Anda di halaman 1dari 153

Powered by TCPDF (www.tcpdf.

org)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya sehingga Modul Riset Keperawatan ini dapat tersusun dengan baik.

Dengan disusunnya Modul Riset Keperawatan ini diharapkan dapat menjadi


acuan bagi mahasiswa keperawatan khususnya dalam melakukan riset. Modul ini
disusun dengan bahasa yang sangat ringan dan komunikatif namun mampu memberi
penjelasan menyeluruh kepada mahasiswa. Diharapkan setelah mempelajari modul ini,
mahasiswa lebih termotivasi dalam mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul
dalam masyarakat untuk ditelaah dalam kegiatan penelitian. Penulis berharap, akan
lahir peneliti-peneliti dalam bidang keperawatan khususnya dan kesehatan umumnya.
“Penelitian itu adalah keren”,, semangat inilah yang ingin ditumbuhkan oleh penulis.

Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam menyusun modul, kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya semoga apa yang telah dilakukan
dapat bermanfaat bagi generasi yang akan datang.

Gorontalo, Januari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................................................iii
Modul 1 Konsep Penelitian.........................................................................................................................…..,.........1
Modul 2 Fenomena/Masalah Keperawatan dan Masalah Penelitian .....................................................12
Modul 3 Manfaat dan Tujuan Penelitian………………….................................................................................32
Modul 4 Kerangka Konsep…………….……...........................................................................................................41
Modul 5 Tinjauan/Penelusuran Pustaka …………............................................................................................50
Modul 6 Variabel Penelitian………………..………………….................................................................................64
Modul 7 Validitas & Reliabilitas Penelitian........................................................................................................74
Modul 8 Populasi, Sampel & teknik Sampling Penelitian............................................................................99
Modul 9 Instrumen Penelitian……….…….........................................................................................................110
Modul 10 Teknik Pengumpulan Data …………...............................................................................................119
Modul 11 Teknik Penulisan………………..…………………...............................................................................131
Modul 12 Etika Penulisan……………………….....................................................................................................137
Modul 13 Pelaporan & Publiaksi Ilmiah……………………….........................................................................147
Daftar Pustaka
MODUL 1
KONSEP PENELITIAN

Pendahuluan
Bismillah, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Adek-adek sekalian
yang berbahagia. Senang sekali rasanya bertemu dalam mata kuliah Riset
Keperawatan. Sering kita mendengar kata-kata riset atau penelitian, yang berasal dari
bahasa Inggris “research”. Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan
riset/penelitian/research? Nah adek-adek, pada pertemuan ini kita akan mempelajari hal
tersebut.

Seorang perawat bertindak sebagai salah satu tenaga kesehatan juga memiliki
tugas sebagai researcher, sehingga Anda sebagai seorang perawat Ahli Madya
memahami tentang konsep konsep penelitian.
Setelah mempelajari modul 1 ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memahami makna penelitian
2. Memahami pengertian penelitian menurut beberapa ahli
3. Memahami metode ilmiah
4. Memahami karakteristik penelitian ilmiah
5. Memahami jenis penelitian ilmiah

Pengertian
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk
memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah . Oleh karena
itu, sebelum pembahasan tentang hakikat penelitian perlu dijelaskan terlebih dahulu
hakikat metode ilmiah (scientific methods). Tujuan dari semua usaha ilmiah adalah
untuk menjelaskan, memprediksikan, atau mengontrol fenomena. Tujuan ini didasarkan
pada asumsi bahwa semua perilaku dan kejadian adalah beraturan dan bahwa semua

1|RISET
Keperawatan
akibat mempunyai penyebab yang dapat diketahui. Kemajuan ke arah tujuan ini
berhubungan dengan perolehan pengetahuan dan pengembangan serta pengujian
teori-teori. Dibandingkan dengan sumber pengetahuan yang lain, seperti pengalaman,
otoritas, penalaran induktif, dan penalaran deduktif, penerapan metode ilmiah tidak
diragukan, paling efisien, dan paling terpercaya. Banyak masalah diasosiasikan dengan
pengalaman dan otoritas sebagai sumber pengetahuan yang secara grafis diilustrasikan
oleh sebuah cerita tentang Aristoteles. Menurut cerita, suatu hari Aristoteles
menangkap seekor lalat dan secara hati-hati menghitung dan menghitung kembali
kakinya. Tidak se-orang pun meragukan kata-kata Aristoteles. Untuk beberapa tahun
penemuannya diterima secara tidak kritis. Karena lalat yang ditangkap Aristoteles telah
mengalami kejadian kakinya hilang satu. Apakah anda percaya atau tidak cerita
tersebut, itu telah memberikan ilustrasi keterbatasan bertumpu pada pengalaman
seseorang dan otoritas sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Metode ilmiah merupakan suatu proses yang sangat beraturan yang memerlukan
sejumlah langkah yang berurutan: pengenalan dan pendefinisian masalah, perumusan
hipotesis, pengumpulan data, analisis data, dan pernyataan kesimpulan mengenai
diterima dan ditolaknya hipotesis. Langkah-langkah tersebut dapat diterapkan secara
informal, seperti mengambil rute yang paling efisien dari rumah untuk bekerja atau ke
sekolah, atau waktu yang terbaik untuk pergi ke bank. Penerapan yang lebih formal
dari metode ilmiah untuk pemecahan berbagai masalah adalah semua yang dilakukan
oleh penelitian.

Penelitian (research) pada dasarnya adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional
berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga
terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat
diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui
cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian

2|RISET
Keperawatan
itu menggunakan langkah-langkah yang tertentu yang bersifat logis. Para ahli pun telah
banyak memberikan pengertian atau definisi penelitian, beberapa diantaranya
sebagai berikut:

 Hill Way: Penelitian adalah suatu metode studi yang bersifat hati-hati dan
mendalam dari segala bentuk fakta yang dapat dipercaya atas masalah tertentu
guna membuat pemecahan masalah tersebut.
 Winarno Surachmad: Penelitian adalah kegiatan ilmiah mengumpulkan
pengetahuan baru dari sumber-sumber primer, dengan tekanan tujuan pada
penemuan prinsip-prinsip umum, serta mengadakan ramalan generalisasi di luar
sampel yang diselidiki.
 Soetrisno Hadi: Penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan,
dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan
menggunakan metode ilmiah.
 Soerjono Soekanto. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan
pada analisis dan konstruksi yang dilakukan secara sistematis, metodologis dan
konsisten dan bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu
manifestasi keinginan manusia untuk mengetahui apa yang sedang dihadapinya.
 Sanapiah Faisal. Mengemukakan bahwa penelitian merupakan suatu aktivitas
dalam menelaah suatu problem dengan menggunakan metode ilmiah secara
tertata dan sistematis untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat
diandalkan kebenarannya mengenai dunia alam dan dunia sosial.
 Donald Ary. Penelitian merupakan penerapan dari pendekatan ilmiah pada suatu
pengkajian masalah dalam memperoleh informasi yang berguna dan hasil yang
dapat dipertanggungjawabkan.
 John. Penelitian ialah pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas dalam
menemukan hubungan antara fakta dan menghasilkan hukum tertentu.
 Woody. Mengungkapkan bahwa penelitian adalah suatu metode untuk
menemukan sebuah pemikiran yang kritis. Penelitian ini meliputi pemberian

3|RISET
Keperawatan
definisi dan redefinisi terhadap masalah, membuat formulasi hipotesis atau
mengadakan uji coba yang sangat hati-hati atas segala kesimpulan yang diambil
dalam menentukan apakah kesimpulan tersebut sesuai dengan hipotesis.
 Parson. Mengungkapkan bahwa penelitian ialah suatu pencarian atas segala
sesuatu yang dilakukan secara sistematis, dengan penekanan bahwa
pencariannya dilakukan pada masalah-masalah yang dapat dipecahkan dengan
penelitian.
 Sukmadinata. Menjelaskan penelitian sebagai suatu proses pengumpulan &
analisis atau pengolahan data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu.
 Mohamad Ali. Menurutnya, penelitian ialah suatu cara untuk memahami sesuatu
melalui proses penyelidikan atau usaha dengan mencari bukti-bukti yang muncul
sehubungan dengan masalah tersebut, yang dilakukan secara hati-hati sehingga
diperoleh pemecahannya.
 Supadmoko. Penelitian merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan
diarahkan untuk mengetahui atau mempelajari fakta-fakta baru dan juga sebagai
penyaluran hasrat keingin tahuan manusia.

Berdasarkan berbagai definisi tersebut, maka kesimpulan dari penelitian adalah suatu
kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menemukan dan mengembangkan serta menguji
kebenaran suatu masalah atau pengetahuan guna mencari solusi atau pemecahan
masalah

Metodologi penelitian

Metodologi penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk


mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan itu dilandasi
oleh metode keilmuan. Metode keilmuan: merupakan gabungan antara pendekatan
rasional dan empiris. Pendekatan rasional memberikan kerangka berpikir yang koheren
dan logis. Sedangkan pendekatan empiris memberikan kerangka pengujian dalam

4|RISET
Keperawatan
memastikan suatu kebenaran. Untuk memperoleh bacaan hasil penelitian dapat
diperoleh dengan menelusuri sumber –sumber informasi/bacaan Karakterisitik
penelitian ilmiah (Sekaran, 2000):

1. Purposiveness (memiliki tujuan yang jelas)


2. Rigor ( Menggunakan landasan teori dan pengujian Data yang relevan)
3. Testability (Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji dari telaah atau
berdasarkan Pengungkapan data)
4. Replicability ( meiliki kemampuan untuk dirplikasi/diuji ulang)
5. Precision & Confidence(Memiliki dataakurat sehingga hasilnya dapat dipercaya)
6. Objectivity (Menarik kesimpulansecara objective)
7. Generalizability (Temuan penelitian dapat digeneralisasii)
8. Parsimony(Menjelaskan fenomena atau masalah yang diteliti secara sederhana
tapi jelas).

Jenis penelitian/research
Jenis penelitian dapat dikelopokkan berdasarkan (Husey dan Hussey , 1997):

 Tujuan
 Proses
 Logika Penelitian
 Hasil penelitian yang diharapkan dari penelititan tersebut

1. Berdasarkan tujuan penelitian dapat dibedakan menjadi:

 Penelitian eksploratif
 Penelitian deskriptif
 Penelitian analiitik
 Penelitian prediktif

2. Berdasarkan Proses penelitian dapat dibedakan menjadi:

5|RISET
Keperawatan
 Kuantitatif
 Kualitatif

3. Berdasarkan Logika penelitian dapat dibedakan menjadi:

 Penelititan induktif (Penelitian yang dalam hal ini teori disusun dari observasi
realitas empirik)
 Penelititan deduktif (Penelitian dalam hal ini struktur konseptual/teoritik disusun
kemudian diuji secara empirik)

1. Berdasarkan Hasil penelitian yang diharapkan dari penelititan tersebut, penelitian


dapat dibedakan menjadi:

 Penelitian dasar
 Peneilian terapan

1. Penelitian dasar adalah penelitian yang bertujuan untuk menambah pengetahuan


atau pemahaman tentang suatu masalah tertentu dan untuk membangun teori
berdasarkan hasil penelitian tersebut tanpa mempedulikan apakah hasil penelitian
tersebut akan berguna untuk memecahkan masalah praktis atau tidak.

2. Penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk


menerapkan hasil penemuan guna memecahkan masalah tertentu yang sedang dialami
suatu organisasi.

Hal penting dalam riset metode ilmiah, (Cooper dan Schindler 2001,2003

1. observasi langsung terhadap fenomena


2. variabel, metode dan prosedur riset didefinisikan dng jelas
3. hipotesis diuji secara empiris
4. mempunyai kemampuan mengalahkan hipotesis saingan

6|RISET
Keperawatan
5. justifikasi kesimpulan secara statistik mempuyai proses mebetulkan dirinya
sendiri.

Langkah –langkah riset metode ilmiah


Riset metode ilmiah merupakan riset yang terstruktur dengan langkah yang jelas dan
sistematik untuk

1. mengidentifikasikan isu atau topik dari riset


2. menjual ide atau isu tersebut dengan cara menjustifikasi bahwa isu tersebut
menarik dan penting untuk diteliti
3. Menentukan tujuan dan kontribusi dari riset
4. Mengembangkan hipotesis.
5. Untuk mengembangkan diperlukan teori dan hasil riset sebelumnya Merancang
riset
6. Mengumpulkan data
7. Menganalisis data dan menguji hpotesis
8. Membuat ringkasan
9. Menunjukan keterbatasan dan kendala riset
10.Mengusulkan perbaikan riset berikutnya

Desain riset (Cooper dan Schindler, 2001,2003):

1. Penelitian eksploratori
2. Penelitian descriptive
3. Penelitian explanatory/Hipotesis
4. Penelitian prediksi (predictive)

Ada empat contoh karakteristik penelitian ilmiah :

1. Sistematik

7|RISET
Keperawatan
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola
dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
Penelitian didefinisikan oleh banyak penulis sebagai suatu proses yang sistematik.
McMillan dan scumacher (1989) dalam Wiersma(1991:7) mendefinisikan penelitian
sebagai “suatu proses sistematik pengumpulan penganalisisan informasi (data) untuk
berbagai tujuan”. Sementara Kerlinger (1990: 17) mendefinisikan penelitian ilmiah
sebagai “penyelidikan sistematik, terkontrol, empiris, dan kritis tentanng fenomena
sosial yang dibimbing oleh teori dan hipotesis tentang dugaan yang berhubungan
dengan fenomena tersebut”. Penelitian menggunakan metode ilmiah, penyelidikan
pengetahuanmelalui metode pengumpulan, analisis, interpretasi data. Dikaitkan dengan
metode ilmiah, suatu prosespenelitian sekurang-kurangnya berisi suatu rangkaian
urutan langkah-langkah.
2. Logis
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta
empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah
bekerjanya akal yaitu logika.

3. Empirik
Artinya suatu penelitian yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari, yang ditemukan
atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
Landasan empirik ada tiga yaitu :

a) Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan


atau perbandingan satu sama lain).

b) Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.

c) Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan,melainkan ada penyebabnya.

4. Replikatif

8|RISET
Keperawatan
Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus di uji kembali oleh peneliti lain
dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan
kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variable
menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

Langkah-Langkah metode ilmiah

Langkah-langkah yang terdapat pada metode ilmiah antara lain:

1. Memilih dan mendefinisikan masalah


2. Survey terhadap data yang tersedia
3. Memformulasikan hipotesa
4. Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji hipotesa
5. Mengumpulkan data primer
6. Mengolah, menganalisa serta membuat interpretasi
7. Membuat generalisasi dan kesimpulan
8. Membuat laporan

Pelaksanaannya ini meliputi enam tahap :

1. Rumusan masalah.
2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada
pemecahan masalah. Sering juga disebut mengkaji teori atau kajian pustaka.
3. Menyusun hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara yang berdasarkan data
atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka.
4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
5. Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistic untuk
menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang
objektif, tidk dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal.

9|RISET
Keperawatan
6. Menguji kesimpulan untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan
dan perlu juga dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji mendukung hipotesis, maka
hipotesis itu bias menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.

Latihan
1. Memahami makna penelitian
2. Memahami pengertian penelitian menurut beberapa ahli
3. Memahami metode ilmiah
4. Memahami karakteristik penelitian ilmiah
5. Memahami jenis penelitian ilmiah

Petunjuk Jawaban Latihan


1. Memahami makna penelitian
2. Memahami pengertian penelitian menurut beberapa ahli
3. Memahami metode ilmiah
4. Memahami karakteristik penelitian ilmiah

Rangkuman
1. Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menemukan dan
mengembangkan serta menguji kebenaran suatu masalah atau pengetahuan guna
mencari solusi atau pemecahan masalah.
2. Karakterisitik penelitian ilmiah, yaitu Purposiveness (memiliki tujuan yang jelas),
Rigor ( Menggunakan landasan teori dan pengujian Data yang relevan),
Testability (Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji dari telaah atau
berdasarkan Pengungkapan data), Replicability ( meiliki kemampuan untuk
dirplikasi/diuji ulang), Precision & Confidence(Memiliki dataakurat sehingga
hasilnya dapat dipercaya), Objectivity (Menarik kesimpulansecara objective),
Generalizability (Temuan penelitian dapat digeneralisasi) dan

10|RISET
Keperawatan
Parsimony(Menjelaskan fenomena atau masalah yang diteliti secara sederhana
tapi jelas).

Tes Formatif 1

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terletak pada
bagian akhir modul 1 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah penilaian
dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat pengusaan anda terkait
materi pada kegiatan belajar 1.

Tingkat Pengetahuan = Jumlah Jawaban benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan :


90 – 100% = Baik sekali
80- 89% = Baik
70 – 79% = Cukup
<70% = kurang
Apabila anda mencapai nilai 80% atau lebih, anda dapat meneruskan mempelajari
kegiatan belajar 2. BAGUS, TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA! Jika masih di bawah
80% berarti anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1
terutama pada bagian yang belum anda kuasai.

11|RISET
Keperawatan
MODUL 2
FENOMENA/MASALAH KEPERAWATAN
DI TATANAN KLINIK KEPERAWATAN DAN MASALAH PENELITIAN

Pendahuluan
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Setelah proses pembelajaran ini
diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan tentang:

1. Menjelaskan fenomena/masalah keperawatan di tataran klinik keperawatan


2. Menjelaskan definisi masalah
3. Menjelaskan Sumber-sumber Masalah

Fenomena/Masalah Keperawatan di Tataran Klinik Keperawatan


Falsafah Keperawatan Merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia
dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan.
Hakekat manusia yang dimaksud disini adalah manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, sosial dan spiritual, sedangkan esensinya adalah falsafah keperawatan
yang meliputi :
1. Memandang bahwa pasien sebagai manusia yang utuh (holistik) yang harus
dipenuhi segala kebutuhannya baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual
yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan secara sepihak atau
sebagian dari kebutuhannya.
2. Bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan harus secara langsung
dengan memperhatikan aspek kemanusiaan.
3. Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaan
suku, kepercayaan, status sosial, agama dan ekonomi.
4. Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem
pelayanan kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan
bukan sendiri-sendiri.

12|RISET
Keperawatan
5. Pasien adalah mitra yang selalu aktif dalam pelayanan kesehatan, bukan
seorang penerima jasa yang pasif.
– Paradigma Keperawatan
Menurut Masterman (1970) yang mendefinisikan paradigma sebagai pandangan
fundamental tentang persoalan dalam suatu cabang ilmu pengetahuan.
Menurut Poerwanto (1997) mengartikan paradigma sebagai suatu perangkat bantuan
yang memiliki nilai tinggi dan sangat menentukan bagi penggunanya untuk dapat
memiliki pola dan cara pandang dasar khas dalam melihat, memikirkan, memberi
makna, menyikapi dan memilih tindakan mengenai suatu kenyataan atau fenomena
kehidupan manusia.
Keperawatan sebagai ilmu juga memiliki paradigma sendiri dan sampai saat ini
paradigma keperawatan masih berdasarkan 4 komponen yang diataranya manusia,
keperwatan, kesehatan dalam rentang sehat sakit dan lingkungan. Sebagai disipin
ilmu, keperawatan akan selalu berkembang untuk mencapai profesi yang mandiri
seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan sehingga paradigma
keperawatan akan terus berkembang.
– Praktik Keperawatan
Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia, praktek keperawatan adalah tindakan
pemberian asuhan keperawatan profesional baik secara mandiri maupun kolaborasi,
yang disesuaikan denagn lingkup wewenang dan tanggung jawabnya berdasarkan
ilmu keperawatan.
Praktik Keperawatan Profesional mempunayi ciri-ciri sebagai berikut :
1. Otonomi dalam pekerjaan
2. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat
3. Pengambilan keputusan yang mandiri
4. Kolaborasi dengan disiplin lain
5. Pemberian pembelaan (advocacy)
6. Memfasilitasi kepentingan pasien atau klien
B. KLASIFIKASI

13|RISET
Keperawatan
Di bawah ini adalah pandangan beberapa ahli tentang perkembangan paradigma
keperawatan diantaranya :
Johnson
Memandang manusia sebagai sistem perilaku yang terdiri dari 2 sistem mayor yaitu
biologi dan perilaku yang merupakan fokus pelayanan keperawatan dengan tujuan
primernya.
King
Memandang manusia sebagai sistem terbuka yang sosial, rasional, perasa,
pengontrol, bertujuan, bereaksi dan berorientasi pada waktu. Leininger

Memandang manusia sebagai kepedulian akan kemampuan dalam mempengaruhi


minat atau rasa hormat terhadap kebutuhan orang lain, kesehatan dan
mempertahankan hidup.
Levine
Memandang kehidupan manusia selalu beriteraksi dengan lingkungannya dan
menyesuaikan diri terhadap perubahan. Newman

Memandang manusia sebagai total person seperti sistem klien yang terdiri dari bio psiko
sosial, kultural dan saling berkembang.
Orem
Memandang manusia sebagai gabungan dari komponen fisik, psikologis, interpersonal
dan sosial dalam memenuhi kebutuhan perwatan diri sendiri melalui belajar dari
perilaku.
Roger
Memandang manusia secara keseluruhan secara terus-menerus terjadi pertukaran
energi dengan lingkungannya.
Roy
Memandang manusia sebagai makhluk biopsikososial yang merupakan dasar
bagi kehidupan yang baik.

14|RISET
Keperawatan
Watson
Manusia membutuhkan proses kepedulian dalam mempertahankan kesehatan atau
meninggal dengan damai dan merupakan mekanisme personal, internal dan
mental spiritual untuk kesembuhan diri sendiri.
Banyak ahli yang membahas tentang beberapa konsep keperawatan, diantaranya
adalah sebagai berikut :
Florence Nightingale (1895)
Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi paling baik
untuk beraktifitas.
Martha Roger (1970)
Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
keperawatan dan rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat. King (1971)

Keperawatan ialah proses aksi dan interaksi, untuk membantu individu dari berbagai
kelompok umur dan memenuhi kebutuhannya dan menangani status kesehatan
mereka pada saat tertentu dalam suatu siklus kehidupan. Dorothea Orem (1971)

Perawatan ialah pelayanan yang bersifat manusiawi yang berfokus pada pemenuhan
kebutuhan manusia untuk merawat diri, kesembuhan dari penyakit atau cidera dan
penanggulangan komplikasinya sehingga dapat menunjang kehidupan. Callista Roy
(1976)
Keperawatan merupakan disiplin ilmu yang berorientasi kepada praktik keperawatan
berdasarkan ilmu keperawatan yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada
klien.
V. Handerson (1978)
Perawatan adalah upaya membantu individu baik yang sehat maupun sakit untuk
menggunakan kekuatan, keinginan dan pengetahuan yang dimilikinya sehimgga
individu tersebut mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari, sembuh dari penyakit,

15|RISET
Keperawatan
atau meninggal dunia dengan tenang. Tenaga perawat berperan menolong
individu agar tidak menggantungkan diri pada bantuan orang lain dalam waktu
secepat mungkin.
Menurut Lokakarya Keperawatan (1983)
Perawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio, psiko, sos, spirit yang menyeluruh ditujukan kepada individu, kelompok dan
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia. Pelayanan keperawatan, diberikan akibat adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan untuk melaksanakan kegiatan
hidup sehari-hari. Kegiatan dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan
pada upaya pelayanan kesehatan utama (PHC) sesuai dengan wewenang tanggung
jawab dan kode etik profesi keperawatan.
Dari berbagai definisi yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
keperawatan merupakan satu bentuk pelayanan/asuhan yang bersifat humanistik,
profesional dan holistik berdasarkan ilmu dan kiat, memiliki standart asuhan dan
menggunakan kode etik, serta dilandasi oleh profesionalisme yang mandiri dan atau
kolaborasi. C. KOMPONEN DAN PERKEMBANGAN PARADIGMA KEPERAWATAN
Dalam memahami komponen dan perkembangan teori keperawatan tetap berpedoman
pada paradigma keperawatan, mengingat paradigma merupakan cara pandang dari
sebuah ilmu dan keperawatan adalah ilmu yang didasari atas teori-teori yang ada.
Dalam perkembanganya, teori keperawatan dapat bersifat dinamis sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi.
D. SISTEM PRAKTIK KEPERAWATAN
Dalam sistem ini mencakup beberapa hal yaitu antara lain :
Ilmu Keperawatan

16|RISET
Keperawatan
Dalam prakteknya ilmu ini menggunakan pendekatan ilmiah untuk penyelesaian
masalah yang ditujukan untuk menolong, memelihara dan meningkatkan integritas
seluruh kebutuhan dasar.
Pelayanan Keperawatan
Menurut Handerson (1980) pelayanan keperawatan atau Nursing services adalah upaya
untuk membantu individu baik sakit maupun sehat dari lahir sampai meninggal dunia
dalam bentuk peningkatan pengetahuan dan kemampuan yang dimilki sehingga
individu tersebut dapat secara optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
Asuhan Keperawatan
1. Proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang diberikan secara
langsung kepada klien atua pasien diberbagai tantanan pelayanan kesehatan.
2. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidak keperawatan sebagai profesi yang
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistik dan berdasarkan pada
kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
3. Merupakan inti pelayanan / praktik keperawatan yang berupaya untuk :
1. Membantu mencapai kebutuhan dasar melalui bentuk-bentuk keperawatan.
2. Menggunakan ilmu kiat keperawatan dalam setiap tindakan.
3. Memanfaatkan potensi dari berbagai sumber

1. Membantu individu untuk mandiri


2. Mengajak individu atau masyarakat berpatisipasi dalam bidang kesehatan
3. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan
secara optimal agar tidak tergantung pada orla dalam memelihara kesehatannya
4. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika.
Hidayat, A Aziz Alimul. 2002. Pengantar Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.

17|RISET
Keperawatan
FALSAFAH dan PARADIGMA KEPERAWATAN dalam PRAKTIK
KEPERAWATAN A. PENDAHULUAN
Praktek keperawatan ditentukan dalam standar organisasi profesi dan system
pengaturan serta pengendaliannya melalui perundang – undangan keperawatan
(Nursing Act), dimanapun perawat itu bekerja (PPNI, 2000).Keperawatan hubungannya
sangat banyak keterlibatan dengan segmen manusia dan kemanusiaan, oleh karena
berbagai masalah kesehatan actual dan potensial. Keperawatan memandang manusia
secara utuh dan unik sehingga praktek keperawatan membutuhkan penerapan ilmu
Pengetahuan dan keterampilan yang kompleks sebagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan objektif pasien/klien. Keunikan hubungan perawat dan klien harus dipelihara
interaksi dinamikanya dan kontuinitasnya.
Penerimaan dan pengakuan keperawatan sebagai pelayanan professional
diberikan dengan perawat professional sejak tahun 1983, maka upaya perwujudannya
bukanlah hal mudah di Indonesia. Disisi lain keperawatan di Indonesia menghadapi
tuntutan dan kebutuhan eksternal dan internal yang kesemuanya membutuhkan upaya
yang sungguh – sungguh dan nyata keterlibatan berbagai pihak yang terkait dan
berkepentingan.
Konsep inti dari teori Florence Nightingale tentang falsafah keperawatan adalah
lingkungan berpengaruh terhadap proses pemulihan klien/ Membuat lingkungan yang
kondutif bagi manusia untuk hidup sehat. Manusia dan lingkungan merupakan satu
kesatuan yang utuh , yang memiliki sifat dan karakter berbeda-beda.
Penyebab para Perawat di Indonesia Belum Bersikap dan Berperilaku sesuai
dengan Falsafah Keperawatan adalah :
1. Perawat kurang memahami maksud falsafah keperawatan secara menyeluruh
2. Perawat memahami falsafah keperawatan hanya pada tataran kognitif saja.
3. Sikap profesionalisme perawat belum memadai yang ditandai oleh kurangnya
kemampuan perawat dalam berinspirasi, menurunnya kemampuan menjalin
hubungan rasa saling percaya dan konfidensi dengan klien, pengetahuan yang
belum memadai, dan kapabilitas terhadap pekerjaan. Selain itu juga, perawat

18|RISET
Keperawatan
cenderung kurang terbuka dengan ide-ide baru, kurang berinteraksi dengan orang
lain secara harmonis, berpenampilan buruk, dan bekerja semata-mata berorientasi
pada uang, jabatan atau yang lainnya.
4. Tingkat pengetahuan dan pendidikan para perawat yang tidak merata.
5. Kondisi layanan kesehatan/keperawatan saat ini dengan falsafah keperawatan yang
telah dikembangkan oleh para pakar

Roy
Perawat masih ada yang belum mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada
situasi sehat atau sakit. Perawat belum dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi
stimuli fokal, kontextual maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga
stimuli berada pada daerah adaptasi.
Pada situasi sehat, perawat belum banyak berperan untuk membantu pasien agar tetap
mampu mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga.
Misalnya melalui tindakan promotif perawat dapat mengajarkan bagaimana
meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, Perawat perlu mempersiapkan pasien untuk menghadapi realita.
Dimana pasien harus mampu berespon secara adaptif terhadap perubahan yang terjadi
didalam dirinya. perawat belum berperan secara maksimal. Jean Watson

Untuk merawat manusia harus memahami 4 cabang kebutuhan yang saling


berhubungan yaitu: biophysical (makan & cairan, eliminasi, ventilasi), psikofisikal
(aktifitas dan istirahat, seksualitas), psikososial (berprestasi, berorganisasi),
Interpersonal (aktualisasi diri). Perawat/ tenaga kesehatan kadang kurang memahami
factor-faktor biophysical, psikofisikal, psikososial, Interpersonal secara komprehensif
bahkan kurang memperhatikannya, padahal kondisi sejahtera pada manusia karena
adanya keharmonisan antara pikiran, badan, dan jiwa. Florence Nightingale

19|RISET
Keperawatan
Pandangannya lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan social dan
lingkungan psikologik. Lingkungan ini meliputi 4 komponen yang mempengaruhi
kesehatan individu yaitu: udara bersih, air yang bersih, pemeliharaaan lingkungan yang
efisien, kebersihan, dan penerangan cahaya. Perawat / tenaga kesehatan masih belum
maksimal dalam memperhatikan masalah lingkungan baik di kilinik maupun di rumah
sakit. Di rumah sakit: pengaturan ruangan, kebersihan ruangan, pencahayaan, kondisi
ruang mandi masih sering kurang diperhatikan. Di masyarakat, kondisi lingkungan
rumah juga masih juga merupakan masalah yang belum maksimal teratasi yang sering
menimbulkan masalah kesehatan.
Betty Neuman
Dalam kenyataannya perawat masih belum maksimal dalam menerapkan, karena dalam
konsep holistik, pendekatan sistem terbuka dan konsep stresor. Karena sering dalam
memecahkan masalah kesehatan dimasyarakat masih didasarkan pada kasus yang
ditemukan karena laporan masyarakat tetapi tidak berdasarkan konsep yang holistic,
kurang memperhatikan system yang terbuka dan konsep stressor. Martha Rogers

Manusia mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda dan selalu berinteraksi
dengan lingkungan yang saling dipengaruhi dan mempengaruhi. Perawat atau tenaga
kesehatan masih perlu peningkatan pemahama masalah ini. Agar dapat saling
memahami perannya masing-masing

Masalah Penelitian
1. Pengertian Masalah
Problem is a thing that is difficult to deal with or understand, a question to be
answered or solved, esp. by reasoning or calculating (Kamus Oxford, 1995 dalam
Notohadiprawiro, 2006).
Masalah diartikan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan); soal,
persoalan. Permasalahan: hal yang menjadikan masalah; hal yang dimasalahkan.

20|RISET
Keperawatan
Masalah adalah faktor yang dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan (Kamus
Besar Bahasa Indonesia dalam Sugiono 1999).
Masalah adalah kesenjangan (discrepancy) antara apa yang seharusnya
(harapan) dengan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan
dengan apa yang tersedia, antara harapan dengan capaian (Zainuddin, 2003).
Suatu penelitian penting untuk dilakukan apabila ada masalah yang belum
pernah ia teliti, ada penelitian sebelumnya tetapi hasilnya belum lengkap atau
kurang tajam, hasil penelitian sebelumnya masih kontradiktif dan belum konsisten
(Setiadi, 2012; 25).
Masalah penelitian merupakan langkah awal yang harus dipikirkan berdasarkan
suatu fakta empiris di lapangan. Pada tahap awal melaksanakan riset kegiatan yang
perlu dilaksanakan mencakup pemahaman tentang konsep masalah berdasarkan
kajian kepustakaan yang dapat dipercaya. Kegiatan tersebut meliputi berfikir,
membaca, teori dan review dengan teman sejawat dan pembimbing. Selama tahap
ini seorang peneliti perlu memahami melaksanakan deductive reasoning dan
memilih topik yang diminati dari hasil riset yang telah dilaksanakan orang lain.
Baik tidaknya masalah penelitian ditentukan oleh nilai penelitian, studi kelayakan,
(feasebility study), kualifikasi peneliti.
a. Nilai Penelitian; harus bersifat orisinil atau merupakan hal baru yang dapat
disumbangkan untuk memperkaya pengetahuan , dapat dimanfaatkan untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi masnusia
b. Feasebility study (Studi Kelayakan):
1) Harus tersedia metode untuk memecahkan masalah.
2) Harus tersedia sumberdaya yang mencukupi (Dana, Tenaga, Waktu, dan
Tenaga Ahli).
3) Masalah penelitian tersebut dapat diterima oleh hukum atau nilai sosial yang
berlaku.
c. Kualifikasi Peneliti
1) Masalah tersebut termasuk bidang keahlian peneliti

21|RISET
Keperawatan
Bobot masalahnya sesuai dengan derajat ilmiah peneliti.
Menentukan masalah penelitian yang baik dapat dilakukan dengan Melakukan
telaah literatur, melakukan pengamatan terhadap alam sekitar atau terhadap
kegiatan manusia, Melakukan diskusi dengan para ahli dan Melakukan perenungan.
Menurut Nursalam (2000;8) Prioritas/lingkup riset keperawatan berdasar-kan
kelompok ilmu keperawatan dikembangkan menjadi:
a. Prioritas kesehatan dan pencegahan penyakit pada masyarakat.
b. Pencegahan perilaku dan lingkungan yang berakibat buruk pada masalah
kesehatan.
c. Menunjukkan model praktek keperawatan komunitas
d. Menentukan efektivitas intervensi keperawatan pada infeksi HIV-AIDS.
e. Mengkaji pendekatan yang efektif pada gangguan perilaku
f. Evaluasi intervensi keperawatan yang efektif pada penyakit kronis
g. Identifikasi faktor-faktor bioperilaku yang berhubungan dengan kemampuan
koping
h. Mendokumentasikan efektivitas pelayanan kesehatan/keperawatan
i. Mengembangkan masalah dan metodologi riset pelayanan kesehatan
j. Menentukan efektivitas biaya perawatan klien.

2. Sumber-Sumber Masalah
Turney dan Noble (1971) mengemukakan bahwa ada 5 sumber masalah
penelitian empiris, termasuk masalah penelitian keperawatan, yaitu : a. Pengalaman
Pribadi
Banyak masalah dalam bidang keperawatan diperoleh dari pengalaman
harian peneliti. Mengejawantahkan pengalaman pribadi menjadi permasalahan
peneliti dapat dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1) Mendefinisikan pengalaman pribadi untuk fokus penelitian
2) Mengidentifikasi sebab-sebab munculnya masalah itu

22|RISET
Keperawatan
3) Membuat keputusan pribadi selaku calon peneliti untuk memecahkan
masalah itu
4) Merumuskan masalah penelitian
b. Keterangan Yang Diperoleh Secara Kebetulan
Informasi tidak sengaja pada hakikatnya dapat diperoleh dimana saja,
dimanapun, dari manapun, dan kapanpun peneliti berpeluang memperoleh
keterangan penting dan menarik untuk dijadikan fokus penelitian, sungguhpun ia
tidak sengaja menyiapkan diri untuk mencari informasi atau keterangan tertentu.
Untuk mengejawantahkan keterangan yang diperoleh secara tidak sengaja
menjadi permasalahan penelitian yang dipilih ditempuh langkah-langkahnya
sebagai berikut :
1) Membangkitkan kepekaan selaku peneliti didalam merespon fenomena
keperawatan yang relefan
2) Mendefinisikan keterangan yang diperoleh secara spesifik
3) Mengidentifikasi sebab-sebab munculnya masalah
4) Membuat keputusan pribadi selaku calon peneliti untuk memecahkan
masalah tersebut
5) Merumuskan masalah-masalah
penelitian c. Kerja dan Kontak Profesional
Banyak peneliti mengembangkan atau merumuskan pertanyaan-
pertanyaan penelitian mereka sebagai bagian dari aktivitas pekerjaan atau
melalui diskusi dengan rekan sekerja (Kline, 1980) tidak terkecuali dibidang
keperawatan. Pada banyak kasus, diskusi formal dan informal yang dilakukan
oleh peneliti dengan rekan atau kelompok ahli lain sangat membantu upaya
penajaman pemahaman terhadap masalah, baik teoritis maupun praktis. Melalui
diskusi akademis inilah masalah penelitian dirumuskan dna dipertajam. Untuk
tujuan ini peneliti dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Mendefinisikan masalah-masalah keperawatan bersama rekan sekerja atau
tenaga ahli lainnya.

23|RISET
Keperawatan
2) Mengidentifikasi sebab-sebab munculnya masalah itu melalui diskusi dengan
rekan kerja atau tenaga professional lainnya.
3) Membuat keputusan untuk menyelenggarakan penelitian keperawatan
mengenai sebab-sebab munculnya gejala dan dampak ikutannya
4) Merumuskan pertanyaan penelitian
d. Pengujian dan Pengembangan Teori
Tujuan penelitian antara lain adalah dimaksudkan untuk melahirkan teori-
teori baru mengenai perilaku keperawatan. Sebaliknya, teori-teori mengenai
keperawatan dan perilaku keperawatan dapat dijadikan acuan dasar untuk
merumuskan masalah penelitian. Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh
peneliti adalah :
1) Memahami teori-teori keperawatan yang ada dan yang relevan
2) Menelaah proses penelitian sampai dengan ditemukannya teori itu
3) Membuat keputusan untuk menyelenggarakan penelitian
4) Menentukan waktu dan situasi penelitian yang berbeda dengan penelitian
yang sama sebelumnya
5) Merumuskan masalah penelitian

e. Analisis Literatur Profesional dan Hasil Penelitian Sebelumnya


Masalah penelitian keperawatan banyak diperoleh melalui penelaahan
terhadap literature professional dan laporan/jurnal hasil penelitian.

2. Kepekaan Terhadap Masalah Penelitian


Meskipun masalah penelitian itu selalu ada dan banyak, tetapi belum tentu
mudah mengangkatnya sebagai masalah penelitian. Untuk dapat mengangkat masalah-
masalah kesehatan tersebut menjadi masalah penelitian, diperlukan kepekaan
penelitian. Kepekaan seseorang dalam mengangkat masalah menjadi masalah
penelitian diperlukan minat dan pengetahuan atau keahlian. Minat dan pengetahuan
penelitian ini keduanya harus ada pada seseorang yang ingin meneliti. Minat saja belum

24|RISET
Keperawatan
menjamin kepekaan masalah penelitian. Minat dan pengetahuan atau keahlian sebagai
dasar kepekaan terhadap masalah penelitian ini dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor, antara lain:
a. Profesi
b. Spesialisasi
c. Akademis
d. Kebutuhan dan praktik kehidupan sehari-hari
e. Pengalaman lapangan
f. Bahan bacaan atau kepustakaan\
3. Memilih Masalah Penelitian
Untuk memilih masalah yang layak dan relevan diteliti, berikut ini akan diuraikan
beberapa kriteria pemilihan masalah penelitian, antara lain :
a. Keterbaruan (Novelty)
b. Aktual
c. Praktis
d. Memadai
e. Sesuai dengan kemampuan peneliti
f. Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah
g. Ada dukungan

1. Isi Latar belakang


Latar belakang memuat penjelasan tentang alasan memilih judul dan lokasi
sehingga layak untuk diteliti. Sebaiknya ditunjukkan bahwa permasalahan yang
diteliti belum terjawab atau belum terpecahkan dengan upaya-upaya yang telah
dilakukan. Hal lain yang diperlukan adalah teori-teori yang relevan serta data yang
meliputi fakta, hasil-hasil penelitian terdahulu, pengalaman selama bekerja atau
hasil studi pendahuluan yang menguatkan mengapa masalah itu dipilih menjadi
topik penelitian. Data tersebut disusun secara sistematis dari umum ke khusus

25|RISET
Keperawatan
(secara deduktif) seperti data WHO, nasional, provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan,
desa atau lokasi penelitian (Sarifuddin, dkk, 2010).

A. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah penelitian dibuat dalam bentuk pertanyaan (diakhiri
dengan tanda tanya), sehubungan dengan judul penelitian yang diajukan.
Permasalahan lebih dari satu dirumuskan secara terpisah.

4. Perumusan Masalah
Permasalahan yang telah diidentifikasikan kadang-kadang sifatnya masih umum,
belum spesifik. Oleh karena itu maka permasalahan yang telah diidentifikasi harus
dipersempit agar lebih spesifik melalui pemecahan menjadi sub-sub permasalahan
melalui perumusan masalah yang berupa beberapa pertanyaan yang relevan dengan
permasalahan pokoknya (Setiadi, 2012; 29).
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap
penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian.
Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan
tidak akan membuahkan hasil apa-apa. (Ahmad Kurnia, 2009)
Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research
problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik
dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai
fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik
sebagai penyebab maupun sebagai akibat. (Ahmad Kurnia, 2009)
Menurut Ahmad Kurnia (2009) Perumusan masalah penelitian dapat dibedakan
dalam dua sifat, meliputi :
 Perumusan masalah deskriptif, apabila tidak menghubungkan antar fenomena, dan
 Perumusan masalah eksplanatoris, apabila rumusannya menunjukkan adanya
hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih fenomena.
Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut, yaitu :

26|RISET
Keperawatan
 Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata
lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat
dilakukan.
 Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan
masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah
peneliti sampai di lapangan.
 Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh
peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti.
Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat
dilakukan peneliti, karena melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu
mengenai data yang bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak
relevan bagi kegiatan penelitiannya.
 Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menjadi dapat
dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel
penelitian.
(Ahmad Kurnia, 2009)
Burns dan Grove (1998), mengemukakan 5 pertanyaan yang perlu dijawab
sebelum merumuskan masalah penelitian : (1) Apa yang salah atau yang perlu
diperhatikan pada situasi ini?; (2) Dimana letak kesenjangannya?; (3) Informasi apa
yang dibutuhkan untuk mencari masalah ini?; (4) Perlukah melakukan tindakan
pelayanan diklinik?; dan (5) Perubahan apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah
tersebut?
Menurut Setiadi (2012) dalam merumuskan masalah perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a) Frekuensi dan penyebaran masalah yang bersangkutan
b) Wilayah geografis yang terpengaruh oleh masalah yang bersangkutan
c) Factor-faktor yang mempengaruhi masalah
d) Upaya yang pernah dilakukan untuk mengatasi masalah, keberhasilan dan
kekurangan

27|RISET
Keperawatan
Upaya tersebut sebagai alasan pentingnya penelitian sehingga dapat membantu
pemecahan masalah (Depkes RI, 2003). Masalah penelitian dapat dikatakan baik, jika
mampu menghasilkan konklusi yang memenuhi kriteria valid dan reliable, yang
mencerminkan derajat objektif yang tinggi, dan menggambarkan kausalitas. Kriteria
masalah penelitian yang baik (Danim, 2003), yaitu :
a) Bersifat kausalitas atau menghubungkan 2 variabel
b) Dapat diukur secara empiris dan objektif
c) Dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, lebih baik dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan
d) Tidak mencerminkan ambisi pribadi atau masyarakat, dan tidak pula menuntut
jawaban dengan pertimbangan moral subjektif

 Bagaimanakah peran orang tua dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir ?
(deskriptif)
 Apakah ada hubungan antara variable X dan variable Y ? (Crossectional :
Asosiasi/korelasi)
 Apakah ada pengaruh pemberian terapi bermain pada anak pra-sekolah selama MRS
terhadap penerimaan selama tindakan invansiv ? (pengaruh-experiment)
(Danim, 2003)

5. Faktor-faktor yang Mendasari Perumusan Masalah


Penyusunan rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada pemahaman
yang dimiliki peneliti tentang masalah yang ada dan berkembang saat itu. Hal-hal yang
harus diperhatikan oleh peneliti meliputi factor-faktor tersebut dibawah ini :
a. Mendefinisikan permasalahan/topic (fakta empiris-induktif)
b. Mulai mencari sumber kepustakaan (kajian teori-deduksi)
c. Interaksi antara teman sejawat atau anggota tim
d. Layak dijabarkan (feasibility)

28|RISET
Keperawatan
Latihan
Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang topik pada kegiatan belajar 2 ini,
berikut diberikan tugas kelompok untuk dikerjakan secara berkelompok. Ikutilah
petunjuk di bawah ini :
1. Bentuklah kelompok kecil, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang.
2. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk memahami pokok materi
yang berbeda-beda pada kegiatan belajar 2 (kelompok heterogen), yaitu :
- Anggota kelompok 1, memahami pokok materi masalah perawat di RS
- Anggota kelompok 2, memahami pokok materi masalah perawat di Puskesmas
- Anggota kelompok 3, memahami pokok materi masalah perawat di Dinas
Kesehatan
- Anggota kelompok 4, memahami pokok materi masalah perawat di klinik
3. Setelah anggota kelompok menguasai pokok materi yang menjadi tugasnya,
berkumpullah dengan anggota kelompok lain yang mempunyai tugas menguasai
pokok materi yang sama dengan Anda (bentuk kelompok homogen)
4. Setelah kelompok kelompok homogen terbentuk, diskusikan kembali tentang pokok
materi yang sama
5. Kemudian kembali ke kelompok heterogen untuk menyampaikan hasil diskusi dari
kelompok homogen.
6. Masing-masing kelompok heterogen mempresentasikan hasil diskusinya di depan
kelas.

Rangkuman
1. Masalah adalah kesenjangan (discrepancy) antara apa yang seharusnya (harapan)
dengan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dengan apa
yang tersedia, antara harapan dengan capaian. (Zainuddin, 2003)

29|RISET
Keperawatan
2. Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research
problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena,
baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam
kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu
dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat. (Ahmad
Kurnia, 2009)
3. Perumusan masalah penelitian dapat dibedakan dalam dua sifat, meliputi :
 Perumusan masalah deskriptif, apabila tidak menghubungkan antar fenomena,
dan
 Perumusan masalah eksplanatoris, apabila rumusannya menunjukkan adanya
hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih fenomena.
4. Kriteria masalah penelitian yang baik (Danim, 2003), yaitu :
a) Bersifat kausalitas atau menghubungkan 2 variabel
b) Dapat diukur secara empiris dan objektif
c) Dinyatakan secara jelas dan tidka bermakna ganda, lebih baik dinyatakan
dalam bentuk pertanyaan
d) Tidak mencerminkan ambisi pribadi atau masyarakat, dan tidak pula menuntut
jawaban dengan pertimbangan moral subjektif
5. Turney dan Noble (1971) mengemukakan bahwa ada 5 sumber masalah penelitian
empiris, termasuk masalah penelitian keperawatan, yaitu :
a) Pengalaman Pribadi
b) Keterangan Yang Diperoleh Secara Kebetulan
c) Kerja dan Kontak Profesional
d) Pengujian dan Pengembangan Teori
e) Analisis Literatur Profesional dan Hasil Penelitian Sebelumnya

Tes Formatif 2

30|RISET
Keperawatan
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terletak pada
bagian akhir modul 1 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah penilaian
dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat pengusaan anda terkait
materi pada kegiatan belajar 1.

Tingkat Pengetahuan = Jumlah Jawaban benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan :


90 – 100% = Baik sekali
80- 89% = Baik
70 – 79% = Cukup
<70% = kurang
Apabila anda mencapai nilai 80% atau lebih, anda dapat meneruskan mempelajari
kegiatan belajar 2. BAGUS, TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA! Jika masih di bawah
80% berarti anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1
terutama pada bagian yang belum anda kuasai.

31|RISET
Keperawatan
MODUL 3
MANFAAT DAN TUJUAN PENELITIAN

Pendahuluan
Bismillah. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Adek-adek semua yang
berbahagia. Hari ini kita sampai pada materi ketiga manfaat dan tujuan
penelitian. Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat :
1. Menjelaskan pengertian manfaat penelitian
2. Menjelaskan manfaat penelitian
3. Menjelaskan pengertian tujuan penelitian
4. Menjelaskan macam tujuan penelitian

Manfaat Penelitian
Manfaat peneltian adalah kegunaan hasil penelitian nanti, baik bagi kepentingan
pengembangan program maupun kepentingan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu,
dalam manfaat penelitian ini harus diuraikan secara terperinci manfaat atau apa
gunanya hasil penelitian nanti. Dengan kata lain, data (informasi) yang akan diperoleh
dari penelitian tersebut akan dimanfaatkan untuk apa, dalam rangka pengembangan
program kesehatan. Dari segi ilmu, data atau informasi yang diperoleh dari penelitian
tersebut akan mempunyai kontribusi apa bagi engembangan ilm pengetahuan. Secara
spesifik, manfaat penelitian di bidang apapun seyogyanya mencakup dua aspek, yakni:

1. Manfaat praktis atau aplikatif

Adalah manfaat penelitian dari aspek praktis atau aplikatif, yakni manfaat penelitian
bagi program. Di bidang kesehatan dengan sendirinya manfaat penelitiannya adalah
bagi pembangunan kesehatan atau bagi pengembangan program kesehatan

32|RISET
Keperawatan
2. Manfaat teoritis atau akademis

Adalah manfaat penelitian dari aspek teoritis yakni manfaat penelitian bagi
pengembangan ilmu. Di bidang kesehatan atau kedokteran dengan sendirinya
manfaat peenlitian tersebut harus dapat menambah khasanah ilmu kesehatan,
khususnya terkait dengan kekhususan bidang kesehatan yang diteliti.

Bagi beberapa penelitian akademis (mahasiswa), kadang-kadang manfaat penelitian ini


juga dilihat dari kepentingan pribadi peneliti yakni sebagai pengalaman proses belajar
mengajar khususnya dalam bidang metodologi penelitian. Sebenarnya manfaat
penelitian seperti ini tidak perlu dicantumkan karena memang penelitian apa saja bagi
peneliti otomatis merupakan pengalaman pribadi dalam melakukan penelitian (Soekidjo,
2010)

Manfaat atau Kegunaan hasil penelitian dapat diklasifikasikan menjadi manfaat


teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis artinya hasil penelitian bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan obyek penelitian.
Manfaat praktis bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukannya untuk
memperbaiki kinerja, terutama bagi sekolah, guru, dan siswa serta seseorang untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.
Contoh Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain:

1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada
perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan model-model

33|RISET
Keperawatan
pembelajaran untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran dan hasil belajar
di kelas.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan bagi kampus untuk memperbaiki praktik-praktik


pembelajaran dosen agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga
kualitas pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa meningkat.

3. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan hasil belajar dan solidaritas mahasiswa untuk menemukan


pengetahuan dan mengembangkan wawasan, meningkatkan kemampuan
menganalisis suatu masalah melalui pembelajaran dengan model
pembelajaran inovatif.

4. Bagi Dosen atau Calon Peneliti

Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian tindakan


kelas dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi inovasi pembelajaran.

5. Bagi Peneliti

Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan


dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah
praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah efektif dan efisien.

34|RISET
Keperawatan
Tujuan Penelitian
1. Pentingnya Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian diperoleh dari rumusan masalah penelitian yang telah
ditetapkan sebagai indicator terhadap hasil yang diharapkan. Tujuan dari penelitian
berguna untuk mengidentifikasi, menjelaskan, mempelajari, membuktikan, mengkaji,
memprediksi alternatif pemecahan masalah terhadap masalah penelitian. Tujuan
tersebut menandakan ide dari riset, misalnya deskriptif, corelasi, dan komparatif.
Dengan adanya tujuan tersebut akan mempermudah untuk mencapai hasil yang
diharapkan.
Menurut Sugiono (1999) Tujuan penelitian hendakanya harus dirumuskan
secara spesifik dan jelas yaitu mengenai kejadian apa, dimana, bilamana terjadinya
dan bagaiamana. Kaburnya tujuan penelitian akan berakibat kaburnya hasil
penelitian yang akan diperoleh. Dengan menentukan tujuan penelitian secara singkat
dan jelas, researcher dapat menyaring data apa saja yang benar-benar diperlukan
artinya yang relevan terhadap persoalan, sehingga dengan demikian akan
mempermudah pembuatan daftar pertanyaan (questionnaire) yang akan
dipergunakan untuk memperoleh data tersebut.
Tujuan penelitian, pertanyaan penelitian (rumusan masalah), dan hipotesis
disusun untuk menjembatani kesenjangan antara permasalahan penelitian yang
masih abstrak. Kejelasan dari objektivitas biasanya difokuskan pada satu atau dua
variable. Kadang-kadang fokusnya untuk mengidentifikasi suatu hubungan diantara
dua atau lebih variable atau untuk menentukan perbedaan diantara dua kelompok
dari suatu variable (Burns & Grove, 1991; Polit & Hungler, 1993; dan LoBiondo &
Wood, 1994).

35|RISET
Keperawatan
Tujuan penelitian harus jelas, ringkas, pernyataan yang deklaratif yang
biasanya dituliskan dalam bentuk kalimat aktif. Untuk suatu kejelasan tujuan,
biasanya difokuskan pada satu atau dua variable dan mengidentifikasi apakah
variable perlu dijabarkan lebih lanjut. Fokus tersebut bisa dalam bentuk identifikasi
hubungan atau asosiasi diantara variabel atau untuk menentukan perbedaan diantara
dua grup dengan variabel. Misalnya, tujuan penelitian adalah untuk :
 Untuk mengidentifikasi karakteristik dari variabel X
 Untuk mengidentifikasi karakteristik dari variabel Y
 Untuk menentukan atau mengidentifikasi hubungan antara variabel X dan
variabel Y (relational)
 Untuk menentukan atau mengidentifikasi perbedaaan antara grup 1 dan grup 2
sehubungan dengan variabel X (differences)

2. Rumusan Tujuan Penelitian


Rumusan tujuan penelitian harus selalu konsisten dengan rumusan masalah.
Berapa banyak masalah dirumuskan, sebanyak itu pula tujuan yang akan dicapai.
Untuk itu, perlu ditetapkan suatu tujuan penelitian berdasarkan persoalan yang
dipilih. Tujuan yang jelas memberikan landasan untuk perancangan proyek
penilitian, untuk pemilihan metode yang paling tepat dan untuk pengolahan proyek
setelah dimulai serta memberikan bentuk dan makna bagi laporan akhir.
Tujuan penelitian adalah suatu indikasi kearah mana atau apa yang dicari
melalui penelitian itu, yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang konkret
dapat diamati dan dapat diukur. Tujuan dari riset ini biasanya adalah untuk
mengidentifikasi, menjelaskan atau memprediksi alternatif pemecahan masalah.
Secara bodoh dapat dikatakan, bahwa dalam merumuskan tujuan penelitian
seseorang peneliti tinggal mengubah redaksi kalimat masalah (kalimat pertanyaan
dipertanyaan masalah) menjadi kalimat pernyataan supaya menemukan jawaban
atas masalah itu, tentu saja dengan penyesuaian redaksi seperlunya. Perhatikan
contoh dibawah ini :

36|RISET
Keperawatan
 Apabila masalahnya adakah hubungan antara dukungan keluarga dengan
pengurangan kekambuhan asma selama perawatan dirumah
 Maka tujuannya menemukan hubungan antara dukungan keluarga dengan
pengurangan kekambuhan asma selama perawatan dirumah
Biasanya tujuan penelitian itu dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
a) Tujuan umum, yakni tujuan penelitian yang berupaya menjawab masalah
pokok, yang disesuaikan dengan spesifikasi permasalahan yang akan diteliti
atau yang menggambarkan luaran yang akan dihasilkan dari penelitian.
b) Tujuan khusus, yakni penjabaran dari tujuan umum yang merupakan jawaban
sementara dari pertanyaan masalah yang secara spesifik akan menjawab
masalah-masalah khusus atau sub-sub masalahnya dan sekaligus menyatakan
rincian langkah demi langkah untuk mencapai tujuan umum.
Tindakan pada tujuan khusus dinyatakan dengan kata kerja (t), yang tentu saja
sesuai dengan permasalahannya, misalnya : Menilai (to evaluate), Mengukur (to assess,
to measure), Mengidentifikasi (to identify), Menentukan (to determine),
Membandingkan (to compare). (Depkes RI. 2003)

Latihan
1. Menjelaskan pengertian manfaat penelitian
2. Menjelaskan manfaat penelitian
3. Menjelaskan pengertian tujuan penelitian
4. Menjelaskan macam tujuan penelitian

Petunjuk Jawaban Latihan


1. Lihat pembahasan pengertian manfaat penelitian
2. Lihat pembahasan manfaat penelitian
3. Lihat pembahasan pengertian tujuan penelitian
4. Lihat pembahasan macam tujuan penelitian

37|RISET
Keperawatan
Rangkuman
1. Tujuan penelitian diperoleh dari rumusan masalah penelitian yang telah ditetapkan
sebagai indicator terhadap hasil yang diharapkan. Tujuan dari penelitian berguna
untuk mengidentifikasi, menjelaskan, mempelajari, membuktikan, mengkaji,
memprediksi alternatif pemecahan masalah terhadap masalah penelitian. Tujuan
tersebut menandakan ide dari riset, misalnya deskriptif, corelasi, dan komparatif.
Dengan adanya tujuan tersebut akan mempermudah untuk mencapai hasil yang
diharapkan.
2. Rumusan tujuan penelitian harus selalu konsisten dengan rumusan masalah.
Berapa banyak masalah dirumuskan, sebanyak itu pula tujuan yang akan dicapai.
Untuk itu, perlu ditetapkan suatu tujuan penelitian berdasarkan persoalan yang
dipilih. Tujuan penelitian adalah suatu indikasi kearah mana atau apa yang dicari
melalui penelitian itu, yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang konkret
dapat diamati dan dapat diukur. Tujuan dari riset ini biasanya adalah untuk
mengidentifikasi, menjelaskan atau memprediksi alternatif pemecahan masalah.

Tes Formatif

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terletak pada
bagian akhir modul 1 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah penilaian
dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat pengusaan anda terkait
materi pada kegiatan belajar 1.

Tingkat Pengetahuan = Jumlah Jawaban benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan :

38|RISET
Keperawatan
90 – 100% = Baik sekali
80- 89% = Baik
70 – 79% = Cukup
<70% = kurang
Apabila anda mencapai nilai 80% atau lebih, anda dapat meneruskan mempelajari
kegiatan belajar 2. BAGUS, TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA! Jika masih di bawah
80% berarti anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1
terutama pada bagian yang belum anda kuasai.

39|RISET
Keperawatan
40|RISET
Keperawatan
MODUL 4
KERANGKA KONSEP

Pendahuluan
Bismillah. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Adek-adek yang senantiasa
diridhai Allah. Hari ini kita akan belajar tentang kerangka konsep. Setelah
menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan Anda dapat :
1. Menjelaskan pengertian kerangka teori dan kerangka konsep
2. Menjelaskan perbedaan kerangka teori dan kerangka konsep
3. Menjelaskan suatu masalah penelitian dengan kerangka teori dan kerangka
konsepnya
4. Jelaskan kerangka konsep dengan variabel perancu

Pengertian
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini
gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu
topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu / teori yang dipakai
sebagai landasan penelitian yang didapatkan pada tinjauan pustaka atau kalau boleh
dikatakan oleh penulis merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan
dengan garis sesuai variabel yang diteliti. Tinjauan pustaka berisi semua pengetahuan
(teori, konsep, prinsip, hukum maupun proposisi) yang nantinya bisa membantu untuk
menyusun kerangka konsep dan operasional penelitian. Temuan hasil peneliti yang
telah ada sangat membantu dan
mempermudah peneliti membuat kerangka konseptual. Kerangka konseptual
diharapkan akan memberikan gambaran dan mengarahkan asumsi mengenai variabel-
variabel yang akan diteliti. Kerangka konseptual memberikan petunjuk kepada peneliti
di dalam merumuskan masalah penelitian. Peneliti akan menggunakan kerangka
konseptual yang telah disusun untuk menentukan pertanyaan-

41|RISET
Keperawatan
pertanyaan mana yang harus dijawab oleh penelitian dan bagaimana prosedur empiris
yang digunakan sebagai alat untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan
tersebut. Kerangka konseptual diperoleh dari hasil sintesis dari proses berpikir deduktif
(aplikasi teori) dan induktif ( fakta yang ada, empiris), kemudian dengan kemampuan
kreatif-inovatif, diakhiri dengan konsep atau ide baru yang disebut kerangka
konseptual.

Keterangan gambar :
Konsepsi adalah hasil tangkapan seseorang atau gambaran tentang objek atau ide
terhadap rangsangan (stimulus) objek yang merupakan proses mental untuk berpikir
kreatif. Pertemuan telur dan sperma adalah contoh suatu konsepsi. Bagaimana supaya
telur dan sperma bertemu (konsepsi) pada tempat yang bisa membuahkan bayi yang
sehat, maka proses ini merupakan konseptualisasi. Konseptualisasi adalah suatu
proses mental dimana seorang ilmuwan menyusun konsep yang didasarkan
pengalaman, berpikir deduktif dan induktif. Konsep adalah hasil akhir dari proses
konseptualisasi. Hasil dari proses kegiatan ini menghasilkan sebuah konsep atau bayi
sehat. Contoh :
Sehat adalah konsep, istilah ini mengungkap sejumlah observasi tentang hal-hal atau
gejala-gejala yang mencerminkan kerangka keragaman kondisi kesehatan seseorang.
Untuk mengetahui apakah seseorang itu sehat atau tidak sehat maka pengukuran
konsep sehat tersebut harus melalui konstruksi atau variable-variabel, misalnya :
tekanan darah, denyut nadi, Hb darah, dan sebagainya. Tekanan darah, denyut nadi,

42|RISET
Keperawatan
Hb darah dan sebagainya ini adalah variabel-variabel yang digunakan
untuk mengobservai atau mengukur apakah seseorang itu sehat atau sakit.
Pemilihan kerangka konsepsual yang tepat pada sebagian besar penelitian
ditentukan oleh beberapa landasan, yaitu :

1. Landasan pertama berpikir deduktif; analisis teori, konsep, prinsip, premis yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Oleh karena itu peneliti harus
membuat analisis secara hati-hati dan kritis serta menelaah semua kepustakaan
yang berhubungan dengan subyek penelitian secara cermat, sebelum
memformulasikan hipotesis yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian
tersebut.
2. Landasan kedua berpikir induktif ; analisis penelusuran hasil penelitian orang lain
yang mendahului yang terkait dengan masalah dan tujuan penelitian.
3. Landasan ketiga adalah merumuskan permasalahan dan penetapan tujuan
penelitian atas dasar sintesis dari analisis landasan pertama dan kedua dengan cara
berpikir kreatif-inovatif; sintesis pengalaman, teori, fakta, tujuan penelitan dan
logika berpikir kreatif disusun menjadi kerangka konseptual penelitian.
Ada semacam asas dalam pembuatan kerangka pikir atau kerangka konseptual, yaitu :
Untuk pendidikan sarjana, kerangka konsep mengacu pada suatu konsep yang telah
ada (cukup satu). Variabel yang membentuk kerangka konsep disesuaikan dengan
variabel yang relevan dengan permasalahan yang ada (tujuan penelitian). Jadi mencoba
mencocokkan teori, konsep dengan realita permasalahan di lapangan. Untuk
pendidikan magister, selain berdasarkan kerangka konsep yang ada (bisa lebih dari
satu), juga diminta ada masukan ide atau gagasan baru. Paling tidak ada modifikasi
variable yang disesuaikan realita di lapangan. Tujuan akhir penelitian program magister
lebih diutamakan dalam bentuk ide dan atau teknologi pemecahan masalah.

Untuk pendidikan doktor, maka konsep yang ada harus dimodifikasi, artinya seorang
program doktor juga ada ide, gagasan inovatif dalam mengembangan konsep. Ide

43|RISET
Keperawatan
inovatif yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi di mana penelitian tersebut
diadakan, sehingga menghasilkan pengetahuan baru.
Tahap penyusunan kerangka konseptual.
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian. Untuk itu langkah-
langkah yang dilakukan sebelum membuat kerangka konseptual ini adalah :
1. Seleksi dan definisi konsep (logika berpikir untuk mencoba menjelaskan atau atribut
dari masalah yang akan diteliti)
2. Mengembangkan pernyataan hubungan.
3. Mengembangkan konsep dalam gambar / kerangka. Yang meliputi :
 Disesuaikan dengan pernyataan masalah.
 penjelasan bagaimana hubungan masalah dengan variabel yang lain, yang
diduga sebagai penyebab timbulnya masalah. Arah kerangka sesuaikan dengan
variable yang akan diteliti dengan mengembangkan konsep dalam gambar /
kerangka dengan membuat garis mana yang diteliti dan tidak dengan
menggunakan garis sambung atau terputus, serta buat panah untuk bagian yang
ada pengaruhnya dan tidak untuk bagian yang tidak ada pengaruh
 Identifikasi dan analisa teori yang diaplikasikan. misalkan

44|RISET
Keperawatan
Beberapa Contoh bagan Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual pengaruh pemberian ASI Eksklusif pada perkembangan motorik


halus dan motorik kasar bayi usia 6 bulan
Kerangka Teoritis
Kerangka Teori adalah hubungan antar konsep berdasarkan studi empiris.
Kerangka teori harus berdasarkan teori asal / grand theory. Sebagai contoh masalah
perilaku ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya dapat menggunakan kerangka
teori dari Green yang sering digunakan mahasiswa, atau dapat juga menggunakan
kerangka teori reason action, Health Believe Model, atau teori lain yang sesuai dengan
masalah penelitian yang dapat di temukan dalam buku ajar Health Behavior Theory for
Public Health dan buku ajar lainnya.
Jika masalah yang diteliti berhubungan dengan penyakit tetapi yang di dalami
adalah pengetahuan tentang penyakit tersebut, maka dapat menggunakan teori
pengetahuan seperti tacit knowledge dan explicit knowledge. Contoh PERCEDE teori
Green dapat dilibat pada gambar berikut ini.7

45|RISET
Keperawatan
Gambar 1. PERCEDE Teori Green.7

C. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep adalah hubungan antara konsep yang dibangun
berdasarkan hasil-hasil studi empiris terdahulu sebagai pedoman dalam melakukan
penelitian. Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal
yang khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat
langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati dan diukur melalui
konstruk yang dikenal dengan istilah variabel.

Variabel adalah sesuatu yang bervariasi. Variabel penelitian adalah sesuatu


yang bervariasi yang dapat diukur. Contoh variabel dalam penelitian kesehatan
adalah Hb darah, tekanan darah, berat badan, kunjungan ANC, jenis tenaga
kesehatan, dan lain sebagainya. 1
Kerangka Konsep dapat berpijak pada kerangka teori yang dibentuk pada
bab II. Kerangka teori biasanya lebih kompleks dari kerangka konsep, karena tidak
semua variabel dalam kerangka teori diangkat menjadi variabel penelitian. Oleh
karena itu pada BAB II sebelum gambar kerangka konsep penelitian dipaparkan,
peneliti wajib menjustifikasi mengapa variabel lain tidak diteliti. Alasan yang
disampaikan harus ilmiah, buka sekedar keterbatasan waktu, dana, tenaga dan
kemampuan penelitia saat itu. Contoh gambar kerangka konsep dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

46|RISET
Keperawatan
Kerangka Konsep

Gambar 2. Contoh Kerangka Konsep 1

Contoh Kerangka Konsep lain yang meneliti variabel perancu/confounding variables


dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Kerangka Konsep dengan variabel perancu

Gambar 3. Kerangka Konsep dengan Variabel Perancu8


Latihan
1. Menjelaskan pengertian kerangka teori dan kerangka konsep
2. Menjelaskan perbedaan kerangka teori dan kerangka konsep
3. Menjelaskan suatu masalah penelitian dengan kerangka teori dan kerangka
konsepnya

47|RISET
Keperawatan
4. Jelaskan kerangka konsep dengan variabel perancu

Petunjuk Jawaban Latihan


1. Lihat penjelasan pengertian kerangka teori dan kerangka konsep
2. Lihat penjelasan perbedaan kerangka teori dan kerangka konsep
3. Lihat penjelasan suatu masalah penelitian dengan kerangka teori dan kerangka
konsepnya
4. Lihat penjelasan kerangka konsep dengan variabel perancu

Rangkuman
a. Kerangka Teori adalah hubungan antar konsep berdasarkan studi empiris. Kerangka
teori harus berdasarkan teori asal / grand theory peningkatan komunikasi yang
efektif
b. Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti kepastian tepat
lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien.

Tes Formatif

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terletak pada
bagian akhir modul 1 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah penilaian
dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat pengusaan anda terkait
materi pada kegiatan belajar 1.

Tingkat Pengetahuan = Jumlah Jawaban benar x 100%


Jumlah soal

48|RISET
Keperawatan
Arti tingkat penguasaan :
90 – 100% = Baik sekali
80- 89% = Baik
70 – 79% = Cukup
<70% = kurang
Apabila anda mencapai nilai 80% atau lebih, anda dapat meneruskan mempelajari
kegiatan belajar 2. BAGUS, TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA! Jika masih di bawah
80% berarti anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1
terutama pada bagian yang belum anda kuasai.

49|RISET
Keperawatan
MODUL 5
TINJAUAN/PENELUSURAN PUSTAKA

Pendahuluan
Bismillah. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Adek-adek yang senantiasa
diridhai Allah. Hari ini kita akan belajar tentang tinjauan pustaka. Setelah
menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan Anda dapat :
1. Menjelaskan pengertian tinjauan pustaka
2. Menjelaskan tujuan tinjauan pustaka
3. Menjelaskan sumber-sumber tinjauan pustaka

Kegiatan Belajar I
Pengertian
Tinjauan /penelusuran pustaka adalah pengkajian kembali literatur-literatur yang
relevan (review of related literature) dengan penelitian yang sedang dikerjakan. Istilah
lain dari tinjauan pustaka yang sering digunakan para peneliti adalah studi literatur.
Studi literatur yang dibuat dengan membaca banyak buku, majalah kesehatan, artikel,
jurnal penelitian dan sumber lainnya akan mempermudah peneliti dalam merumuskan
1
kerangka konsep penelitian. Referensi lain menyebutkan istilah lain dari tinjauan
pustaka adalah studi kepustakaan yang mempunyai arti yang sama dengan yang telah
dijelaskan di atas.
Tinjauan pustaka diperlukan untuk memberikan pemantapan dan penegasan tentang
ciri khas penelitian yang hendak dikerjakan. Ciri khas penelitian ini akan tampak dengan
melampirkan referensi yang digunakan dalam daftar pustaka baik dari buku-buku ajar,
artikel dan jurnal penelitian sebelumnya. Suatu naskah penelitian yang berbobot harus
terdiri dari 80% artikel/jurnal penelitian, dan sisanya dapat dari buku ajar yang relevan
dan sumber lain yang membahas masalah penelitian yang diteliti.

50|RISET
Keperawatan
Jika peneliti menggunakan karya orang lain tanpa menampilkan sumbernya, baik
nama author (penulis/peneliti), tahun, judul, tempat dan penerbit dan sebagainya yang
dilampirkan dalam daftar pustaka, atau nama dan tahun (Metode Harvard) pada naskah
penelitian merupakan praktik plagiat. Plagiarisme akan menjadikan seorang peneliti di
tuntut secara hukum dan mempunyai sejarah dalam hal akademik yang buruk, yang
akan dipikul seumur hidup.

Tinjauan pustaka dalam penelitian kesehatan tidak hanya membahas secara


substansial variabel dependen maupun variabel independen yang diteliti dari berbagai
buku ajar / texbook. Pada Tinjauan pustaka peneliti secara mendalam menggali teori
yang berhubungan dengan variabel yang diteliti, kemudian melakukan investigasi dari
penelitian sebelumnya yang relevan sehingga memahami secara mendalam masalah
dan faktor penyebab masalah penelitian yang akan diteliti.
Penelitian yang terdahulu yang dapat dipaparkan pada tinjauan pustaka antara lain
hasil penelitian baik deskriptif maupun analitik (kuantitatif/kualitatif). Selain itu yang
perlu didalami adalah metoda penelitian apakah sudah sesuai, dampak dari masalah
peneltian tersebut baik positif maupun negatif, sehingga dapat menjadi pedoman
apakan hasil penelitian tersebut dapat di aplikasikan di lingkungan / lokasi penelitian
yang dipilih oleh peneliti. Hal-hal yang perlu di muat dalam tinjauan pustaka dalam
penelitian kesehatan antara lain:
1. Teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.
2. Seluruh aspek penyakit yang diteliti tidak perlu ditulis dalam tinjauan pustaka, hal-
hal yang ditulis difokuskan pada aspek yang akan diteliti dengan penekanan utama
pada hubungan variabel yang dipermasalahkan (dependen) dengan variabel lain
yang menjadi faktor penyebab maupun perancu.
3. Buku sumber pustaka sebaiknya tidak terlalu lama tahunnya sehingga masih up to
date (10 tahun) kecuali yang menjadi grand theory sebagai acuan kerangka teori di
akhir bab 2, tetapi setidaknya carilah terbitan yang terbaru .

51|RISET
Keperawatan
4. Gunakan hasil penelitian dalam artikel / jurnal yang relevan yang dapat memperkuat
teori yang dibangun dengan sumber yang up to date.
5. Membuat kerangka teori sebagai dasar untuk mengembangkan kerangka konsep
penelitian. Dengan membuat kerangka toeri, maka peneliti dapat meletakkan
masalah yang sedang diteliti dalam konteks ilmu pengetahuan yang sedang
didalami.

Tujuan Tinjauan Pustaka


Tujuan utama membuat tinjauan pustaka adalah menjadi dasar pijakan atau fondasi
untuk memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka pikir, menentukan
hipotesis penelitian, mengorganisasikan, dan kemudian menggunakan variasi pustaka
dalam bidangnnya.

Fungsi Tinjauan Pustaka


Fungsi tinjauan pustaka antara lain untuk (1) mengetahui sejarah masalah penelitian,
(2) membantu memilih prosedur penyelesaiaan masalah penelitian, (3) memahami latar
belakang teori masalah penelitian, (4) mengetahui manfaat penelitian sebelumnya, (5)
menghindari terjadinya duplikasi penelitian, dan (6) memberikan pembenaran alasan
pemilihan masalah penelitian, yang akan dijelaskan secara rinci di bawah ini.

1. Mengetahui Sejarah Masalah Penelitian. Berdasarkan sejarah masalah yang berkaitan


dengan masalah penelitiannya, peneliti akan mendapatkan informasi tentang hal-hal
yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, aspek-aspek yang telah diteliti,
prosedur-prosedur yang telah diterapkan, hasil dan hambatan yang ditemukan di
dalam penelitian, dan perbedaan antara masalah yang hendak dipecahkan dengan
masalah-masalah yang sudah dipecahkan orang lain.
2. Memilih Prosedur Penyelesaiaan Masalah Penelitian. Berdasarkan prosedur-prosedur
yang telah diterapkan oleh para peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan
masalah penelitiannya, peneliti dapat memilih prosedur yang cocok atau membuat

52|RISET
Keperawatan
prosedur baru berdasarkan kajian tentang kelebihan dan kekurangan dari prosedur-
prosedur yang ada.
3. Memahami Latar Belakang Teori Masalah Penelitian. Berdasarkan latar belakang
teori masalah penelitian, peneliti dapat memetakan kedudukan masalah
penelitiannya ke dalam perspektif cakupan pengetahuan yang lebih luas, sehingga
dapat membantu peneliti dalam menjelaskan pentingnya penelitan itu dilakukan
serta dampak dari hasil penelitiannya.

4. Mengetahui Manfaat Penelitian Sebelumnya. Berdasarkan kajian dari hasil-hasil


penelitian sebelumnya yang relevan, peneliti dapat memperkirakan manfaat hasil
penelitian yang akan dilaksanakannya.
5. Menghindari Terjadinya Duplikasi Penelitian. Pengkajian pustaka dapat menghindari
duplikasi penelitian. Dalam batas-batas tertentu suatu penelitian boleh merupakan
duplikasi dari penelitian lain, sepanjang penelitian yang akan dilaksanakan memiliki
tujuan berbeda untuk melengkapi hasil penelitian sebelumnya atau mempunyai
alasan yang kuat untuk meragukan hasil penelitian sebelumnya (bukan plagiat).
6. Memberikan Pembenaran Alasan Pemilihan Masalah Penelitian. Kajian pustaka harus
berfungsi sebagai kajian secara kritis tetapi singkat tentang kekhususan, manfaat
dan kelemahan dari penelitian sebelumnya (bukan sekadar senarai teori atau hasil
penelitian yang relevan saja), sehingga peneliti dapat memberikan pembenaran
tentang pentingnya masalah tersebut diteliti.

Peran Tinjauan Pustaka


Melalui tinjauan pustaka, peneliti dapat memiliki pemahaman yang luas dan dalam
tentang masalah penelitian yang diteliti. Selanjutnya peran tinjauan pustaka menurut
beberapa sumber antara lain:
1. Mengetahui batas-batas cakupan permasalahan penelitian.
2. Dapat menempatkan pertanyaan penelitian dari perspektif yang jelas dan
komprehensif

53|RISET
Keperawatan
3. Dapat membatasi pertanyaan penelitian yang diajukan dan menentukan konsep
studi yang berkaitan erat dengan permasalahan.
4. Dapat mengetahui dan menilai hasil-hasil penelitian yang sejenis yang bisa sama
maupun kontradiktif antara penelitian satu dengan penelitian lainnya.
5. Dapat menentukan metode penelitian yang tepat untuk memecahkan masalah
penelitian.
6. Mencegah dan mengurangi replikasi yang kurang bermanfaat dengan penelitian
sebelumnya.
7. Dapat lebih yakin dalam menginterpretasikan hasil penelitian yang hendak
dilakukannya.

Macam-Macam Sumber Tinjauan Pustaka


Adapun sumber-sumber yang dapat digunakan dalam menyusun tinjauan pustaka
adalah referensi ilmiah yang mempunyai ISBN untuk buku, ISSN untuk jurnal dan
sedapat mungkin dari jurnal ilmiah yang berbobot. Sumber-sumber referensi ilmiah
yang dapat digunakan dalam penelitian kesehatan antara lain:

1. Jurnal Penelitian : Jurnal penelitian yang dimaksud adalah jurnal ilmiah yang telah
memiliki ISSN, terakreditasi baik jurnal lokal, nasional maupun internasional. Akan
lebih bagus lagi jika jurnal yang di ambil sebagai referensi adalah jurnal yang sudah
terindeks SCOPUS. Sebagai contoh jurnal ilmiah dapat diakses melalui Proquest,
EBSCO, WHO, Cochrane dan lain sebagainya. Di Indonesia Kementrian Riset dan
Pendidikan Tinggi (KEMENRISTEK DIKTI) telah memfasilitasi seluruh civitas
akademika baik di PTN maupun PTS untuk dapat mengakses jurnal ilmiah yang
bagus dengan berlangganan portal jurnal seperti EBSCO, Proquest dll. Password
jurnal tersebut data diperoleh dengan menghubungi pustakawan di perguruan tinggi
masing-masing. Penelitian yang berkualitas jika menggunakan sumber pustaka dari
jurnal ilmiah sebesar 80% dari seluruh referensi yang ada.

54|RISET
Keperawatan
2. Buku Ajar : Buku ajar yang telah dipublikasi oleh penerbit baik dari dalam maupun
luar negeri. Buku yang sudah dipublikasi akan memiliki nomor ISBN. Sedapat
mungkin gunakan buku yang ditulis oleh author yang kompeten di bidangnya, baik
sebagai pendidik maupun praktisi kesehatan. Untuk melihat kualitas buku ajar
tersebut, lihat bagian referensi yang digunakan. Jika menggunakan referensi yang
up to date dan dapat dipertangungjawabkan, buku ajar tersebut adalah buku yang
layak digunakan dan dapat menjadi koleksi peneliti.
3. Artikel dari Internet : artikel dari internet yang layak dijadikan sumber pustaka
adalah artikel yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun institusi pendidikan.
Peneliti harus mencantumkan URL / alamat situs tersebut sebagai syarat penulisan
referensi ilmiah. Contohnya artikel elektronik dari WHO, Kemenkes, Harvard
University, Universitas Indonesia, dan lain sebagainya.
4. Narasumber : Menggunakan sumber pustaka dari narasumber dapat digunakan jika
sumber lainnya tidak ada atau waktu penerbitannya sudah lebih dari 10 tahun.
Sebagai bukti harus dicantumkan kapan dan dimana topik tersebut dibicarakan
seperti seminar, workshop dan pertemuan ilmiah lainnya. Untuk studi kualitatif,
dapat dilampirkan bukti berupa transkrip dari rekaman yang di rekam saat
narasumber tersebut berbicara pada acara tersebut dilaksanakan. Narasumber yang
dimaksud adalah narasumber yang kompeten dan seorang guru besar.
5. Majalah Kesehatan : sepanjang majalah kesehatan tersebut memiliki ISBN dan
authornya dapat di kontak untuk dimintai keterangan ataupun konfirmasi terkait
masalah penelitian yang diteliti, sumber tersebut dapat digunakan.

Jumlah Referensi yang Dibutuhkan


Para peneliti dari berbagai disiplin ilmu memiliki hak seluas-luasnya untuk
mengembangkan rasa ingin tahunya. Namun demikian ada batasan yang harus dipatuhi
yaitu harus berdasarkan sistematika yang jelas dan sesuai dengan domain masing-
masing peneliti. Hal ini disebabkan karena penelitian yang dilakukan khusunya
penelitian di dunia kesehatan, harus sesuai dengan kode etik penelitian. Hak peneliti

55|RISET
Keperawatan
yang luas ini harus diimbangi juga dengan tanggung jawab yang besar. Pengembangan
5
ilmu harus mengacu kepada peningkatan kesejahteraan umat manusia.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi, segala hasil
penelitian yang dilakukan di berbagai negara dapat segera di ketahui hanya berbekal
komputer dan internet. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi para peneliti untuk
membatasi sumber ilmiah yang relevan yang harus digunakan. Sumber data online
antar lain :

Database ilmiah nasional


ISJD (http://isjd.pdii.lipi.go.id/)
IPI Portal Garuda (http://id.portalgaruda.org/)
Indonesia One Search (http://onesearch.id/)
LARAS (http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog)
E-Resources Perpusnas RI (http://e-resources.perpusnas.go.id/)
Paten Indonesia (http://e-statushki.dgip.go.id/)
BSE Kemdikbud RI (http://bse.kemdikbud.go.id/)
iPUSNAS (http://ipusnas.id/)
KBBI Daring (http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/)
Tesaurus Kemdikbud (http://tesaurus.kemdikbud.go.id/tematis/)
Ensiklopedia Kemdikbud (http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/)
Database perpustakaan digital lainnya

Database ilmiah internasional


SpringerLink (http://link.springer.com/)
JSTOR (http://www.jstor.org/?redirected=true)
DOAJ (https://doaj.org/)
DOAB (http://www.doabooks.org/)
OATD (https://oatd.org/)
OAPEN (http://www.oapen.org/)

56|RISET
Keperawatan
SOCOPEN Papers (https://socopen.org/papers/)
OpenDOAR (http://www.opendoar.org)
Open Book (http://b-ok.org/& http://en.bookfi.net/ )
OpenDocs (https://opendocs.ids.ac.uk/opendocs/)
ScienceDirect (http://www.sciencedirect.com/science/jrnlallbooks/all/open-access)
IFLA Journal (http://www.ifla.org/publications/node/1691)
Research Publishing (https://research-publishing.net/publications/proceedings)
EThOS/e-Theses Online Services (http://ethos.bl.uk/)
The National Acedemies Press (https://www.nap.edu/)
ClinicalKey-Register (https://www.clinicalkey.com/#!/browse/journals)
Sci-Hub (http://sci-hub.cc/)
OpenPatent (http://www.uspto.gov/; https://worldwide.espacenet.com/;
https://www.jpo.go.jp/index.htm; https://patents.google.com/;
http://www.freepatentsonline.com)
Database ilmiah global lainnya
Prinsipnya bahwa ketika menelusur literatur di database online, penelusur harus
memilih sumber-sumber literatur kredibel dan mutakhir, dengan melihat aspek: (1)
relevansi judul literatur; (2) keterbaruan data literatur (up todate); dan (3) sumber
informasi literatur yang akan dijadikan bahan tulisan/penelitian. Sebaiknya dalam
memanfaatan hasil penelusuran diutamakan dari sumber referensi primer (proporsi
80%) dan selebihnya referensi sekunder (20%). Sumber referensi primer, terdiri atas
jurnal, prosiding/makalah, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, paten, standar,
dan dokumen sejarah; sedangkan referensi sekunder mencakup buku umum dan
sumber informasi ilmiah di internet
Seringkali para mahasiswa atau peneliti pemula bertanya tentang batasan jumlah
referensi ilmiah yang digunakan. Dalam hal kuantitas referensi yang digunakan, tidak
ada batasan. Tetapi dalam hal kualitas, ada batasan yang jelas yakni 80% dari seluruh
referensi harus berasal dari jurnal ilmiah.

57|RISET
Keperawatan
Teknik Penelusuran
Secara umum, ada dua jenis penelusuran/pencarian infomasi di database online, yaitu
penelusuran umum (general search) dan penelusuran lanjutan/canggih (advance
search).
Perbedaannya, yaitu:
1) Penelusuran umum (Gambar 3):
Pencarian berbasis topik/subjek literatur (bersifat umum)
Belum menetapkan judul spesifik
Belum menetapkan jenis/format literatur
Baru mengenal database/fitur penelusuran
2) Penelusuran lanjutan (Gambar 4):
Pencarian berbasis kata kunci (keywords)
Jenis literatur (bersifat spesifik)
Sudah menetapkan judul, bahasa, tipe file, dan tahun terbit literatur
Sudah sering melakukan penelusuran dengan teknik lanjutan di berbagai database

Ada beberapa institusi pendidikan yang membuat batasan minimal referensi ilmiah yang
digunakan misalnya setiap variabel harus di ambil dari sekian referensi seperti di bawah
ini:

1. Strata I ke bawah harus terdiri dari 5 jurnal penelitian / buku ajar dari luar negeri
dan sisanya boleh ditambahkan buku ajar atau jurnal penelitian dari dalam negeri
2. Strata II harus terdiri dari 8 jurnal penelitian / buku ajar dari luar negeri dan sisanya
boleh ditambahkan buku ajar atau jurnal penelitian dari dalam negeri.
3. Strata III harus terdiri dari 10 jurnal penelitian / buku ajar dari luar negeri dan
sisanya boleh ditambahkan buku ajar atau jurnal penelitian dari dalam negeri

Cara Membuat Tinjauan Pustaka


Pembuatan kajian pustaka sebaiknya mengikuti langkah awal, sebagai berikut :

58|RISET
Keperawatan
1. Mulai mencari sumber yang relevan baik dari buku ajar, jurnal cetak maupun jurnal
elektronik dan lain sebagainya.
2. Buatlah matriks untuk mengisi ringkasan referensi yang diperoleh baik jurnal, artikel,
buku ajar dan lain sebagainya agar saat menulis dengan segera dapat ditemukan
sumber mana yang dimaksud.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang untuk dapat meningkatkan konsentrasi dan fokus
pada saat mulai menulis
4. Baca dahulu panduan penulisan, sehingga pada saat melakukan editing pada tulisan
kita, tidak terlalu banyak yang dirubah terkait penulisan.
5. Selain melakukan ringkasan dengan tools matriks yang digunakan, proses analisis
juga kita lakukan terhadap jurnal yang dibaca, apakah relevan dan layak digunakan
atau tidak.
6. Kunci sukses dalam menulis adalah niat dan aksi harus sejalan. Jika tidak pernah
memulai, maka tidak akan pernah selesai.
7. Lakukan refresh otak dan pikiran jika mulai jenih, munculkan motivasi pada diri
sendiri.

Latihan :
1. Jelaskan pengertian tinjauan pustaka
2. Jelaskan tujuan tinjauan pustaka
3. Jelaskan sumber-sumber tinjauan pustaka

Petunjuk latihan :
1. Pelajari pengertian tinjauan pustaka
2. Pelajari tujuan tinjauan pustaka
3. Pelajari sumber-sumber tinjauan pustaka

Rangkuman

59|RISET
Keperawatan
a. Tinjauan /penelusuran pustaka adalah pengkajian kembali literatur-literatur yang
relevan (review of related literature) dengan penelitian yang sedang dikerjakan.
Istilah lain dari tinjauan pustaka yang sering digunakan para peneliti adalah
studi literatur.
b. Penelusuran pustaka merupakan salah satu cara menghindari plagiarism.

Tes Formatif

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terletak pada
bagian akhir modul 1 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah penilaian
dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat pengusaan anda terkait
materi pada kegiatan belajar 1.

Tingkat Pengetahuan = Jumlah Jawaban benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan :


90 – 100% = Baik sekali
80- 89% = Baik
70 – 79% = Cukup
<70% = kurang
Apabila anda mencapai nilai 80% atau lebih, anda dapat meneruskan mempelajari
kegiatan belajar 2. BAGUS, TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA! Jika masih di bawah
80% berarti anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1
terutama pada bagian yang belum anda kuasai.

Kegiatan Belajar II

60|RISET
Keperawatan
Aplikasi Penelusuran Pustaka
Setelah pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu :
Mahir menggunakan aplikasi dalam pembuatan tinjauan pustaka.

Pendahuluan
Pembuatan pustaka dapat menggunakan cara manual atau menggunakan aplikasi.
Aplikasi yang dapat digunakan adalah Mendeley. Mendeley merupakan salah satu
piranti lunak yang memiliki kemampuan dalam mengolah database ilmiah berupa e-
journal, e-book dan referensi lainnya. Fungsi sebagai library yang disertai dengan
kemampuan digunakan sebagai pengolah daftar pustaka dalam penyusunan karya tulis
ilmiah. Mendeley merupakan program aplikasi berdiri sendiri gratis untuk mengelola
kepustakaan dan mengembangkan jejaring sosial akademik yang bermanfaat untuk
mengelola kepustakaan, saling berbagi kepustakaan secara online, dan mencari
kepustakaan terkini (Lukman, 2016). Aplikasi mendeley ini, memiliki beberapa
kelebihan, antara lain (Lukman, 2015):
1) Dapat berjalan pada MS Windows, Mac, ataupun Linux.
2) Menampilkan metadata dari sebuah file PDF secara otomatis.
3) Backup dan sinkronisasi data dari beberapa komputer dengan akun online.
4) Smart filtering dan tagging.
5) PDF viewer dengan kemampuan anotasi dan highlighting.
6) Impor dokumen dan makalah penelitian dari situs eksternal (misalnya
PubMed, Google Scholar, arXiv, dll).
7) Integrasi dengan berbagai perangkat lunak pengolah kata seperti MS Word,
Open Office, dan Libre Office.
8) Fitur jejaring sosial.
9) iPhone dan iPad app.
10)Free web storage sebesar 2 GB yang dapat dimanfaatkan sebagai online backup.
Selain Mendeley, ada beberapa aplikasi reference manager yang dapat dijadikan
pengelola

61|RISET
Keperawatan
hasil penelusuran literature untuk penelitian, antara lain:
Zotero (https://www.zotero.org/)
BibDesk BibTex (http://bibdesk.sourceforge.net/)
Bibus (https://sourceforge.net/projects/bibus-biblio/)
CiteULike (http://www.citeulike.org/)
EndNote (http://endnote.com/)
JabRef (http://www.jabref.org/)
RefFormer (http://refformer.com/)
Skim (http://skim-app.sourceforge.net/manual/)
Menjalankan Aplikasi Mendeley
Secara umum, Mendeley dapat dijalankan dengan dua cara, yaitu offline versi
desktop dan online di http://www.mendeley.com.
Berikut ini tahapan menjalankan aplikasi Mendeley:
1) Instalasi dan aktivasi akun
Untuk menjalankan Mendeley versi offline, pengguna harus men-download
aplikasinya terlebih dahulu di https://www.mendeley.com/download-mendeley-
desktop/ dan menginstalnya sesuai dengan tahapan yang benar. Setelah terinstal,
kemudian lakukan registrasi pendaftaran secara online di web Mendeley
(https://www.mendeley.com) hingga aktif. Hal ini tersebut dilakukan untuk aktivasi
dan notifikasi akun Mendeley versi desktop.
2) Mengelola library dalam Mendeley
Library yang dimaksud adalah menu kerja, folder, dan metadata literatur yang
dijadikan bahan kutipan dan daftar pustaka. Penulis dapat menyusun folder
berdasarkan topik atau judul penelitian, serta menggunakan style penulisan daftar
pustaka sesuai ketentuan yang berlaku. Pengelolaan hasil penelusuran literatur
secara rapih dan sistematis dalam library Mendeley sangat ditekankan agar mudah
ditelusuri. Pengelolaan library Mendeley dapat dilakukan secara pribadi maupun
kolektif/institusional. Mendeley memiliki fungsi pengarsipan dan aksesibilitas literatur
yang digunakan dalam kegiatan penelitian.

62|RISET
Keperawatan
3) Membuat kutipan dan daftar pustaka
Melalui mendeley, penulis tidak perlu menyusun kutipan dan daftar pustaka secara
manual, tetapi tinggal memiliki style penulisan yang diinginkan. Beberapa style
penulisan kutipan dan daftar pustaka di Mendeley.
4. Membuat group dan sharing publikasi
Tujuannya untuk berbagi informasi terkait sumber-sumber literatur yang dijadikan
bahan penulisan/penelitian kepada umum (yang juga sudah terdaftar di database
Mendeley online). Agar semua file literatur yang digunakan untuk bahan
penulisan dapat diakses secara online maka harus disinkronkan (synchronize) ke
web Mendeley. Ketika sudah disinkronkan, penulis dapat berbagi informasi ke
teman sejawatnya melalui grup yang telah terdaftar

Latihan
1. Install aplikasi mendeley dalam laptop anda
2. Berlatihlah menggunakan aplikasi mendeley dalam penelusuran pustaka

63|RISET
Keperawatan
MODUL 6
VARIABEL PENELITIAN

Pendahuluan
Bismillah. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Adek-adek yang senantiasa
diridhai Allah. Hari ini kita akan belajar tentang tinjauan pustaka. Setelah
menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan Anda dapat :
1. Menjelaskan pengertian variabel penelitian
2. Menjelaskan macam-macam variabel penelitian berdasarkan hubungan antar
variabel, sifat, urgensi faktual, tips skala pengukur, dan penampilan waktu
pengukuran.

Pengertian
Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
seorang peneliti dengan tujuan untuk dipelajari sehingga didapatkan informasi
mengenai hal tersebut dan ditariklah sebuah kesimpulan.
Variabel merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena sangat
tidak memungkinkan bagi seorang peneliti melakukan penelitian tanpa variabel.

Akan tetapi, terkadang banyak sekali hal juga yang menyebabkan kita kurang
pemahaman mengenai apa dan seperti apa variabel, serta ada berapakah variabel
dalam sebuah penelitian itu?

Variabel dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti dapat berubah-
ubah, bermacam-macam, berbeda-beda (tentang harga, mutu, dan sebagainya).

64|RISET
Keperawatan
Sebagian besar ahli mendefinisikan variabel penelitian sebagai kondisi-kondisi yang
telah dimanipulasi, dikontrol, atau diobservasi oleh seorang peneliti dalam sebuah
penelitiannya.

Sebagian ahli juga mendefiniskan bahwa yang dinamakan variabel adalah segala
sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam sebuah penelitian. Dari dua
pengertian di atas, bisa diartikan bahwa variabel penelitian meliputi faktor-faktor yang
berperan ketika proses penelitian itu sendiri.

Variabel penelitian ini sangat ditentukan oleh landasan teoritis dan kejelasannya yang
ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, jika landasan teori dalam suatu
penelitian berbeda, maka akan berbeda pula hasil variabelnya. Kemudian variabel-
variabel yang hendak digunakan perlu penetapan, klasifikasi dan identifikasi. Luas dan
sempitnya variabel penelitian juga dapat menentukan jumlah variabel yang akan
digunakan.

Terdapat perbedaan variabel antara ilmu ekstrak dan ilmu sosial. Pada ilmu ekstrak
variabel yang dipakai biasanya mudah diketahui karena bisa dilihat dan divisualisasikan.

Sedangkan variabel dalam ilmu sosial itu bersifat abstrak sehingga susah dijamah
secara realita. Variabel-variabel ilmu sosial lahir dari suatu konsep yang perlu dijelaskan
dan diubah bentuknya sehingga bisa diukur dan dipergunakan secara operasional.

Pendapat Para Ahli

Sudigdo Sastroasmoro
Varibel merupakan karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke
subjek lainnya.

Hatch dan Farhady (1981)

65|RISET
Keperawatan
Menurut pendapat ini variabel diartikan sebagai atribut atau objek yang memiliki variasi
antara objek dengan objek lainnya.

Bhisma Murti (1996)


Menurut Bhisma, definisi variabel yaitu fenomena yang mempunyai variasi nilai dan
variasi nilainya dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif.

Kidder (1981)
Menurut pendapat Kidder, variabel adalah suatu kualitas di mana peneliti mempelajari
dan menarik sebuah kesimpulan dari proses penelitian tersebut.

Dr. Soekidjo Notoatmojo (2002)


Menurut pendapat Dr. Soekidjo yaitu:

 Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh para anggota
dalam suatu kelompok yang berbeda dengan apa-apa yang dimiliki oleh kelompok
lain juga.
 Variabel adalah sesuatu yang dipakai sebagai ciri, sifat, maupun sifat yang
didapatkan dari penelitian tentang konsep pengetian tertentu. Contoh, Pendidikan,
umur, gen, pekerjaan, pengetahuan, dan lain sebagainya.

Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007)


Menurut Dr. Watik, variabel adalah sebuah konsep yang memilki variabilitas.
Sedangkan konsep merupakan gambaran atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu.

Kerlinger (1973)
Variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari. Contoh, Pendidikan,
penghasilan, jenis kelamin, produktifitas kerja, tingkat apresiasi, dan sebagainya.

66|RISET
Keperawatan
Variabel juga bisa dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang
berbeda. Dengan demikian, variabel itu adalah sesuatu yang bervariasi.

Jenis-jenis Variabel Penelitian

Menurut sifatnya, variabel ini dapat dibedakan menjadi 5 yaitu: Sifat variabel, hubungan
antar variabel, urgensi pembukaan instrumen, dan tipe skala pengukuran. Berikut
penjelasannya.

1. Hubungan antar Variabel

Jenis Variabel Bebas (Independent Variable)


Variabel ini mempunyai pengaruh atau menjadi penyebab terjadinya perubahan pada
variabel lain. Sehingga bisa dikatakan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel ini
diasumsikan akan mengakibatkan terjadinya perubahan variabel lain.

Contoh, jika dalam sebuah penelitian dinyatakan akan berusaha mengungkap


“pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi mahasiswa”maka variabel
bebasnya adalah “motivasi belajar”. Disebut variabel bebas karena variabel ini tidak
bergantung pada variabel lain.
Sedangkan variabel “prestasi belajar” bergantung dan dipengaruhi oleh variabel
“motivasi belajar”.
Variabel bebas atau independent ini juga biasa disebut sebagai variabel stimulus,
pengaruh dab prediktor. Di dalam pemodalan persamaan struktural, variabel bebas
disebut sebagai variabel eksogen.

Jenis Variabel Terikat (Dependent Variable)


Variabel terkait atau dependent adalah variabel yang keberadaannya menjadi suatu
akibat dikarenakan adanya variabel bebas. Disebut variabel terkait karena kondisi atau
variasinya terkait dan dipengaruhi oleh variasi variabel lain.

67|RISET
Keperawatan
Selain itu ada juga sebutan lain yaitu variabel tergantung, karena variasinya tergantung
pada variasi variabel lain. Kemudian ada juga yang menyebut variabel output, kriteria,
respon, dan indogen.

Contoh variabel dependent: Aapabila seorang peneliti hendak mengungkap “pengaruh


motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa” maka yang menjadi variabel
terikatnya adalah “prestasi belajar siswa”. Variabel ini dinamakan sebagai variabel
terikat karena tinggi dan rendahnya prestasi siswa itu tergantung variabel motivasi
belajarnya.

Jenis Variabel Kontrol (Control Variable)


Jenis variabel ini merupakan variabel yang dibatasi dan dikendalikan pengaruhnya
sehingga tidak berpengaruh pada gejala yang sedang diteliti, dengan kata lain yaitu
dampak dari variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar
yang tidak diteliti.

Dalam beberapa penelitian variabel ini tidak dinyatakan secara eksplisit, tetapi lebih ke
penelitian yang sifatnya eksperimental. Variabel ini dibutuhkan pengendalian yang
sifatnya sangat penting.

Hal sedemikian rupa dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kompleksitas


permasalahan yang sedang diteliti. Selain digunakan untuk penelitian eksperimental,
variabel kontrol juga sering dipakai peneliti apabila hendak melakukan penelitian yang
sifatnya membandingkan.

Contohnya, pengaruh metode belajar terhadap prestasi belajar siswa. Variabel bebas
dalam variabel ini adalah metode mengajar, sedangkan variabel terikatnya adalah
pretasi belajar sisiwa.

68|RISET
Keperawatan
Variabel yang ditetapkan sama yaitu mata pelajaran yang sama misal, pelajaran kimia.
Dengan adanya penetapan variabel kontrol tersebut maka dampak besarnya pengaruh
mengajar terhadap prestasi belajae sisiwa bisa diketahui lebih pasti

2. Sifat Variabel

Variabel ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

Jenis Variabel Dinamis

Pengertian variabel dinamais yaitu suatu variabel yang bisa diubah naik keadaan
maupun karakteristiknya. Variabel ini memungkinkan untuk dilakukan manipulasi atau
perubahan sesuai dengan tujuan yang diinginkan peneliti.

Perubahan tersebut dapat berupa peningkatan atau penurunan. Seperti contoh, prestasi
belajar, motivasi belajar, kinerja pegawai, dan lain-lain

Jenis Variabel Statis

Variabel statis adalah variabel yang mempunyai sifat yang tetap dan tidak dapat
diubah, baik keberadaan maupun karakteristiknya. Dalam kondisi normal sifat-sifat
tersebut sulit untuk diubah.

Contoh seperti, status sosial ekonomi, tempat tinggal, jenis kelamin, dan lain-lain.

3. Urgensi Faktual

Bedasarkan penting atau tidaknya sebuah instrumen dalam mengumpulkan data, maka
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu variabel konseptual dan faktual, berikut
penjelasannya:

Variabel Konseptual

69|RISET
Keperawatan
Dinamakan variabel konseptual karena variabel ini tidak terlihat secara fakta dan
tersembunyi dalam suatu konsep. Variabel konsep hanya bisa diketahui berdasarkan
indikator yang tampak.

Contoh variabel konsep adalah, motivasi belajar, minat, konsep diri, bakat, kinerja, dan
lain-lain. Karena tersembunyi di dalam konsep, maka keakuratan data yang terdapat
pada variabel konsep tergantung keakuratan indikator dari beberapa konsep yang
sudah dikembangkan oleh peneliti.

Variabel Faktual

Berbeda dengan yang di atas, variabel ini merupakan variabel yang ada di dalam
faktanya. Contoh yang dapat kamu lihat dalam variabel ini adalah, gen, usia, asal
daerah/sekolah, agama, pendidikan, dan lain-lain.

Karena sifatnya yang faktual, maka apabila terjadi kesalahan dalam pengumpulan data
itu bukanlah kesalahan instrumen akan tetapi respondennya, misal si responden tidak
jujur atau terdapat sifat-sifat buruk pada responden itu sendiri.

4. Tips Skala Pengukur

Ada sekitar 4 tingkatan dalam variabel ini yaitu: Nominal, interval, dan rasio, berikut
penjelasannya:

Variabel Nominal

Variabel nominal adalah, variabel yang hanya bisa dikelompokkan terpisah secara
kategori dan diskrit. Variabel nominal bisa disebut juga dengan variabel diskrit. Dilihat
dari namanya nominal atau nomi mempunyai arti nama, hal ini menunjukkan bahwa
tanda atau label hanya digunakan untuk membedakan antar variabel.

70|RISET
Keperawatan
Contoh dari variabel ini yaitu: Gender, agama, wilayah, dan lain-lain. Variabel nominal
juga merupakan variabel yang memiliki variasi paling sedikit.

Variabel Ordinal

Variabel ordinal yaitu variabel yang memiliki variasi perbedaan, tingkatan, urutan,
namun tidak memiliki kesamaan jarak perbedaan dan tidak bisa dibandingkan. Pada
urutan ini tergambar adanya gradasi atau sebuah tingkatan, namun itu semua tidak
bisa diketahui secara pasti.

Contohnya yaitu peringkat dalam kejujuran, di mana selisih yang menggambarkan jarak
pencapaian skor/pretasi juara 1, 2, 3, dan seterusnya tidak dipermasalahkan.

Variabel Interval

Berbeda lagi dengan variabel-variabel di atas, skala variabel jenis ini dapat dibedakan,
bertingkat dan memiliki jarak yang sama dari satuan hasil pengukuran, namun
kesamaan tersebut sifatnya tidak bisa dibandingkan dan tidak mutlak.’

Contoh interval, penerimaan raport dari hasil belajar diberikan angka 4, 5, 6 , 7, 8, 9,


10 dan seterusnya. Skala penilaian dari angka 1 – 10 memiliki satuan 1 per unit. Jarak
angka 4 ke 5 sama saja dengan jarak 5 ke 6…. dan seterusnya.

Namun angka tersebut tidak memiliki arti perbandingan, dalam artian bahwa angka 4
yang didapatkan oleh seorang siswa itu tidak berarti bahwa kepintaran siswa setengah
lebih baik dari siswa yang mendapat angka 8.

Variabel Rasio

Variabel rasio adalah variabel yang memiliki skor dan bisa dibedakan, diurutkan, adanya
persamaan jarak perbedaan, dan dapat dibandingkan.

71|RISET
Keperawatan
Contohnya, tinggi badan, seseorang yang tinggi badannya 50 cm adalah setengah dari
orang yang tinggi badannya 100 cm.

5. Penampilan Waktu Pengukuran

Dalam waktu pengukuran variabel dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu: Variabel


maksimalis dan tipikalis. Simak di bawah ini.

Variabel Maksimalis

Variabel maksimalis adalah, variabel yang ketika proses pengumpulan data, ada
dorongan terhadap responden agar menunjukkan penampilan maksimal. Contohnya,
kreativitas, bakat, pretasi dll.

Variabel Tipikalis

Variabel tipikalis adalah variabel yang ketika peroses pengumpulan data tidak ada
dorongan terhadap responden dalam menunjukkan penampilan secara maksimal,
namun lebih kepada jujur diri terhadap variabel yang diukur.

Contohnya yaitu: Minat, kepribadian, sikap terhadap pelajaran tertentu dll.

Latihan :
Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang topik pada kegiatan belajar ini,
berikut diberikan tugas kelompok untuk dikerjakan secara berkelompok. Ikutilah
petunjuk di bawah ini :
1. Bentuklah kelompok kecil, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang.
2. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk memahami pokok materi
yang berbeda-beda pada kegiatan belajar 1 (kelompok heterogen), yaitu masing-

72|RISET
Keperawatan
masing kelompok mengambil masalah penelitian, merancang proposal, hingga
penentuan variable.
3. Setelah anggota kelompok membuat presentasi, ditampilkan di depan kelas
4. Setelah kelompok lain menganalisa
5. Diskusikan

1. Variabel Penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh seorang peneliti dengan tujuan untuk dipelajari sehingga didapatkan informasi
mengenai hal tersebut dan ditariklah sebuah kesimpulan.
2. Jenis variabel dapat dibedakan berdasarkan hubungan antar partikel, sifat,
urgensi faktual, tips skala pengukur, dan penampilan waktu pengukuran.

Test Formatif 1
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terletak pada
bagian akhir modul 1 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah penilaian
dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat pengusaan anda terkait
materi pada kegiatan belajar 1.

Tingkat Pengetahuan = Jumlah Jawaban benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan :


90 – 100% = Baik sekali
80- 89% = Baik
70 – 79% = Cukup
<70% = kurang

73|RISET
Keperawatan
Apabila anda mencapai nilai 80% atau lebih, anda dapat meneruskan mempelajari
kegiatan belajar 2. BAGUS, TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA! Jika masih di bawah
80% berarti anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1
terutama pada bagian yang belum anda kuasai.

74|RISET
Keperawatan
MODUL 7
VALIDITAS DAN REALIBILITAS PENELITIAN

Pendahuluan
Bismillahiraahmanirrohim. Adek-adek semua yang berbahagia. Hari ini pelajaran
dilanjutkan dengan validitas dan realibilitas penelitian. Validitas dan reliabilitas menjadi
bahasan utama dalam setiap pengukuran dalam penelitian. Keduanya berfokus
bagaimana menciptakan pengukuran yang terhubung dengan konstruk yang diukur.
Reliabilitas dan validitas menjadi hal yang sangat penting karena konstruk pada teori
sosial seringkali ambigu, membingungkan dan sering kali tidak dapat secara langsung
teramati. Semua peneliti sosial ingin pengukuran yang mereka lakukan memiliki
validitas dan reliabilitas yang baik, lantas apa yang dimaksud validitas dan reliabilitas?
Bagaimana, apa, kapan mereka berfungsi dengan baik? Berikut ulasan beberapa
pertanyaan yang mungkin dapat sedikit membantu kita untuk dapat memahami
validitas dan reliabilitas. Tokoh pertama yang mendefinisikan reliabilitas adalah
Spearmen-Brown (Setyawan, 2011).

Validitas
Pengertian

Dalam penelitian, baik berbentuk kualitatif maupun kuantitatif, kriteria utama yang
harus diperhatikan adalah valid, reliabel, dan objektif. Validitas adalah derajat
ketepatan antara data yang terdapat di lapangan dan data yang dilaporkan oleh
peneliti. Kalau dalam objek penelitian terdapat warna merah, peneliti akan melaporkan
warna merah. Kalau dalam objek penelitian para pegawai bekerja dengan keras,
peneliti melaporkan bahwa pegawai bekerja dengan keras. Bila peneliti membuat

75|RISET
Keperawatan
laporan yang tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada objek, data tersebut dapat
dinyatakan tidak valid.

Validitas menunjukkan keadaan yang sebenarnya dan mengacu pada kesesuaian antara
konstruk, atau cara seorang peneliti mengkonseptualisasikan ide dalam definisi
konseptual dan suatu ukuran. Hal ini mengacu pada seberapa baik ide tentang realitas
“sesuai” dengan realitas aktual. Dalam istilah sederhana, validitas membahas
pertanyaan mengenai seberapa baik realitas sosial yang diukur melalui penelitian sesuai
dengan konstruk yang peneliti gunakan untuk memahaminya (Neuman, 2007).

Validitas yaitu mengenai apa dan seberapa baik suatu alat tes dapat mengukur,
sedangkan reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang
sama ketika diuji berulang kali dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda,
atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau
dibawa kondisi pengujian yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1998).

Azwar (1987, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata
validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen
pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas
yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan
secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur.

Suryabrata (2000, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas tes pada
dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat
kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes
tersebut benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa
jauh suatu tes mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang

76|RISET
Keperawatan
sesungguhnya dari obyek ukur, akan tergantung dari tingkat validitas tes yang
bersangkutan.

Sudjana (2004, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas berkenaan


dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul
menilai apa yang seharusnya dinilai.

Menurut Gronlund dan Linn (1990) menyebutkan bahwa Validitas adalah


ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi.
Lain lagi Menurut Arikunto (1995) Validitas adalah keadaan yang menggambarkan
tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur.
Sedangkan Sukadji (2000) mengambil pengertian bahwa Validitas adalah
derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dari pengertian beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa Validitas
adalah suatu derajad ketepatan instrumen (alat ukur), maksudnya apakah instrumen
yang digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apa yang akan diukur.

Pada dasarnya kegunaan data (setelah diolah dan dianalisis) ialah sebagai dasar yang
objektif di dalam proses pembuatan keputusan – keputusan / kebijaksanaan –
kebijaksanaan dalam rangka untuk memecahkan persoalan oleh pengambil keputusan.
Keputusan yang baik hanya bisa diperoleh dari pengambil keputusan yang objektif, dan
didasarkan atas data yang baik.
Kegunaan
Kegunaan validitas yaitu untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya yaitu agar data yang
diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut.
Validitas digunakan sebagai pengembangan dan pengevaluasian suatu tes. Selain itu,
validitas juga diperlukan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu konstruk
pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.

77|RISET
Keperawatan
RELIABILITAS DATA

Pengertian

Menurut Gronlund dan Linn (1990) Reliabilitas adalah ketepatan hasil yang diperoleh
dari suatu pengukuran.

Reliabilitas berarti keandalan atau konsistensi. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran
atribut yang sama diulang akan memberikan hasil kondisi yang identik atau sangat
mirip. Reliabilitas dalam penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa hasil numerik yang
dihasilkan oleh suatu indikator tidak berbeda karena karakteristik dari proses
pengukuran atau instrumen pengukuran itu sendiri. Kebalikan dari reliabilitas adalah
pengukuran yang memberikan hasil yang tidak menentu, tidak stabil, atau tidak
konsisten (Neuman, 2007).

Menurut Anastasi dan Urbina (1998) reliabilitas merujuk pada konsistensi skor
yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama
pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen yang
berbeda, ataupun dibawah kondisi pengujian yang berbeda.

Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti sejauh mana hasil suatu
pengukuran memiliki keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan
yang dapat dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapakali
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama
(Azwar, 2011).

Sedangkan menurut Sukadji (2000) Reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar
derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan
dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefesien. Koefesien tinggi berarti reliabilitas
tinggi.

78|RISET
Keperawatan
Anastasia dan Susana (1997) menyebutkan bahwa Reliabilitas adalah sesuatu yang
merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji
ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan
seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau di bawah
kondisi pengujian yang berbeda

Lain halnya dengan Sugiono (2005) dalam Suharto (2009) yang menyebutkan bahwa
Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki
konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara
berulang. Menurut Suryabrata (2004) Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran
dengan alat tersebut dapat dipercaya.

Dari pengertian beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Reliabilitas data
adalah derajat konsistensi data yang bersangkutan. Realibilitas berkenaan dengan
pertanyaan, apakah suatu data dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Suatu data dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama
jika diujikan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.

Kegunaan

Kegunaan dari reabilitas data adalah untuk mengetahui atau menunjukkan keajekan
suatu tes dalam mengukur gejala yang sama pada waktu dan kesempatan yang
berbeda. Reliabilitas digunakan sebagai indikator dalam mempercayai nilai dari suatu
tes karena memiliki konsistensi (Jacobs, 1991).

Berapa macam/jenis validitas dan reliabilitas dalam riset atau alat ukur?
Reliabilitas
Reliabilitas terdiri dari dua macam (Djaali, 2000, dalam Matondang, 2009), antara lain:

79|RISET
Keperawatan
– Reliabilitas konsistensi tanggapan: responden mempersoalkan apakah tanggapan
responden atau obyek ukur terhadap tes atau instrumen tersebut sudah baik atau
konsisten. Dalam hal ini apabila suatu tes atau instrumen digunakan untuk melakukan
pengukuran terhadap obyek ukur kemudian dilakukan pengukuran kembali terhadap
obyek ukur yang sama, apakah hasilnya masih tetap sama dengan pengukuran
sebelumnya.

– Reliabilitas konsistensi gabungan butir: berkaitan dengan kemantapan antara butir


suatu tes. Dengan kata lain bahwa terhadap bagian obyek ukur yang sama, apakah
hasil ukur butir yang satu tidak kontradiksi dengan hasil ukur butir yang lain.

Validitas

Menurut Neuman (2007), terdapat tiga jenis validitas pengukuran, antara lain:

Face validity. Ini merupakan validitas yang paling mudah untuk dicapai dan sebagian
besar jenis dasar dari validitas adalah face validity. Hal ini memerlukan pertimbangan
dari komunitas ilmiah bahwa indikator benar-benar dapat digunakan untuk mengukur
suatu konstruk. Kesesuaian antara definisi dan metode pengukuran yang digunakan
merujuk pada pertimbangan dari suatu konsensus komunitas ilmiah atau penilaian dari
orang lain. Content vatidity. Validitas ini membahas mengenai definisi konseptual yang
berisi ide-ide dan konsep dapat direpresentasikan dalam suatu pengukuran. Validitas isi
melibatkan tiga langkah. Pertama, menentukan definisi konstruk dari seluruh konten.
Selanjutnya, ambil sampel dari semua bidang definisi. Kemudian, mengembangkan

indikator yang mewakili semua bagian dari definisi. Validitas Kriteria. Validitas kriteria
menggunakan beberapa standar atau kriteria untuk mengindikasi konstruk secara
akurat. Validitas dari indikator diverifikasi dengan cara membandingkannya dengan
ukuran lain dari konstruk yang sama yang diterima secara

80|RISET
Keperawatan
luas. Ada dua subtipe dari jenis validitas kriteria, yaitu:
(1) Validitas konkuren. Indikator harus dikaitkan dengan indikator yang sudah ada
sebelumnya dan dinilai sebagai valid (misalnya, telah memiliki face validity).

(2) Validitas prediktif. Validitas kriteria dimana indikator memprediksi kejadian masa
depan yang logis terkait dengan suatu konstruk. Hal ini tidak dapat digunakan untuk
semua ukuran. Ukuran dan tindakan yang diprediksi harus berbeda, tetapi dapat
menunjukkan konstruk yang sama. Validitas pengukuran prediktif tidak perlu
dibingungkan dengan prediksi dalam pengujian hipotesis, dimana satu variabel
memprediksi variabel yang berbeda di masa depan. Validitas juga dibedakan menjadi :

1. Validitas Internal; ketepatan identifikasi perubahan variabel hasil eksperimen


sebagai hasil perlakuan.
Faktor2 yang mempengaruhi validitas internal:
a. Sejarah; pengalaman subyek.
b. Kematangan; manusia, binatang, benda lain.
c. Seleksi; eksperimen dan kontrol tidak berbeda.
d. Prosedur test; pretest mempengaruhi posttest.
e. Instrumen; pada pretest sama dgn pada posttest.
f. Mortalitas; Drop Out, pindah, meninggal.
g. Regresi ke arah nilai rata-rata; tinggi vs rendah.
2. Validitas Eksternal; Berkaitan dengan kemungkinan generalisasi, sejauh-mana hasil
penelitian berlaku bagi subyek dengan kondisi yang sama. Untuk mengontrol harus
diuji faktor-faktor sebagai berikut:
a. Efek seleksi berbagai bias; sampel representatif.
b. Efek pelaksanaan pretest; hanya sampel; populasi tidak.
c. Efek prosedur eksperimen; sampel atau dia diamati.
d. Gangguan penanganan perlakuan ganda; perlakuan sebelumnya berpengaruh
pada perlakuan berikutnya.

Bagaimana cara mengukur validitas dan reliabilitas?


Reliabilitas

81|RISET
Keperawatan
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara internal dan eksternal
(Sugiyono, 2010). Secara internal, reliabilitas dapat diuji dengan menganalisis
konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik internal consistency. Hal
ini dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang
diperoleh dianalisis dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split Half), KR-20
atau KR-21 (Kuder-Richarson), dan Anova Hyot (Analisis Varians), serta BEST digitek
test scoring. Spearman Brown mengukur konsistensi pengambilan aitem. KR-20
mengukur konsistensi jawaban terhadap semua aitem dan menunjukkan dua sumber
kesalahan, yaitu: pemilihan aitem dan heterogenitas dari sampel (Jacobs, 1991).

Secara eksternal, pengujian dapat dilakukan dengan cara berikut:

Test-retest. Pengujian test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen yang


sama beberapa kali pada responden yang sama, namun dilakukan dalam waktu yang
berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan
yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut
sudah dinyatakan reliabel.
Equvalent. Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, namun menggunakan dua
instrumen yang berbeda, pada responden yang sama, dan waktu yang sama.
Reliabilitas dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu
dengan data instrumen yang dijadikan equivalent.
Gabungan. Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang
equivalent beberapa kali kepada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan
mengkorelasikan dua instrumen, kemudian dikorelasikan pada pengujian kedua,
dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.

Validitas

Cara pengujian validitas sebagai berikut (Sugiyono, 2010):

82|RISET
Keperawatan
a. Pengujian validitas konstruk

Pengujian validitas konstruk dapat menggunakan pendapat para ahli mengenai aspek
yang akan diukur. Kemudian dilakukan ujicoba instrumen pada sampel dari populasi
yang akan digunakan. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruk
dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item
instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.
Pengujian validitas seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan
dengan cara mencari daya pembeda skor tiap aitem dari kelompok yang memberikan
jawaban tinggi dan jawaban rendah. Pengujian analisis daya pembeda dapat
menggunakan t-test.

b. Pengujian validitas isi

Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Di
sisi lain, pengujian validitas isi dari instrumen yang akan mengukur efektivitas
pelaksanaan program, dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen
dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Untuk menguji validitas butir-butir
instrumen lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan kepada para ahli, selanjutnya
diujicobakan, dan dilakukan analisis aitem atau uji beda.

c. Pengujian validitas eksternal

Penngujian ini dilakukan dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan)


antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di
lapangan. Bila terdapat kesamaan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut memiliki
validitas eksternal yang tinggi.

83|RISET
Keperawatan
Bagaimana cara mengembangkan validitas dan reliabilitas sesuai dengan
kebutuhan?
Untuk menggunakan validitas yang diinginkan terlebih dahulu mencari referensi
mengenai teori pengukuran yang akan dipakai, dengan demikian dapat diketahui
pengukuran yang akan digunakan sehingga dapat menghasilkan suatu validitas
nantinya (Cook&Beckman, 2006). Instrumen yang telah disusun berdasarkan suatu
teori tertentu dapat diuji validasinya menggunakan pendapat para ahli mengenai aspek
yang akan diukur. Kemudian dilakukan ujicoba instrumen pada sampel dari populasi
yang akan digunakan. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas dilakukan
dengan suatu análisis tertentu yang sesuai dengan kebutuhan.

Pengembangan reliabilitas sesuai dengan kebutuhan dapat dilakukan dengan


mengujicobakan suatu instrumen sekali atau beberapa kali kepada subjek, kemudian
melakukan analisis untuk mengetahui konsistensi dari atribut psikologis yang hendak
diukur. Selain teknik korelasi, pada reliabilitas juga berkembang analisis varians skor
dan analisis varians eror (Azwar, 2011).

Kapan validitas dan reliabilitas berfungsi/berlaku dan kapan tidak berfungsi?


Reliabilitas

Jika terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil ukur melalui butir yang satu tidak
konsisten dengan hasil ukur melalui butir yang lain maka pengukuran dengan tes (alat
ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat dipercaya. Dengan kata lain, alat ukur
tidak reliabel dan tidak dapat digunakan untuk mengungkap ciri atau keadaan yang
sesungguhnya dari obyek ukur. Kalau hasil pengukuran pada bagian obyek ukur yang
sama antara butir yang satu dengan butir yang lain saling kontradiksi atau tidak
konsisten maka kita tidak bisa menyalahkan obyek ukur, melainkan alat ukur (tes) yang
dipersalahkan dengan mengatakan bahwa tes tersebut tidak reliabel terhadap obyek
yang diukur (Sugiyono, 2010).

84|RISET
Keperawatan
Validitas

Ketika peneliti mengatakan bahwa suatu indikator itu valid, maka itu valid untuk tujuan
dan definisi tertentu. Indikator yang sama bisa valid untuk satu tujuan (misal
pertanyaan penelitian dengan unit analisis atau secara umum), tetapi bisa kurang valid
atau tidak valid untuk hal yang lainnya. Misalnya dalam mengukur prejudice, bisa valid
untuk mengukur prejudice para guru, tapi bisa jadi tidak valid untuk digunakan dalam
mengukur prejudice dari para polisi. Tidak adanya validitas terjadi jika tidak terdapat
kesesuaian atau kesesuaian yang rendah antara konstruk yang digunakan untuk
menggambarkan, membuat teori atau menganalisis dunia sosial dengan apa yang
sebenarnya terjadi dalam dunia sosial (Neuman, 2007).

Apa perbedaan hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen
yang valid dan reliabel?
Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan
data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti, sedangkan hasil penelitian
yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.

Di sisi lain, instrumen yang valid berarti instrumen yang digunakan untuk mendapatkan
data bisa mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan instrumen yang reliabel
adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama
dapat menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2010).

Bagaimana cara meningkatkan reliabilitas?


Menurut Neuman (2007), ada empat cara untuk meningkatkan reliabilitas pengukuran,
yaitu: (1) mengonseptualisasi semua konstruk secara jelas, (2) menggunakan level
pengukuran yang tepat, (3) menggunakan beberapa indikator dari suatu variabel, dan
(4) menggunakan pilot-tets (pretests, pilot studies, dan replikasi).

85|RISET
Keperawatan
Reliabilitas yang rendah dapat terjadi karena inkonsistensi pengamat,
ketidakstabilan atribut dari subjek yang diukur dan situasi pengukuran yang tidak
mendukung. Cara untuk meningkatkan reliabilitas adalah sebagai berikut (Murti, 2011):

1. Memilih item-item pertanyaan untuk alat ukur, lalu menguji konsistensi internal
dan stabilitas alat ukur melalui suatu uji coba (pilot study),

2. Menghilangkan variasi pengukuran antar-pengamat, dengan menggunakan


orang-orang terlatih dan termotivasi,

3. Menghilangkan variasi pengukuran intra-pengamat, dengan mengurangi sumber


variasi eksternal seperti kejemuan,kelelahan, lingkungan berisik, yang berpengaruh
kepada subjek penelitian maupun pengamat,

4. Melakukan koreksi terhadap pengamat, berdasarkan “kalibrasi” alat ukur dalam


studi reliabilitas,

5. Membakukan situasi/konteks/lingkungan penggunaan instrumen.

Bagaimana cara meningkatkan validitas eksternal penelitian?


Dengan cara meningkatkan validitas eksternal dari instrumen dan memperbesar jumlah
sampel (Sugiyono, 2010). Selain itu, perlu juga memilih subjek secara random dan
menjamin terpilihnya sampel yang representatif.

Bagaimana hubungan antara validitas dan reliabilitas?


Reliabilitas diperlukan untuk pengujian validitas dan lebih mudah untuk dicapai
daripada validitas. Meskipun reliabilitas diperlukan untuk memiliki ukuran yang valid dari
suatu konsep, hal itu tidak menjamin ukuran tersebut bisa berlaku. Suatu ukuran yang
reliabel (dapat menghasilkan hasil yang sama berulang-ulang), belum tentu bisa valid
atau mungkin hasil pengukuran tidak cocok dengan definisi konstruk. Jadi, hasil

86|RISET
Keperawatan
pengukuran yang konsisten atau tepat dan teliti dari suatu tes belum menjamin bahwa
hasil pengukuran yang demikian itu merupakan hasil yang dikehendaki oleh tes
tersebut. Dengan kata lain, hasil pengukuran dari suatu tes yang konsisten belum tentu
valid. Reliabilitas pengukuran instrument evaluasi diperlukan untuk mencapai hasil
pengukuran yang valid. Dalam kaitannya dengan posisi konsistensi, para penilai bisa
memiliki instrumen evaluasi yang reliable tanpa valid, sebaliknya kita mempunyai
instrument valid dengan reliabilitas yang baik.

Validitas dan reliabilitas merupakan konsep yang saling melengkapi, namun dalam
beberapa situasi keduanya bertentangan satu sama lain. Kadang-kadang, validitas
meningkat namun reliabilitas lebih sulit dicapai, atau sebaliknya. Hal ini terjadi ketika
memiliki definisi konstruk yang sangat abstrak dan tidak mudah diamati. Reliabilitas
paling mudah dicapai ketika ukuran secara tepat dan dapat diamati. Dengan demikian,
ada pertentangan antara esensi sebenarnya dari konstruk yang sangat abstrak dan
harus mengukurnya secara konkret (Neuman, 2007).

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi reliabilitas?


a) Pemilihan aitem. Tes merupakan pemilihan aitem-aitem yang digunakan untuk
mengukur suatu konstrak, dengan demikian pemilihan aitem tersebut dapat menjadi
sumber kesalahan dalam pelaksanaan tes. Untuk meningkatkan konsistensi dapat
memperbanyak pemilihan aitem yang digunakan (Jacobs,1991). Dengan demikian akan
mengurangi responden untuk asal tebak dalam menjawab. Namun aitem ini juga harus
dipertimbangkan kualitas pertanyaannya, karena apabila tidak dan aitem yang diberikan
banyak dapat membuat responden kelelahan.

b) Penyusunan aitem. Kalimat yang ambigu atau kurangnya kata dalam suatu
kalimat juga dapat mempengaruhi interpretasi responden sehingga dapat
mempengaruhi reliabilitas.

87|RISET
Keperawatan
c) Pemberian administrasi tes. Kalimat instruksi yang kurang jelas atau suasana
yang bising dapat mempengaruhi responden ketika menjawab.

d) Penilaian (scoring), pada tes esai memiliki reliabilitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan tes pilihan ganda. Karena pada tes esai, penilai memiliki
interpretasi yang berbeda-beda dalam menilai jawaban responden sehingga lebih
bersifat subyektif.

e) Tingkat kesulitan dari suatu tes. Nilai dari suatu tes menunjukkan reliabilitas
yang baik apabila nilai tersebut menyebar dari skala yang digunakan dengan demikian
dapat terlihat perbedaan antar siswa. Faktor yang terakhir adalah siswa, dimana
kelelahan, kecemasan, dan siswa sakit dapat menyebabkan reliabilitas yang rendah
karena mempengaruhi kinerja mereka dalam mengerjakan tes (Jacobs,1991).

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi validitas?


Definisi yang jelas mengenai suatu konstrak pengukuran dapat mempengaruhi
validitas (Cook & Beckman, 2006). Selain itu, faktor-faktor yang juga mempengaruhi
yaitu: panjang alat ukur, variabilitas kemampuan kelompok, instruksi tes yang ambigu,
perbedaan sosio-kultural, penambahan item-item yang tidak tepat.

Sebutkan sumber-sumber pembuktian validitas!


a) Pembuktian yang didasarkan pada konten pengujian (evidence based on test
content); mengacu pada tema, judul, format aitem-aitem, tugas, ataupun
pertanyaan pada suatu tes, serta pedoman untuk prosedur mengenai
administrasi dan skoring.

b) Pembuktian yang didasarkan pada proses-proses respon (evidence based on


response processes); berupa analisis teoritis dan empiris dari proses respon
pengambil tes.

88|RISET
Keperawatan
c) Pembuktian yang didasarkan pada truktur internal (evidence based on internal
structure); hal ini dapat menunjukkan sejauh mana hubungan antar item tes dan
komponen yang diuji sesuai dengan dasar konstruk yang digunakan untuk
menginterpretasi skor tes.

d) Pembuktian yang didasarkan pada hubungannya terhadap variabel lain (evidence


based on relations to other variables); dengan menganalisa hubungan antara
skor tes dengan variabel eksternal tes.

e) Pembuktian yang didasarkan pada konsekuensi pemberian tes (evidence based


on consequences of testing); dengan menggabungkan konsekuensi-koneskuensi
baik yang diinginkan maupun tidak diinginkan dari kegunaan tes kedalam konsep
validitas, misal kebijakan sosial (Standards: Educational and psychological
testing, 1999).

Apa yang dimaksud dengan koefisien validitas dan koefisien reliabilitas?


Reliabilitas

Koefisien reliabilitas adalah tinggi-rendahnya reliabilitas yang dapat dilihat melalui


korelasi antara dua dsitribusi skor dari dua alat ukur yang paralel yang dikenakan pada
sekelompok individu yang sama. Semakin tinggi korelasi antara hasil ukur dari dua tes
yang paralel, maka akan semakin konsisten dan dapat dikatakan sebagai alat ukur yang
reliabel. Lambang dari korelasi paralel tersebut adalah rxx’, dimana skor x adalah tes
pertama dan x’ untuk tes yang kedua. (Azwar, 2011).

Validitas

Koefisien validitas adalah hasil estimasi validitas suatu pengukuran yang dinyatakan
secara empirik biasanya dinyatakan dengan korelasi antara distribusi skor tes dengan
distribusi skor kriteria. Apabila distribusi skor tes x dan skor kriteria adalah y, sehingga

89|RISET
Keperawatan
koefisien validitasnya adalah rxy. Koefisien validitas hanya memiliki makna apabila
mempunyai nilai positif. Semakin mendekati 1,00 maka hasil tes semakin valid (Azwar,
2011).

Jelaskan makna dari koefisien validitas dan reliabilitas!

Interpretasi koefisien validitas dan reliabilitas keduanya bersifat relatif, Pada


umumnya estimasi validitas berkisar 0,50 dapat dianggap memuaskan, sedangkan
koefisien validitas kurang dari 0,30 biasanya dianggap tidak memuaskan. Di sisi lain,
reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam
rentang dari 0 sampai dengan 1,00, dimana koefisien reliabiltas semakin mendekati
1,00 maka semakin tinggi reliabilitasnya, begitu pun sebaliknya. Reliabilitas dapat
dianggap memuaskan apabila koefisiennya minimal mencapai rxx’ = 0,900, namun
terkadang suatu koefisien tidak mencapai nilai tersebut dan masih dianggap cukup
berarti dalam suatu kasus tertentu terutama apabila skala yang bersangkutan
digunakan bersama-sama dengan tes lain dalam suatu perangkat pengukuran (battery
test) (Azwar, 2008).

Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menginterpretasi koefisien


reliabilitas!
Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan dalam menginterpretasikan koefisien
reliabilitas, yaitu sebagai berikut (Azwar, 2008):

a. Interpretasi koefisien reliabilitas bernilai spesifik bagi hasil ukur pada kelompok
individu tertentu saja

Koefisien reliabilitas hanya mengindikasi besarnya inkonsistensi skor hasil pengukuran,


bukan menyatakan secara langsung penyebab inkonsistensi tersebut.

Bilamana validitas dan reliabilias dikatakan tinggi atau rendah ?

90|RISET
Keperawatan
Reliabilitas dikatakan tinggi apabila hasil pengukuran yang dihasilkan dari tes tidak
menunjukkan perbedaan yang besar dari waktu ke waktu (Azwar, 2011).

Validitas suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila tes tersebut
menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan tujuan dari pengukuran. Suatu tes yang tidak menghasilan data yang relevan
sesuai dengan tujuan dari tes tersebut, maka validitas tes tersebut rendah (Azwar,
2011).

Bagaimana ketika validitas tinggi dan reliabilitas rendah?


Validitas tinggi menandakan bahwa item atau alat ukur tersebut benar-benar sudah
mengukur konstruk yang ditetapkan untuk diukur. Sedangkan reliabilitas rendah dalah
ketika alat ukur tersebut tidak mampu menghasilkan nilai yang konsisten (ajeg) ketika
di ukur pada situasi yang berbeda dari sebelumnya (Isaac & Michael, 1985).

Pada tes-tes yang bermaksud memprediksi sebuah kriteria tertentu, (predictive-


criterion related) validitas menjadi lebih penting daripada reliabilitas. Ketika nilai
validitas memuaskan, maka rendahnya nilai reliabilitas tidak akan menjadi masalah.
Contohnya pada tes-tes kreativitas.

Bagaimana ketika reliabilitas tinggi dan validitas rendah?


Reliabilitas tinggi menunjukkan bahwa sebuah instrumen atau alat ukur yang ada dapat
secara konsisten (ajeg) mengukur sebuah konstruk yang ingin diukur dari waktu ke
waktu atau apada berbagai situasi. Sedangkan nilai validitas yang rendah
memperlihatkan sebuah instrumen yang tidak bisa menggambarkan atau tidak dapat
benar-benar mengukur konstruk yang ingin diukur.

91|RISET
Keperawatan
Apabila reliabilitas tinggi dan validitas rendah, maka instrumen atau alat ukur tersebut
terbukti mampu menghasilkan nilai yang konsisten pada berbagai situasi, namun belum
dapat memperlihatkan ketajaman pengukuran atas konstruk atau sesuatu yang ingin
diukur.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian - Salah satu tahap melakukan


suatu penelitian yaitu tahap pengambilan data. Data yang diharapkan tentunya adalah
yang baik. Data yang baik yaitu data yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya
dan data tersebut bersifat ajeg, tetap atau dapat dipercaya. Data yang sesuai dengan
keadaan yang sebebarnya inilah yang disebut dengan data yang valid. Sedangkan data
yang dapat dipercaya disebut dengan data yang reliabel. Supaya diperoleh data yang
valid dan reliabel, maka instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data baik tes
maupun non tes harus mempunyai bukti validitas dan reliabilitas.

Validitas Instrumen

Suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen terebut dapat dengan tepat mengukur
apa yang hendak di ukur. Sehingga dapat dikatakan bahwa validitas berhubungan
dengan “ketepatan” dengan alat ukur. Dengan istrumen yang valid akan menghasilkan
data yang valid pula. Istilah valid sukar untuk dicari penggantinya, sebagian peneliti ada
yang menyebutknya dengan “sahih”, “tepat”, dan juga “cermat”.
Secara garis besar validitas instrumen dibedakan menjadi dua yaitu, validitas internal
(internal validity) dan validitas eksternal (eksternal validity).

1. Validitas Internal (Internal Validity)

Validitas internal berkaitan dengan kriteria yang berasal dari dalam suatu instrumen
penelitian, seperti tampilan instrumen, isi dan juga kemampuan instrumen dalam
mengukur. Validitas internal disebut juga dengan Validitas Rasional, yang berarti
validitas untuk sebuah instrumen penelitian menunjuk pada kondisi yang memenuhi

92|RISET
Keperawatan
syarat valid berdasarkan pada hasil penalaran atau rasionalitas. Instrumen dikatakan
mempunyai validitas Internal bila instrumen tersebut kriteria yang ada dalam instrumen
secara rasional telah mencerminkan apa yanga diukur. Validitas internal dibagi menjadi
dua, yaitu validitas isi (Content Validity) dan Validitas Konstruk (Construct Validity).
a. Validitas isi (Content Validity)
Validitas ini harus dimiliki oleh instrumen yang mengukur hasil belajar biasanya
berbentuk tes. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi bila bisa mengukur
kompetensi yang dikembangkan beserta indikator dan materi pembelajarannya. Untuk
menguji validitasnya dapat dilakukan dengan cara membandingkan instrumen penelitian
yang dibuat dengan materi pelajaran yang telah dipelajari. Dalam mengembangkan
instrumen tes dapat memakai spesifikasi domain isi tes, yang menjelaskan isi secara
rinci dengan spesifikasi cakupan isi dan tipe butir soal. Validitas ini berkaitan dengan
pertanyaan ” sejauh mana butir tes mencakup keseluruhan indikator kompetensi yang
dikembangkan dan materi atau bahan yang ingin diukur.

Menurut Djemari (2008:19-20) validitas isi sering dijelaskan melalui validitas tampang
dan validitas logis.
1) Validitas Tampang
Validitas tampang didapatkan melalui pemeriksaan terhadap butir-butir tes untuk
membuat kesimpulan bahwa tes tersebut mengukur aspek yang relevan. Dasar
penyimpulannya lebih banyak didasarkan pada akal sehat.
2) Validitas Logis
Validitas logis disebut juga validitas pencuplikan (sampling validity), yang mana
menuntut batasan yang seksama terhadap kawasan perilaku yang diukur dan suatu
desain logis yang bisa mencakup bagian kawasan perilaku yang diukur. Salah satu cara
untuk menunjukkan bukti validitas logis yaitu dengn membuat spesifikasi tes untuk
menunjukkan tuntutan bukti validitas.

b. Valitias Konstruk (Construct Validity)

93|RISET
Keperawatan
Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen penelitian mengukur
konsep dari suatu teori, yaitu yang menjadi dasar penyusunan instrumen. Definisi atau
konsep yang diukur berasal dari teori yang dipakai dalam penelitian itu sendiri.
Sehingga harus ada pembahasan mengenai teori tentang variabel yang akan diukur
yang menjadi dasar penentuan konstruk suatu instrumen. Berdasarkan teori tentang
variabel tersebut baru kemudian dirumuskan konseptual dan definisi operasional, yang
selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur.
Suatu instruemn dikatakan mempunyai validitas konstruk bila terdapat keterkaitan
antara butir instrumen dengan indikator, definisi operaional dan konsep teori tentang
variabel peneltian yang diukur. Untuk menguji validitas konstruk bisa menggunakan
pendapat para ahli (expert judgment). Para ahli akan memberikan keputusan apakah
instrumen tersebut bisa sipakai tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak
total. Menurut Sugono (2007:177) jumlah tenaga ahli yang dibutuhkan minimal tiga
orang dan biasanya mereka telah bergelar doktor sesuai dengan ruang lingkup yang
diteliti.

2. Validitas Eksternal

Validitas Eksternal (esternal validity) dikenal juga validitas empiris (empiricial validity).
Pada validitas eksternal berdasarkan pada kriteria yang ada dari luar isntrumen yaitu
berdasarkan pada fakta empiris atau pengalaman. Kriterian yang dipakai sebagai
pembanding instrumen yaitu sesuatu yang sudah tersedian dan sesuatu yang masih
belum tersedia akan tetapi terjadi diwaktu yang akan datang. Instrumen yang sesuai
dengan kriteria yang sudah ada dikenal dengan validitas kesejajaran (concurrent
validity), sedangan instrumen yang sesuai dengan kriteria yang diprediksi akan terjadi
disebut dengan valditas prediksi (predictive validity).

a. Validitas Kesejajaran (concurrent validity)

94|RISET
Keperawatan
Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas kesejajaran bisa hasilnya sesuai
dengan kriteria yang sudah ada, yang mana mempunyai kesejajaran dengan kriteria
yang sudah ada. Kriteria yang sudah ada dapat berupa instrumen lain yang mengukur
hal yang sama dan sudah diakui validitasnya, misalnya berupa tes terstandar. Akan
tetapi juga dapat dibandingkan dengan catatan-catatan yang ada di lapangan. Validitas
ini dapat digunakan untuk mengukur validitas instrumen bentuk tes maupun non tes.

b. Validitas Prediksi (predictive validity)


Suatu instrumen diaktakan memiliki validitas prediksi bila instrumen penelitian tersebut
memiliki kemampuan untuk memprediksi atau meramalkan apa yang akan terjadi pada
masa yang akan datang mengenai hal yang sama. Misalnya tes masuk perguruan
tinggi, tes tersebut diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan calonmahasiswa
dalam mengikuti kuliah di masa yang akan datang. Calon yang lolos diperkirakan akan
mampu perkuliahan di masa yang akan datang dan begitu juga sebaliknya.

Validitas ini umumnya digunakan untuk menguji validitas dari suatu instrumen dalam
bentuk tes. Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai yang diperoleh
setelah peserta tes mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi. Apabila ternyata siapa
yang mempunyai nilai tes yang lebih tinggi gagal dalam ujian semester I dibandingkan
dengan yang dulu nilai tesnya rendah maka instrumen tersebut tidak mempunyai
validitas prediksi. Pengujaian valditas prediksi membutuhkan waktu yang lama dan
biaya yang besar karena prosedurnya yang cukup panjang dan berulang agar mendapat
tes dengan kemampuan prediktor yang baik.

Reliabilitas Instrumen

Kata reliabilitas dalam Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Inggris yaitu reliability,
yang mana asalnya dari kata reliable yang mempunyai arti dapat dipercaya. Suatu
instrumen tes dikatakan dapat dipercaya (reliable) bila memberikan hasil yang tetap

95|RISET
Keperawatan
atau ajeg (konsisten) bila diteskan berkali-kali. Misalnya suatu tes yang sama diberikan
kepada siswa dalam satu kelas pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap
berada dalam urutan (rangking) yang sama atau ajeg dalam satu kelas tersebut.

Ajeg atau tetap tidak harus skornya selalu sama, skor yang diperoleh dapat berubah
akan tetapi urutan dalam kelompoklah yang sama. Jika dikaitkan dengan validitas
maka validitas berhubungan dengan ketepatan sedangkan reliabilitas berkaitan dengan
ketepatan atau keajegan. Banyak sekali istilah yang menuju pada reliabilitas, misalnya
sperti konsistensi, keajegan, ketetapan, kestabilan dan juga keandalan. Intrumen yang
reliabel belum tentu valid. Contohnya mistar yang patah diujungnya, bila dipakai
berulang akan selalu menghasilkan data yang sama (reliabel) akan tetapi selalu saja
tidak valid. Reliabilitasisntrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas
instrumen. Oleh karena itu meskipun instrumen yang valid biasanya pasti reliabel,
tetapi pengujian reliabilitas instrumen tetap perlu dilakukan.

Berdasarakan pada cara pengujian instrumen, makam reliabilitas instrumen dapat


dibagi menjadi dua yaitu, Reliabilitas Eksternal (External Reliability) dan
Reliabilitas Internal (Intenal Relability)

1. Reliabilitas Eksternal (External Reliability)


Reliabialitas eksternal didapatkan bila ukuran atau kriteria tingkat reliabilitasnya
berada di luar instrumen yang bersangkutan. Terdapat dua cara untuk menguji
reliabilitas suatu instrumen yaitu dengan metode bentuk paralel (equivalent method)
dan metode tes berulang (test-retest method)

a. Metode bentuk paralel (equivalent method)


Metode ini dilakukan dengan cara menyusun dua instrumen yang hampir sama
(equivalent), selanjutnya diujicobakan padaa sekelompok responden yang sama
(responden mengejadakan dau kali) kemudian dari hasil ujicoba tersebut dikorelasikan

96|RISET
Keperawatan
dengan teknik korelasi product moment. Intrumen paralel atau ekuivalen adalah dua
buah instrumen yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesulitan dan susunan,
tetap butir-butir pertanyaan/pertanyaan berbeda. Kelemahan metode ini adalah
membutuhkan waktu dan biaya yang lebih karena harus menyusun dua instrumen, dan
harus tersedia waktu yang lama untuk mencobakan dua kali tes.

b. Metode tes berulang (test-retest method)


Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pembuatan soal dua kali. Pada
metode ini peneliti hanya menyiapka satu perangkat instrumen, yang selanjutnya
diteskan dan dicatat. Kemudian diwaktu yang berbeda perangkat tersebut diteskan
kembali terhadap semua responden yang sama dan hasilnya dicacat. Kedua hasil
tersebut kemudia diuji menggunakan korelasi yang sama dengn metode paralel.
Metode ini sebenarnya memiliki kelemahan yang berkaitan dengan kemungkinan
responden yang masih ingat butir-butir soal pada tes yang pertama, sehingga dapat
berpengaruh pada hasil tes yang kedua. Waktu jeda antar tes menjadi masalah yang
tersendiri , karena bila waktu terlalu dekat ditakutkan masih banyak responden yang
ingat soalnya, namun bila terlalu lama kemungkinan kondisi responden sudah berbuah
misalnya responden telah belajar lagi.

2. Relaibilitas internal (Internal Reliability)

97|RISET
Keperawatan
Reliabilitas jenis ini diperoleh dari menganalisis data dari satu kali pengumpulan data.
Berdasarkan pada sistem pemberian skor (scoring system) instumen, ada dua
metode analisis internal yaitu Instrumen Skor Diskrit dan Instrumen Skor Non Diskrit.

a. Instrumen Skor Diskrit. Merupakan intrumen yang skor jawaban/responnya


hanya dua, satu dan nol, dengan kata lain benar dan salah. Untuk Instrumen skor
diskrit tingkat reliabitiasnya dapat dicari dengan menggunakan metode berikut,
metode belah dua (split-hallf metode); metode Flanagan; rumus Rulon; rumus K-R 20;
rumus K-R 21; dan rumus Hoyt.

b. Instrumen Skor Non Diskrit. Merupaka instrumen pengukuran yang dalam


sistem skoringnya bukan satu dan nol, tetapi bersifat gradual, yaitu ada penjelasan
skor mulai dari skor tertinggi samoai skor terendah. Hal ini umumnya terdapat pada tes
bentuk uraian dan pilihan ganda, dan instrumen non tes bentuk angket dengan skal
Likert dan skala lajuan (ratting scale). Interval skor dapat mulai dari 1 sampai 4; 1
sampai 5; dan sebagainya. Untuk instrumen skor non diskrit dapat dianalisi
menggunakan rumus Alpha.

Latihan
1. Jelaskan pengertian validitas dan reliabilitas
2. Jelaskan kegunaan uji validitas dan reliabilitas
3. Jelaskan cara mendapatkan suatu penelitian dan alat ukur valid dan reliabel

Petunjuk Jawaban Latihan


1. Lihat penjelasan pengertian validitas dan reliabilitas
2. Lihat penjelasan manfaat penerapan patient safety
3. Lihat penjelasan erbagai skenario validitas dan reliabilitas

Rangkuman

98|RISET
Keperawatan
1. Validitas adalah suatu derajad ketepatan instrumen (alat ukur), maksudnya apakah
instrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apa yang akan diukur.
2. Reliabilitas data adalah derajat konsistensi data yang bersangkutan.

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terletak pada
bagian akhir modul 1 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah penilaian
dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat pengusaan anda terkait
materi pada kegiatan belajar 1.

Tingkat Pengetahuan = Jumlah Jawaban benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan :


90 – 100% = Baik sekali
80- 89% = Baik
70 – 79% = Cukup
<70% = kurang
Apabila anda mencapai nilai 80% atau lebih, anda dapat meneruskan mempelajari
kegiatan belajar 2. BAGUS, TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA! Jika masih di bawah 80%
berarti anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1 terutama
pada bagian yang belum anda kuasai.

99|RISET
Keperawatan
MODUL 8
POPULASI,SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING
PENELITIAN

Pendahuluan
Bismillah. Adek-adek yang semoga senantiasa dirahmati Allah. Hari ini kita
akan mempelajari populasi, sampel, dan teknik sampling dalam penelitian.
Setelah pembelajaranan diharapkan mahasiswa dapat:
a. Menjelaskan pengertian populasi dan sampel
b. Menjelaskan kegunaan sampel
c. Menjelaskan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan sampel
d. Prosedur yang Berhubungan dengan Penentuan Sampling
e. Teknik Sampling

Pengertian Populasi

Populasi adalah Keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti, sedangkan
sampel adalah obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Keseluruhan
obyek yang diteliti /diselidiki berupa manusia, tumbuhan, hewan, peristiwa atau gejala
yg terjadi di masyarakat atau di alam (Notoatmodjo, 2010; 115).
Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-
individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan tersebut dinamakan
unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi, benda-benda, dst.
(Djawranto, 1994 : 420).

Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti
(Djarwanto, 1994:43). Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada
populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan
karakteristik populasi.

100|RISET
Keperawatan
Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel agar sampel dapat
mewakili populasinya.

Sampel refresentatif ditentukan oleh:


1. Homogenitas populasi (teh, erithrosit, dll).
2. Besar kecilnya sampel.
3. Banyaknya ciri/ karakteristik subyek.
4. Teknik Pemilihan sampel yang tepat.
5. Besar kecilnya sampel; makin besar sampel, makin refresentatif atau
menggambarkan keadaan/ karakteristik yg sebenarnya.

Kriteria Sampel

1. Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Penentuan kriteria
sampel diperlukan untuk mengurangi hasil peneliian yang bias.

2. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target
yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003: 96). Sedangkan yang dimaksud
dengan Kriteria eksklusi adalah meng-hilangkan/mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu (Nursalam,
2003: 97).

Sebab-sebab yang dipertimbangkan dalam menentukan kriteria ekslusi antara lain: a.


subjek mematalkan kesediannya untuk menjadi responden penelitian, dan b. subjek
berhalangan hadir atau tidak di tempat ketika pengumpulan data dilakukan.

Kegunaan Sampel
1. Menghemat biaya.

101|RISET
Keperawatan
2. Mempercepat pelaksanaan penelitian.
3. Menghemat tenaga.
4. Memperluas ruang lingkup penelitian.
5. Memperoleh hasil yang akurat (Notoatmodjo, 2010; 116).

Syarat-syarat teknik sampling

Teknik sampling boleh dilakukan bila populasi bersifat homogen atau memiliki
karakteristik yang sama atau setidak-tidaknya hampir sama. Bila keadaan populasi
bersifat heterogen, sampel yang dihasilkannya dapat bersifat tidak representatif atau
tidak dapat menggambarkan karakteristik populasi.

Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan


1. Membatasi Populasi; dalam suatu wilayah, kelompok umur, penyakit tertentu.
2. Mendaftar seluruh unit populasi (Nomor kode, nama dan alamatnya).
3. Menentukan besar sampel yang diambil sesuai dengan ketentuan ilmiah.
4. Menentukan teknik sampling (probability atau non probability sampling).

A. Prosedur yang Berhubungan dengan Penentuan Sampling.


1. Menentukan tujuan penelitian dengan jelas kriteria dan batasannya.
2. Menentukan populasi penelitian dengan jelas.
3. Menentukan jenis data yang diperlukan.
4. Menentukan teknik sampling.
5. Menentukan besar sampel (sample size).
6. Menentukan unit sampel yang diperlukan.
7. Memilih sampel.

B. Teknik Sampling
Secara garis besar ada dua cara pengambilan sampel, yaitu Probability sampling
atau random sampling (sampel acak) dan nonprobability sampling.
1. Probability Sampling;
a. Simple Random Sampling; setiap anggota populasi mempunyai peluang yang
sama untuk menjadi sampel, yang dilakukan dengan lotre atau menggunakan
tabel acak (rambom number).

102|RISET
Keperawatan
b. Systematic Random Sampling;
c. Stratified Random Sampling; untuk populasi heterogen, berdasarkan strata/
lapisan karakteristik. Misalnya: Strata Sos-Ek, Pendidikan, Pekerjaan, dll.
d. Cluster Sampling; berdasarkan kelompok Unit Geografis (Desa / Kel, Kec, dst) dan
Unit Organisasi (PKK, LKMD)) Mis. 1 Kec. 15 Desa diambil 20%.
e. Multistage sampling (gugus bertahap); Sampling Menurut wilayah Misalnya
Penelitian di satu Kabupaten;
1) undi beberapa Kecamatan jadi sampel;
2) Undi beberapa Desa jadi sampel;
3) Undi beberapa Dusun jadi sampel
Semua anggota populasi pada dusun, desa, kecamatan yang terpilih di Kabupaten
tsb menjadi sampel.

2. Non Probality sampling (pertibangan praktis)


a. Purposive Sampling; dengan pertimbangan tertentu dari peneliti, cocok untuk
studi kasus.
b. Quota sampling; sistim jatah. Tentukan jatah sampel dan ambil saja dari populasi.
c. Accidental sampling atau consecutive sampling; secara kebetulan ada.
d. Snowball sampling: pengambilan sampel utuk penelitian kualitatif.

F. Besar Sampel

1. Besar sampel untuk data Numerik


a. Sampel tunggal untuk perkiraan rerata
Penetapan besar sampel untuk estimasi rerata ( mean) suatu populasi (studi
deskriptif atau survey) dengan tingkat ketepatan absolute diperlukan tiga
informasi, yaitu:
1) Simpang baku nilai rerata dalam populasi (s) dari pustaka.
2) Tingkat ketepatan absolute yang diinginkan (d) ditetapkan.
3) Tingkat kemaknaan (a) ditetapkan.
2
=⌊ ⌋

Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui rerata tekanan darah diastolic remaja normal di
daerah A. Menurut pustaka rerata tekanan darah diastolic adalah 80 mmHg dan

103|RISET
Keperawatan
simpang baku 10 mmHg. Tingkat kepercayaan data 95% dan ketepatan absolute
adalah 2 mmHg. Berapa besar sampel yang diperlukan?
Diketahui: = 1,96; s = 10, dan d = 2
1,96 10 2
=⌊ ⌋ =96,04 =97

b. Sampel besar sampel untuk beda rerata 2 kelompok


1) Uji hipotesis terhadap rerata dua populasi independen
Penetapan besar sampel untuk dua kelompok independen dengan uji hipotesis
diperlukan empat informasi, yaitu:
a) Simpang baku kedua kelompok (s) dari pustaka.
b) Perbedaan klinis yang diinginkan, X1-X2 (clinical judgment).
c) Kesalah tipe I;ditetapkan
d) Kesalah tipe I; ditetapkan
Rumus: 2
+ )

1= 2=2⌊( 1− 2

Ingin diketahui beda tekanan diastolik 2 kelompok remaja; Kelompok I gemar


berolah raga dan kelompok II tidak. Beda sebesar 5 mmHg dianggap berarti.
Tekanan diastolik remaja salah satu kelompok 80 mmHg Dan simpang baku
kedua kelompok sama, 10 mmHg. Bila dipilih = 0,05 dan power = 0,80,
berapakah besar sampel yang diperlukan?
Diketahui: = 1,96; = 0,842, s = 10;

1,96 + 0,842) 10
1= 85; 2 = 80

1= 2 =2⌊ ⌋2 = 62,81 = 63
(85 − 80)

2) Uji hipotesis terhadap rerata dua populasi


berpasangan Informasi yang diperlukan:
a) Simpang baku dari rerata; Sd (dari pustaka).
b) Selisih rerata dari kedua kelompok yang bermakna; d.
c) Kesalah tipe I;ditetapkan.
d) Kesalah tipe I;ditetapkan

104|RISET
Keperawatan
Contoh:
Ingin diketahui beda tekanan diastolik 2 kelompok remaja. Kelompok I
diperkotaan dan kelompok II di pedesaan. Subyek dipilih dengan cara matching
individual. Beda sebesar 5 mmHg dianggap berarti. Bila dipilih = 0,05 dan
power = 0,80; dan simpang baku selisih rerata = 10 mmHg. Berapa pasang
subyek yang diperlukan?

Rumus:
+ 2 1,96 + 0,842 10 2

=⌊ ⌋ =⌊ ⌋ =31,4=32

2. Besar sampel untuk data Nominal


a. Sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi

Menurut Lameshow et al. (1990) dalam Sastroasmoro dan Ismail (2010),


estimasi besar sampel untuk proporsi suatu populasi memerlukan tiga informasi:
1) Perkiraan proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari. Apabila tidak
diketahui, maka ditentukan proporsi (p) = 0,50 atau 50%.
2) Presisi adalah derajat ketepatan yang diinginkan atau penyimpangan terhadap
populasi; biasnya d = 0,05 atau 0,1.
3) Derajat kepercayaan (convidence level
2
); 95% atau 99%.
= . (1− )
2

Keterangan:
n = besar sampel

P = proporsi kasus (bila tidak diketahui; p = 0,5)


d= derajat penyimpangan (0,1, 0,05, atau 0,01)

Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui berapakah proporsi balita di daerah A yang telah
mendapatkan vaksinasi polio, bila tingkat kepercayaan 95% dan derajat ketepatan
(presisi) yang diinginkan d = 10%. Berapakah jumlah subyek yang diperlukan?
= 1,962 0,15 (1 − 0,5) = 96,04 = 97
0,052

105|RISET
Keperawatan
3. Besar sampel untuk uji hipotesis terhadap 2 proporsi
a. Dua kelompok independen
Untuk uji hipotesis terhadap 2 proporsi diperlukan 4 informasi:
1) Proporsi efek standar P1 (dari Pustaka atau pengalaman).
2) Proporsi efek yang diteliti P2 (clinical judgment) / beda klinis terkecil.
3) Tingkat kemaknaan a (ditetapkan)
4) Power atau Zβ (ditetapkan). (Zα√2PQ + Zβ √P1Q1 + P2Q2)2
=

(P2 − P1)2

Catatan P= ½ (P1 + P2)


Contoh:
Penelitian melakukan uji klinis untuk mengetahui apakah ada perbedaan efek obat
baru A dengan obat standar B terhadap penyakit X. Proporsi kesembuhan dengan
obat standar 0,50 dan beda klinis yang dianggap penting 0,10. Bila a (dua arah) =
0,05 dan Power (d= 0,842), berapakah jumlah sampel yang diperlukan?
2
= (1.96 √2(0,55 x 0,45) + 0,842 √(0,5 x 0,5) + (0,6 x 0,4 ) = 388
(0,6 – 0,5) 2

Catatan P = ½ (P1 + P2) = ½ (0.5 + 0.6) = 0,55


Rumus ini sering dipakai pada uji klinis.
Baca Sastroasmoro dan Ismail (2010; 314).

b. Dua kelompok berpasangan


Estimasi besar sampel untuk menguji hipotesis beda proporsi 2 kelompok
berpasanganmemerlukan informasi yang berbeda:
1) Proporsi subyek dengan respon yang diskorsdan, yakni jumlah subyek yang
member respons berbeda dibagi dengan jumlah seluruh subyek; pada table 2 x
2 untuk hasil uji proporsi berppaangan, proporsi berskordan = (b+c)/n.
2) Kesalahan tipe I.
3) Power atau Zβ (ditetapkan).
4) d = beda proporsi yang klinis penting (clinical judgment).
Obat Standar
Asupan Tablet Fe Jumlah
Sembuh Tidak
Sembuh a b
Tidak c d

106|RISET
Keperawatan
Obat Baru Jumlah

− 2)2
( +√ + √

np =
2

Atau rumus alternatif


2
( + )

=
2

Contoh:
Dengan Teknik maching individual peneliti ingin mempelajari beda efektifitas regimen A
dan B untuk pengobatan Obesitas. Proporsi kesembuhan regimen A 60% dan beda
klinis yang penting dianggap 20%. Proporsi pasangan yang diskordan 20% dengan
kesalahan tipe I = 5% dan II = 20%, berapa pasangan subyek yang dierlukan?

f= 0,4; d= 0,2; a = 0,05 dan b = 0,20

dengan rumus alternatif


= (1.96+0,842)2 x 0,4 = 78,51 = 79 pasang
0,2 2

Baca selengkapnya Besar sampel untuk studi kohor dan kasus control dalam
Sastroasmoro dan Ismail 2010; 316-330:

Pertimbangan:
1. Sampel besar hasil lebih akurat tetapi membutuhkan biaya, waktu, tenaga, dan
fasilitas yang banyak.
2. Sampel acak memberikan data kuantitatif yang lebih refresentatif dibanding non
random.
3. Besar kecilnya sampel juga tergantung pd sifat populasi yang diwakilinya (Homogen
atau heterogen).

Menurut Siregar (2011;149), bahwa teknik menentukan sampel dapat


dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu jumlah populasi diketahui dan jumlah populasi
tidak diketahui.
1. Jumlah populasi diketahui; menggunakan Teknik Solvin:
Untuk mengetahui pengaruh upah terhadap semangat kerja pada PT X dengan
jumlah karyawan 130 orang dan tingkat kesalahan 5%. Berapa jumlah sampel yang
diambil?

107|RISET
Keperawatan
Jawab
130

= 1+ 2 = 1 + 130 0,05 2 = 98,11

2. Jumlah populasi tidak diketahui; menggunakan


( ) .
pendekatan Isac Michel:
2
=
2

Keterangan:
n = sampel
p = Proporsi populasi
q=1–p
Z = tingkat kepercayaan/ signifikan
e = margin of error
Seorang mahasiswa ingin mengetahui tingkat kepuasan terhadap pelayanan
kesehatan di Puskesmas X. Proporsi masyarakat yang menggunakan jasa yankes 0,3
dengan CL 90% dan Margin error 10%. Berapa sampelnya?

α = 1-0,9 = 0,1;
α /2 = 0,1/2 = 0,05;
Z = 1- 0,05 = 0,95 ( dari distribusi normal
1,64; p = 0,3;
q = 1-0,3 = 0,7;
dan e = 0,1

( )2 . (1.64)2. 0,3.0.7

= = = 56,8 = 57

2
0,12

Latihan
1. Apakah yang dimaksud dengan populasi dan sampel?
2. Bagaimana cara melakukan teknik sampling yang baik?
3. Bagaimana cara menentukan besar sampel?

Petunjuk Jawaban Latihan

108|RISET
Keperawatan
1. Lihat pengertian populasi dan sampel
2. Pahami cara melakukan teknik sampling yang baik
3. Pahami cara menentukan besar sampel dari suatu populasi

Rangkuman
1. Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-
individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan tersebut
dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi, benda-
benda, dst. (Djawranto, 1994 : 420).

2. Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diteliti (Djarwanto, 1994:43). Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat
dikenakan pada populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang
dapat menggambarkan karakteristik populasi.

Test Formatif 1
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terletak pada
bagian akhir modul 1 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah penilaian
dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat pengusaan anda terkait
materi pada kegiatan belajar 1.

Tingkat Pengetahuan = Jumlah Jawaban benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan :


90 – 100% = Baik sekali
80- 89% = Baik

109|RISET
Keperawatan
70 – 79% = Cukup
<70% = kurang
Apabila anda mencapai nilai 80% atau lebih, anda dapat meneruskan mempelajari
kegiatan belajar 2. BAGUS, TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA! Jika masih di bawah
80% berarti anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1
terutama pada bagian yang belum anda kuasai.

110|RISET
Keperawatan
MODUL 9
INSTRUMEN PENELITIAN

Pendahuluan.
Bismillah. Bagaimana kabar semua hari ini? Semoga semua dalam keadaan baik dan
senantiasa dalam perlindungan Allah. Hari kita akan belajar tentang Instrumen
Penelitian.

Tujuan Umum
Setelah pembelajaran ini, mahasiswa dapat menjelaskan dan mengembangkan
instrumen penelitian

Tujuan Khusus
Pada akhir perkuliahan Mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Pengertian instrument penelitian.
2. Langkah-langkah penyusunan Instrumen penelitian.
3. Mengembangkan instrumen penelitian

Pengertian Data dan Instrumen Penelitian


Menurut Winda Eka Saputri (2011), Data merupakan komponen utama dalam
penelitian. Data yang digunakan dalam suatu penelitian harus benar serta dapat
dipercaya, sehingga data yang diumpulkan dapat memberikan informasi yang benar.
Dalam hal pengumpulan data, seorang peneliti harus mempunyai instrumen penelitian
sebagai alat ukur dalam mengumpulkan data.

Menurut Arikunto (2000), dalam Winda Eka Saputri (2011) instrumen pengumpulan
data merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan
tersebut agar menjadi mudah dan sistematis. Hadjar (1996) mengemukakan bahwa
instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi
kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif, sedangkan menurut
Suryabrata (2008) bahwa instrumen adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada

111|RISET
Keperawatan
umumnya secara kuantitatif keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-
atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan
atribut non kognitif. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
insturmen penelitian adalah alat ukur yang digunakan oleh peneliti untuk
mempermudah dalam mengumpulkan dan mendapatan informasi kuantitatif secara
objektif dan sistematis. Untuk melakukan pengukuran, maka instrumen penelitian yang
digunakan harus mempunyai skala.

Langkah-langkah dalam Penyusunan Instrumen Penelitian


Ada beberapa langkah umum yang bisa ditempuh dalam menyusun instrumen
penelitian menurut Teguh (2001), langkah-langkah tersebut adalah:

1. Analisis variabel penelitian, yaitu mengkaji variabel menjadi sub penelitian sehingga
indikatornya dapat diukur dan menghasilkan data yang akurat. Membuat indikator
variabel, peneliti dapat menggunakan teori ataupun konsep pengetahuan ilmiah
yang relevan dengan variabel tersebut, atau dengan menggunakan fakta
berdasarkan pengamatan secara langsung.

2. Penetapan penggunaan jenis instrumen dalam mengukur variabel, subvariabel,


ataupun indikatornya. Setiap variabel dapat diukur dengan satu atau lebih jenis
instrumen.

3. Menyusun kisi-kisi instrumen, dimana kisi-kisi tersebut berisi materi, jenis, dan
banyaknya pertanyaan serta waktu yang dibutuhkan. Setiap indikator akan
menghasilkan beberapa isi pertanyaan, serta abilitas yang diukur atau kemampuan
yang diharapkan dari subjek penelitian.

4. Menyusun item pertanyaan. Untuk menyusun item pertanyaan tersebut harus


sesuai dengan jenis dan jumlah instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
Selain itu, peneliti dapat membuat lebih dari jumlah pertanyaan yang ditetapakan,
atau pertanyaan cadangan. Setiap item pertanyaan yang telah dibuat, jawaban atau
gambaran yang diinginkan dari pertanyaan tersebut harus dibuat oleh peneliti.

112|RISET
Keperawatan
5. Revisi instrumen. Instrumen yang telah dibuat sebaiknya dilakukan uji coba guna
perbaikan isi dan pembahasan, menghilangkan instrumen yang tidak sesuai atau
diganti dengan instrumen yang baru.

Jenis Instrument Penelitian

Macam-macam bentuk dalam instrument penelitian secara umum, adalah sebagai


berikut:
1. Kuesioner
Alat pengumpulan data yang pertama adalah kuesioner atau angket. Dalam
instrument penelitian kuesioner ini identik dengan penelitian kuantitatif karena data
yang diberikan kepada informan adalah data yang ada jawaban terbuka dan
tertutup. Jenis pertanyaan yang ada dalam kuesioner adalah jenis pertanyaan yang
dibutuhkan dalam laporan penelitian.
Contoh kuesioner dalam instrument penelitian ini misalnya dalam kasus penelitian
suvai atau sensus yang dilakukan oleh lembaga daerah dan lembaga-lembaga atau
perusahaan swasta yang ingin mendapatkan data primer.
2. Wawancara
Jenis instrument penelitian yang kedua dalam pengumpulan data adalah wawancara
yang biasanya dilakukan dalam penelitian kualitatif. Wawancara ini memiliki tingkat
kemudahan sendiri dibandingkan dengan kuesioner karena jika wawancara tidak
melakukan penghitungan secara statistika, meskipun begitu kelemahan yang ada
dalam wawancara membutuhkan waktu penelitian yang relatif lama dibandingkan
dengan penelitian menggunakan angket.
Contoh penelitian yang menggunakan teknik wawancara misalnya adalah menyikapi
tentang pendidikan yang dipengaruhi oleh perubahan sosial lantaran seorang siswa
atau pelajar melakukan pencatatan dengan memotret menggunakan henphone.
Peroelah data ini dengan wawancara harus melakukan proses pewawancara dengan
siswa dan juga gurunya.

113|RISET
Keperawatan
Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan memperhatikan objek penelitian
dengan saksama. Selain itu, kegiatan observasi bertujuan mencatat setiap keadaan
yang relevan dengan tujuan penelitian.
Kelebihan dan Kekurangan Teknik Observasi
Kelebihan yang di daoatkan dari metode observasi, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Dapat melihat langsung kegiatan sehari-hari informan.


2. Cocok untuk orang yang tidak memiliki tingkat kesibukan tinggi karena tidak harus
terpaku pada waktu dan tempat tertentu.
3. Dapat mencatat secara bersamaan adanya kejadian tertentu.
Adapun untuk kekurangan yang terdapat dalam metode pengamatan atau observasi,
antara lain adalah sebagai berikut.

 Dapat menimbulkan perilaku atau sikap yang berbeda dengan perilaku sehari-hari
karena merasa diamati.
 Ada berbagai hal yang tidak terduga sehingga mengganggu proses pengamatan.
 Ada kejadian atau keadaan informan yang sulit diamati karena bersifat terlalu
pribadi dan rahasia.

Teknik Observasi

Untuk teknik yang ada dalam observasi dalam instrument penelitian pada dasarnya
dapatlah dibedakan menjadi dua macam, antara lain adalah sebagai berikut;

Observasi Partisipasi (Participant Observation)

Observasi partisipasi dilakukan dengan cara peneliti hadirdi tengah-tengah informan


dan melakukan berbagai kegiatan bersama sambil mencatat informasi yang dibutuhkan.
Kehadiran peneliti dapat diketahui oleh siapa pun sehingga observasi mi bersifat
terbuka.

114|RISET
Keperawatan
Observasi Nonpartisipasi (Nonparticipant Observation)

Observasi nonpartisipasi dilakukan tanpa kehadiran peneliti, bahkan mungkin responden


tidak menyadani proses pengamatan tensebut. Observasi dilakukan dan jarak jauh atau
antara peneliti dan infonman yang berbeda tempat.

Dokumentasi

Cara lain untuk dapat memperoleh data dan responden dan informan adalah
menggunakan dokumentasi. Dengan dokumentasi, peneliti memperoleh infonmasi dan
berbagai macam sumber. Informasi tersebut antara lain tempat tinggal, alamat, dan
latar belakang pendidikan.

Kelebihan dan Kekurangan Dokumentasi

Kelebihan yang terdapat dalam instrument penelitian menggunakan metode


dokumentasi, antara lain adalah sebagai benikut;

 Memberikan gambaran benbagai informasi tentang informan pada waktu lampau


(yang direkam atau di dokumentasikan).
 Menyajikan informasi mengenai hubungan informasi pada masa lampau dengan
kondisi sekarang.
 Merekam berbagai jenis data tentang informan atau responden seperti identitas
responden, identitas orang tua responden, keadaan dan latar belakang keluarga
responden, Iingkungan sosial, data psikis, prestasi belajar, data pendidikan dan
data kesehatan jasmani.

Adapun kekurangan yang terdapat dalam instrument penelitian dengan metode


dokumentasi ini, antara lain adalah sebagai berikut;

 Memerlukan validitas dokumentasi untuk mengetahui keabsahan dokumentas.

115|RISET
Keperawatan
 Dokumentasi terkadang tidak lengkap sehingga dapat menyesatkan peneliti.

Sumber Dokumen

Sumber dokumen yang ada di dalam pengembilan dalam instrument penelitian, pada
umumnya dibedakan menjadi empat sebagai berikut.

 Dokumen resmi, berupa dokumen atau berkas yang dikeluarkan oleh suatu
lembaga secara resmi, misalnya rapor, nilai akhir semester, dan arsip sejarah.
 Dokumen tidak resmi, berupa dokumen yang diperoleh dan sumber tidak
resmi tetapi memberikan informasi penting terkait suatu kejadian.
 Dokumen primer, berupa dokumen yang diperoleh dan sumber ash atau orang
yang menjadi informan dan penehitan. Dokumen mi mempunyai nilai keaslian
dan bobot lebih valid daripada dokumen lain.
 Dokumen sekunder, berupa dokumen yang diperoleh selain dan sumber ash,
bisa orang lain atau berbagai media seperti surat kabar, laporan penelitian,
makalah, dan publikasi lainnya. Dokumen mi tidak memihiki nilai dan bobot
keaslian sevahid dokumen primer.

Tes

Tes sebagai instrumen penelitian, khususnya dalam pengumpulan data penelitian


merupakan serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampihan,
pengetahuan, inteligensi, kemampuan, dan bakat.

Macam-Macam Instrument Penelitian Tes

Penjelasan mengenai tes ini, setidaknya terbagi menjadi lima bentuk, antara lainnya
adalah sebagai berikut;

 Tes kepribadian, yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian


seseorang.

116|RISET
Keperawatan
 Tes bakat, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahul bakat
seseorang.
 Tes prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang
dalam bidang tertentu, misalnya akademik.
 Tes inteliegensi, yaitu tes yang digunakan untuk membuat penaksiran tingkat
intelektuah seseorang.
 Tes sikap, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kecenderungan sikap
seseorang.

Langkah Menyusun Instrumen Penelitian.

Langkah yanga dipergunakan dalam penyusunan instrumen penelitian sebenarnya bisa


dikatakan susuah dan gambang. Akan tetapi dalam kepastiannya penyusunan
instrumen penelitian yang utamanya adalah mengkaji secara teoritik tantng subtansi
penelitian yang akan dikur.

Menurut Iskandar (2008) yang diperlukan dalam penyusunan instrumen penelitian


antara lain adalah sebagai berikut;

 Memberikan pengulasan mengenai variabel penelitian yang diambil


 Memberikan penjelasan mengenai variabel kepada sub dimensi dalam penelitian.
 Mendapatkan indikator dari setiap sub dimensi yang dijelaskan.
 Melakukan deskripsi terhadap kisi instrument dalam penelitian
 Melakukan perumusan pertanyaan atau pernyataan
 Membuat dan merancang petunjuk pengisian terhadap alat instrumen penelitian,
baik kuesioner, wawancara penelitian, dan lain sebaginya.

Demikinlah penjelasan mengenai pengertian instrumen penelitian, jenis, contoh, dan


langkah penyusunan instrument dalam penelitian. Semoga dengan adanya tulisan ini
bisa memberikan penjelasan dan juga wawasan kepada setiap pembaca mengenai
“instrumen penelitian”

117|RISET
Keperawatan
Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan instrument penelitian
2. Jelaskan jenis-jenis instrument penelitian

Petunjuk Jawaban Latihan


1. Perhatikan pengertian instrumen penelitian
2. Perhatikan bahasan jenis-jenis instrumen penelitian

Rangkuman
1. Data merupakan komponen utama dalam penelitian. Data yang digunakan dalam
suatu penelitian harus benar serta dapat dipercaya, sehingga data yang diumpulkan
dapat memberikan informasi yang benar. Dalam hal pengumpulan data, seorang
peneliti harus mempunyai instrumen penelitian sebagai alat ukur dalam
mengumpulkan data.
2. Instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti
dalam kegiatan pengumpulan tersebut agar menjadi mudah dan sistematis

Test Formatif 1
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terletak pada
bagian akhir modul 1 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah penilaian
dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat pengusaan anda terkait
materi pada kegiatan belajar 1.

Tingkat Pengetahuan = Jumlah Jawaban benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan :

118|RISET
Keperawatan
90 – 100% = Baik sekali
80- 89% = Baik
70 – 79% = Cukup
<70% = kurang
Apabila anda mencapai nilai 80% atau lebih, anda dapat meneruskan mempelajari
kegiatan belajar 2. BAGUS, TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA! Jika masih di bawah
80% berarti anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1
terutama pada bagian yang belum anda kuasai.

119|RISET
Keperawatan
MODUL 10

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pendahuluan
Bismillah. Bagaimana kabar semua hari ini? Semoga semua dalam keadaan baik dan
senantiasa dalam perlindungan Allah. Hari kita akan belajar tentang Teknik
Pengumpulan Data.
Setelah pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan macam-macam metode pengumpulan data
2. Menjelaskan teknik pengumpulan data penelitian kualitatif dan kuantitatif

Teknik Pengumpulan Data

Perkembangan femonomena sosial yang ada di dunia ini membuat banyak orang
untuk mengkaji lebih dalam tentang hal – hal yang terjadi dalam kehidupan. Banyak
orang memberikan penafsirannya terhadap fenomena sosial ini,berdasarkan
pengetahuannya dan keyakinan orang tersebut. Suatu misal orang awam yang
mengatakan bahwa fenomena yang terjadi karena ada hubungannya dengan mistik,
kemudian para ulama mengatakan suatu kejadian adalah suatu takdir atau ketetapan
dari Sang Pencipta dan masih banyak lagi orang yang mengatakan kejadian – kejadian
itu dlam berbagai asumi.

Melihat hal ini, sebagai orang terpelajar kita harus bisa berfikir rasional,logis dan
empiris,namun juga harus dipadukan berdasarkan pada suatu keyakinan agar kita
dapat melihat fenomena sosial ini dari berbagai arah. Dan kita bisa memposisikan diri
jika berbaur di masyarakat sehingga tidak akan adanya suatu perdebatan. Kita
memerlukan kaidah – kaidah ilmiah untuk menjawab fenomena sosial ini, dengan berbagai
metode ilmiah dan suatu pengumpulan data baik kuantitatis maupun kualitatif guna mendukung
suatu fakta kejadian yang t

120|RISET
Keperawatan
Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kuantitatif
Pengumpulan data penelitian kuantitatif merupakan pengumpulan data yang datanya
bersifat angka – angka statistik yang dapat di kuantifikasi. Data tersebut berbentuk
variabel – variable dan operasionalisasinya dengan skala ukuran tertentu misalnya skala
nominal,ordinal,interval dan ratio,Jonathan Sarwono dalam (2006:259).

Menurut Sugiyono dalam (http://www.slideshare.net/NastitiChristianto/teknik-analisis-


data-kuantitatif-dan-kualitatif), pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai
tempat dan berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari tempatnya dapat
dikumpulkan pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai
responden, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data
dapat menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Dan teknik – teknik yang digunakan dalam pengumpulan data kuantitatif sebagai
berikut:

Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin


melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/ kecil.

Menurut Sutrisno Hadi dalam (http://www.slideshare.net/NastitiChristianto/teknik-


analisis-data-kuantitatif-dan-kualitatif ), mengemukakan bahwa anggapan yang perlu
dipegang oleh peneliti dalam menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah
sebagai berikut:

121|RISET
Keperawatan
1. Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya
3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti
kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan dengan tatap muka maupun lewat telepon.

1. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh.
Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya
pun sudah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi
pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman


untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti
tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan
wawancara berjalan lancar. Adapun contoh wawancara terstruktur tentang tanggapan
masyarakat terhadap pelayanan pemerintah:

1) Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan pendidikan di kabupaten


ini?

a) Sangat bagus

b) Bagus

c) Tidak bagus

122|RISET
Keperawatan
d) Sangat tidak bagus

2) Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan bidang kesehatan di


kabupaten ini?

a) Sangat bagus

b) Bagus

c) Tidak bagus

d) Sangat tidak bagus

2. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun contohnya adalah
sebagai berikut: “Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk terhadap kebijakan pemerintah
tentang impor gula saat ini?dan bagaimana dampaknya terhadap pedagang dan
petani”.

Wawancara tidak terstruktur sering digunakan dalam penelitian pendahuluan malahan


untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian
pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau
permasalahan yang ada pada objek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti
permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.

Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa
yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang

123|RISET
Keperawatan
diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari
responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya
yang lebih terarah pada satu tujuan.

Dalam melakukan wawancara maka pewawancara harus memperhatikan tentang situasi


dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus
melakukan wawancara.

Kuesioner

Menurut Iskandar dalam(http://www.slideshare.net/NastitiChristianto/teknik-analisis-


data-kuantitatif-dan-kualitatif) Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan
tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

Observasi

Menurut (Arikunto, 2006: 229), menggunakan observasi cara yang paling efektif
adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen
pertimbangan kemudian format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau
tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk
bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan
pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kepada skala bertingkat. Misalanya
memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat rekasi tersebut, tetapi
juga menilai reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan apa yang
dikehendaki

124|RISET
Keperawatan
Teknik Pengumpulan Data Kualitiatif

Teknik pengumpulan data kualitatif merupakan pengumpulan data yang datanya


bersifat deskriptif maksudnya data berupa gejala – gejala yang di kategorikan ataupu
dalam bentuk lainnya seperti foto,dokumen,artefak, dan catatan – catatan lapangan
saat penelitian dilaksanakan, Jonathan Sarwono dalam ( 2006:259) .

Dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa teknik
pengumpulan data kualitatif, yaitu; wawancara, observasi, dokumentasi, dan diskusi
terfokus (Focus Group Discussion). Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu
gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Sebelum masing-masing
teknik tersebut diuraikan secara rinci, perlu ditegaskan di sini bahwa hal sangat penting
yang harus dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing teknik
tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus masalah
mana yang memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan teknik observasi,
mana yang harus kedua-duanya dilakukan. Pilihan teknik sangat tergantung pada jenis
informasi yang diperoleh.

Wawancara

Menuurut Emzir dalam (iahpradiati.wordpress.com/2011/01/28/aplikasi-tehnik-


pengumpulan-data-riset-kuantitatif-dan-kualitatif-dalam-metode-eksperime n/)
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi
dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian
Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan
tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara
merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu
atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian

125|RISET
Keperawatan
terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain
sebelumnya.
Menurut Byrne dalam (iahpradiati.wordpress.com/2011/01/28/aplikasi-tehnik-
pengumpulan-data-riset-kuantitatif-dan-kualitatif-dalam-metode-eksperimen/)
menyarankan agar sebelum memilih wawancara sebagai metoda pengumpulan data,
peneliti harus menentukan apakah pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan tepat
oleh orang yang dipilih sebagai partisipan. Studi hipotesis perlu digunakan untuk
menggambarkan satu proses yang digunakan peneliti untuk memfasilitasi wawancara.
Menurut Miles dan Huberman dalam (iahpradiati.wordpress.com/2011/01/28/aplikasi-
tehnik-pengumpulan-data-riset-kuantitatif-dan-kualitatif-dalam-metode-
eksperimen/) ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam melakukan
wawancara, yaitu:
a) The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan penelitian yang sebenarnya
untuk membantu dalam merencanakan pengambilan data. Hal-hal yang perlu diketahui
untuk menunjang pelaksanaan pengambilan data meliputi tempat pengambilan data,
waktu dan lamanya wawancara, serta biaya yang dibutuhkan.

b) The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon partisipan. Di dalamnya


termasuk situasi yang lebih disukai partisipan, kalimat pembuka, pembicaraan
pendahuluan dan sikap peneliti dalam melakukan pendekatan.

c) The events, menyusun protokol wawancara, meliputi:

1)Pendahuluan,
2) Pertanyaan pembuka,

3) Pertanyaan kunci, dan

126|RISET
Keperawatan
4) Probing, pada bagian ini peneliti akan memanfaatkan hasil pada bagian kedua untuk
membuat kalimat pendahuluan dan pernyataan pembuka, serta hasil penyusunan
pedoman wawancara sebagai pertanyaan kunci.

d) The process, berdasarkan persiapan pada bagian pertama sampai ketiga, maka
disusunlah strategi pengumpulan data secara keseluruhan. Strategi ini mencakup
seluruh perencanaan pengambilan data mulai dari kondisi, strategi pendekatan dan
bagaimana pengambilan data dilakukan.

Menurut Yunus dalam ( iahpradiati.wordpress.com/2011/01/28/aplikasi-tehnik-


pengumpulan-data-riset-kuantitatif-dan-kualitatif-dalam-metode-eksperimen/) karena
merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil wawancara sesuai atau berbeda
dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Agar wawancara efektif, maka
terdapat berapa tahapan yang harus dilalui yakni: mengenalkan diri, menjelaskan
maksud kedatangan, menjelaskan materi wawancara, dan mengajukan pertanyaan.

Observasi

Menurut (Guba dan Lincoln, 1981: 191-193) dalam , Observasi hakikatnya merupakan
kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman,
pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah
penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau
suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk
memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan
penelitian.
Menurut Bungin (2007: 115-117) , beberapa bentuk observasi, yaitu:

127|RISET
Keperawatan
1) Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan.

2) Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan


pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan
perkembangan yang terjadi di lapangan.

3) Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti
terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.

Dokumen

Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang
tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata,
jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk
menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik
untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak
bermakna (Faisal, 1990: 77) dalam iahpradiati.wordpress.com/2011/01/28/aplikasi-
tehnik-pengumpulan-data-riset-kuantitatif-dan-kualitatif-dalam-metode-eksperimen/.

Focus Group Discussion

Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat ( Focus Group
Discussion), yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang lewat
diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. Misalnya,
sekelompok peneliti mendiskusikan hasil UN 2011 di rendah. Untuk menghindari
pemaknaan secara subjektif oleh seorang peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi
terdiri atas beberapa orang peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu

128|RISET
Keperawatan
diharapkan akan diperoleh hasil pemaknaan yang lebih objektif.
( iahpradiati.wordpress.com/2011/01/28/aplikasi-tehnik-pengumpulan-data-riset-
kuantitatif-dan-kualitatif-dalam-metode-eksperimen/
Dasar filosofi dari penelitian kualitatif menurut Suharsimi Arikunto (2006:14) adalah

1) Fenomenalogis

2) Interaksi simbolik

3) Kebudayan

4) Antropologi

Menurut Suharsimi Arikunto karakteristik penelitian kualitatif adalah:

1) Mempunyai sifat induktif

2) Melihat setting secara keseluruhan atau holistic

3) Memahami responden dari pandangan responden sendiri

4) Menekankan validitas

5) Mengutamakan proses dari pada hasil

6) Menggunakan non probabilitas sampling.

Perbedaan teknik penelitian kuantitatif dan kualitati adalah (suharsimi, 2006:13) :

NO PENELITIAN KUANTITATIF PENELITIAN KUALITATIF

Kejelasan
Kejelasan unsur tujuan unsure,subjek,sampel,sumber data
pendekatan,subjek,dan rinci tidak mantab,fleksible,berkembangnya
1
sejak awal sambil jln

129|RISET
Keperawatan
Langkah penelitian,segala suatu Langkah penelitian barudiketahui
direncankan ampi matang ketika dengan mantab dan jelas setelah
2
persiapan disusun penelitian selesei

Dapat menggunakan sampel dan


hasil penelitiannya diberlakukan Tidak dapat menggunakan pendekatan
3
populasi populasi dan sampel

Hipotesis ( jika memang petrlu) :


a) Mengajukan hepotesis Hipotesis :
yang akan di uji dalam penelitian Tidak menggunakan hepotesis
b) Hipotesis menentukan hasil sebelumnya tetapi dapat lahir selama
4
yang diramalkan penelitian berlangsung

Desain : dedsain penelitiannya aadalah


Desain : dalam desain jelas fleksible dengan langkah dan hasil
langkah – langkah penelitian dan yang tidak dapat dipastikan
5
hasil yang diharapkan sebelumnya

Pengumpulan data: kegiatan


Pengumpulan data: kegiatan pengumpulan dataselalau harus
dalam pengumpulan data
6 dilakukan sendiri oleh peneliti
memungkinkan untuk diwakilkan

Analisis data: dilakukan setelah Analisis data: dilakukan bersamaan


7
semua data terkumpul dengan pengumpulan data

Latihan
1. Jelaskan macam-macam metode pengumpulan data
2. Jelaskan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif

Petunjuk Jawaban Latihan


1. Perhatikan bahasan tentang metode pengumpulan data
2. Perhatikan metode pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif

130|RISET
Keperawatan
Rangkuman
1. Teknik pengumpulan data dibedakan berdasarkan jenis penelitian yang
dilakukan , yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.

Test Formatif 1
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terletak pada
bagian akhir modul 1 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah penilaian
dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat pengusaan anda terkait
materi pada kegiatan belajar 1.

Tingkat Pengetahuan = Jumlah Jawaban benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan :


90 – 100% = Baik sekali
80- 89% = Baik
70 – 79% = Cukup
<70% = kurang
Apabila anda mencapai nilai 80% atau lebih, anda dapat meneruskan mempelajari
kegiatan belajar 2. BAGUS, TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA! Jika masih di bawah 80%
berarti anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1 terutama
pada bagian yang belum anda kuasai.

131|RISET
Keperawatan
MODUL 11
TEKNIK PENULISAN

Pendahuluan
Alhamdulillah, hari ini kita akan mempelajari tentang teknik penulisan. Setelah
pembelajaran mahasiswa dapat mengaplikasi penulisan laporan dan publikasi
penelitian.

Tujuan Khusus Pembelajaran:


Pada akhir perkuliahan Mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Format penulisan laporan penelitian untuk Skripsi.
a. Penulisan bagian awal KTI
b. Penulisan bagian Isi KTI
c. Penulisan bagian Akhir KTI
2. Format penulisan laporan penelitian untuk jurnal ilmiah
a. Judul penelitian.
b. Nama peneliti dan Institusi.
c. Abstrak dan kata kunci.
d. Isi laporan (pendahuluan, Metode, hasil, dan diskusi).
e. Ucapan terima kasih.
f. Daftar Pustaka.
g. Lampiran.

Sastroasmoro, dkk (2010;340) mengemukanan bahwa penulisan laporan


penelitian merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam rangkaian proses penelitian,
yakni laporan kepada pemberi dana, untuk diajukan sebagai skripsi, tesis, disertasi atau
untuk dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.
Pada umumnya para peneliti telah belajar secara intuitif cara penulisan dalam
bentuk makalah untuk jurnal kedokteran, namun kurang terbiasa dalam penulisan
laporan untuk pihak sponsor tesis atau disertasi. Dalam bab ini akan dibahas hal-hal
penting yang harus diingat oleh peneliti dalam hal penulisan hasil penelitian.
Pertama harus dibahas secara ringkas format laporan penelitian berdasar-kan
target pembacanya. Uraian kemudian difokuskan pada penulisan makalah untuk jurnal
ilmiah, dan akhirnya penulisan skripsi, tesis atau disertasi.
Target utama pembaca laporan penelitian adalah masyarakat akademik, pihak
sponsor, dan masyarakat umum. Ketiga target pembaca tersebut mengharuskan

132|RISET
Keperawatan
pembuat laporan untuk membedakan cara penyajian hasil, baik dalam hal format,
rincian, maupun kedalamannya.
Tulisan dengan sasaran pembaca yang berbeda tersebut masing-masing harus
mempunyai karakteristik tersendiri. Tidak mungkin dibuat suatu format laporan
penelitian yang dapat memenuhi criteria dan persyaratan untuk tim penguji suatu
institusi pendidikan, untuk jurnal ilmiah, dan untuk masyarakat umum.
1. Penulisan hasil penelitian untuk masyarakat akademik; dapat berupa Skripsi, tesis,
disertasi; makalah untuk jurnal; dan monogram atau buku tersendiri.
Tiap hasil penlitian harus dilaporkan kepada masyarakat ilmiah untuk dikenal
atau dipublikasikan, bila tidak, maka ia akan menjadi sampah. Pada penulisan tesis,
skripsi atau disertasi, tujuannya mempertangungjawabkan penelitian kepada tim
penguji yang ditetapkan oleh institut atau Universitas, maka target pembaca
utamanya adalah tim penguji, sehingga format laporan dan pelbagai segi lainnya
harus disesuaikan dengan aturan yang berlaku di instutsi tersebut, akan berbeda
dengan institusi lain.
Bila hasil penelitian akan dipublikasikan di jurnal ilmiah, masalah yang dibahas
hendaknya dibatasi agar tidak terlampau luas. Rician prosedur perlu diuraikan
secara rinci, namun dalam bentuk seringkas-ringkasnya. Bila penelitian
menghasilakn temuan prosedur yang benar-benar baru dan perlu dikemukakan,
mungkin dapat disusun menjadi makalah tersendiri yang dapat dipublikasi dalam
jurnal secara terpisah atau dibukukan atau dibuat monogram tersendiri dengan
memperhatikan kaidah-kaidah pembuatan buku.
2. Penulisan hasil penelitian untuk Sponsor penelitian; Format laporan penelitian untuk
setiap sponsor berbeda sekali dengan format laporan untuk masyarakat akademik.
Aspek administrasi dan laporan pertangungjawaban keuangan serta fasilitas yang
digunakan menduduki tempat yang penting.
3. Penulisan hasil penelitian untuk masyarakat umum; Hasil penelitian pada gilirannya
dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia/ masyarakat, sehingga dapat
dipublikasikan dalam berbagai media umum sebagai artikel, dalam surat kabar,
majalah, atau buku (penulisan ilmiah popular).

A. Format Karya Tulis ilmiah/ Skripsi

Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Skripsi, tesis dan Disertasi dibuat dalam format yang
lebih panjang daripada jurnal ilmiah. Karena tidak ada batasan yang jelas berapa
panjang karya ilmiah tersebut dibuat, maka peneliti dengan bebas mencantumkan
tabel, diagram, atau ilustrasi dalam tulisannya. Bukan ketebalan karya ilmiah yang
membuatnya berbobot, tetapi substansi, desainnya, serta kedalaman dan ketajaman

133|RISET
Keperawatan
peneliti dalam melakukan interpretasi terhadap hasil penelitiannya. (Lihat pembahasan
hasil penelitian).
Format KTI atau skripsi dalam pembahasan ini mengacu pada pedoman penulisan
Karya Tulis Ilmiah dan Skripsi Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo, yang pada
prinsipnya sama dengan penulisan makalah untuk jurnal, mulai dari judul sampai
dengan kesimpulan dengan struktur:
1. Bagian awal KTI
2. Bagian Isi KTI
3. Bagian Akhir KTI

Format KTI/ Skripsi yang berlaku pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo
dengan sistematika sebagai berikut:
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
BIODATA PENULIS
PERNYATAAAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Keaslian Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Teori yang Relevan (Independen)
B. Teori yang Relevan (Dependen)
C. Kerangka Konsep
D. Hipotesis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

134|RISET
Keperawatan
A. Jenis Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Variabel Penelitian
D. Defenisi Operasional
E. Populasi, Sampel dan Responden
F. Instrumen Penelitian
G. Teknik Pengumpulan Data
H. Pengolahan dan Analisis Data
I. Etika Penelitian
J. Jalannya Penelitian

A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (Baca Buku Pedoman KTI/ Skripsi).

B. Format Jurnal Ilmiah/ Publikasi Hasil Penelitian

Menurut Sastroasmoro, dkk, (2010; 344), format jurnal ilmiah kedokteran


mencakup: Judul penelitian, nama peneliti dan Institusi, abstrak dan kata kunci, Isi
laporan (pendahuluan, Metode, hasil, dan diskusi),ucapan terima kasih,daftar pustaka,
serta lampiran.

1. Judul penelitian; merupakan komponen pertama yang dibaca, karenanya harus


dapat menarik minat pembaca untuk membaca seluruh isinya. Judul penelitian
harus jelas, lugas, mewakili isi penelitian dan tidak mengandung singkatan kecuali
singkatan yang baku.
2. Nama peneliti dan Institusi tempat penelitian seringkali dipakai sebagai
jaminanmutu isi laporan.
3. Abstrak dan kata kunci;
Abstrak merupakan mini karangan tidak lebih dari 200-250 kata, terdiri dari Latar
belakang, tujuan, metode, hasil dan kesimpulan.
Kata kunci (keywords) sebanyak 4-8 kata atau istilah disertakan di bawah abstrak.
4. Isi laporan (pendahuluan, Metode, hasil, dan diskusi)

135|RISET
Keperawatan
a. Pendahuluan; ditulis secara ringkas dan jelas 1-2 paragraf berupa alasan
penelitian perlu dilakukan dan hipotesis; harus didukung dengan rujukan yang
kuat.

b. Metode; menguraikan dengan rinci apa yang telah dilakukan oleh peneliti,
sehingga peneliti lain yang ingin mengulanginya dapat melakukannya dengan
tepat, yang mencakup; Desain penelitian; tempat dan waktu penelitian; sumber
data; populasi, sampel dan sampling; kriteria inklusi-ekslusi; teknik pengukuran;
analisis/ uji hipotesis.
c. Hasil penelitian;
1) Disajikan dalam bentuk tabel, narasi atau gambar, tanpa biberi komentar,
kecuali bila hasil dan pembahasan digabung jadi satu. Tidak mengulangi hal-
hal yang telah disajikan dalam tabel atau gambar, kecuali yang paling
mencolok atau kontropersial.
2) Laporan hasil penelitin selalu didahului dengan penyajian deskripsi sampel
dan karakteristiknya yang mencakup jenis kelamin, umur dan variabel lain
yang relevan.
3) Analisis yang bersifat umum didahulukan disusul dengan analisis yang lebih
rinci. Hasil yang dianalisis dibuat dalam bentuk tabel 2 x 2.
4) Penulisan angka;
a) Bilangan satu digit ditulis dengan huruf, kecuali diikuti satuan berat.
Contoh; tujuh orang, 6 g/dl.
b) Bilangan diawal kalimat ditulis dengan huruf.
c) Nilai rerata, persentase umumnya ditulis satu decimal lebih dari nilai pada
data aslinya. Contoh; 0,35 + 0,72 (rerata 0,535).
d. Diskusi; mencakup kesimpulan, saran dan keterbatasan.
5. Ucapan terima kasih; diberikan kepada orang atau institusi.
6. Daftar Pustaka; ditulis sesuai dengan system yang dianut.
a. Sistem nomor; setiap rujukan ditulis sesuai dengan nomor dalam naskah, bukan
menurut abjad.
b. Sistem nama dan tahun (Harvard); nama marga (alfabetik), (tahun).
c. Sistem kombinasi alphabet dan nomor; dalam makalah diberi nomor rujukan,
dan daftar rujukan disusun alfabetik.
d. Sistem Vancouver; untuk majalah ilmiah berbahasa inggris. Jumlah pengarang ≤
6 orang ditulis semuanya. BIila > 6 orang sisanya (dkk).
Nama alfabetik, dibatasi koma, tahun; tanpa halaman untuk KTI. Tanpa
pengarang Anonymous.
Contoh:

136|RISET
Keperawatan
Sastroasmoro S. nama buku, Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto; 2008.
7. Lampiran.

137|RISET
Keperawatan
MODUL 12
ETIKA PENELITIAN
Pendahuluan
Bismillah. Alhamdulillah, hari kita akan melanjutkan pembahasan tentang
etik penelitian.
Pada akhir perkuliahan Mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
A. Pentingnya etika penelitian
B. Prinsip dasar etik penelitian
C. Standar etik penelitian
D. Menjelaskan 25 pedoman etik penelitian kesehatan.

Pentingnya Etika Penelitian


Perkembangan ilmu kesehatan dipacu dan diarahkan oleh penelitian kesehatan.
Sebelum hasil penelitian dapat dimanfaatkan dengan aman dan efektif untuk kesehatan
manusia, diperlukan penelitian dengan mengikutsertakan manusia sebagai subjek
penelitian. Manusia yang bersedia menjadi subjek penelitian mungkin akan mengalami
ketidaknyamanan dan rasa nyeri serta terpapar terhadap berbagai macam risiko.
Antisipasi dugaan atas risiko termasuk fisik, sosial, ekonomi dan psikologis terkait
dengan partisipasi dalam penelitian harus cermat dan sistematis dijelaskan. Risiko sosial
mungkin sangat penting dan dapat mencakup stigma, diskriminasi, hilangnya rasa
hormat, atau cemoohan publik. Tingkat keparahan risiko, mungkin berbeda dari budaya
ke budaya.

Perkembangan etik penelitian bertumpu pada isu pokok mengenai rasional (pemikiran)
dan metode telaah etik dalam penelitian, dalam konteks dan kerangka kerja untuk
membahas berbagai isu yang lebih spesifik. Pertimbangan sifat, nilai, dan fakta sejarah
terjadinya skandal penelitian, mendorong pengembangan kode etik dan sistem etik
serta mekanisme kontrol etika penelitian secara universal.

138|RISET
Keperawatan
Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek penelitian harus mendapat
persetujuan dari yang bersangkutan.
Etika dalam penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat penting,
mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan manusia, sehingga
perlu diperhatikan, karena manusia mempunyai hak azasi.

Dasar hukum :
a. PP 39/1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
b. Permenkes RI Nomor 7 tahun 2016 tentang Komisi Etik Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan

Dalam melakukan penelitian kesehatan, maka penelitian harus memenuhi 3 prinsip


dasar etik, 7 standa WHO (2011), 25 butir pedoman International Ethical Guidelines for
Health-related Research Involving Humans dari the Council for International
Organizations of Medical Sciences (CIOMS) dan World Health Organization (WHO) dan
48 butir.

Prinsip Dasar Etik

Ketiga prinsip etik dasar tersebut adalah sebagai berikut:

1. Prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for persons). Prinsip ini
merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat martabat manusia sebagai
pribadi (personal) yang memiliki kebebasan berkehendak atau memilih dan
sekaligus bertanggung jawab secara pribadi terhadap keputusannya sendiri. Secara
mendasar prinsip ini bertujuan untuk menghormati otonomi, yang
mempersyaratkan bahwa manusia yang mampu memahami pilihan pribadinya
untuk mengambil keputusan mandiri (selfdetermination), dan melindungi manusia
yang otonominya terganggu atau kurang, mempersyaratkan bahwa manusia yang
berketergantungan (dependent) atau rentan (vulnerable) perlu diberikan
perlindungan terhadap kerugian atau penyalahgunaan (harm and abuse)
2. Prinsip berbuat baik (beneficence) dan tidak merugikan (non-maleficence) Prinsip
etik berbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang lain dilakukan dengan
mengupayakan manfaat maksimal dengan kerugian minimal. Subjek manusia
diikutsertakan dalam penelitian kesehatan dimaksudkan membantu tercapainya
tujuan penelitian kesehatan yang sesuai untuk diaplikasikan kepada manusia.
Prinsip etik berbuat baik, mempersyaratkan bahwa: a. Risiko penelitian harus wajar

139|RISET
Keperawatan
(reasonable) dibanding manfaat yang diharapkan; b. Desain penelitian harus
memenuhi persyaratan ilmiah (scientifically sound); c. Para peneliti mampu
melaksanakan penelitian dan sekaligus mampu menjaga kesejahteraan subjek
penelitian dan; d. Prinsip do no harm (non maleficent - tidak merugikan) yang
menentang segala tindakan dengan sengaja merugikan subjek penelitian. Prinsip
tidak merugikan adalah jika tidak dapat melakukan hal yang bermanfaat, maka
sebaiknya jangan merugikan orang lain. Prinsip tidak merugikan bertujuan agar
subjek penelitian tidak diperlakukan sebagai sarana dan memberikan perlindungan
terhadap tindakan penyalahgunaan.
3. Prinsip keadilan (justice) Prinsip etik keadilan mengacu pada kewajiban etik untuk
memperlakukan setiap orang (sebagai pribadi otonom) sama dengan moral yang
benar dan layak dalam memperoleh haknya. Prinsip etik keadilan terutama
menyangkut keadilan yang merata (distributive justice) yang mempersyaratkan
pembagian seimbang (equitable), dalam hal beban dan manfaat yang diperoleh
subjek dari keikutsertaan dalam penelitian. Ini dilakukan dengan memperhatikan
distribusi usia dan gender, status ekonomi, budaya dan pertimbangan etnik.
Perbedaan dalam distribusi beban dan manfaat hanya dapat dibenarkan jika
didasarkan pada perbedaan yang relevan secara moral antara orang-orang yang
diikutsertakan. Salah satu perbedaan perlakuan tersebut adalah kerentanan
(vulnerability). Kerentanan adalah ketidakmampuan untuk melindungi kepentingan
diri sendiri dan kesulitan memberi persetujuan, kurangnya kemampuan menentukan
pilihan untuk memperoleh pelayanan atau keperluan lain yang mahal, atau karena
tergolong yang muda atau berkedudukan rendah pada hirarki kelompoknya. Untuk
itu, diperlukan ketentuan khusus untuk melindungi hak dan kesejahteraan subjek
yang rentan.

7 standar WHO (2011)


1. Nilai sosial/klinis
2. Nilai ilmiah
3. Pemerataan Beban dan Manfaat
4. Bujukan/eksploitasi/inducement
5. Rahasia dan privacy
6. Inform concent

25 butir pedoman International Ethical Guidelines for Health-related Research Involving


Humans dari the Council for International Organizations of Medical Sciences (CIOMS)
dan World Health Organization (WHO)
1. Scientific And Social Value And Respect For Rights

140|RISET
Keperawatan
2. Research Conducted In Low Research Setting
3. Equitable Distribution Of Benefits And Burdens In The Selection Of Individuals And
Groups Of Participants In Research
4. Potential Individual Benefits And Risks Of Research
5. Choice Of Control In Clinical Trials
6. Caring Of Participant Health Needs
7. Community Engagement
8. Collaborative Partnership And Capacity-Building For Research And Research Review
9. Individuals Capable Of Giving Informed Consent
10. Modifications And Waivers Of Informed Consent
11. Collection, Storage And Use Of Biological Materials And Related Data
12. Collection, Storage And Use Of Data In Health-Related Research
13. Reimbursement And Compensation For Research Participants
14. Treatment And Compensation For Research-Related Harms
15. Research Involving Vulnerable Persons And Groups
16. Research Involving Adults Incapable Of Giving Informed Consent
17. Research Involving Children And Adolescents
18. Women As Research Participants
19. Pregnant And Breastfeeding Women As Research Participants
20. Research In Disasters And Disease Outbreaks
21. Cluster Randomized Trials
22. Use Of Data Obtained From The Online Environment And Digital Tools In Health-
Related Research
23. Requirements For Establishing Research Ethics Committees And For Their Review Of
Protocols
24. Public Accountability For Health-Related Research
25. Conflicts Of Interest

Selanjutnya ini dijabarkan dalam 48 butir. Sedangkan untuk inform concent harus
memenuhi 33 butir yang wqjib diberitahukan kepada subjek.

Setiap peneliti, sebelum melakukan penelitian kesehatan harus mengajukan


permohonan etik kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan dengan mengisi protokol
yang telah ditentukan.

Latihan
1. Jelaskan alasan pentingnya etika penelitian

141|RISET
Keperawatan
2. Jelaskan prinsip dasar etik penelitian
3. Jelaskan Standar etik penelitian
4. Jelaskan 25 pedoman etik penelitian kesehatan.

Petunjuk Jawaban Latihan


1. Memahami alasan pentingnya etik penelitian
2. Memahami prinsip dasar etik penelitian
3. Memahami 7 standar etik penelitian

Rangkuman
Setiap penelitian kesehatan harus memenuhi 3 prinsip dasar, 7 standar versi WHO
(2011), 25 pedoman dari WHO-COMS (2016) dan 48 butir etik penelitian kesehatan.

Test Formatif 1
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terletak pada
bagian akhir modul 1 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah penilaian
dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat pengusaan anda terkait
materi pada kegiatan belajar 1.

Tingkat Pengetahuan = Jumlah Jawaban benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan :


90 – 100% = Baik sekali
80- 89% = Baik
70 – 79% = Cukup
<70% = kurang

142|RISET
Keperawatan
Apabila anda mencapai nilai 80% atau lebih, anda dapat meneruskan mempelajari
kegiatan belajar 2. BAGUS, TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA! Jika masih di bawah
80% berarti anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1
terutama pada bagian yang belum anda kuasai.

143|RISET
Keperawatan
MODUL 13
PELAPORAN DAN PUBLIKASI PENELITIAN
Pendahuluan
Bismillah. Sampailah kita pada pembahasan terakhir, yaitu pelaporan dan publikasi
penelitian. Hal ini merupakan penutup dari rangkaian semua aktifitas penelitian. Sebaik
apapun penelitian kita lakukan namun tidak dilaporkan dan dipublikasikan maka
kurang mempunyai nilai sosial yang akan berguna bagi banyak orang. Setelah
mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan tentang pelaporan karya ilmiah.
2. Menjelaskan tentang publikasi karya ilmiah.

Pelaporan Karya Ilmiah


Pelaporan karya ilmiah mengikuti aturan yang berlaku dalam institusi masing-masing.
Pelaporan bertujuan sebagai bentuk pertanggungjawaban peneliti atas kegiatan
penelitiannya (kepada Pimpinan yang menugaskan/penyandang dana/lembaga yang
menaungi peneliti), mengkomunikasikan hasil penelitian dan implikasinya kepada pihak-
pihak yang berkepentingan agar dapat ditindaklanjuti, menjadi dasar bagi pengambilan
keputusan dan menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya. Pelaporan karya ilmiah di
Poltekkes Kemenkes Gorontalo menjadi salah satu syarat administrasi pelaksanaan
wisuda. Peneliti dalam hal ini mahasiswa melaporkan hasil penelitiannya di tingkat
Prodi, Jurusan, Perpustakaan, tempat penelitian dan Kesbangpol setempat.

Publikasi
Publikasi ilmiah merupakan bukti komitmen dan intensitas karya atau aktivitas
keilmuwan bagi mereka yang berkecimpung dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam menyusun publikasi hasil penelitian, harus memperhatikan ketentuan yang
sudah umum disyaratkan oleh berbagai ajang publikasi karya penelitian, misalnya untuk
dipublikasikan pada seminar nasional dan jurnal ilmiah. Publikasi ilmiah adalah sistem

144|RISET
Keperawatan
publikasi yang dilakukan berdasarkan peer review dalam rangka untuk mencapai tingkat
obyektivitas setinggi mungkin. “Sistem” ini, bervariasi tergantung bidang masing-
masing dan selalu berubah, meskipun seringkali secara perlahan. Sebagian besar karya
akademis diterbitkan dalam jurnal ilmiah atau dalam bentuk buku.
Sebagian besar bidang akademik yang telah mapan memiliki jurnal dan bentuk publikasi
tersendiri, meskipun banyak pula terdapat jurnal akademik yang bersifat interdisipliner
(antar cabang) dan mempublikasikan karya dari beberapa bidang yang berbeda. Jenis-
jenis publikasi yang dapat diterima sebagai kontribusi terhadap bidang ilmu
pengetahuan dan penelitian sangat bervariasi di antara berbagai bidang. Publikasi
ilmiah saat ini sedang mengalami perubahan yang besar, yang muncul akibat transisi
dari format penerbitan cetak ke arah format elektronik, yang memiliki model bisnis
berbeda dengan pola sebelumnya. Tren umum yang berjalan sekarang, akses terhadap
jurnal ilmiah secara elektronik disediakan secara terbuka. Hal ini berarti semakin banyak
publikasi ilmiah yang dapat diakses secara gratis melalui internet, baik yang disediakan
oleh pihak penerbit jurnal, maupun yang disediakan oleh para penulis artikel jurnal itu
sendiri.
Penelitian ilmiah yang telah dilaporkan dapat berupa artikel ilmiah maupun dalam
seminar-seminar ilmah.
Artikel ilmiah yang dipublikasikan seperti :
1. Jurnal nasional ber-ISSN
2. Jurnal nasional terakreditasi
3. Jurnal internasional
4. Jurnal internasional bereputasi
Sedangkan melalui seminar-seminar ilmiah dapat berupa seminar nasional dan seminar
ilmiah internsional.

Latihan
1. Jelaskan cara pembuatan laporan hasil penelitian.
2. Jelaskan cara melakukan publikasi ilmiah

145|RISET
Keperawatan
Jawaban Latihan
1. Perhatikan bahasan tentang laporan hasil penelitian
2. Perhatikan bahasan tentang cara publikasi

Rangkuman
1. Hasil penelitian dilaporkan sesuai kaidah yang berlaku di masing-masing istitusi.
2. Publikasi penelitian ilmiah dapat dilakukan melalui jurnal ilmiah nasional, nasional
terakreditasi, internasional, dan internasional bereputasi. Publikasi juga dapat
dilakukan melalui proceeding dalam seminar ilmiah naional maupun internasional.

Test Formatif 1
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terletak pada
bagian akhir modul 1 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah penilaian
dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat pengusaan anda terkait
materi pada kegiatan belajar 1.

Tingkat Pengetahuan = Jumlah Jawaban benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan :


90 – 100% = Baik sekali
80- 89% = Baik
70 – 79% = Cukup
<70% = kurang
Apabila anda mencapai nilai 80% atau lebih, anda dapat meneruskan mempelajari kegiatan
belajar 2. BAGUS, TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA! Jika masih di bawah 80%

146|RISET
Keperawatan
berarti anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1
terutama pada bagian yang belum anda kuasai.

147|RISET
Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, A. & Urbina, S. (1998). Tes Psikologi (Edisi Terjemahan). Jakarta: PT.
Prenhallindo.

Azwar, S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2011). Tes Prestasi: Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cook, D. A. & Beckman, T. (2006). Current concept validity and reliability for
psychometric instrument: Theory and application. The American Journal of Medicine.

Isaac, S., & Michael, W. B. (1985). Handbook in Research and Evaluation. California:
Edits publishers.

Jacobs, L. C. (1991). Test Reliability. IU Bloomington evaluation service & testing.


Diakses pada tanggal 7 November 2014 dari http://www.indiana.edu.
Matondang, Z. (2009). Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian. Jurnal
Tabularasa PPS Unimed, 6 (1), 87-97.

Neuman, W. L. (2007). Basic of social research: Qualitative and quantitative


qpproaches, second edition. Pearson Education, Inc.

Murti, B. (2011). Validitas dan Reliabilitas Pengukuran. Universitas Negeri Semarang.

Setyawan, I. (2011). Diktat Psikometri. Universitas Diponegoro: Tidak Dipublikasikan

148|RISET
Keperawatan
Sujarwadi, S. (2011). Valditas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian. Universitas Negeri
Jakarta: Tidak dipublikasikan

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan: Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta.

Widodo, P. B. (2006). Reliabilitas dan validitas konstruk skala konsep diri untuk
mahasiswa Indonesia. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3 (1), 1-9.

Purwanto.2007.instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, Pengembangan dan


Pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riduwan.2009. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian.Bandung: Alfabeta.
Sudjarwo dan Basrowi.2007.Manajemen Penelitian Sosial. Bandung: Alfabeta.
Sueratno dan Lincolin Arsyad.2003. metodologi Penelitian untuk Ekonimi dan Bisnis.
Yoyakarta: UPP AMP YKPN.
Sugiyono.2010.Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto.2006.Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka
Cipta.
S. Eko Putro Widoyok.2012.Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sarifuddin, dkk, 2010, Pedoman Penulisan KTI, Poltekkes Kemenkes Gorontalo.

Sastroasmoro dan Ismail, 2010, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi


ke-3, Cetakan ke-2, CV. Sagung Seto, Jakarta.

149|RISET
Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai