131
Imaduddin Zaid H dan Rudatin Windraswara/Lingkungan Tempat Perindukan/HIGEIA 1 (2) (2017)
132
Imaduddin Zaid H dan Rudatin Windraswara/Lingkungan Tempat Perindukan/HIGEIA 1 (2) (2017)
133
Imaduddin Zaid H dan Rudatin Windraswara/Lingkungan Tempat Perindukan/HIGEIA 1 (2) (2017)
merupakan daerah dengan jumlah kasus menjadi tempat perindukan yang baik sekali
tertinggi setiap tahunnya. Wilayah kelurahan ini bagi nyamuk Culex quinquefasciatus karena masih
memiliki luas 123.500 km2. Wilayahnya terdiri banyak mengandung nutrisi dan bahan organik
dari perumahan, persawahan, perladangan, yang dibutuhkan nyamuk Culex quinquefasciatus
perkebunan, pertambangan, dan industri. (Candriana, 2014). Nyamuk Culex
Di wilayah Kelurahan Jenggot terdapat 2 quinquefasciatus tempat perindukannya adalah
sungai yang cukup lebar. Lebar sungai kurang air yang tercemar (Syuhada, dkk.,2012).
lebih 2-3 meter. Sungai mengalir dari Warga yang tidak memiliki selokan
Kecamatan Pekalongan Barat menuju ke sebagai sarana pembuangan air kotor
Kelurahan Kertoharjo yang melewati RW 4, mengalirkan air ke septic tank dan lubang-
RW 5, RW 6, RW 9, dan RW 10. Sungai yang lubang di samping/belakang rumah. Air limbah
lainnya lebih lebar, yang membatasi antara rumah tangga ini menimbulkan genangan-
Kelurahan Jenggot dan Kelurahan Kuripan Lor, genangan yang dapat digunakan nyamuk
melewati RW 5 dan RW 11. Sungai yang sebagai tempat perindukan.
mengalir di Kelurahan Jenggot banyak Tumbuhan bakau, lumut ganggang, dan
ditumbuhi tanaman enceng gondok. berbagai jenis tumbuh-tumbuhan lain dapat
Di sekitar rumah penduduk di wilayah melindungi kehidupan larva nyamuk karena
Kelurahan Jenggot terdapat kebun yang berisi dapat menghalangi sinar matahari masuk atau
tanaman bambu dan semak-semak. Keberadaan melindungi larva tersebut dari serangan
semak-semak yang rimbun akan menghalangi makhluk hidup yang lain (predator) seperti ikan
sinar matahari menembus permukaan tanah kepala timah, ikan gabus, ikan nila, sehingga
sehingga menyebabkan terjadinya semak-semak dapat mengurangi populasi nyamuk di suatu
yang rimbun, teduh, serta lembab, sehingga daerah. Di bidang kesehatan keberadaan
keadaan ini merupakan tempat yang disenangi tumbuhan air tertentu merupakan tumbuhan
oleh nyamuk untuk menjadi tempat inang bagi vektor filariasis Mansonia sp.
peristirahatan, sehingga jumlah populasi Berdasarkan studi pendahuluan yang
nyamuk di sekitar rumah bertambah dan dilakukan yakni observasi lingkungan
menyebabkan penularan penyakit filariasis. Kelurahan Jenggot didapatkan data bahwa
Dalam potongan bambu terisi air hujan yang terdapat telur nyamuk di berbagai tempat
digunakan sebagai tempat perindukan nyamuk antara lain di sungai, bekas potongan bambu di
Culex quinquefasciatus. Dari potongan bambu kebun, dan di genangan air.
tersebutlah yang dapat menampung air hujan, Penelitian ini dilakukan untuk
sehingga nyamuk Culex quinquefasciatus dapat memperoleh informasi mengenai gambaran
berkembang biak. lingkungan tempat perindukan nyamuk Culex
Warga di Kelurahan Jenggot quinquefasciatus di sekitar rumah penderita
menggunakan selokan untuk mengalirkan air filariasis di wilayah kerja Puskesmas Jenggot
limbah ke sungai. Selokan memiliki lebar 20-30 Kota Pekalongan. Penelitian ini penting
cm. Kondisi selokan di Kelurahan Jenggot ada diketahui sebagai upaya pencegahan untuk
yang mengalir dengan baik dan ada pula yang menurunkan terjadinya kasus filariasis.
tidak mengalir dikarenakan tidak adanya
perawatan selokan yang dilakukan oleh warga. METODE
Kondisi parit/selokan yang merupakan tempat
pekembangbiakan nyamuk (breeding place) Pedoman Program Eliminasi Filariasis di
adalah parit yang airnya menggenang/tidak Indonesia menyebutkan bahwa penyebab
mengalir. Saluran air merupakan tempat filariasis salah satunya lingkungan, berupa
bersembunyi bagi larva dan nyamuk Culex hutan rawa, sungai yang ditumbuhi tanaman
quinquefasciatus. Selain itu genangan air limbah air, genangan air kotor, dan persawahan. Jenis
rumah tangga yang mengalir melalui parit dan rancangan penelitian ini merupakan
134
Imaduddin Zaid H dan Rudatin Windraswara/Lingkungan Tempat Perindukan/HIGEIA 1 (2) (2017)
penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur
untuk mendeskripsikan lingkungan tempat Kelompok
Frekuensi (n) Persentase (%)
perindukan nyamuk Culex quinquefasciatus di Umur
sekitar rumah penderita filariasis di wilayah < 20 tahun 1 4,8
kerja Puskesmas Jenggot Kota Pekalongan. 20 – 29 tahun 9 42,8
Penelitian deskriptif ini dilakukan dengan 30 – 39 tahun 1 4,8
metode survei dimana tidak ada intervensi 40 – 49 tahun 3 14,3
terhadap variabel manapun, sekedar mengamati 50 – 59 tahun 5 23,8
fenomena alam atau mencari hubungan > 60 tahun 2 9,5
fenomena tersebut dengan variabel-variabel Jumlah 21 100,0
yang lain. Variabel yang diteliti adalah
genangan air, sungai, bekas potongan bambu dan 30-39 tahun dengan masing-masing
dan selokan. Sumber informasi berasal dari data sebanyak 1 orang (4,8 %).
primer dan data sekunder. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
Populasi dalam penelitian ini adalah bahwa distribusi jenis kelamin penderita
lingkungan rumah seluruh penderita filariasis filariasis sebanyak 21 orang. Jumlah responden
yang dinyatakan positif oleh petugas kesehatan laki-laki sebanyak 10 orang (47,6 %), lebih
Dinas Kesehatan Kota Pekalongan di wilayah sedikit daripada jumlah anak perempuan
kerja Puskesmas Jenggot. Sampel dalam sebanyak 11 orang (52,4 %).
penelitian ini adalah seluruh populasi (sampel Variabel pertama yang diteliti adalah
jenuh/total sampling). Sumber data yang keberadaan genangan air. Distribusi keberadaan
digunakan dalam penelitian ini adalah data genangan air di sekitar rumah penderita
primer dan data sekunder. Data primer dari filariasis sebanyak 9 orang (42,9 %) terdapat
observasi keberadaan tempat perindukan genangan air sedangkan sebanyak 12 orang
nyamuk di sekitar tempat tinggal responden. (57,1%) tidak terdapat genangan air.
Data sekunder kasus filariasis dari Dinas Berdasarkan hasil observasi, dari 9 rumah
Kesehatan Kota Pekalongan. Instrumen yang terdapat genangan air di sekitar rumahnya,
penelitian menggunakan lembar observasi. ada 6 rumah (66,7%) genangan air yang
Observasi dilakukan untuk mengetahui tempat terdapat jentik nyamuk.
perindukan nyamuk yang ada di sekitar tempat Berdasarkan hasil analisis univariat
tinggal responden antara lain keberadaan didapatkan hasil bahwa sebanyak 9 rumah
genangan air, keberadaan sungai, kondisi (42,9%) terdapat genangan air di sekitar rumah.
sungai, aliran air sungai, keberadaan bekas Berdasarkan hasil observasi terdapat genangan-
potongan bambu di kebun, keberadaan selokan, genangan air di dalam lubang. Lubang ini
kondisi selokan, aliran air selokan dan jenis sengaja dibuat sebagai tempat pembuangan air
selokan. limbah. Genangan air ini adalah air kotor hasil
limbah rumah tangga yang dibuang di belakang
HASIL DAN PEMBAHASAN rumah melalui saluran pipa. Genangan air ini
lambat untuk meresap ke dalam tanah karena
Karakteristik penderita filariasis di kadar perkolasi yang rendah terutama pada saat
Wilayah Kerja Puskesmas Jenggot Kota musim hujan.
Pekalongan pada tahun 2016 dapat dilihat pada Wuchereria bancrofti tipe perkotaan (urban)
tabe 1. ditemukan di daerah perkotaan seperti Jakarta,
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui Bekasi, Tangerang, Semarang, Pekalongan, dan
bahwa distribusi umur penderita filariasis, kasus sekitarnya memiliki periodisitas nokturna,
terbanyak berada pada rentang umur 20-29 ditularkan oleh nyamuk Culex quinquefasciatus
tahun yaitu 9 orang (42,8 %), sedangkan kasus yang berkembang biak di air limbah rumah
terendah berada pada rentang tahun < 20 tahun tangga (Depkes RI, 2009).
135
Imaduddin Zaid H dan Rudatin Windraswara/Lingkungan Tempat Perindukan/HIGEIA 1 (2) (2017)
Genangan air ini terbuka tanpa penutup, tempat perindukan nyamuk yaitu genangan air
sehingga mudah dijangkau oleh nyamuk. yang berada tepat di belakang rumah responden
Genangan air yang ada di sekitar rumah mempengaruhi kejadian filariasis karena
responden berpengaruh terhadap nyamuk dapat mencapai rumah responden.
perkembangbiakan nyamuk Culex Di RW 4, RW 6, dan RW 9 yang tidak
quinquefasciatus karena nyamuk ini menyukai terdapat kasus filariasis ada beberapa rumah
tinggal di air yang tercemar. Hal ini sesuai yang juga memiliki tempat pembuangan air
dengan penelitian Syuhada, dkk (2012) yang berupa lubang yang membentuk genangan air di
menyatakan bahwa nyamuk Culex belakang rumah. Hal ini membuktikan bahwa
quinquefasciatus tempat perindukannya adalah genangan air bukanlah satu-satunya faktor
air yang tercemar. penyebab kejadian filariasis. Namun, kejadian
Hasil penelitian ini juga didukung oleh filariasis juga dapat dipengaruhi oleh faktor
penelitian Akhmad Hasan Huda (2002) bahwa lingkungan lain seperti keberadaan kebun dan
di desa Gondanglegi Kulon banyak terdapat selokan.
buangan air limbah rumah tangga yang berupa Hasil observasi variabel keberadaan
genangan air atau got terbuka yang kurang sungai di sekitar rumah penderita filariasis
lancar airnya dan banyak didapatkan jentik didapatkan hasil bahwa sebanyak 21 rumah
Culex quinquefasciatus. Empang dan buangan air responden (100,0%) ditemukan adanya sungai
limbah yang kurang memenuhi syarat kesehatan di sekitar rumahnya.
tersebut sangat cocok untuk tempat perindukan Berdasarkan hasil analisis univariat
nyamuk, tempat perkembangbiakan pradewasa didapatkan hasil bahwa terdapat 21 rumah
Culex quinquefasciatus adalah air tawar yang (100%) responden yang dekat dengan sungai.
mengandung material organik seperti genangan Sungai mengalir di sepanjang RW 05 dan RW
air tanah yang kotor dan terutama air yang 11dan memiliki lebar 2-3 meter. Terdapat
terpolusi. banyak sungai lain yang lebarnya 1-2 meter di
Berdasarkan penelitian dari Sapada dkk sekitar rumah responden.
(2012) diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan Nyamuk Culex quinquefasciatus memiliki
keberadaan genangan air di sekitar rumah kemampuan jarak terbang yang pendek, kurang
responden dengan kejadian filariasis dengan dari 100 meter. Jarak rumah yang dekat dengan
nilai p=0,004 dan nilai OR 4,348 yang artinya tempat perindukan nyamuk mempengaruhi
orang yang di sekitar rumahnya ada genangan kejadian filariasis karena nyamuk dapat
air beresiko terkena filariasis sebesar 4,348 kali mencapai rumah responden.
dibandingkan dengan yang tidak terdapat Sungai yang mengalir di Kelurahan
genangan air. Genangan air menjadi tempat Jenggot merupakan batas wilayah antar RW.
dengan kepadatan perindukan nyamuk lebih Wilayah yang terdapat penderita filariasis hanya
tinggi daripada tempat perindukan lain seperti di wilayah RW 05 dan RW 11, padahal sungai
kaleng atau botol bekas yang terisi air hujan. juga mengalir di RW 06, RW 09, RW 10, dan
Penelitian lain yang juga relevan yaitu RW 04. Hal ini membuktikan bahwa sungai
penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2008) bukan merupakan faktor utama penyebab
yaitu adanya genangan air menjadi faktor risiko filariasis di Kelurahan Jenggot, namun ada
kejadian filariasis dengan OR 4,08 yang artinya faktor-faktor lain yang mendukung seperti
rumah yang dekat dengan genangan air beresiko keberadaan bekas potongan bambu, keberadaan
sebesar 4,08 kali terkena filariasis dibandingkan genangan air, dan keberadaan kebun.
dengan rumah yang tidak dekat dengan Keberadaan sungai di dekat rumah
genangan air. responden berpengaruh terhadap kejadian
Nyamuk Culex quinquefasciatus memiliki filariasis. Berdasarkan penelitian yang
kemampuan jarak terbang yang pendek, kurang dilakukan oleh Marko, dkk (2016) diperoleh
dari 100 m saja. Jarak rumah yang dekat dengan kesimpulan bahwa responden yang bertempat
136
Imaduddin Zaid H dan Rudatin Windraswara/Lingkungan Tempat Perindukan/HIGEIA 1 (2) (2017)
tinggal dekat dengan sungai beresiko terkena tempat perindukan (Depkes RI, 2006).
filariasis1,13 kali dibandingkan dengan Distribusi keberadaan bekas potongan
responden yang tidak bertempat tinggal dekat bambu di sekitar rumah responden dalam
dengan sungai. penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.9.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Berdasarkan data hasil penelitian pada variabel
hasil bahwa kondisi sungai yang terdapat keberadaan bekas potongan bambu di sekitar
sampah sebanyak 16 orang (76,2 %), sedangkan rumah penderita filariasis, diketahui bahwa
kondisi sungai yang tidak terdapat sampah sebanyak 14 responden (66,7 %) ditemukan ada
sebanyak 5 orang (23,8%). bekas potongan bambu di sekitar rumah dan
Berdasarkan hasil analisis univariat sebanyak 7 responden (33,3 %) tidak ada bekas
didapatkan hasil bahwa kondisi sungai yang potongan bambu di sekitar rumah.
terdapat sampah sebanyak 16 rumah (76,2%). Berdasarkan hasil observasi, diketahui
Sampah yang ada di sungai dapat menyebabkan bahwa bekas potongan bambu di sekitar rumah
air sungai tercemar. Sampah berupa sampah yang terdapat jentik nyamuk sebanyak 5 (35,7%)
padat dari sisa rumah tangga seperti bungkus rumah dan terdapat telur sebanyak 3 (21,4%)
makanan dan dedaunan kering. Sungai yang rumah. Berdasarkan hasil analisis univariat
terdapat sampah mengandung banyak material didapatkan hasil bahwa sebanyak 14 rumah
organik yang dibutuhkan nyamuk. Menurut (66,7%) responden terdapat bekas potongan
penelitian yang dilakukan oleh Syuhada, dkk bambu di sekitar rumahnya. Di Kelurahan
(2012), nyamuk Culex quinquefasciatus tempat Jenggot RW 05 dan RW 11 terdapat banyak
perindukannya adalah air yang tercemar. sekali warga yang memiliki pohon bambu.
Sungai yang terdapat banyak sampah dapat Pohon bambu ini dijadikan aset untuk dijual.
menghambat alirannya, sehingga menimbulkan Berdasarkan hasil observasi, tanaman bambu
genangan dan menjadi tempat perindukan yang ada di sekitar rumah responden sangat
nyamuk. rimbun. Bekas potongan bambu terisi oleh air
Sampah yang ada di sungai dapat hujan yang kemudian menjadi tempat
menyebabkan air sungai tercemar. Menurut perkembangbiakan nyamuk. Hal ini sesuai
penelitian yang dilakukan oleh Syuhada, dkk dengan pernyataan Soemirat (2002) yaitu
(2012) nyamuk Culex quinquefasciatus tempat potongan bambu yang berisi air hujan dapat
perindukannya adalah air yang tercemar. digunakan nyamuk untuk meletakkan telur.
Sungai yang terdapat banyak sampah dapat Rumah yang sekitarnya terdapat pohon bambu,
menghambat alirannya sehingga menimbulkan bila terdapat potongan bambu atau bambu yang
genangan dan menjadi tempat perindukan patah lebih baik untuk segera dimanfaatkan
nyamuk. sehingga tidak terjadi genangan air di bambu
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tersebut saat musim penghujan (Depkes RI,
data distribusi aliran sungai di sekitar rumah 2011).
penderita filariasis, diketahui bahwa aliran Ditemukan jentik-jentik dan telur
sungai yang berada di sekitar rumah responden nyamuk di bekas potongan bambu. Telur-telur
sebanyak 21 responden (100 %) mengalir. ini membentuk rakit yang semakin menguatkan
Kondisi sungai di dekat rumah responden bahwa itu adalah telur dari nyamuk Culex
terdapat banyak sampah namun alirannya tetap quinquefasciatus. Selain itu pada saat diberi
mengalir walaupun tidak deras. Di bagian tepi cahaya dengan menggunakan senter jentik
sungai terdapat tanaman seperti rerumputan liar nyamuk bergerak menjauh masuk ke dalam air,
yang tidak terawat. Tanaman ini dapat sesuai dengan pernyataan Nasrin (2008) yaitu
menghambat aliran sungai, selain itu tanaman jika terkena gangguan oleh gerakan, cahaya,
ini dapat melindungi dari sinar matahari dan atau tempat perindukannya tersentuh larva akan
serangan makhluk lain sehingga nyamuk Culex bergerak cepat masuk ke dalam air selama
quinquefasciatus dapat menggunakannya sebagai beberapa detik kemudian muncul kembali ke
137
Imaduddin Zaid H dan Rudatin Windraswara/Lingkungan Tempat Perindukan/HIGEIA 1 (2) (2017)
138
Imaduddin Zaid H dan Rudatin Windraswara/Lingkungan Tempat Perindukan/HIGEIA 1 (2) (2017)
selokan ini juga tidak dapat digunakan nyamuk case control untuk mengetahui besarnya risiko
sebagai tempat perindukan karena merupakan kejadian.
tempat pembuangan limbah batik yang
mengandung bahan kimia tinggi, sehingga DAFTAR PUSTAKA
nyamuk tidak dapat hidup disana.
Berdasarkan data hasil penelitian jenis Anshari, R. 2004. Analisis Faktor Risiko Kejadian
selokan di sekitar rumah penderita filariasis, Filariasis di Dusun Tanjung Bayur Desa Sungai
diketahui bahwa jenis selokan yang berada di Asam Kecamatan Sungai Raya Kabupaten
sekitar rumah responden sebanyak 14 responden Pontianak. Tesis. Semarang: Pascasarjana
Universitas Diponegoro
(66,7 %) berjenis terbuka.
Candriana, Y. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Selokan yang ada di rumah responden
dengan Kejadian Filariasis di Puskesmas Tirto I
tidak memiliki penutup. Selokan yang terbuka Kabupaten Pekalongan. Skripsi. Semarang:
dapat meningkatkan resiko terkena filariasis. Universitas Muhammadiyah Semarang
Hasil penelitian Mardiana, dkk (2010) Huda, A.H. 2002. Studi Komunitas Tersangka Vektor
menunjukkan bahwa terjadinya filariasis pada Filariasis di Daerah Endemis Desa Gondanglegi
orang yang tinggal dengan rumah tangga yang Kulon Malang Jawa Timur. Tesis. Bogor: Pasca
saluran air limbahnya terbuka memiliki resiko Sarjana Institut Pertanian Bogor
lebih besar yaitu 2,56 kali dibandingkan dengan Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Program
Eliminasi Filariasis di Indonesia, Departemen
rumah tangga yang saluran air limbahnya
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
tertutup. Kondisi SPAL dapat dikatakan baik
Departemen Kesehatan RI
jika SPAL dalam kondisi tertutup dengan aliran Dinas Kesehatan Kota Pekalongan. 2015. Profil
air yang lancar/tidak menggenang. Kesehatan Kota Pekalongan tahun 2015.
Pekalongan: Dinas Kesehatan Kota
PENUTUP Pekalongan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2011. Profil
Lingkungan rumah responden Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2011.
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
mendukung terjadinya penyebaran penyakit
Tengah
filariasis di Kelurahan Jenggot. Di wilayah
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Rencana Nasional
tersebut terdapat faktor-faktor lingkungan yang Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di
mendukung sebagai tempat perindukan nyamuk Indonesia 2010-2014. Jakarta: Kementerian
Culex quinquefasciatus yaitu genangan air, sungai, Kesehatan Republik Indonesia
selokan dan bekas potongan bambu. Tempat Mardiana, Wahyu, E., dan Perwitasari, D. 2011.
perindukan yang paling banyak disukai oleh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
nyamuk adalah bekas potongan bambu dan Filariasis di Indonesia (Data Riskesdas 2007).
selokan terbuka. Bekas potongan bambu jarang Jurnal Ekologi Kesehatan,10(2): 83-92
Marko, Baskoro, T., dan Kusnanto, H. 2016. Zona
dijamah warga karena wilayahnya sulit untuk
Kerentanan Filariasis Berdasarkan Faktor
dilalui. Selain itu tanahnya merupakan tanah
Risiko dengan Pendekatan Sistem Informasi
liat yang menyebabkan para petugas jumantik Geografis. Journal of Information System for
enggan untuk melakukan pengecekan di daerah Public Health,1(1): 16-24
tersebut, sehingga mengakibatkan pertumbuhan Mulyono R.A. 2008. Faktor Risiko Lingkungan dan
nyamuk Culex quinquefasciatus berkembangbiak Perilaku yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
dengan baik. Selokan yang ada tidak memiliki Filariasis (Studi Kasus di Wilayah Kerja
penutup. Selokan yang terbuka dapat Kabupaten Pekalongan). Tesis. Semarang: Pasca
meningkatkan resiko terkena filariasis. Sarjana Universitas Diponegoro
Munawwaroh, L. 2016. Evaluasi Program Eliminasi
Saran untuk peneliti selanjutnya yang
Filariasis dari Aspek Perilaku dan Perubahan
terkait dengan penelitian ini adalah memperluas
Lingkungan. Skripsi. Semarang: Universitas
wilayah penelitian dan menggunakan metode Negeri Semarang
139
Imaduddin Zaid H dan Rudatin Windraswara/Lingkungan Tempat Perindukan/HIGEIA 1 (2) (2017)
140