan Tugu Raja Sonang dan juga jika ada yang meninggal, oleh
karenanya pada kesempatan inilah akan nampak nantinya keempat ama lima
marga yang ada di rumpun marga Raja Sonang semua hadir mempunyai posisi
6.2. Saran
eksogami dan perkawinan yang ideal pada suku Batak Toba adalah melakukan
perkawinan dengan pariban yaitu anak dari saudara laki-laki ibu. Perkawinan
baik. Suku Batak Toba mempunyai larangan mengenai perkawinan satu marga
maupun satu rumpun marga, hal ini menyebabkan posisi peran didalam Dalihan
Raja Sonang ini dan berharap kedepannya perkawinan tersebut berjalan sesuai
dengan hukum perkawinan Batak Toba melalui perkawinan ideal yang berlaku
Sumber Buku:
Obor Indonesia
Indonesia
Indonesia
Rakyat
Jakarta:Djambatan
Rineva Cipta
Besar
Pide, Suriyaman. 2014.Hukum Adat Dahulu, Kini, dan Akan Datang. Jakarta:
Kencana
Silalahi, Parasdy. Panduan Perkawinan Adat Dalihan Natolu (Adat Batak). Papas
Sinar-Sinar
Simatupang, R.M 2016. Adat Budaya Batak dan Biografi. Bornrich Publishing:
Tangerang
Vergouwen, J.C. 2004. Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Yogyakarta:
LkiS
Andrian, David. Fogar, Indri. 2015. Akibat Perkawinan Semarga Menurut Hukum
Novelita, Maria. 2012. Gambaran Konflik pada Individu yang Menikah Semarga
Utara
Dairi
Negeri Medan
Sumber Internet :
http://www.kompasiana.com/daretowritng/tarombo-marga-batak-silsilah-marga-
batak_550e4145813311bb2bc62ed
http://www.suarakomunitas.net/baca/10634/incest-dalam-suku-batak-1.html
http://www.sigotom.com/2015/07/pernikahan-orang-batak-yang-tidak-
di.html?m=1
http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2598/marga-keluarga-dan-kekerabatan-
dalam-pengetahuan-orang-batak-toba-sumatera-utara
http://singularination.blogspot.co.id/2014/01/incest-dlm-tijauan-
antropologi.html?m=1
http://www.pengertianartidefensi.com/pengertian-hukum-agama/
http://legalstudies71.blogspot.co.id
samosirkab.go.id
http://www.researchgate.net-perpepsi-terhadap-nilai-budaya-
batak(hamoraon,hagabeon,hasangapon)-dan-pola-asuh-pada-perantau-di-bali
1. Nama : L.Samosir
Agama : Katolik
Agama : Katolik
3. Nama : C.Samosir
Agama : Katolik
4. Nama : P. br Harianja
Agama : Katolik
Pekerjaan : Guru
5. Nama : W. Harianja
Agama : Katolik
Agama : Kristen
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Katolik
Agama : Kristen
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Kristen
Alamat : Tomok
Pekerjaan : Guide
1. Apa yang saudara ketahui mengenai sejarah dari rumpun marga Raja
Sonang?
Runggu?
Toba?
11. Apakah ada sanksi yang diberikan kepada keluarga yang melakukan
14. Apakah saudara tahu mengenai silsilah genealogis saudara jika dilihat
18. Sebelum melakukan perkawinan satu rumpun marga ini, apa hubungan
20. Apakah melalui perkawinan satu rumpun marga Raja Sonang ini
dalihan natolu?
27. Bagaimana posisi dalihan natolu saudara dalam upacara adat maupun
28. Apakah ada masalah yang terjadi dalam menentukan peran di dalam